ISSN 2722-7286

Jurnal

FAPET UNUD


Jurnal


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: jurnaltropika@unud.ac.id

Submitted Date: September 28, 2021

Accepted Date: January 13, 2022


Editor-Reviewer Article : Eny Puspani & A.A. Pt. Putra Wibawa

PERILAKU PETERNAK SAPI DALAM PENYEDIAAN PAKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA SAMBIRENTENG KECAMATAN TEJAKULA KABUPATEN BULELENG

Zodyanto, A. R., N. W. T. Inggriati, dan G. Suarta

PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali Email : adyrizqi@student.unud.ac.id , Telp. +62 857-3732-4773

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku peternak sapi dalam menyediakan pakan pada musim kemarau dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku peternak. Penelitian ini dilakukan di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan April 2021. Pemilihan lokasi penelitian dan penentuan responden menggunakan metode Purposive Sampling, responden sebanyak 35 orang yang merupakan peternak sapi dengan pemilikan sapi minimal dua ekor dan sudah beternak sapi minimal 5 tahun. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif dan uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman. Hasil penelitian 1) pengetahuan dan keterampilan termasuk dalam kategori rendah sedangkan sikap termasuk dalam kategori positif; 2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku adalah kepemilikan ternak sapi, luas lahan yang dikuasai, umur, pendidikan formal, pendidikan non formal dan keikutsertaan dalam kelompok tani/ternak; sedangkan pengalaman beternak tidak berhubungan dengan perilaku peternak. Simpulan: 1) Perilaku peternak tergolong rendah dalam menyediakan pakan hijauan pada musim kemarau; 2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku antara lain: kepemilikan ternak sapi, luas lahan yang dikuasai, umur, pendidikan formal, pendidikan non formal dan keikutsertaan dalam kelompok tani/ternak. Saran: pemerintah agar lebih aktif memberikan penyuluhan atau pelatihan kepada peternak tentang menyediakan pakan pada musim kemarau, untuk dapat meningkatkan perilaku peternak

Kata kunci: pengetahuan, sikap, ketrampilan, hijauan, penyuluhan

THE BEHAVIOR OF CATTLE FARMERS ON THE FEED SUPPLY IN DRY SEASON IN SAMBIRENTENG VILLAGE, DISTRICT OF TEJAKULA, BULELENG REGENCY

ABSTRACT

This study aims to determine the behavior of cattle farmers in providing feed in the dry season and the factors associated with the behavior of farmers. This research was conducted in Sambirenteng Village, Tejakula District, Buleleng Regency. The research was carried out for three months, from February to April 2021. The selection of research locations and the determination of respondents used the Purposive Sampling method, as many as 35 respondents who are cattle farmers with a minimum of two cows and have been raising cattle for at least 5 years. Data analysis was carried out by means of qualitative descriptive and Spearman's Level Correlation Coefficient test. The results of the study 1) knowledge and skills are included in the low category while attitudes are included in the positive category; 2) Factors related to behavior are cattle ownership, land area controlled, age, formal education, non-formal education and participation in farmer/livestock groups; while the experience of raising livestock is not related to the behavior of farmers. Conclusions: 1) The behavior of farmers is low in providing forage feed in the dry season; 2) Factors related to behavior include: cattle ownership, land area controlled, age, formal education, non-formal education and participation in farmer/livestock groups. Suggestion: the government to be more active in providing counseling or training to farmers about providing feed in the dry season, to be able to improve the behavior of farmers.

Keywords: knowledge, attitudes, skills, forage, counseling

PENDAHULUAN

Pakan ternak ruminansia pada dasarnya adalah hijauan, kuantitas dan kualitas hijauan pakan sangat menentukan produktivitas ternak ruminansia. Ketersediaan bahan pakan di negara tropis Indonesia khususnya di pulau Bali sangat fluktuatif dan tergantung pada musim, kondisi musim hujan menyebabkan hijauan tersedia banyak, tetapi pada musim kemarau menjadi terbatas. Menurut pendapat Sriani et al., (2018), hal ini berdampak sistemik terhadap rendahnya peningkatan produksi ternak ruminansia, oleh karena itu perlu lebih memperhatikan strategi pemenuhan kuantitas dan kualitas pakan sepanjang tahun.

Rata-rata curah hujan pada tahun 2020 di Kabupaten Buleleng bervariasi tiap bulan, curah hujan tertinggi pada bulan Februari dan curah hujan terendah pada bulan September (Dinas komunikasi, informatika, persandian dan statistic 2020). Pada musim kemarau peternak di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng dalam mencari pakan hijauan

untuk ternak sapinya harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencukupi persediaan pakan bagi ternaknya, karena pada saat musim kemarau hijauan di desa Sambirenteng ketersediaannya sangat terbatas. Secara umum permasalahan yang masih dialami oleh hampir sebagian besar peternak adalah rendahnya produktivitas ternak yang disebabkan oleh rendahnya kuantitas dan kualitas pakan sehingga ternak tidak mampu memenuhi standar kebutuhan hidup dan produksi ( Sriani et al., 2018). Kesulitan peternak dalam menyediakan sumber pakan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kelangsungan usaha pemeliharaan ternaknya. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak dalam memperoleh pakan ternaknya tidak mudah. Segala upaya yang dilakukan peternak dalam memperoleh sumber pakan ternaknya memerlukan tenaga dan biaya yang tidak sedikit, untuk mengatasi masalah kesulitan pakan ini terkadang peternak membeli pakan hijauan.

Perilaku peternak dalam penyediaan pakan selama musim kemarau berbeda setiap peternak, karena unsur perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan dari setiap peternak berbeda-beda. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu yang telah dilakukan atau dipelajari, pengetahuan juga memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku dari seseorang. Menururt Inggriati et al,. (2018) yang menyatakan bahwa tingginya pengetahuan peternak sapi dikarenakan oleh keperdulian peternak pada sapi yang dimilikinya, sehingga pengetahuannya yang berkaitan menjadi tinggi.

Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek, dan atau keadaan menurut Inggriati et al., (2019).

Keterampilan berpengaruh terhadap perilaku seseorang , pada seorang peternak keterampilan diperlukan dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi atau meningkatkan usahanya, Menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang akan menghasilkan sesuatu kemampuan pemecahan sesuatu bagi seseorang dalam menghadapi keadaan tertentu.

Keterampilan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan. Pengetahuan yang didukung dengan tingkat keterampilan yang baik akan mampu meningkatkan kemauan dan kemampuan dalam menerapkan teknologi baru yang lebih menguntungkan, sehingga mengerjakannya dengan baik dan sungguh-sungguh (Azwar, 2011). Kemampuan seseorang dalam berusaha akan meningkat seperti misalnya cara beternak sapi yang benar, manajemen kandang yang baik, menangani ternak yang sakit.

Untuk memperoleh gambaran lebih lanjut tentang Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterapilan) peternak sapi dalam penyediaan pakan sapi pada musim kemarau di Desa Sambirenteng maka diadakan penelitian pada peternak sapi di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya. Desain penelitian merupakan pedoman bagi seorang peneliti dalam melakukan penelitian agar data dapat dikumpulkan secara efisien dan efektif, serta dapat diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Pabundu, 2005).

Pada penelitian kali ini menggunakan metode deskriptif dengan tipe penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu dilakukan dengan teknik menghimpun fakta dengan kuesioner menururt pendapat Singarimbun dan Effendi (1989). Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk meneliti dan menggambarkan fakta dan data dengan Sistematis secara factual dan akurat. Penggambaran tersebut dilakukan berdasarkan analisis dari fenomena yang disusun dengan data kuantitatif mengenai perilaku peternak dan faktor-faktor karakteristik yang berhubungan dengan perilaku peternak sapi di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sambirenteng, kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Penentuan lokasi penelitian ini ditentukan dengan metode purposive yaitu metode penentuan lokasi yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (Hadi, 1983). Dasar pertimbangan yang dipakai dalam memilih lokasi penelitian ini adalah:

  • 1.    Lokasi penelitian mudah dicapai dengan sarana transportasi oleh peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

  • 2.    Desa Sambirenteng memiliki populasi Ternak Sapi yang cukup banyak di Kabupaten Buleleng.

  • 3.    Belum adanya penelitian mengenai perilaku peternak sapi dalam penyediaan pakan pada musim kemarau di lokasi ini sebelumnya.

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

  • a.    Tahap persiapan dan pengumpulan informasi lapangan (pra survey) dilaksanakan pada bulan Februari 2021.

  • b.    Tahap wawancara dan pengumpulan data, dilaksanakan pada bulan Maret 2021.

  • c.    Tahap pengelolaan data dan penyusunan tulisan dilaksanakan pada bulan April 2021.

Populasi dan sampling

Populasi penelitian merupakan semua peternak sapi yang memelihara sapi di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Oleh karena populasi besar dan peneliti tidak mungkin menggunakan semua peternak yang ada pada populasi, karna keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Wilayah di Desa Sambirenteng di bagian selatan terdiri dari daerah berbukit sedangkan di bagian utara yakni daerah pesisir, agar dapat mewakili dari populasi yang ada maka metode pengambilan sampel menggunakan metode Qouta Purposive Sampling yaitu 13 orang daerah berbukit dan 12 orang daerah pesisir sehingga total responden menjadi 35 orang.

Pengambilan sampel sebagai responden digunakan metode purposive, yaitu anggota sampel ditentukan secara sengaja didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi Gorda (1989), ciri-ciri responden adalah peternak sapi yang sedang memelihara sapi.

Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumber data. Data primer meliputi: (1) Karakteristik responden mencakup: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan yang dikuasai, jumlah kepemilikan ternak, pengalama beternak sapi, keikutsertaan dalam kelompok tani/ternak; (2) Pengetahuan peternak, (3) Sikap peternak , dan (4) Keterampilan peternak terhadap perilaku peternak sapi dalam penyediaan pakan pada musim kemarau. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan bantuan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) dan observasi dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan.

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder seperti profil Desa Sambirenteng, keadaan wilayah,

diperoleh dari dinas komunikasi dan statistik buleleng, buku, jurnal,internet, maupun sumber lain yang dapat menyediakan data yang digunakan pada penelitia ini.

Variabel penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu: (1) Karakteristik responden; (2) Perilaku peternak sapi dalam mencari alternatif pakan sapi di musim kemarau.

Variabel diukur menggunakan skala Likert yaitu dengan pemberian skor jenjang lima. Kategori responden dinyatakan dengan nilai bilangan bulat yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk setiap jawaban oleh responden yang diteliti. Nilai 1 untuk jawaban yang paling tidak diharapkan dan nilai 5 untuk jawaban yang paling diharapkan.

Tabel 1. Kategori pencapaian skor variabel penelitian

Kategori Variabel

Pencapaian Skor

Pengetahuan

Sikap

Keterampilan

1

>4,2 – 5

Sangat tinggi

Sangat positif

Sangat tinggi

2

>3,4 – 4,2

Tinggi

Positif

Tinggi

3

>2,6 - 3,4

Sedang

Ragu-ragu

Sedang

4

>1,8 – 2,6

Rendah

Negative

Rendah

5

1 – 1,8

Sangat rendah

Sangat negatif

Sangat rendah

Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan untuk keperluan pengumpulan data adalah kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan-pertanyaan untuk pertanyaan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) peternak sapi dalam penyediaan pakan pada musim kemarau di desa sambirenteng kecamatan tejakula kabupaten buleleng.

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data yang diberikan kepada responden untukmenggali data sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu:

  • 1.    Observasi langsung, yaitu metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian.

  • 2.    Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan secara terancana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan panduan kuesioner penelitian.

Analisis data

Analisis data berupa analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menguji hipotesis 1. Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu bentuk analisis yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek yang diteliti dengan menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya.

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku peternak seperti umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan yang dikuasai, jumlah pemilikan ternak sapi, pengalaman beternak sapi, keikutsertaan dalam kelompok tani ternak (menguji hipotesis 2) adalah analisis metode Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (Siegel, 1997), dengan rumus:

Keterangan:

rs = koefisien korelasi

di= Selisih jenjang unsur yang diobservasi

  • n = banyaknya pasangan unsur yang diobservasi

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan, maka t hitung di bandingkan dengan ^tabel pada tingkat probabilitas 1% atau 5%, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Hipotesis penelitian di terima apabila ^-hitung^tabel pada P ≤ 0,01 dari kedua variabel yang di uji maka terdapat hubungan yang sangat nyata. Apabila ^-hitung > ^tabel pada P 0,05 – 0,10 dari kedua variabel yang diuji maka terdapat hubungan yang nyata. Apabila ^-hitung > ^tabel pada P > 0,10 dari kedua variabel yang diiuji maka terdapat hubungan yang tidak nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden

Umur

Rataan umur responden adalah 55,5 tahun dengan umur termuda 32 tahun dan umur tertua

adalah 75 tahun. Sebagian kecil responden yaitu sebanyak 2 orang (5,71%) berada pada

rentang umur 40-50 tahun sedangkan sebagian besar respondenyaitu sebanyak 17 orang (48,57%) berada pada rentang umur lebh dari 60 tahun.

Berdasarkan hasil Analisis Korelasi Jenjang Spearman, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur berhubungan nyata (P<0,05) dengan perilaku peternak dalam penyediaan pakan sapi pada musim kemarau dengan rs -0,325. Hal tersebut berarti bahwa, semakin tua umur maka perilaku akan semakin rendah. Rataan umur responden adalah 55,5 tahun, yang berarti reesponden berada pada umur prodktif (Undang-Undang Ketenagakerjan Tahun 2003), yang menyatakan bahwa, umur 15 – 65 Tahun tergolong ke dalam usia produktif. Peternak usia muda pada umumnya lebih inovatif dari pada mereka yang berumur lebih tua, sehingga semakin tua peternak semakin rendah perilakunya. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Makatita (2014) yang mengemukakan bahwa umur produktif berpengaruh terhadap adopsi inovasi baru. Umur dapat mempengaruhi kemampuan fisik dalam bekerja, cara berpikir, serta kemampuan untuk menerima inovasi baru dalam mengelola usahanya. Faktor umur dalam usia kerja sangat mempengaruhi proses penerimaan teknologi baru, berdasarkan pengalamannya, petani lebih tua akan bersikap lebih hati-hati terhadap adanya teknologi baru dibandingkan dengan petani muda (Widiyastuti et al,. 2014).

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

No

Umur

Responden

Jumlah (orang)     Persentase (%)

1

20 – 30

0

0

2

30 – 40

8

22.86

3

40 – 50

2

5.71

4

50 – 60

8

22.86

5

>60

17

48.57

Jumlah

35

100

Pendidikan formal

Rataan dari pendidikan formal yang pernah ditempuh responden adalah 6,9 tahun. Data pendidikan formal ini sangat beragam mulai dari responden yang tidak pernah menempuh pendidikan formal sampai perguruan tinggi (S1). Responden yang tidak pernah menempuh pendidikan formal berjumlah 5 orang (14,28%) dan responden yang menempum perguruan tinggi berjumlah 1 orang (2,86%).

Tingkat pendidikan formal pada responden sebagian besar (16 orang dengan persentase 45,72%) berpendidikan SMA, lama menempuh pendidikan responden berhubungan nyata (P<0,05) dengan perilaku peternak dalam penyediaan pakan sapi pada musim kemarau, dan rs 0,35. Rataan tingkat pendidikan adalah 6,8, yang setara dengan SD (Sekolah Dasar). Hal tersebut berarti bahwa, semakin tinggi Pendidikan formal maka perilaku peternak semakin tinggi. Pada umumnya tingkat pendidikan yang tinggi, produktifitasnya juga akan semakin tinggi karena rasional dalam berpikir dibanding dengan yang tingkat pendidikan rendah, yang sulit untuk mengadopsi inovasi baru dan relatif bimbang dalam mengambil keputusan. Pendapat ini didukung oleh Suarta et al., (2020) yang menyatakan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya semakin baik.

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal

Responden

No

Pendidikan formal

Kategori

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

Tidak pernah

5

14.28

2

1 – 6

SD

16

45.72

3

6 – 9

SMP

8

22.86

4

9 – 12

SMA

5

14.28

5

>12 tahun

Perguruan tinggi

1

2.86

Jumlah

35

100

Pendidikan non formal

Pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan atau penyuluhan yang berkaitan dengan peternakan sapi yang pernah diikuti responden sebagian besar 32 orang (91,43%) tidak pernah mengikuti pendidikan non formal, sedangkan responden yang pernah mengikuti pendidikan non formal sebanyak 3 orang (8,57%) dengan jumlah banyak 1-3 kali mengikuti kegiatan pendidikan non formal.

Pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan atau penyuluhan yang berkaitan dengan pemeliharaan ternak sapi yang pernah diikuti oleh responden, pendidikan non formal berhubungan sangat nyata (P<0,01) dengan perilaku peternak dalam penyediaan pakan sapi selama musim kemarau. Hal ini berarti bahwa, semakin sering peternak mengikuti pelatihan atau penyuluhan, maka perilaku peternak dalam menyediakan pakan ternak semakin tinggi.

Pelatihan atau penyuluhan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dari peternak, maka penyuluhan harus dilaksanakan secara efektif agar dapat meningkatkan kemampuan dari seorang peternak. Hasil diatas sesuai dengan pernyataan Inggriati (2014) yang menyatakan bahwa untuk mengubah perilaku sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak terampil menjadi terampil, sampai menerapkan secara penuh suatu inovasi diperlukan penyuluhan yang efektif.

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan non formal

No

Pendidikan non formal

Responden

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

Tidak pernah

32

91.43

2

1 – 3 kali

3

8.57

3

4 – 6 kali

0

0

4

7 – 9 kali

0

0

5

>9 kali

0

0

Jumlah

35

100

Luas lahan yang dikuasai

Jumlah rataan luas lahan yang dikuasai oleh responden adalah 42,1 are dengan luas penguasaan lahan tertinggi yaitu 102 are dan luas pengusaan terendah yaitu 2 are. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 14 orang (40%) menguasai lahan pada kisaran 25-50 are, sedangkan untuk sebagian kecil responden menguasai lahan pada kisaran lebih besar dari 100 are yaitu sebanyak 2 orang (5,71%).

Luas lahan yang dikuasai responden berhubungan tidak nyata (P<0,10) dengan perilaku peternak dalam penyediaan pakan selama musim kemarau, karena luas lahan tidak berpengaruh terhadap ketersediaan pakan khususnya hijauan saat musim kemarau di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Pada saat musim kemarau banyak pohon yang kering, sehingga membuat hijauan sangat sulit ditemukan, ini yang membuat peternak yang memiliki lahan yang luas maupun lahan sempit tidak mengolah lahanya karena keadaan tanah yang sangat kering saat musim kemarau. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pendapat Inggriati (2014) yang menyatakan bahwa, lahan merupakan tanah yang dikuasai oleh petani per satuan luas, dan semakin luas lahan yang dikuasai akan semakin tinggi dorongan petani untuk mengolah lahannya.

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan luas lahan yang dikuasai

No

Luas Lahan yang dikuasai

Responden

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

<25 are

12

34.29

2

25 – 50 are

14

40

3

50 – 75 are

3

8.57

4

75 – 100 are

4

11.43

5

>100 are

2

5.71

Jumlah

35

100

Jumlah pemilikan ternak sapi

Jumlah ternak yang dimiliki sebagian besar dari responden memiliki ternak sapi berkisar 2-3 ekor berjumlah 31 orang (88,57%) ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden peternak sapi di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng memelihara 2 sampai 3 ekor ternak sapi.

Jumlah kepemilikan ternak sapi berhubungan tidak nyata (P>0,10) dengan perilaku peternak sapi dalam penyediaan pakan selama musim kemarau, dan rs 0,236, yang disebabkan karena sebagian besar peternak sapi hanya sebagai usaha sampingan untuk menambah penghasilan keluarga. Kondisi tersebut menyebabkan tidak adanya penggunaan teknologi dalam pengolahan atau pengawetan pakan agar dapat memenuhi kebutuhan sapi selama musim kemarau, hanya memanfaatkan pakan seadanya. Berbeda dengan pendapat Elok Kurnia et al., (2019) yang menyatakan bahwa petani dengan kepemilikan ternak yang sedikit cenderung kurang terbuka terhadap penyuluhan, sedangkan petani dengan kepemilikan ternak yang banyak cenderung memiliki keterampilan yang tinggi dikarenakan petani lebih banyak menghabiskan waktu untuk merawat ternak yang banyak sehingga terbentuknya kebiasaan dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan fisik serta rasa percaya yang tinggi akan keterampilannya.

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan jumlah pemilikan ternak sapi

Responden

No Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi

Jumlah (orang)     Persentase (%)

1

2 – 3 ekor

31

88.57

2

4 – 5 ekor

3

8.57

3

6 – 7 ekor

0

0

4

7 – 8 ekor

0

0

5

>8 ekor

1

2.86

Jumlah

35

100

Pengalaman beternak sapi

Rataan dari pengalaman beternak sapi dari responden adalah 26,6 tahun dengan data pengalaman beternak sapi paling lama adalah 61 tahun dan pengalaman beternak sapi paling sebentar adalah 5 tahun. Sebagian kecil responden yaitu sebanyak 1 orang (2,86%) berada pada rentang 13-16 tahun dan sebagian besar responden yaitu 20 orang (57,14%) berada pada rentang lebih dari 20 tahun.

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pengalaman beternak sapi

Responden

No    Pengalaman Beternak Sapi

Jumlah (orang) Persentase (%)

1

5 – 8 tahun

7

20

2

9 – 12 tahun

7

20

3

13 – 16 tahun

1

2.86

4

17 – 20 tahun

0

0

5

>20 tahun

20

57.14

Jumlah                       35               100

Pengalaman beternak sapi responden sebagian besar (20 orang dengan persentase 57,14%) memelihara sapi lebih dari 20 tahun, pengalaman beternak sapi berhubungan tidak nyata (P>0,10) dengan perilaku peternak dalam penyediaan pakan selama musim kemarau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap perilaku peternak dalam penyediaan pakan selama musim kemarau, ini yang menyebabkan tidak adanya perbedaan perilaku antara peternak yang memiliki pengalaman beternak yang lebih lama dengan peternak yang memiliki pengalaman beternak sebentar dalam mencari alternatif atau inovasi baru untuk mengatasi masalah yang sedang dialami peternak. Berbeda

dengan pendapat Setiawan (2017) yang menyatakan bahwa Peternak yang lebih berpengalaman akan lebih cepat menyerap inovasi teknologi dibandingkan dengan peternak yang belum atau kurang berpengalaman.

Keikutsertaan dalam kelompok tani/ternak

Keikutsertaan responden dalam kelompok tani/ternak adalah sedikit, dengan kategori tidak aktif sebanyak 23 orang (65,71%), ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden peternak sapi di Desa Sambirenteng tidak mengikuti kelompok tani/ternak.

Keikutsertaan peternak dalam kelompok tani/ternak memiliki hubungan yang sangat nyata (P>0,01) dengan perilaku peternak dalam penyediaan pakan selama musim kemarau dengan rs 0,649. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin aktif peternak dalam mengikuti kegiatan kelompok ternak maka semakin tinggi perilakunya. Keikutsertaan peternak dalam kelompok tani/ternak merupakan bentuk usaha dalam meningkatkan produktivitas peternak dalam mengembangkan peternakannya, kelompok tani/ternak dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dengan cara bertukar pikiran dan informasi antar anggota kelompok. Sama halnya dengan pendapat Hermanto dan Swastika (2011) yang menyatakan bahwa Kelompok tani memiliki fungsi sebagai wadah media belajar-mengajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga pendapatan meningkat.

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan dalam kelompok tani/ternak

Keikutsertaan dalam Kelompok           Responden

No

Tani/Ternak                        Jumlah (orang) Persentase (%)

1

Tidak aktif

23

65.71

2

Kurang aktif

1

2.86

3

Cukup aktif

2

5.72

4

Aktif

6

17.14

5

Sangat aktif

3

8.57

Jumlah

35

100

Pengetahuan peternak

Pengetahuan responden tentang penyediaan pakan sapi di musim kemarau dengan kategori rendah sebanyak 19 orang (54,29%), dan sebanyak 16 orang (45,71%) memiliki pengetahuan sedang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengetahuan termasuk dalam kategori rendah dengan rataan skor 2.6, kondisi tersebut menunjukkan bahwa perlunya peningkatan pengetahuan melalui proses penyuluhan, karena pada dasarnya salah satu tujuan dari penyuluhan adalah peningkatan pengetahuan dari sasaran. Peningkatan dari pengetahuan akan terjadi apabila proses penyuluhan tentang pemeliharaan sapi khusus nya tentang penyediaan pakan sapi selama musim kemarau dilakukan secara kontinyu, disertai dengan kemampuan penyuluh yang profesional dalam menyampaikan inovasi. Sama halnya dengan pendapat Inggriati (2014) yang menyatakan bahwa, apabila penyuluh tidak dilakukan secara kontinyu, maka akan terjadi kesenjangan antara perkembangan kebutuhan manusia dengan kemajuan teknologi.

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan peternak dalam menyediakan

pakan sapi pada musim kemarau

No

Kategori

Responden

Jumlah (orang)      Persentase (%)

1

Sangat tinggi

0

0

2

Tinggi

0

0

3

Sedang

16

45,71

4

Rendah

19

54,29

5

Sangat rendah

0

0

Jumlah

35

100

Sikap peternak

Dalam penelitian ini sikap responden tentang penyediaan pakan sapi selama musim kemarau kemarau dengan kategori positif sebanyak 29 orang (82,86%), dan responden yang memiliki sikap dengan kategori sangat positif sebanyak 6 orang (17,14%).

Sikap memiliki kategori positif dengan rataan skor 4. Kondisi tersebut berpotensi untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan peternak dalam penyediaan pakan selama musim kemarau, karena sikap yang positif akan dapat meningkatkan perilaku peternak dalam penyediaan pakan selama musim kemarau agar lebih maksimal. Semakin positif sikap seseorang peternak akan lebih mudah dalam menerima suatu inovasi atau teknologi baru dan akan lebih mudah dalam penerapanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Inggriati (2014) yang menyatakan bahwa, sikap adalah faktor penentu (determinasi) perilaku, karena berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan sikap peternak dalam menyediakan pakan

sapi pada musim kemarau

No

Kategori

Responden

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

Sangat positif

6

17,14

2

Positif

29

82,86

3

Sedang

0

0

4

Negative

0

0

5

Sangat negative

0

0

Jumlah

35

100

Keterampilan peternak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan peternak dengan kategori sedang sebanyak 7 orang (20%), kategori rendah sebanyak 27 orang (77,l4%), dan 1 orang (2,86%) memiliki keterampilan sangat rendah.

Keterampilan termasuk dalam kategori rendah dengan rataan skor 2,3, ini terjadi karena peran penyuluhan tentang penyediaan pakan sapi selama musim kemarau belum optimal. Sikap peternak dalam kategori positif, pengetahuan peternak tentang penyediaan pakan sapi selama musim kemarau dalam kategori rendah, sehingga mengakibatkan keterampilan dalam kategori rendah dan perlu ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan keterampilan peternak dapat dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan, sehingga peternak lebih terampil dalam penyediaan pakan sapi selama musim kemarau. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Inggriati (2014) menyatakan bahwa, peningkatan keterampilan peternak dapat dilakukan melalui pelatihan (training) dalam sebuah proses penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan keterampilan peternak dalam menyediakan

pakan sapi pada musim kemarau

No

Kategori

Responden

Jumlah (orang)       Persentase (%)

1

Sangat tinggi

0

0

2

Tinggi

0

0

3

Sedang

7

20

4

Rendah

27

77,14

5

Sangat rendah

1

2.86

Jumlah

35

100

Faktor yang berhubungan dengan perilaku peternak sapi dalam penyediaan pakan pada musim kemarau

Dari hasil analisis data dengan uji koefisien korelasi jenjang spearman menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku peternak sapi dalam penyediaan pakan pada musim kemarau seperti pendidikan non formal dan keikutsertaan dalam kelompok tani/ternak memiliki hubungan yang sangat nyata (P<0,01), faktor umur dan pendidikan formal memiliki hubungan yang nyata (P<0,05), faktor luas lahan yang dikuasai, kepemilikan ternak sapi dan pengalaman beternak sapi memiliki hubungan yang tidak nyata (P<0,10), dengan perilaku peternak sapi dalam penyediaan pakan sapi pada musim kemarau di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Rincian data selengkapnya mengenai analisis hubungan menggunakan Uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman dapat dilihat pada tabel.

Tabel 12. Hubungan karakteristik dengan perilaku peternak sapi dalam penyediaan

pakan pada musim kemarau

No

Faktor-Faktor

rs

t hitung

1

Umur

-0,325

-1,861n

2

Pendidikan formal

0,35

2,146 n

3

Pendidikan nonformal

0,496

3,281 sn

4

Kepemilikan ternak sapi

0,236

1,395 tn

5

Luas lahan yang dikuasai

0,135

0,782 tn

6

Pengalaman beternak sapi

Keikutsertaan    dalam

-0,280 kelompok

1,585 tn

7

tani/ternak

0,649

4,9 sn

keteranagan :

rs    : koefisien korelasi

n`    : nyata

sn   : sangat nyata

tn   : tidak nyata

t tabel (0,01) db 33 = 2,444

t tabel (0,05) db 33= 1,692

t tabel (0,10) db 33 =1,30

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) Tingkat pengetahuan adalah rendah, tingkat sikap adalah positif dan tingkat keterampilan rendah dan secara keseluruhan perilaku peternak tergolong rendah dalam menyediakan pakan hijauan pada musim kemarau. (2) Faktor yang berhubungan dengan perilaku peternak dalam penyediaan pakan hijauan pada musim kemarau yaitu umur, pendidikan formal, pendidikan non formal dan keikutsertaan dalam kelompok tani/ternak sedangkan kepemilikan ternak sapi, luas lahan yang dikuasai dan pengalaman beternak sapi tidak berhubungan nyata dengan perilaku peternak dalam penyediaan pakan hijauan pada musim kemarau di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.

Saran

Di harapkan pemerintah sebaiknya mengajak peternak agar lebih aktif dalam mengikuti kelompok tani/ternak yang sudah ada atau membentuk kelompok-kelompok baru, agar kedepannya pemberian penyuluhan atau pelatihan oleh dinas peternakan maupun instansi

terkait dalam memberikan penyuluhan melalui kelompok-kelompok, sehingga penyuluhan dapat dilaksanakan lebih optimal hingga terbukti berhasil.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng., IPU. selaku Rektor Universitas Udayana dan Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, M.S selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2011). Sikap dan Perilaku Dalam: Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik. 2020. (Online). Tersedia: http://permata.bulelengkab.go.id/d-data/iklim/rata-rata-curah-hujan-dan-hari-hujan-di-kabupaten-buleleng-menurut-bulan. (28 Juli 2020)

Gorda, I.G.N. 1989. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial. STIE Satya Dharma Singaraja Bekerjasama dengan Widya Kriya Gematama, Denpasar.

Hadi, Sutrisno.1983. Metodologi Research I. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Hermanto dan Swastika. 2011. Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani. Analisis Kebijakan pertanian, Volume 9 No. 4, Desember 2011 : 371 – 390.

Husein Umar. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers

Inggriati, T. N. W, I G. Suarta, dan D. A. Warmadewi. 2019. Persepsi Peternak Terhadap Pemanfaatan Sapi Sebagai Atraksi Wisata di Kabupaten Tabanan, Bali. Majalah Ilmiah          Peternakan     Vol.     22     (2):     67-73.     Denpasar.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/mip/article/view/54780/32433

Inggriati T. N. W, Yupardhi W. S, dan Warmadewi D. A. 2018. Persepsi Peternak Terhadap Pemanfaatan Sapi Sebagai Atraksi Wisata di Kabupaten Tabanan Bali. (Articles). Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar.

Inggriati, T. N. W. 2014. Perilaku Peternak Sapi Bali Pembibitan dalam Sistem Penyuluhan di Bali. (Disertasi). Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar.

Kurnia, E, B. Riyanto, dan N. D. Kristanti. 2019. Pengaruh Umur, Pendidikan, Kepemilikan Ternak dan Lama Beternak Terhadap Perilaku Pembuatan Mol Isi Rumen Sapi

Dikut Lembu Sura. Jurnal Penyuluhan Pembangunan Vol 1 (2) : 47-2019. Malang.

Makatita, J., 2014. Tingkat Efektifitas Penggunaan Metode Penyuluhan Pengembangan Ternak Sapi Potong di Kabupaten Buru Provinsi Maluku. Agromedia. 32(2).

Pabundu M. T. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Setiawan, Halim. 2017. Pengaruh Karakteristik Peternak terhadap MotivasiBeternak Sapi Potong di Kelurahan Bangkala Kecamatan Maiwa. Skripsi.Unhas, Makassar.

Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Judul Asli: Non Parametric Statistic for the Behavioral Sciences. Diterjemahkan oleh Z. Suyut dan L. Simatupang dalam Koordinasi Peter Hogul. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sriyani N. L. P, W. Siti, I G. Suarta, I. B. G. Partama, N. T. Ariana, W. S. Yupardhi. 2018. Responses of corncob as replacement of elephant grass on performance and carcass profile of Bali Cattle. International Journal Of Life Sciences 2018 vol. 2 (1): 42 – 49.

Suarta, I G, Suparta N, Bidura I G. N. G., Putri B. R. T. 2020. Effective Communication Models to Improve the Animal Cooperatives Performance in Bali-Indonesia. International Journal of Pharmaceutical Research 2020 vol. 12 (4): 3776 - 3785

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang memengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Singarimbun, M dan S. Effendi (Editor). 1989. MetodePenelitianSurvay. LP3S, Jakarta

Widiyastuti N, N. K. Nuraini, dan N. W. T. Inggriati. 2014. Pemanfaatan Sumber Informasi Peternakan oleh Peternak Sapi Bali Perbibitan di Desa Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan. E-Jurnal Peternakan Tropika Vol. 2 (3).: 449 – 2014.

Denpasar. https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/18496/11990

Zodyanto, A. R., et al., J. Peternakan Tropika Vol. 10 No. 1 Th. 2022 :83-101

Page 101