Analytic Entrepreneurial Spirit of Udayana University Student
on

e-journal
FAPET UNUD
e-Journal

Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: peternakantropika@yahoo.com
Submitted Date: May 20, 2019 Accepted Date: Juny 16, 2019
Editor-Reviewer Article;: I M. Mudita & Dsk P. M. A. Candrawati
Analisis Jiwa Wirausaha Mahasiswa di Universitas Udayana
Rofiah, A. C., B. R. T. Putri., N. W. T. Inggriati
Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar Email: armirofiah@gmail.com. Hp. 087835543266
ABSTRAK
Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan banyaknya pengangguran merupakan masalah klasik di negara berkembang termasuk di Indonesia, jumlah penganggurannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2013-2016 jumlah angkatan kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan atau pengangguran terbuka di Provinsi Bali mengalami peningkatan dari 41.820 (0,9 %) orang menjadi 46.484 (1,1%) orang dari total jumlah penduduk di Bali yaitu 4,2 juta orang. Pengangguran di Indonesia terjadi di semua jenjang pendidikan termasuk sarjana. Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa angka sarjana yang menganggur di Indonesia dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa lulusan perguruan tinggi masih berorientasi sebagai pencari kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan mata kuliah kewirasuahaan dalam membentuk jiwa wirausaha mahasiswa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan metode kualitatif dan kuantitatif, dengan total sampel 60 orang mahasiswa dari 13 fakultas di Universitas Udayana. Sumber data menggunakan data primer yaitu wawancara langsung. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan dan praktek memiliki jiwa wirausaha yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan saja dan mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan dengan indikator rasa percaya diri (100%), inovatif (70%), kreatif (90%), dan jiwa kepemimpinan (95%). Mahasiswa yang diberikan mata kuliah kewirausahaan dan praktek nyata memiliki jiwa wirausaha yang lebih tinggi (koef 0,999) dibandingkan mahasiswa yang diberikan mata kuliah kewirausahaan saja (koef 0,750) dan tidak diberikan mata kuliah kewirausahaan (koef 0,691).
Kata kunci: jiwa wirausaha, kewira usahaan, mahasiswa, pengangguran
Analytic Entrepreneurial Spirit of Udayana University Student
ABSTRACT
The high level of population growth and many of unemployed is a classic problem in developing countries, including in Indonesia, the number of unemployed increased every year. In 2013 until 2016 the number of working generation who didn’t have jobs or open unemployment in Bali increased from 41,820 people (0,9%) to 46,484 people (1,1%) than total population in Bali (4,2 million people). Unemployment in Indonesia occurs at all level of education including undergraduate degrees. The Central of Statistics showed that undergraduate numbers unemployed in Indonesia in the past three years was increase. Based

on data, show that college graduates still oriented as job seekers. The purpose of this study to know role of entrepreneurship deliver the spirit student entrepreneurship. The research design is using survey research with qualitative and quantitative methods, with a total sample 60 students from 13 faculties at Udayana University. The data source uses primary data, that is direct interviews. This study uses descriptive analysis and factor analysis. The research result show that students who get entrepreneurship course and practice have a higher entrepreneurial spirit than students who get entrepreneurship course only and students who don’t get entrepreneurship courses with indicators of self-confidence (100%), innovative (70%), creative (90%), and leadership spirit (95%). Students who are given entrepreneurship and practicum course have a higher in entrepreneurial spirit (koef 0,999) than students who are given entrepreneurship course only (koef 0,750) and who don’t give entrepreneurship course (koef 0,691).
Keywords: entrepreneurial spirit, entrepreneurship, students, unemployment
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan banyaknya pengangguran telah menjadi masalah klasik dinegara berkembang, demikian pula yang terjadi di Indonesia, jumlah penganggurannya dari tahun-ke tahun mengalami peningkatan. Pada Agustus 2016 jumlah pengangguran sebanyak 7,03 juta orang, pada bulan Agustus 2017 mengalami peningkatan sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang (BPS, 2017). Banyaknya pengganguran di Indonesia disebabkan oleh peningkatan jumlah angkatan kerja setiap tahunnya yang menyebabkan peluang mendapatkan pekerjaan menjadi berkurang (Fadlilah, 2015).
Pada tahun 2013-2016 jumlah angkatan kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan atau pengangguran terbuka di Provinsi Bali mengalami peningkatan dari 41.820 (0,9 %) orang menjadi 46.484 (1,1%) orang dari total jumlah penduduk di Bali yaitu 4,2 juta orang. Angka ini meningkat dalam rentang waktu yang cukup singkat yaitu 3 tahun. Angka pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 47.210 orang kemudian menurun di tahun 2016 (BPS, 2017).
Saat ini di Indonesia terdapat sebanyak 128,06 juta orang angkatan kerja, sebanyak 121,02 juta orang merupakan penduduk bekerja dan 7,04 juta orang pengangguran. Berdasarkan pendidikan, tingkat pengangguran terbuka terendah berada di jenjang pendidikan sekolah dasar kebawah yakni 3,54%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 5,36%, Sekolah Menengah Atas (SMA) Sebesar 7,03%. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 9,27%. Diploma III (D3) sebesar 6,35%, dan perguruan tinggi (universitas) sebesar 4,98%. (BPS, 2017).
Meskipun jumlah pengangguran tingkat sarjana lebih kecil daripada jumlah pengangguran lulusan SMP, dan SMA, namun data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa angka sarjana yang menganggur di Indonesia dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada bulan Pebruari 2014 jumlah pengangguran tingkat sarjana mencapai 398 ribu jiwa, di bulan Februari 2015 mengalami kenaikan mencapi 565 ribu jiwa dan pada tahun 2016 meningkat 20% menjadi 695 ribu jiwa (BPS, 2017).
Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa lulusan perguruan tinggi masih berorientasi sebagai pencari kerja dan bukan sebagai penyedia lapangan kerja. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya penanaman jiwa wirausaha melalui pemberian matakuliah kewirausahaan di Universitas, serta berbagai pelatihan maupun lomba yang bertujuan untuk meningkatkan jiwa wirausaha mahasiswa. Setelah menamatkan studinya, diharapkan mahasiswa mempunyai bekal yang cukup untuk memulai usaha sehingga mampu mengurangi jumlah pengangguran.
Selain berwirausaha dapat mengurangi pengangguran, lulusan universitas dapat bersaing di dunia kerja. Berkembang dan tidaknya dunia usaha tergantung seberapa hebat para pengelola usaha. Dalam hal ini adalah mahasiswa mengelola usahanya agar mencapai kesuksesan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Meredith (1998) bahwa wirausaha adalah orang yang memiliki kemampuan melihat dan mengevaluasi peluang-peluang bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan secara tepat untuk meraih kesuksesan.
Saat ini pemerintah Indonesia dan pihak swasta berupaya meningkatkan jumlah wirausaha dari kalangan generasi muda, salah satunya dengan menyelenggarakan kompetisi dan memberikan hibah kewirausahaan melalui banyak program, seperti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan, Mahasiswa Wirausaha Mandiri, dan Program Mahasiswa Wirausaha. Hal ini bertujuan memberi peluang bagi para mahasiswa untuk berkompetisi untuk memperoleh modal, yang nantinya akan dapat dijadikan sebagai modal awal mereka dalam menjalankan sebuah usaha. Matakuliah kewirausahaan berperan dalam menumbuhkan minat berwirausaha mahasiswa yang bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis kepada para mahasiswa dari para pelaku dunia usaha, baik skala kecil, menengah, maupun besar.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 17 persen lulusan perguruan tinggi yang tertarik menjadi wirausahawan (BPS, 2012). Lulusan sarjana lebih memilih hidup aman dan nyaman dengan mencari kerja. Sadar akan pentingnya kewirausahaan, maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik ini untuk diteliti.
Di Universitas Udayana, sebanyak 11 fakultas menerapkan Kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib, namun masih terdapat 2 fakultas yang belum memiliki matakuliah Kewirausahaan. Dari 11 fakultas yang memiliki matakuliah Kewirausahaan, sebanyak 10 fakultas hanya memberikan teori tentang kewirausahaan saja, dan sebanyak 3 fakultas memberikan teori disertai praktek. Hal ini akan kemungkinan dapat mempengaruhi jiwa wirausaha mahasiswa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengkaji tentang jiwa wirausaha mahasiswa di Universitas Udayana yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan dan yang tidak, serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jiwa wirausaha, sehingga dapat diketahui peranan matakuliah kewirausahaan dalam membentuk jiwa wirausaha mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan mata kuliah kewirasuahaan dalam membentuk jiwa wirausaha mahasiswa
MATERI DAN METODE
Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Sedangkan metode kuantitatif adalah metode pengukuran yang menekankan pada aspek pengukuran secara objektif terhadap fenomena sosial. Data kuantitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk angka–angka, dan penelitian ini dibantu dengan kuesioner.
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di kampus Universitas Udayana, Denpasar dan kampus Universitas Udayana, Jimbaran, Bali dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling, dengan kreteria: a) Universitas Udayana sebagai perguruan tinggi terbesar di Bali; b) Universitas Udayana memiliki mahasiswa terbanyak di Bali; c) Universitas Udayana memiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Populasi dan sampel penelitian
Populasi yang menjadi perhatian penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Udayana, sedangkan sasarannya adalah mahasiswa semester VII, karena mahasiswa yang berasal dari seluruh Fakultas yang memiliki matakuliah kewirausahaan telah menerima kuliahnya. Responden mahasiswa ditentukan menggunakan metode stratified random sampling.
Mahasiswa dikelompokkan terlebih dahulu menjadi tiga strata, yaitu: 1) Mahasiswa yang berasal dari Fakultas yang tidak memiliki Matakuliah Kewirausahaan; 2) Mahasiswa yang berasal dari Fakultas yang memiliki Matakuliah Kewirausahaan; 3) Mahasiswa yang berasal dari Fakultas yang memiliki Matakuliah Kewirausahaan dengan praktik. Sebanyak 60 orang sampel diambil secara acak dari masing-masing strata.
Definisi operasional penelitian
Definisi operasional penelitian merupakan penjelasan variabel yang dapat dioperasikan langsung sesuai dengan maksud penelitian untuk dapat diamati dan diukur. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
-
1. Jiwa wirausaha adalah bakat seseorang untuk mengenal, menemukan, menyusun, mengatur permodalan dan memasarkan produk baru sebagai sumber penghasilan.
-
2. Karakteristik wirausaha adalah sifat atau tingkah laku khas wirausahawan yang membedakan dengan orang lain.
-
3. Karakteristik responden adalah umur, latar belakang pendidikan di SMA, pendidikan kewirausahaan di dalam kampus dan pendidikan kewirausahaan di luar kampus.
-
4. Mahasiswa adalah individu yang sedang menempuh studi di semester VII Universitas Udayana.
-
5. Faktor – faktor jiwa wirausaha adalah keadaan yang mempengaruhi karakteristik wirausaha mahasiswa.
Jenis dan sumber data
Jenis data
Menurut sifatnya, data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
-
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif meliputi karakteristik responden yaitu umur responden.
-
2. Data kualitatif
Data kualitatif meliputi: 1) karakteristik responden, antara lain: latar belakang pendidikan di SMA, mata kuliah kewirausahaan, praktikum Kewirausahaan; 2) jiwa wirausaha, antara lain: percaya diri, inovatif, kreatif, dan jiwa kepemimpinan; 3) faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha, antara lain: keluarga, pendidikan perkuliahan, teman bergaul.
Sumber data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain:
-
1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung di responden dengan bantuan kuesioner dan wawancara langsung.
-
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi dan literatur dari berbagai instansi terkait yang relevan dengan penelitian ini.
Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator variabel yang telah disusun sesuai dengan arah penelitian. Pengukuran dilakukan terhadap beberapa variabel sebagai berikut:
-
1. Karakteristik responden
Variabel karakteristik responden diukur berdasarkan indikator dan parameter variabel seperti terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan telaah pustaka, terdapat 4 indikator dan 9 parameter.
Tabel 1 Indikator dan parameter karakteristik responden
Variabel |
Indikator Parameter |
Karakteristik 1. Responden |
Umur Umur responden saat penelitian dilakukan (tahun) 1. SMA IPA |
2. |
Latar belakang pendidikan di 2. SMA IPS SLTA 3. Kejuruan 1. Ada mata kuliah kewirausahaan |
3. |
Pendidikan kewirausahaan di 2. Ada mata kuliah kewirausahaan dan dalam kampus praktikum 3. Tidak ada mata kuliah kewirausahaan 1. pernah |
4. |
Pendidikan kewirasuahaan 2. tidak pernah diluar kampus |
-
2. Jiwa wirausaha
Variabel jiwa wirausaha diukur berdasarkan indikator dan parameter variabel seperti terlihat pada Tabel 2. Berdasarkan telaah pustaka, terdapat 4 indikator dan 11 parameter.
Tabel 2 Indikator dan parameter jiwa wirausaha
Variabel |
Indikator |
Parameter |
Jiwa |
1. Percaya diri 1. |
Berani menyampaikan ide dalam forum diskusi |
Wirausaha |
2. |
Berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok |
3. |
Berani berkomunikasi dengan teman baru | |
1. |
Dihasilkannya berbagai proposal tentang karya | |
2. Inovatif |
inovatif. | |
2. |
Pemenangan hibah yang berkaitan dengan karya | |
inovatif | ||
3. |
Dihasilkannya karya – karya inovatif dikalangan | |
mahasiswa. | ||
1. |
Dihasilkan produk produk baru dari inovasi | |
3. Kreatif 2. |
Menjual produk yang unik dan digemari mahasiswa | |
3. |
Pengemasan hasil praktik yang menarik | |
1. |
Mampu mengkoordinir teman dalam satu kelompok | |
2. |
Dapat berkomunikasi dengan baik kepada teman dan | |
4. Jiwa |
guru | |
kepemimpin 3. |
Menanggapi kritik dan saran dari orang lain | |
an |
-
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha
Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha diukur berdasarkan indikator dan parameter variabel seperti terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan telaah pustaka, terdapat 3 indikator dan 13 parameter.
Tabel 3 Indikator dan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha
Variabel |
Indikator Parameter |
Faktor – faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha |
|
Instrumen penelitian
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian harus memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi untuk memperoleh data atau informasi yang relevan. Instrumen atau alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang terstruktur, dilengkapi dengan pertanyaan tertutup dan terbuka.
Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara menggunakan kuesioner tertutup yang dilengkapi dengan pertanyaan terbuka, wawancara mendalam, dan observasi. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan menggunakan pedoman wawancara (kuesioner/daftar pertanyaan). Pengolahan dan analisis data
Uji analisis deskriptif
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu. Penelitiannya hanya menjelaskan, memaparkan, dan menggambarkan secara objektif data yang diperoleh. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data yang sudah terkumpul untuk memperoleh jawaban dari masalah. Langkah-langkah analisis data dalam metode deskriptif adalah sebagai berikut: a. Mean
Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut (Sugiyono, 2010).
-
b. Median (Me)
Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya dari yang terbesar sampai yang terkecil (Sugiyono, 2010).
-
c. Modus (Mo)
Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang sedang populer (yang sedang menjadi mode) atau nilai yang sering muncul dalam kelompok tersebut.
Uji analisis faktor
Dalam uji analisis faktor data bersifat kualitatif, Menurut Sukmadinata (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, presepsi, dan orang secara individual maupun kelompok. Penelitian deskriptif bertujuan mendefinisikan suatu keadaan atau fenomena secara apa adanya. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena analisis datanya berupa kata-kata tertulis atau lisan dan mempertimbangkan pendapat orang lain (presscom).
Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan program SPSS melalui metode analisis rank sperman. Analisis rank sperman adalah korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif jika masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jiwa wirausaha mahasiswa
Pengamatan terhadap jiwa wirausaha mahasiswa ini dilakukan pada 60 orang mahasiswa semester VII yang sedang menempuh pendidikan kuliah di Universitas Udayana. Jiwa wirausaha mahasiswa terdiri dari percaya diri, inovatif, kreatif, dan jiwa kepemimpinan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa rata-rata skor tertinggi adalah indikator percaya diri dengan skor 10.02, sedangkan rata-rata terendah pada indikator kreatif dengan skor 6.07. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik jiwa wirausaha mahasiswa
Percaya diri |
Inovatif |
Kreatif |
Kepemimpinan | |
Mean |
10.02 |
7.02 |
6.07 |
7.27 |
Median |
10.00 |
6.00 |
6.00 |
7.00 |
Mode |
12 |
6 |
9 |
7 |
Minimum |
5 |
4 |
3 |
4 |
Maksimum |
12 |
12 |
9 |
9 |
Jumlah |
601 |
421 |
364 |
436 |
Berdasarkan tabel 4 dari hasil kuisoner yang diberikan kepada 60 sampel didapatkan rata-rata skor tertinggi adalah indikator percaya diri (10,02), sedangkan rata-rata terendah pada indikator kreatif yaitu 6,07. Nilai tengah dari masing-masing indikator percaya diri 10,00; inovatif 6,00; kreatif 6,00; dan kepemimpinan 7,00. Modus atau nilai yang sering muncul yaitu 12 pada indikator percaya diri, 6 pada indikator inovatif, 9 pada indikator kreatif
dan 7 pada indikator kepemimpinan. Nilai minimum dan maksimum dari pengisian kuisioner untuk indikator percaya diri adalah 5 dan 12, indikator inovatif 4 dan 12, indikator kreatif adalah 3 dan 9, indikator kepemimpinan adalah 4 dan 7. Total skor masing-masing indikator yaitu untuk percaya diri 601; inovatif 421; kreatif 364; dan keemimpinan 436.
Tabel 5. Distribusi responden menurut karakteristik jiwa wirausaha mahasiswa Kelompok fakultas Total
Jiwa wirausaha KWU KWUP TDKWU
n |
% |
n |
% |
n |
% |
n |
% | |
Percaya diri Rendah |
2 |
10% |
0 |
0% |
7 |
35% |
9 |
15% |
Tinggi Inovatif |
18 |
90% |
20 |
100% |
13 |
65% |
51 |
85% |
Rendah |
12 |
60% |
6 |
30% |
19 |
95% |
37 |
61,7% |
Tinggi |
8 |
40% |
14 |
70% |
1 |
5% |
23 |
38,3% |
Kreatif Rendah |
11 |
55% |
2 |
10% |
16 |
80% |
29 |
48,3% |
Tinggi |
9 |
45% |
18 |
90% |
4 |
20% |
31 |
51,7% |
Kepemimpinan Rendah |
1 |
5% |
1 |
5% |
4 |
20% |
6 |
10% |
Tinggi |
19 |
95% |
19 |
95% |
16 |
80% |
54 |
90% |
Keterangan: n: Jumlah %: Persentase
KWUP: Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan dengan praktek
KWU: Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirasuahaan saja
TKWU: Mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan
Berdasarkan tabel 5 dari hasil kuisoner yang diberikan kepada 60 sampel didapatkan hasil jiwa wirausaha pada indikator percaya diri untuk kelompok mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan dan praktek memiliki katagori tinggi yaitu 20 siswa (100%), sedangkan untuk kelompok mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan saja memiliki jumlah lebih kecil yaitu 18 siswa (90%), dan untuk mahasiswa yang tidak mendapatkan kewirausahaan memiliki katagori tinggi hanya 13 siswa (65%). Untuk indikator inovatif 14 siswa (70%) mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan dan praktek memiliki katagori tinggi, sedangkan untuk mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan saja dan mahasiswa yang tidak mendapatkan kewirausahaan memiliki jumlah yang lebih kecil masing-masing yaitu 8 siswa (40%) dan 1 siswa (5%). Jiwa wirausaha pada indikator kreatif untuk kelompok mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan dan praktek memiliki katagori yang tinggi yaitu 18 siswa (90%), untuk kelompok mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan saja memiliki jumlah yang lebih kecil yaitu 9 siswa (45%), dan jiwa wirausaha pada indikator kreatif untuk mahasiswa yang tidak mendapatkan kewirausahaan 4 siswa (20%) yang memiliki katagori yang tinggi. Untuk indikator kepemimpinan jumlah mahasiswa yang mendapatkan
kewirausahaan beserta praktek dan mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan saja 19 siswa (95%) diantaranya memiliki katagori tinggi, sedangkan bagi mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan saja dan mahasiswa tidak mendapatkan kewirausahaan yang memiliki katagori tinggi 16 siswa (80%).
Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha mahasiswa
Pengamatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha mahasiswa dilakukan pada 60 orang mahasiswa semester VII yang sedang menempuh pendidikan kuliah di Universitas Udayana. Dilakukan Uji Rank Spearman pada SPSS untuk menilai hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha pada kelompok mata kuliah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan diantara ketiga kelompok tersebut.
Tabel 6 faktor-faktor yang mempegaruhi jiwa wirausaha mahasiswa | ||
Faktor-faktor jiwa KWUP wirausaha |
KWU |
TKWU |
Koef spearman .999** |
.740* |
.691* |
p-value .000 |
.045 |
.017 |
Keterangan: * = Korelasi signifikan pada α = 0.05 ** = Korelasi signifikan pada α = 0.01 KWUP = Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan dengan praktek KWU = Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirasuahaan saja TKWU = Mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan |
Pembahasan
Jiwa wirausaha mahasiswa
Jiwa wirausaha didefinisikan sebagai kepandaian maupun bakat untuk mengenal, menemukan, menyusun operasi pengadaan, mengatur permodalan dan memasarkan produk baru sebagai sumber tenaga untuk mendapatkan keuntungan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha seseorang yang menentukan sukses dan tidaknya dalam berwirausaha, seorang wirausaha juga memiliki karakteristik yang menggambarkan sikap positif dan nilai-nilai yang dianut oleh seorang wirausaha.
Mahasiswa sebagai agent of change memiliki peranan penting dalam menyalurkan ide-ide dan terobosan terbaru di bidang wirausaha. Pengembangan di bidang wirausaha sangat diperlukan bagi pelaku usaha khususnya di era digital seperti saat ini. Tanpa adanya pengembangan dan ide-ide baru sulit untuk bersaing dengan wirausaha lainnya. Dari hasil penelitian didapatkan gambaran karakteristik jiwa wirausaha di Universitas Udayana berdasarkan mata kuliah kewirausahaan yang didapatkan oleh mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha pada kelompok mahasiswa. Hasil ini dapat menggambarkan tujuan penelitian. Percaya diri
Kepercayaan diri merupakan sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan/situasi yang dihadapinya. Percaya diri dalam menentukan sesuatu, percaya diri dalam menjalankan sesuatu, percaya diri bahwa kita dapat mengatasi berbagai resiko yang dihadapi merupakan faktor yang mendasar yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha merasa yakin bahwa apa-apa yang diperbuat akan berhasil walaupun akan menghadapi berbagai rintangan. (Basrowi, 2011)
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rasa percaya diri mahasiswa universitas udayana dengan jumlah responden 60 mahasiswa masuk dalam katogori mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi sebanyak 20 siswa (100%) dengan mata kuliah kewirausahaan dan praktek; 18 siswa (90%) yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan saja; dan 13 siswa (65%) yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan. Sedangkan untuk katagori rendah sebanyak 2 siswa (10%) dengan mata kuliah kewirausahaan saja; dan 7 siswa (35%) yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan (Tabel 5). Hal ini tentunya menggambarkan bahwa sebagian besar responden dengan mata kuliah kewirausahaan baik yang diberikan praktikum atau yang tidak mendapatkan praktikum memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hasil penelitin ini sesuai dengan penelitian oleh Walipah (2016) yang menyatakan bahwa rasa percaya diri (perceived confidence) mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap jiwa kewirausahaan. Penelitian lain oleh Gurbuz & Aykol (2008) dan Tjahjono & Ardi (2010) juga menunjukkan hasil yang serupa bahwa rasa percaya diri berpengaruh positif terhadap jiwa wirausaha. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizal pada mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura dengan hasil 13 orang mahasiswa atau 9,3% mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, sedangkan 125 orang atau 90,6% memiliki rasa percaya diri yang sedang. Perbedaan hasil ini bisa saja dipengaruhi oleh krakteristik responden di suatu universitas.
Inovatif
Inovatif berarti berarti mampu melakukan sesuatu yang baru yang belum dilakukan banyak orang sebagai nilai tambah keunggulan bersaing. Seorang wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara – cara baru yang lebih baik, hal ini sangat penting dimiliki oleh seorang wirausaha (Wirasasmita, 2003).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswa dengan jumlah responden 60 memiliki jiwa inovatif yang tinggi sebanyak 14 siswa (70%) dengan mata kuliah kewirausahaan dan praktek; 8 siswa (40%) yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan saja; dan 1 siswa (5%) yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan. Sedangkan untuk katagori rendah sebanyak 6 siswa (30%) dengan mata kuliah kewirausahaan dan praktek; 12
siswa (60%) dengan mata kuliah kewirausahaan saja; dan 19 siswa (95%) yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan (Tabel 5). Hasil penelitin ini sesuai dengan penelitian oleh Walipah (2016) dan Gurbuz & Aykol (2008) yang menyatakan bahwa orang dengan jiwa wirausaha tinggi menyukai pekerjaan yang berdaya cipta dan kreatif (selfrealization) hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Penelitian lain oleh Ernani (2011) yang menyatakan berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa jiwa inovatif berpengaruh secara signifikan terhadap kewirausahaan. Inovasi merupakan tindakan kewirausahaan yang sangat penting dalam meraih sukses dalam persaingan di lapangan. Melalui penelitian dan pengembangan (research and development) para wirausahawan menemukan akan mendapatkan pembaharuan, kegunaan, dan kemudahan sebagai nilai tambah dan daya saing dibandingkan kompetitor.
Kreatif
Salah satu kunci sukses berwirausaha adalah memiliki kreatifitas yang tinggi, hal ini sangat penting dalam menciptakan sesuatu yang baru atau menambah nilai barang atau jasa serta kemampuan membaca peluang usaha yang bagus (Suryana, 2013). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan dan praktek 18 siswa (90%) diantaranya memiliki jiwa kreatif yang tinggi, dan 2 siswa (10%) memiliki jiwa kreatif yang rendah, mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan saja sebanyak 9 siswa (45%) memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, dan 11 siswa (55%) memiliki jiwa wirausaha yang rendah, hasil ini lebih baik daripada mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan yang hanya 4 siswa (20%) yang memilik jiwa wirausaha yang tinggi dan 16 siswa (80%) dengan jiwa wirausaha yang rendah (Tabel 5).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernani (2011) yang menyatakan berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa kreatifitas dan inovasi berpengaruh secara simultan terhadap kewirausahaan dengan variabel inovasi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kewirausahaan. Modal atau uang dalam bisnis itu memang penting karena tanpa modal yang cukup bisnis tidak dapat berkembang, tetapi yang jauh leboih penting dalam membangun usaha adalah kreativitas yang tinggi. Kreativitas seorang mahasiswa sebagai wirausahawan masa depan diperlukan untuk kelangsungan dan kesuksesan lapangan kerja yang dikelola agar banyak dihasilkan ide-ide bagus untuk pembaharuan dan tidak ketinggalan jaman.
Jiwa kepemimpinan
Kepemimpinan dalam kewirausahaan adalah seorang wirausaha menjadi yang terbaik dalam bidang usahannya. Seperti yang diungkapkan oleh Suryana (2014) Wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Untuk menjadi pemimpin, menjadi pelopor, dan menjadi suri tauladan diperlukan watak kreatif agar mampu menciptakan sesuatu yang inovatif.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswa dengan mata kuliah kewirausahaan baik yang mendapatkan praktek maupun yang tidak memiliki persentase yang sama dalam hal jiwa kepemimpinan yaitu 95% dari responden memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, sedangkan mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan 80% saja yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi sedangkan persentase yang rendah 5% baik yang mendapatkan praktek maupun yang tidak dan mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan 20% (Tabel 5).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang disampaikan oleh Nurlaela (2010) yang menunjukkan bahwa sikap kepemimpinan berpengaruh positif (sebesar 31,7%) terhadap jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) pemilik rumah makan Pringsewu Group. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farah Balqish (2015), hasil penelitiannya menyatakan bahwa sub variabel kepemimpinan memiliki nilai signifikansi 0,180>0,05 artinya sub variabel kepemimpinan memberikan pengaruh yang tidak signifikan. Hal tersebut kemungkinan karena banyak pemilik usaha distro yang memiliki bisnis yang lainnya sehingga tidak fokus.
Lina Mahardiana (2013) dalam penelitiannya tentang perilaku pengaruh kepemimpinan, hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan hubungan kerja mempengaruhi budaya kerja yang dikemukakan oleh Hofstede. Perilaku kepemimpinan secara signifikan mempengaruhi budaya kerja pada jarak kekuasaan yang sangat besar, penghindaran ketidakpastian yang sangat besar, termasuk pada kategori individualistik tinggi dan kedewasaan yang tinggi juga.
Hubungan faktor-faktor jiwa wirausaha terhadap mata kuliah kewirausahaan
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman yang dilakukan, diperoleh bahwa mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan praktek. Tabel 6 menunjukan nilai p-value 0.000<0.05 dengan koefisien sebesar 0,999 yang artinya mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan praktek memiliki hubungan yang signifikan terhadap faktor-faktor jiwa wirausaha pada taraf nyata lima persen dan memiliki korelasi yang sangat tinggi.
Nilai p-value mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan saja memiliki hubungan signifikan terhadap faktor-faktor jiwa wirausaha pada taraf nyata lima persen yaitu 0.045<0.05 dengan koefisien sebesar 0,740 yang berarti tingkat korelasi sangat tinggi. Demikian juga dengan mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan memiliki korelasi yang signifikan terhadap faktor-faktor jiwa wirausaha pada taraf nyata lima persen dengan menunjukan nilai p-value 0.017<0.05 dengan koefisien sebesar 0,691 yang berarti tingkat korelasi sangat tinggi.
Hal ini menunjukkan mahasiswa Universitas Udayana yang mendapatkan kewirausahaan dengan praktek memiliki jiwa wirausaha yang paling tinggi, mahasiswa yang mendapatkan kewirausahaan saja memiliki jiwa wirausaha menengah, dan mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah kewirausahaan memiliki jiwa wirausaha paling rendah, perbandingan ketiga mata kuliah tersebut signifikan berbeda nyata secara statistik (p-value<0,05). Mahasiswa yang diberikan mata kuliah kewirausahaan dan prakek nyata lebih memiliki jiwa wirasuaha dibandingkan mahasiswa yang diberikan mata kuliah kewirausahaan saja dan tidak diberikan mata kuliah kewirausahaan.
Seseorang dengan pendidikan akademik kewirausahaan terlebih jika dilengkapi dengan praktikum dapat memunculkan ide-ide cemerlang untuk memulai suatu wirausaha, praktek berwirausaha langsung di lingkungan kampus maupun diluar kampus dapat meningkatkan minat mahasiswa yang akhirnya akan meningkatkan jiwa wirausaha. Hal ini tidak didapatkan bagi mahasiswa yang tidak ada mata kuliah kewirausahaan. Matakuliah kewirausahaan terlebih matakuliah dengan praktikum berperan penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha yang nantinya ditujukan untuk memberikan pengalaman praktis kepada para mahasiswa dari para pelaku dunia usaha, baik skala besar, menengah, maupun kecil.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Walipah (2016) yang menyatakan bahwa faktor kontekstual (pendidikan, dukungan sosial dan lingkungan) dengan uji hipotesis menggunakan analisis regresi menunjukkan hasil bahwa pendidikan, dukugan sosial dan lingkungan berpengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa yang diperkuat pada hasil uji statistik dengan pengaruh positif dan signifikan dalam penelitian tersebut. Penelitian lain oleh Tri (2017) menyatakan bahwa variabel pendidikan kewirausahaan mendapatkan p-value sebesar 0,041 (p-value<0,05) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh positif variabel pendidikan kewirausahaan dengan sikap berwirasuaha. Penelitian lain oleh Noviani (2013) juga mendapatkan hasil yang serupa, bahwa dari total jawab responden
sebanyak 82% responden setuju dan sangat setuju bahwa mata kuliah kewirausahaan dapat mendukung minat mahasiswa untuk menjadi wirausaha.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Mahasiswa yang mendapatkan matakuliah kewirausahaan dan praktek memiliki rasa percaya diri (100%), inovatif (70%), kreatif (90%), dan jiwa kepemimpinan (95%) yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang mendapatkan matakuliah kewirausahaan saja dan mahasiswa yang tidak mendapatkan matakuliah kewirausahaan. 2) Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan praktek nyata memiliki jiwa wirausaha tertinggi dengan koefisien 0,999. 3) Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan nyata memiliki jiwa wirausaha menengah dengan koefisien 0,740. 4) Mahasiswa yang tidak mendapatkan mata kuliah
kewirausahaan nyata memiliki jiwa wirausaha terendah dengan koefisien 0,691.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
-
1. Bagi Universitas
-
a. Penerapan pendidikan kewirausahaan dengan praktik perlu dikembangkan lagi dengan metode pelatihan yang up to date dalam upaya untuk meningkatkan jiwa wirausaha mahasiswa
-
b. Mendorong mahasiswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan seminar maupun pelatihan-pelatihan kewirausahaan baik didalam maupun diluar kampus.
-
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa di Universitas Udayana hendaknya terus berbenah diri untuk meningkatkan pengetahuan dan skill dalam berwirausaha. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah berbenah dari faktor individu masing-masing mahasiswa agar memiliki jiwa wirausaha yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan usaha besar (UB). Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Pengangguran Terbuka 2017. BPS Nasional. Jakarta.
Badan Pusat Statistika. 2017. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali. BPS Provinsi Bali. Bali
Basrowi. 2011. Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi. Ghalia Indonesia. Bogor.
Fadlilah, F., dkk. 2015. Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Pengalaman Praktik Kerja Industri terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi. FKIP. Universitas Sebelas Maret.
Gurbuz, G. & Aykol, S. 2008, Entrepreneurial Intentions of Young Educated Public in Turkey. Journal of Global Strategic Management, 4(1): 47-56
Mahardiana, L. 2013. “Analisis Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Pengusaha Kecil Terhadap Budaya Kerja (Studi Kasus pada Pengusaha Kecil Bidang Konstruksi di Kota Palu)”. Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako. Palu
Noviani, A H. 2013. Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha (Studi Kasus pada Universitas Muhammadiyah Semarang). Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang: Indonesia
Nurlaela, dkk. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jiwa Kewirausahaan
(Entrepreneurship) Pemilik Rumah Makan Pringsewu Group di Wilayah Tegal. Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Meredith, Geoffrey, G. 1998. The Achievement Motive. Publishing. New York.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Suryana. 2014. Kewirausahaan: kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat. Yogyakarta.
Tjahjono, H.K. & Ardi, H. 2008. Kajian Niat Mahasiswa Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk Menjadi Wirausaha. Utilitas Jurnal Manajemen dan Bisnis, 16(1): 46-63
Walipah, Naim. 2016. Faktor – faktor yang mempengaruhi niat berwirausaha mahasiswa. Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Kanjuruhan Malang. Malang: Indonesia
Rofiah et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 570- 586
Page 586
Discussion and feedback