FINANCIAL ANALYSIS MAINTENANCE OF LAYER CHICKEN INTENSIVELY WITH OPEN HOUSE BATTERY CAGE SYSTEM (Case Study at Arcana Poultry Farm, Candikusuma Village Melaya District, Jembrana Regency)
on
ISSN 2722-7286

Jurnal
FAPET UNUD
Jurnal

Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: jurnaltropika@unud.ac.id
Submitted Date: September 15, 2021
Accepted Date: January 13, 2022
Editor-Reviewer Article : Eny Puspani & A.A. Pt. Putra Wibawa
ANALISIS FINANSIAL PEMELIHARAAN AYAM PETELUR SECARA INTENSIF DENGAN SISTEM KANDANG BATERAI OPEN HOUSE (Studi Kasus di Peternakan Arcana Poultry Desa Candikusuma Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana)
Simbolon, M. Y., I G. Mahardika, dan I W. Sukanata
PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali Email: yolandasimbolon@student.unud.ac.id ,Telp. 08126465708
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek finansial (pendapatan, R/C ratio, titik impas produksi dan titik impas harga telur) ayam petelur yang dipelihara pada kandang open house kapasitas 1.500 ekor. Studi ini dilaksanakan di Peternakan Arcana Poultry, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana – Bali, yang dilaksakan selama 3 minggu mulai 1 Januari sampai 20 januari 2021. Variabel yang diamati adalah performa produksi dan analisis pendapatan. Peforma produksi terdiri dari rata-rata produksi telur, deplesi dan penerimaan. sedangkan analisis pendapatan terdiri dari biaya penyusutan, biaya tetap dan biaya variabel, pendapatan, R/C Ratio, dan BEP (break even point). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa telur yang dihasilkan ayam lohmann brown umur 26 minggu-28 minggu sebanyak 42 tray atau 1.253 butir per hari, dengan hen day production sebesar 83,5% per hari dan deplesi sebesar 0,06%, pendapatan bersih peternak sebesar Rp. 131.118,- per hari dengan R/C Ratio 1,10, BEP unit sebanyak 746 butir per hari, BEP harga sebesar Rp. 1.018/butir dan BEP penjualan sebesar Rp. 832.536,- per hari
Kata kunci : pendapatan, R/C Ratio, titik impas.
FINANCIAL ANALYSIS MAINTENANCE OF LAYER CHICKEN INTENSIVELY WITH OPEN HOUSE BATTERY CAGE SYSTEM (Case Study at Arcana Poultry Farm, Candikusuma Village
Melaya District, Jembrana Regency)
ABSTRACT
This study aims to determine the financial aspects (income, R/C ratio, production break-even point and egg price break-even point) laying hens that are kept in open house cages with a capacity of 1,500 layer. This study was conducted at Arcana Poultry, Candikusuma Village, Melaya District, Jembrana Regency – Bali. which was carried out for 3 weeks from January 1 to January 20, 2021. The variables observed were production performance and income analysis. Production performance consisted of average egg

production, depletion and acceptance. while the income analysis consists of depreciation costs, fixed costs and variable costs, income, R/C Ratio, and BEP (break even point). The results showed that the eggs produced by lohmann brown chickens aged 26 weeks-28 weeks were 42 trays or 1.253 eggs/day, with hen day production of 83,5% /day and depletion of 0,06%, the net income of farmers was Rp. 131.118, -/day with R/C Ratio of 1,10, BEP unit of 746 eggs/day, BEP price of Rp. 1.018/egg and BEP sales of Rp. 832.536,-/day.
Key words: income, R/C Ratio, break-even point.
PENDAHULUAN
Telur ayam merupakan jenis makanan yang bergizi tinggi, sangat populer dikalangan masyarakat karena bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Selain itu, telur merupakan salah satu bahan makanan yang mudah diperoleh dan mudah cara pengolahannya, menjadi bahan makanan utama ataupun untuk diolah menjadi bentuk makanan lain. Tingkat konsumsi ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi. Kualitas makanan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan makanan (Sediaoetama, 2008).
Permintaan pasar akan produk peternakan semakin meningkat seiring kemajuan teknologi dan peningkatan pendapatan serta pendidikan masyarakat. Kesadaran masyarakat tentang gizi yang berasal dari protein hewani semakin meningkat sehingga menuntut para peternak untuk meningkatkan produksinya. Pengembangan peternakan sangat penting untuk mendukung terpenuhinya permintaan produk peternakan yang mengandung protein hewani. Salah satu usaha peternakan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan protein hewani adalah peternakan ayam petelur.
Keberhasilan usaha ternak tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah ternak yang dipelihara, tetapi juga harus didukung dengan sistem manajemen yang baik, sehingga hasil produksi dan penerimaan sesuai dengan yang diharapkan. Penerimaan tersebut sebagian digunakan untuk menutup biaya produksi dan sisanya sebagai pendapatan. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pengelolaan suatu usaha.
Analisa finansial pada usaha ternak ayam petelur perlu dilakukan karena selama ini peternak kurang memperhatikan aspek pembiayaan yang telah dikeluarkan dan penerimaan yang telah diperoleh, sehingga pada akhirnya tidak banyak diketahui tingkat pendapatan yang diperoleh. Analisis finansial ini diperlukan untuk mengetahui besarnya biaya produksi dan pengaruhnya terhadap pendapatan yang diterima oleh peternak (Halim et., al 2007).
-
II. MATERI DAN METODE
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiono (2015, hlm.23) data kuantitatf adalah data yang berbentuk angka (scoring). Data ini menggunakan metode korelasi dimana metode penelitiann yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dua atau lebih sejumlah fakta dan juga sifat-sifat objek yang sedang diteliti. sedangkan data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data ini menggunakan metode potpositivistik dikarenakan berasaskan pada filsafat potpositivistik atau dengan kata lain sering disebut dengan metode naturalistik dimana penelitian yang dilakukan dalam kondisi alamiah.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di peternakan Arcana Poultry, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Penelitian ini akan dilaksakan selama 3 minggu mulai 1 Januari sampai 20 Januari 2021.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh ayam petelur yang berada di kandang Arcana Poultry, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali.
Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitaf antara lain: data produksi seperti jumlah ternak yang dipelihara, produksi telur, jumlah pemberian pakan, vaksin serta obat-obatan dan data ekonomi seperti biaya, penerimaan dan harga. Sedangkan data kualitatif yang digunakan yaitu aspek teknik produksi seperti jenis pakan yang digunakan, penanganan penyakit dan manajemen pemeliharaan.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
-
1. Data primer diperoleh langsung oleh peneliti dari obyek penelitian melalui wawancara dan observasi
-
2. Data sekunder berupa dokumentasi yang diperoleh dari pembukuan atau catatan peternak. Data tersebut berupa peforma produksi, data pengeluaran dalam pemeliharaan serta data investasi dan penyusutan.2.6 Variabel Penelitian
Tabel 1. Variabel Penelitian
Variabel |
Indikator |
Parameter |
Hen Day Production |
Jumlah produksi telur (butir) dengan jumlah ayam (ekor) |
Persentase produksi telur (%) |
Deplesi |
Jumlah yang mati atau afkir dengan jumlah ayam (ekor) |
Presentase mortalitas dan culling (%) |
Grade Telur Biaya |
G1 (berat telur 56-60 gr) G2 (berat telur 51-55 gr) G3 (berat telur 45-50 gr) Biaya Investasi |
Berat telur (gr) Biaya yang digunakan untuk modal peternak (Rp.) |
Biaya Operasional |
Biaya yang digunakan untuk mengoperasikan usaha (Rp.) | |
Penerimaan |
Seluruh penerimaan dari penjualan hasil produk (penjualan telur, kotoran dan karung pakan) |
Diukur dalam bentuk Rupiah |
Pendapatan |
Selisih total penerimaan dengan total biaya |
Diukur dalam bentuk Rupiah |
Revenue Cost Ratio (R/C ratio) |
Perbandingann antara rata-rata total revenue (TR) dengan rata-rata total Cost) |
R/C Ratio >1 (satu), layak untuk dijalankan. R/C Ratio <1 (satu), tidak layak untuk dijalankan. R/C Ratio =1 (satu), berada di titik impas. |
Titik Impas |
Break Event Point (BEP) Unit |
Jumlah minimal produksi telur agar mencapi titik impas (Butir) |
Break Event Point (BEP) Harga |
Jumlah minimal harga jual agar mencapi titik impas (Rp/butir) | |
Break Event Point (BEP) Penjualan |
Jumlah minimal penjualan telur agar mencapi titik impas (Rp) |
Instrumental Penelitian
Instrumen Penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu observasi dan wawancara. Observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung ke lokasi tempat penelitian usaha peternakan ayam petelur dengan sistem kandang terbuka (open house), observasi dilakukan sehingga peneliti mengetahui aktivitas pemeliharaan. Wawancara yaitu mewawancarai secara langsung pemilik peternakan (open house).
Analisis data
Peforma Produksi
Dalam penelitian ini, Performance produksi usaha ternak ayam ras petelur yang di amati antara lain:
-
1. Hen Day Production (HDP) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut. (Hastuti, 2018) jumlah produksi telur harian (butir)
HDP = --i n--- x 100%
Jumlah ayam petelur (ekor)
-
2. Deplesi (%)
Deplesi adalah penyusutan jumlah ayam yang disebabkan oleh dua faktor yaitu kematian dan afkir (culling). Deplesi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. (Umam et al., 2014)
_ , , „, jumlah ayam mati+af kir
Deplesi % = -—: x 100%
jumlah ayam
-
3. Grade Telur digunakan untuk membedakan harga telur berdasarkan ukuran (Volume) dalam satu tray telur. Satu tray terdiri dari 30 butir telur. Menurut Stewart dan Abbott (1972) berat telur ayam menjadi 6 golongan, yaitu jumbo dengan berat lebih dari 65 gram, extra large 60 gram sampai 65 gram, large 55 gram sampai 60 gram, medium 50 gram sampai dengan 55 gram, small 45 gram sampai 50 gram, dan peewee dibawah 45 gram. Pembedaan grade telur dapat dilihat dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2 Grade Telur ayam Lohmann Brown umur 26-28 minggu
GRADE |
BERAT (gr) |
HARGA (Rp/Tray) |
HARGA (Rp/Butir) |
G1 |
56-60 gr |
36.000 |
1.200 |
G2 |
51-55 gr |
34.000 |
1.133 |
G3 |
45-50 gr |
32.000 |
1.066 |
Keterangan:
1. Telur dengan ukuran paling besar (G1) berat 56-60 gr.
2. Telur dengan ukuran sedang (G2) berat 51-55 gr.
3. Telur dengan ukuran paling kecil (G3) 45-50 gr.
Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh peternak dalam satu kali periode produksi. Dalam usaha ternak ayam ras petelur.
-
1. Pendapatan bersih
Pendapatan yang diperoleh peternak dalam satu kali periode produksi pada penelitian ditentukan dengan rumus berikut (Soekartawi, 2006):
PD = TR-TC
Keterangan:
PD
TR
TC
: Pendapatan bersih (Rp) : Total penerimaan (Rp) : Total biaya (Rp)
-
2. R/C Ratio
Efisiensi
pencapaian pendapatan dihitung dengan R/C ratio dengan rumus sebagai
berikut. (Darsono, 2008)
TotalRevenuefTRl
R/C ratio
Total Cost (TC)
Kreteria uji:
Jika R/C ratio > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
Jika R/C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusakahan.
Jika R/C ratio = 1, maka usaha tersebut berada pada titik impas.
-
3. Break Even Point ( BEP )
Titik impas usaha (BEP) ditentukan dengan menentukan titik impas produksi (butir), titik impas harga (Rp/butir), dan titik impas penjualan (Rupiah). Untuk melakukan perhitungan titik impas (BEP) maka ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
-
a. BEP unit (butir)
BEP unit dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sudiana, 2020):
TFC-Pk. Qk-Pr. Qr
bep Qt = -----, .--—
Pt- Vct
Keterangan: | |
BEP Qt |
: Total BEP unit (butir) |
TFC |
: Total Fixed Cost atau biaya tetap (Rp) |
Pt |
: Rata-rata harga telur/butir (Rp) |
Pk |
: Harga kotoran (Rp/Karung) |
Qk |
: Jumlah kotoran (Karung) |
Pr |
: Harga karung pakan (Rp/buah) |
Qr |
: Jumlah karung pakan (buah) |
VCt |
: Variable Cost per butir telur (Rp) |
-
b. BEP Harga (Rp/butir)
BEP Harga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sudiana, 2020):
TFC + TVC - Pk. Qk - Pr. Qr
BEP Pt = ----—---—
Qt
Keterangan:
BEP Pt TFC TVC Pk Qk Pr Qr Qt |
: Total BEP Harga (Rp/butir) : Total Fixed Cost atau biaya tetap (Rp) : Total biaya variabel (Rp) : Harga kotoran (Rp/Karung) : Jumlah kotoran (Karung) : Harga karung pakan (Rp/buah) : Jumlah karung pakan (buah) : Jumlah telur yang diproduksi (butir) |
c. BEP Penjualan (Rupiah)
BEP Penjualan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sudiana, 2020):
BEP Penjualan = BEP Qt × Pt
Keterangan:
BEP Qt : BEP unit (Butir)
Pt : Rata-rata harga telur/butir (Rp)
-
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Usaha Arcana Poultry
Pada penelitian ini, jenis ayam yang dipelihara yaitu Lohmann Brown yang berasal dari PT. Ciomas Adisatwa, Perum Permata Asri Residence, Jln. Gatot Subroto blok B1 banjar Anyar Kediri, Tabanan. Bibit Pullet Lohmann Brown dibeli saat ayam berumur 16 minggu berjumlah 1.500 ekor. Jenis pakan yang digunakan yaitu pakan komersial Comfeed untuk Layer dengan kode PL 241 yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Tbk. Untuk pemberian air minum kepada ayam petelur dilakukan secara ad libitum. Luas bangunan kandang sebesar 300 m2 dengan panjang 50 meter hingga kegudang serta memiliki lebar 6 meter. Dengan rincian: panjang kandang ayam petelur 38 meter, tinggi kandang 4 meter dari permukaan kandang, panjang gudang 7 meter dan panjang tempat penampungan air 5 meter. Jenis kandang yang digunakan adalah kandang baterai open house bentuk V. Kandang ini terbuat dari besi dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 60 cm, tinggi depan 35 cm, dan tinggi belakang 30 cm. Kandang baterai terdiri dari 2 baris yang saling berhadapan dan memanjang, tiap baris memiliki 3 tingkatan serta jarak antar kedua baris kandang sebesar 1 meter, fungsinya untuk Simbolon, M. Y., et al., J. Peternakan Tropika Vol. 10 No. 1 Th. 2022 : 68-82 Page 74
memudahkan gerobak dorong berjalan dalam pengumpulan telur dan pemberian pakan. Pada bagian bawah kandang atau tempat jatuhnya kotoran, bagian lantai kandang memiliki kemiringan 2o yang berfungsi untuk memudahkan pembersihan kotoran. Peternakan ini juga memiliki tempat penampungan air minum berkapasitas 850 liter dan tempat penampungan air obat berkapasitas 350 liter serta kipas angin besar berjumlah 2 buah untuk menyejukkan udara didalam kandang. Selain itu peternakan ini juga memiliki Sound System yang berfungsi untuk membuat ayam agar lebih tenang dengan lagu klasik.
Hen Day Production
Hen day production (HDP) adalah cara menghitung produksi telur harian, perhitungannya adalah jumlah telur dibagi jumlah ayam saat itu dikali 100%, yang biasa dihitung selama 1 minggu (rata-rata selama satu minggu). Berikut data hasil penelitian hen day production ayam lohamann brown umur 26 minggu-28 minggu yang diamati di Arcana Poultry.
Tabel 3. Hen Day Production Pemeliharaan 1.500 ekor Ayam Lohmann Brown umur 26-
28 minggu
Umur (minggu) |
Produksi Telur (butir/hari) |
Standar Produksi Telur (butir/hari) |
HDP (%) |
Standar HDP (%) |
26 |
1.249 |
1.407 |
83,2 |
93,8 |
27 |
1.251 |
1.420 |
83,4 |
94,6 |
28 |
1.078 |
1.220 |
71,8 |
81,3 |
RATAAN |
79,4 |
89,9 |
Sumber Standar Produksi Telur dan Standar HDP: Management Guide Cage Housing North Ameridition
Hen Day Production
Hasil penelitian menunjukan bahwa Hen day production telur ayam lohmann brown umur 26 minggu-28 minggu tergolong cukup baik yaitu sebesar 83,5 %, dengan total telur yang dihasilkan sebanyak 25.050 butir telur. Namun, nilai tersebut belum memenuhi standar ayam petelur lohmann brown yang memiliki rata-rata 89,9% pada umur 26-28 minggu (Anonim, 2013). Hal ini disebabkan karena cuaca di lokasi kandang yang sering sekali berubah tak menentu. Sistem kandang open house juga memiliki banyak kelemahan yaitu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari luar seperti panas, kelembaban udara, dan angin serta pencahayaan. Azizah et al. (2015) menyatakan bahwa suhu tinggi menyebabkan bobot telur rendah, bentuk telur yang lebih bulat dan kerabang telur yang lebih tipis dibandingkan suhu yang normal. Ditambahkan oleh Santoso (2012), bahwa berat dan ukuran telur ayam dipengaruhi oleh suhu lingkungan dimana telur diletakkan. Suhu yang dibutuhkan oleh ayam petelur adalah 21-25ºC dengan kelembaban 50- 60 % (Kartasudjana dan Edjeng, 2006).
Selain itu, suhu kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan ayam petelur menjadi kurang nyaman atau stress dan dikhawatirkan akan menurunkan produktivitas dan kualitas telur yang dihasilkan. Produksi ayam dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain bangsa dan strain ayam yang digunakan, kondisi lingkungan di kandang, dan manajemen pakan (Bell dan Weaver, 2002).
Gambar 1 Perbandingan Produksi Telur ayam umur 26-28 minggu
Gambar 2 Perbandingan Hen Day Production ayam umur 26-28 minggu
Deplesi (%)
Deplesi populasi pada ayam petelur terjadi karena kematian dan pengafkiran (culling) yang menyebabkan penyusutan jumlah pada ternak ayam. Kematian pada ayam petelur terjadi karena sakit atau kondisi lingkungan yang tidak bersahabat. Sedangkan pengafkiran terjadi karena pertimbangan resiko ekonomi dan gangguan pertumbuhan. Selama penelitian, ayam yang mati hanya 1 ekor artinya rata-rata deplesi yaitu 0,06%. Standar kematian ayam Lohmann Brown umur 26-28 minggu berkisar 0,4% (Anonim, 2013). Kematian ayam yang rendah berarti angka prevalensi terhadap penyakit yang rendah (Prayitno dan Sugiharto, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa deplesi yang dialami ayam lohmann brown dengan kapasitas 1.500 ekor ayam umur 26-28 minggu yaitu 0,06%. Artinya selama kegiatan penelitian dilaksanakan, ayam yang mati hanya 1 ekor saja dan untuk ayam afkir tidak ada.
Nilai tersebut memenuhi standar kematian ayam lohmann brown pada umur 26-28 minggu berkisar 0,4% (Anonim, 2013). Menurut Hardini (2003) bahwa angka kematian merupakan faktor penting dalam mengukur keberhasilan managemen pemeliharaan. Perawati (2003) menambahkan bahwa standar kematian ayam selama periode yaitu 5%. Kusandi (2006) menambahkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi angka deplesi diantaranya adalah sanitasi kandang dan peralatan, kebersihan lingkungan serta penyakit. Risnajati (2012) menyatakan bahwa menjalankan manajemen yang baik akan menekan angka kematian, selain itu pemberian vaksin maupun obat-obatan harus sesuai dosis yang dibutuhkan. Fatafta (2007) menambahkan bahwa yang perlu diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum, melakukan vaksinasi teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam sehat.
Grade Telur
Grading pada peternakan ayam petelur dilakukan untuk pengklasifikasian sesuatu pada skala kualitas, peringkat, ukuran, perkembangan, dan sebagainya. Ayam petelur dengan ukuran yang besar akan bertelur dengan ukuran besar sedangkan ayam yang kecil akan bertelur dengan ukuran kecil (Romanoff, 1963). Hasil penelitian dalam menentukan grade telur ayam lohmann brown umur 26 minggu-28 minggu dengan cara menimbang berat telur menggunakan timbangan dapat dilihat pada (tabel 4) berikut.
Tabel 4. Grade Telur ayam Lohmann Brown umur 26-28 minggu
Indikator |
Tray |
Butir |
Persen (%) |
G1 |
124,5 |
3.735 |
15,0% |
G2 |
383 |
11.490 |
45,8% |
G3 |
327,5 |
9.825 |
39,2% |
Total |
385 |
25.050 |
100% |
Keterangan:
1. Telur dengan ukuran paling besar (G1) berat 56-60 gr
2. Telur dengan ukuran sedang (G2) berat 51-55 gr
3. Telur dengan ukuran paling kecil (G3) berat 45-50 gr
Hasil penelitian menunjukan bahwa telur yang dihasilkan pada grade G1 sebesar 124,5 krat, telur yang dihasilkan grade G2 sebesar 383 krat dan telur yang dihasilkan grade G3 sebesar 327,5 krat. Sedangkan jika dihitung berdasarkan butir, telur yang dihasilkan grade G1 sebesar 3.735 butir (15%), telur yang dihasilkan grade G2 sebesar 11.490 butir (45,8%) dan telur yang dihasilkan G3 grade sebesar 9.825 butir (39,2%).
Dari ketiga grade tersebut, telur yang paling banyak dihasilkan yaitu pada G2 (telur dengan ukuran sedang). Hal ini masih umum terjadi, karena telur yang paling banyak dihasilkan tidak berukuran kecil. Menurut Stewart dan Abbott (1972) berat telur ayam menjadi 6 golongan, yaitu jumbo dengan berat lebih dari 65 gram, extra large 60 gram sampai 65 gram, large 55 gram sampai 60 gram, medium 50 gram sampai dengan 55 gram, small 45 gram sampai 50 gram, dan peewee dibawah 45 gram. Berat telur erat kaitannya dengan besar telur. Semakin berat telur semakin besar telur dan ini menentukan kualitas telur. Menurut Sastrawan at al. (2020) pemberian suplementasi komplek asam amino, mineral, dan vitamin dapat meningkatkan berat jenis telur. Hal ini dikarenakan kandungan di dalam asam amino lisin dan metionin memiliki dampak positif terhadap kerabang telur, yang dimana semakin tebal kulit telur yang diperoleh maka akan semakin meningkat berat jenis telurnya.
Menurut Purnamayana et al., (2020) pemberian suplementasi campuran mikro-nutrien level 5 gr dan 10 gr dalam 10 liter air melalui air minum dapat meningkatkan berat telur, persentase putih telur, persentase kulit telur, tebal kulit telur dan berat jenis telur serta menurunkan persentase kuning telur ayam. Standar berat telur yang normal dalam pemasaran adalah 56,7gram (Jull. 1952). Tetapi jika ayam sedang berada dipuncak produksinya yaitu umur 30 keatas, maka telur yang dihasilkan akan besar. Menurut North dan Bell (1990) jumlah telur yang dihasilkan selama fase produksi sangat ditentukan oleh perlakuan yang diterima termasuk pada fase starter dan grower khususnya nilai gizi pakan yang diberikan. Sarwono (1994) menyatakan bahwa bobot telur dan ukuran telur berbeda-beda, akan tetapi antara berat dan ukuran telur saling berhubungan. Produktivitas ayam petelur dapat ditingkatkan diantaranya dengan memperbaiki manajemen pemeliharaan, pakan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit.
Analisa Pendapatan
Pendapatan Bersih
Pendapatan pada peternakan ayam petelur meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi komoditas secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Rahim et al. (2007) menyatakan bahwa pendapatan bersih adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Hasil dari pendapatan bersih dalam pemeliharaan ayam layer kapasitas 1500 ekor di UD. Arcana Poultry umur 26 minggu-28 minggu dapat dilihat pada tabel 5. dibawah ini.
Tabel 5. Pendapatan Bersih Pemeliharaan 1.500 ekor ayam Lohmann Brown umur 2628 minggu
NO |
Indikator |
Biaya (Rp) |
1 |
Penerimaan Usaha |
1.407.040 |
2 |
Biaya Variabel |
1.095.175 |
3 |
Biaya Tetap |
180.747 |
4 |
Total Biaya |
1.275.922 |
5 |
Pendapatan Bersih per hari |
131.118 |
keterangan: pendapatan bersih selama 1 hari |
Pendapatan bersih yang diterima oleh peternak selama 1 hari yaitu sebesar Rp. 131.118,-, dengan biaya variabel sebesar Rp. 1.095.175,-, biaya tetap sebesar Rp. 180.747,-, total biaya sebesar Rp. 1.275.922,-, dan penerimaan usaha sebesar Rp. 1.407.040-. Penerimaan tersebut berasal dari penerimaan penjualan telur dan penerimaan penjualan karung pakan serta penjualan kotoran ayam. Dari hasil tersebut, usaha ini menguntungkan dan layak diusahakan.
R/C Ratio dan BEP
Kelayakan suatu usaha dapat diketahui dengan menggunakan analisis Revenue cost ratio (R/C ratio) dimana suatu usaha yang akan dilaksanakan dinilai dapat memberikan keuntungan atau layak jika dilakukan analisis kelayakan usaha. Analisis BEP pada ayam petelur terbagi menjadi 3 yaitu BEP Butir, BEP harga dan BEP Penjualan. Hasil R/C Ratio dan BEP ayam lohmann brown umur 26 minggu-28 minggu dapat dilihat pada tabel 6. dibawah ini.
Tabel 6. R/C Ratio dan BEP Pemeliharaan 1.500 ekor ayam Lohmann Brown umur 2628 minggu
No |
Indikator |
Jumlah |
1 |
R/C Ratio |
1,10 |
2 |
BEP Unit (butir) |
746 |
3 |
BEP Harga (Rp/butir) |
1.018 |
4 |
BEP Penjualan (Rp) |
832.536 |
Keterangan: R/C Ratio dan BEP selama 1 hari |
Indikator yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha peternakan ayam lohmann brown umur 26 minggu-28 minggu adalah melalui analisis return cost ratio (R/C ratio). Hasil analisis R/C ratio menunjukkan nilai 1,10 (lampiran 9) yang artinya setiap satu rupiah biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 1.10,-. Jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu maka dapat dikatakan menguntungkan (efisien) namun jika nilai R/C ratio kurang dari satu maka usaha ternak tersebut dapat
dikatakan mengalami kerugian (Soekartawi, 2003). Nilai R/C Ratio pada Arcana Poultry lebih dari satu, artinya usaha ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
BEP Unit (butir) perhari yaitu sebesar 746 butir, BEP Harga (Rp/butir) perhari yaitu sebesar Rp. 1.018,-/butir dan BEP Penjualan (Rp) per hari yaitu sebesar Rp. 832.536,- .
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
-
1. Performa produksi ayam lohmann brown umur 26-28 minggu dengan sistem open house masih dibawah standar, ditunjukkan dengan produksi telur sebesar 25.050 butir dengan grade pada G1 sebesar 15%, grade pada G2 sebesar 45,8% dan grade pada G3 sebesar 39,2%, hen day production sebesar 83,5% dan deplesi sebesar 0,06%.
-
2. Pendapatan bersih pemeliharaan 1500 ekor ayam petelur umur 26 – 28 minggu sebesar Rp. 131.118,- / hari
-
3. Pemeliharaan 1500 ekor ayam petelur pada penelitian ini mendapatkan R/C Ratio sebesar 1,10
-
4. Break event point (BEP) harga telur untuk pemeliharaan 1500 ekor ayam petelur pada penelitian ini Rp. 1.018/butir.
Saran
Usaha Peternakan UD. Arcana Poultry kiranya dapat meningkatkan jumlah ternak karena setelah dilakukan perhitungan analisis ekonomi, usaha ini layak untuk dijalankan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng.,IPU. selaku Rektor Universitas Udayana dan Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, M.S selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Management Guide Cage Housing Lohman Brown Classic. Lohmann Tierzucht, Germany.
Bell, D. D. & Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5 thEd. Springer Science Bussines Media, Inc. Springg Street, New York.
Darsono.2008. Metodologi Riset Agribisnis Buku II Metode Analisis Data. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana UPN. Veteran. Surabaya.
Dharmayanti, M.R., I G.N.G.Bidura, I A. P. Utami. 2019. Pengaruh Ekstrak Air Daun Kunyit (Urcuma Domestica Val.) Melalui Air Minum Terhadap Kualitas Fisik Telur Ayam Lohmann Brown. Jurnal Peternakan Tropika. Vol. 7 No. 1 Hal : 253-268.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/47657/28536
Halim, dkk. 2007. Tatalaksana Pemeliharaan dan Analisis Usaha Peternakan Rakyat Ayam Ras Petelur Fase Layer. Jurnal Agrisistem. Vol 3 No. 1.
Hardini, S.Y. 2003. Peningkatan Bobot Badan Ayam Merawang yang dipelihara Bersama Ayam Broiler dengan Memperhatikan Perilaku Makannya. Fmipa Universitas Terbuka.
Hastuti, D., R. Prabowo, dan A. A. Syihabudin. 2018. Tingkat Hen Day Production (HDP) Dan Break Event Point (BEP) Usaha Ayam Ras Petelur (Gallus Sp). Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Univesitas Wahid Hasyim. Semarang. Maulana.
Indriani, R., NLPI. Dharmayanti, & RMA. Adjid. 2011. Tingkat proteksi beberapa vaksin avian influenza unggas terhadap infeksi virus isolat lapang A/ck/WJ/SmiPart/2006 dan A/ck/WJ/Smi-Mae/2008. JITV.16 (2):158-166.
North, MO and DD. Bell. 1990. Comercial Chiken Production Manual. The AVI Publishing Company, inc. New York.
Petrawati. 2003. Pengaruh Unsur Mikro Kandang Terhadap Jumlah Konsumsi Pakan dan Bobot Badan Ayam Broiler di Dua Ketinggian Tempat Berbeda. Fmipa. Institut Pertanian..Bogor.
Pratama, I. B. B., I,W. Sukanata, .R. T. Putri. 2019. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Secara Intensif. Jurnal Peternakan Tropika. Vol. 7 No. 2 Hal : 522-533. https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/49867/29654
Prayitno. D.S. dan Sugiharto. 2015. Kesejahteraan dan Metode Penelitian Tingkah Laku Unggas. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Rahim. Abd. Dan Hastuti. DRW. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta : Penebar Swadaya
Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. Jhon Wiley and Sons, New York.
Sarwono B. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sediaoutama A. D. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid 1. Dian Rakyat. Jakarta.
Soekartawi, A. 2006. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia, Jakatra
Sudiana. 2020. Analisa Performance dan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur yang Diberikan Suplemen Melalui Air Minum. Jurnal Peternakan Tropika. Vol. 8 No. 1 Hal: 141. -155. https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/60473/35005
Stewart, G.F. dan J.C. Abbott. 1972. Marketing Eggs and Poultry. Food and Agriculture
Tarigan, Y.K.P., I G. N. G. Bidura dan D. P. M. A. Candrawati. 2019. Pengaruh Ekstrak Air Daun Kelor (Moringa Oleifera) Fermentasi Melalui Air Minum Terhadap Kualitas Fisik Telur Ayam Lohmann Brown Umur 80 Minggu. Jurnal Peternakan Tropika. Vol. 7 No. 2 Hal :922–933.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/52489/30980
Uman. 2014. Penampilan Produksi Ayam Pedaging yang di Pelihara pada Sistem Lantai Kandang Panggung dan Kandang Bertingkat. Fak Peternakan. Universitas Brawijaya Press, Malang.
Wahyu, J., 1992. Ilmu Nutrisi Unggas, Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Widiastra, Km., I W. Sukanata dan B.R.T. Putri. 2019. Kelayakan Finansial Usaha Pternakan Ayam Ras Petelur Isa Brown. Jurnal Peternakan Tropika. Vol. 7 No. 1 Hal: 113-123. https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/46523/28076
Wiharto. 1986. Petunjuk Beternak Ayam. Cetakan ke 3. Malang: Universitas Bawijaya Press
Simbolon, M. Y., et al., J. Peternakan Tropika Vol. 10 No. 1 Th. 2022 : 68-82
Page 82
Discussion and feedback