CORRELATION BETWEEN FARMER BEHAVIOR WITH THE SUCCESS OF BROILER FARMING BUSSINESS IN EAST SUMBA REGENCY
on
e-journal
FAPET UNUD
e-Journal
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science email: [email protected]
Submitted Date: February 11, 2019 Accepted Date: February 27, 2019
Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & IWayan Wirawan
HUBUNGAN PERILAKU PETERNAK DENGAN KEBERHASILAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SUMBA TIMUR
Pricilia, N. A. M., I N. Suparta, N. W. Tatik Inggriati
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B Sudirman, Denpasar E-mail: [email protected]. Hp: 081338166840
ABSTRAK
Usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur tersebar diseluruh wilayah dengan usaha skala kecil yaitu 100-12.000 ekor/peternak.Namun, kondisi usaha belum memadai untuk mencapai suatu keberhasilan usaha peternakan yang optimum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) perilaku peternak tentang manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging; 2) hubungan karakteristik dengan perilaku peternak pada usaha peternakan ayam ras pedaging; 3) hubungan motivasi dengan perilaku; dan 4) hubungan perilaku peternak dengan keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging. Jumlah populasi adalah 70 peternak. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode “Quota Purposive Sampling” yakni 41 peternak.Jenis data yang diguakan berupa data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh dari wawancara langsung dan observasi sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka.Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dan uji korelasi jenjang Spearman. Hasil penelitian menunjukan bahwa, perilaku peternak tentang manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging termasuk dalam kategori baik dengan persentase rata-rata pencapaian skor sebesar 69,83%, pengetahuan berkategori rendah (50,97%), sikap berkategori sangat positif (94,63%) dan keterampilan berkategori sedang (63,90%). Tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan ternak dan pengalaman beternak memiliki hubungan yang positif nyata dengan perilaku peternak (P<0,10). Motivasi peternak termasuk dalam kategori kuat (68,24%) dan motivasi memiliki hubungan positif nyata (P<0,05) dengan perilaku peternak. Perilaku peternak memiliki hubungan positif sangat nyata dengan keberhasilan peternak (P<0,01).
Kata kunci: Peternakan, Ayam, Perilaku, Keberhasilan
CORRELATION BETWEEN FARMER BEHAVIOR WITH THE SUCCESS OF BROILER FARMING BUSSINESS IN EAST SUMBA REGENCY
ABSTRACT
Broiler farms in East Sumba Regency are spread throughout the region with smallscale businesses, namely 100-12,000 head/farmer. However, business conditions are not sufficient to achieve an optimum success of the farm business. However, conditions are not perfect to achieve optimal job success. The purpose of this study was to: 1) farmer behavior
about the management of broiler business; 2) the nature of the correlation with breeders in the race chicken breeding business; 3) correlation between motivation and behavior; and 4) correlation between breeders' behavior and business performance of broiler chickens. The amount of income is 70 farmers. The research sample was taken using the "Quota Purposive Sampling" method, which was 41 farmers. The type of data used is primary data and secondary data. Primary data obtained from direct interviews and secondary data data obtained from literature studies. Analysis which is a descriptive analysis and Spearman level analysis. The results of the study showed that, the behavior of farmers about management of broiler farm business was in the good category with an average percentage of achieving score is 69,83%, knowledge have low category (50,97%), attitude categorized as very positive (94,63%) and moderate categorical skill (63,90%). Education level, number of personality and personality that has a positive correlation with farmer behavior (P<0,10) and farmers' motivation is included in the strong category (68,24%). In addition, motivation has a real positive correlation (P<0,05) with farmer behavior. Farmer behavior has a very real positive correlation with farmer achievement (P<0,01).
Keywords: Farming, Broiler, Behavior, Success
PENDAHULUAN
Peternakan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan sektor peternakan perlu mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan sektor peternakan yaitu pengembangan usaha peternakan ayam ras pedaging. Usaha peternakan ayam ras pedaging banyak dijumpai di Kabupaten Sumba Timur pada wilayah perkotaan hingga pedesaan dengan skala usaha kecil (100-12.000 ekor/peternak). Usaha peternakan ayam ras pedaging dilakukan sebagai usaha mandiri. Hal ini dikarenakan seluruh biaya produksi ditanggung oleh peternak serta usaha yang didirikan merupakan inisiatif dari pribadi masyarakat yang pada umumnya bukan merupakan lulusan bidang peternakan. Hingga saat ini usaha peternakan ayam ras pedaging berjumlah 70.
Usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur terus bertambah setiap tahun nya.Namun, kondisi usaha dari segi perilaku dan keterampilan peternak terhadap manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging masih rendah. Manajemen usaha peternakan terkait sapta usaha belum sepenuhnya diterapkan untuk mencapai produktivitas ternak yang optimum serta untuk mencapai suatu keberhasilan usaha peternakan. Hal ini dilihat dari jumlah ayam tidak sesuai dengan ukuran kandang, letak kandang sangat berdekatan dengan rumah pribadi dan rumah masyarakat lain, pemberian ransum tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi, manajemen kesehatan yang tidak begitu diterapkan seperti kurangnya
pemberian vaksin dan vitamin pada ternakserta kebersihan kandang kurang diperhatikan oleh peternak.
Perilaku peternak yang kurang baik terhadap manajemen usaha peternakan sangat disayangkan. Padahal peternak memiliki kemampuan dan kemauan untuk membuka usaha peternakan ayam ras pedaging. Kurangnya baiknya perilaku peternak dikarenakan motivasi dan karakteristik peternak peternak dalam mendirikan usaha. Hasibuan (2000) memberikan pengertian bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi didirikannya usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur adalah untuk menambah penghasilan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.Motivasi pelaku usaha yang demikian menyebabkan belum optimalnya pengembangan dan peningkatan usaha peternakan.
Untuk pengembangan dan peningkatan usaha, maka peternak harus berupaya merubah cara berpikirnya dan menumbuhkan karakteristiknya dengan memiliki sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan usaha peternakan. Karakteristik adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan individu. Dari perbedaan-perbedaan karakteristik individu menerangkan mengapa kinerja individu yang satu berbeda dengan yang lain. Faktor karakteristik peternak meliputi umur, pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah kepemilikan ternak.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka peneliti melakukan penelitian mengenai perilaku peternak yang dapat mempengaruhi suatu keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging dengan judul “Hubungan Perilaku Peternak dengan Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Sumba Timur”.
MATERI DAN METODE
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai 28 Mei 2018 di Kabupaten Sumba Timur khususnya di delapan kecamatan dari 22 Kecamatan yakni Kecamatan Kota Waingapu, Kambera, Katala Hamulingu, Lewa, Kanatang, Haharu, Pandawai dan Umalulu. Populasi dan sampel (responden)
Populasi yaitu semua peternak yang memiliki usaha peternakan ayam ras pedaging.Berdasarkan data yang diperoleh jumlah populasi adalah 70 peternakan. Penentuan
Jumlah sampel =
sampel menggunakan metode “Quota Purposive Sampling.Sampel berjumlah 41 orang yang dihitung menggunakan rumus Slovin menurut Umar (2001) yakni:
Keterangan:
e = tingkat kelonggaran (10 %)
Jenis dan sumber data
Jenis data yakni data primer yang bersumber dari hasil wawancara dengan peternak serta pengamatan langsung dilapangan dan data sekunder yang bersumber dari kumpulan-kumpulan literatur.
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data primer yaitu: (1) metode wawancara langsung terhadap peternak ayam ras pedaging dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan terlebih dahulu; (2) metodeobservasi langsung di lokasi penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan metode dokumentasi dan studi pustaka.
Pengukuran variabel
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: (1) Perilaku; (2) Karakteristik; (3) Motivasi; dan (4) Keberhasilan. Variabel tersebut diukur mengukanakan skala Likert, yaitu pemberian skor berupa bilangan bulat satu, dua, tiga, empat, lima. Setiap respon dari responden dihitung berdasarkan skor yang kemudian dijumlahkan (summated ratting). Hasil penjumlahan skor tersebut merupakan skor total yang disajikan dalam bentuk persen (%), dengan rumus sebagai berikut:
„ . . PfrffiffeiiUifeor
Persentase total skor (X) = × 100 %
' ' Standar Mmmum Ideal
Analisis data
Analisis data yang digunakan yaituanalisis deskriptif kualitatif dan analisis korelasi Jenjang Spearman.Pengambilan keputusan yaitu hipotesis diterima apabila thitung >ttabel pada P < 0,01 dari kedua variabel yang diuji maka terdapat hubungan yang sangat nyata, thitung > ttabel pada P 0,05 – 0,10 maka terdapat hubungan yang nyata, thitung > ttabel pada P > 0,10 maka terdapat hubungan yang sangat tidak nyata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik responden
Umur
Berdasarkan hasil penelitian, reponden dengan umur 31-40 tahun yakni 14 orang (34,15%), 41-50 tahun yakni 14 orang (34,15), 20-30 tahun 6 orang (14,63%), 51-60 tahun yakni 5 orang (12,19%) serta 61-70 yakni 2 orang (4,88%). Distribusi umur petani peternak (responden) usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan umur
No Umur (tahun) |
Responden Jumlah (orang) Persentase (%) |
1 20-30 2 31-40 3 41-50 4 51-60 5 61-70 |
6 14.63 14 34.15 14 34.15 5 12.19 2 4,88 |
Jumlah |
41 100,00 |
Tingkat pendidikan
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
No |
Tingkat Pendidikan (tahun) |
Kategori |
Responden | |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) | |||
1 |
0-6 |
SD |
0 |
0 |
2 |
6-9 |
SMP |
5 |
12,19 |
3 |
9-12 |
SMA |
20 |
48,80 |
4 |
>12 |
Perguruan Tinggi |
16 |
39,02 |
Jumlah |
41 |
100 |
100,00 |
Peternakayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur menempuh pendidikin pada tingkat pendidikan Sekolah Menegah Atas berjumlah 20 orang (48,80%), kemudian tingkat Perguruan Tinggi atau Sarjana sebanyak 16 orang (39,02%), tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 5 orang (12,19%).
Jumlah tanggungan keluarga
Tabel.3 Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
No |
Skala Tanggungan Keluarga |
Responden | |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) | ||
1 |
1-3 |
8 |
19,51 |
2 |
4-6 |
22 |
53,66 |
3 |
7-9 |
11 |
26,83 |
Jumlah |
41 |
100,00 |
Peternak ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur memiliki jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang (53,66%) yakni 22 orang, 7-9 orang (26,83%) yakni 11 orang, sedangkan 1-3 orang (19,51%) yakni 8 orang responden.
Jumlah kepemilikan ternak
Jumlah kepemilikan ternak ayam ras pedaging tergolong dalam skala kecil. Hal ini terlihat dari 70,73% responden yang memelihara sebanyak 100 - < 500 ekor ternak ayam ras pedaging. Kemudian sebesar 17,07% peternak memelihara ternak sebanyak 600 - <1.000 ekor ayam ras pedaging, 9,76% peternak memelihara ternak sebanyak 1.000 - < 5.000 dan 2,44% memelihara ternak > 10.000 ekor. Distribusi responden berdasarkan jumlah kepemilikan ternak dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan jumlah kepemilikan ternak
No |
Skala Kepemilikan Ternak |
Responden | |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) | ||
1 |
100 - <500 |
29 |
70,73 |
2 |
600 - <1.000 |
7 |
17,07 |
3 |
1.000 - < 5.000 |
4 |
9,76 |
4 |
6.000 - < 10.000 |
- |
- |
5 |
>10.000 |
1 |
2,44 |
Jumlah |
41 |
100 |
Pengalaman beternak
Keadaan responden di Kabupaten Sumba Timur berdasarkan pengalaman beternak rata-rata pada rentang waktu 0-2 tahun dengan persentase 43,91% yaitu sebanyak 18 orang, dengan kisaran 3-5 tahun yakni 16 orang (39,02%), dengan kisaran 6-8 tahun yakni 7 orang (17,07).Distribusi responden berdasarkan pengalaman beternak dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan pengalaman beternak
No |
Skala Pengalaman Beternak (tahun) |
Responden | |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) | ||
1 |
0-2 |
18 |
43.91 |
2 |
3-5 |
16 |
39.02 |
3 |
6-8 |
7 |
17.07 |
Jumlah |
41 |
100 |
Jenis Pekerjaan
Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sebanyak 75,61% peternak menjadikan usaha tersebut sebagai pekerjaan sampingan, sedangkan hanya 24,39% yang menjadikan usaha peternakan ayam ras pedaging sebagai pekerjaan pokok.Pekerjaan pokok peternak antara lain: PNS, wiraswasta, wirausaha, supir, petani dan pegawai tata usaha. Distribusi responden berdasarkan persentase jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan
No |
Jenis Pekerjaan |
Responden | |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) | ||
1 |
Pokok |
10 |
24.39 |
2 |
Sampingan |
31 |
75,61 |
Jumlah |
41 |
100 |
Tingkat motivasi peternak dalam menajalankan usaha peternakan ayam ras pedaging
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan motivasi
No |
Perolehan Pencapaian Skor (%) |
Jumlah Peternak (Orang) |
Persentase (%) |
Kategori |
1 |
>84 – 100 |
- |
- |
Sangat Kuat |
2 |
>68 – 84 |
20 |
48,78 |
Kuat |
3 |
>52 – 68 |
18 |
43,90 |
Sedang |
4 |
>36 – 52 |
3 |
7,32 |
Lemah |
5 |
20 – 36 |
- |
- |
Sangat Lemah |
Jumlah |
41 |
100,00 |
Dari hasil analisis data diperoleh, sebanyak 19 orang responden (46,34%) termasuk kategori sedang, 19 orang (46,34%) termasuk kategori lemah, sedangkan sebanyak 3 orang (7,32%) termasuk kategori kuat. Rataan motivasi responden di Kabupaten Sumba Timur adalah 68,24% termasuk dalam kategori kuat.
Perilaku Peternak terhadap Manajemen Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Sumba Timur
Pengetahuan peternak terhadap manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging
Pengetahuan responden sebanyak 17 orang (41,46%) berkategori rendah, 12 orang (29,27%) berkategori sedang, 7 orang (17,07%) berkategori sangat rendah, 4 orang (9,76%) berkategori tinggi, 1 orang (2,44%) berkategori sangat tinggi. Rataan pengetahuan responden adalah 50,97% termasuk kategori rendah. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan disajikan dalam Tabel 8. dibawah ini.
Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan
No Perolehan Pencapaian Skor (%) (Orang) |
Jumlah Peternak Persentase Kategori (%) |
1 >84 – 100 2 >68 – 84 3 >52 – 68 4 >36 – 52 5 20 – 36 |
1 2,44 Sangat Tinggi 4 9,76 Tinggi 12 29,27 Sedang 17 41,46 Rendah 7 17,07 Sangat Rendah |
Jumlah 41 |
100,00 |
Sikap peternak terhadap manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan sikap
No |
Jenjang Kategori (%) |
Jumlah Peternak (orang) |
Persentase (%) |
Kategori |
1 |
>84 – 100 |
38 |
92,68 |
Sangat Positif |
2 |
>68 – 84 |
3 |
7,32 |
Positif |
3 |
>52 – 68 |
- |
- |
Ragu-Ragu |
4 |
>36 – 52 |
- |
- |
Negatif |
5 |
20-36 |
- |
- |
Sangat Negatif |
Jumlah |
41 |
100,00 |
Berdasarkan tabel 3.8 di atas, sikap responden yaitu sebanyak 38 orang (92,68%) termasuk kategori sangat positif, 3 orang (7,32%) termasuk kategori positif terhadap manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging. Rataan sikap responden termasuk dalam kategori sangat positif yakni 94,63.
Keterampilan peternak dalam manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging
Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan keterampilan
No |
Perolehan Pencapaian Skor (%) |
Jumlah Peternak (Orang) |
Persentase (%) |
Kategori |
1 |
>84 – 100 |
2 |
4,88 |
Sangat Baik |
2 |
>68 – 84 |
9 |
21,95 |
Baik |
3 |
>52 – 68 |
26 |
63,41 |
Sedang |
4 |
>36 – 52 |
4 |
9,76 |
Rendah |
5 |
20 – 36 |
0 |
0 |
Sangat Rendah |
Jumlah |
41 |
100,00 |
Dari tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa 26 orang peternak (63,41%) mempunyai tingkat keterampilan termasuk kategori sedang, 9 orang (21,95%) termasuk ketegori baik, 4 orang (9,76%) termasuk kategori rendah, 2 orang (4,88%) termasuk kategori sangat baik. Rataan keterampilan responden termasuk kategori sedang yakni 63,90%.
Tingkat keberhasilan peternak pada usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging
No |
Perolehan Jumlah Peternak Persentase Kategori Pencapaian Skor (Orang) (%) (%) |
1 2 3 4 5 |
>84 – 100 - - Sangat Berhasil >68 – 84 7 17,07 Berhasil >52 – 68 20 48,78 Sedang >36 – 52 9 21,95 Tidak Berhasil 20 – 36 5 12,20 Sangat Tidak Berhasil Jumlah 41 100,00 |
Tingkat keberhasilan responden yaitu sebanyak 20 orang (48,78%) termasuk kategori sedang, 9 orang (21,95%) termasuk kategori tidak berhasil, 5 orang (12,20) termasuk kategori sangat tidak berhasil, dan 7 orang (17,07) termasuk kategori berhasil. Rataan keberhasilan termasuk kategori sedang yakni 56,53%.
Hubungan karakteristik dengan perilaku peternak pada usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur
Tabel 12 Hubungan beberapa indikator variabel karakteristik dengan perilaku peternak
No Indikator Peternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Sumba
Timur
rs t hitung
1 |
Umur |
0,165 |
1,059tn |
2 |
Tingkat Pendidikan |
0,312 |
2,158n |
3 |
Jumlah Tanggungan Keluarga |
-0,132 |
-0,838tn |
4 |
Jumlah Kepemilikan Ternak |
0,534 |
4,665n |
5 |
Pengalaman Beternak |
0,268 |
1,803n |
Keterangan:
rs = Koefisien Korelasi
n = nyata
tn = tidak nyata t tabel (0,10) d.b 39 = 1,303
Berdasarkan hasil analisis data, indikator dari variabel karakteristik memiliki hubungan positif nyata (P<0,10) pada tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan ternak, dan pengalaman beternak, sedangkan umur dan jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan tidak nyata (P>0,10) dengan perilaku peternak.
Hubungan motivasi dengan perilaku peternak pada usaha peternakan ayam ras pedaging di kabupaten sumba timur
Berdasarkan hasil analisis data, variabel motivasi ternyata memiliki hubungan positif nyata (P>0,05) dengan perilaku peternak pada usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur. Hasil analisis data dengan menggunakan Uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman disajikan pada tabel 13.
Tabel 13 Hubungan antara motivasi dengan perilaku peternak
No |
Variabel |
Peternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Sumba Timur | |
rs |
t hitung | ||
1 |
Motivasi |
0,447 |
3,448n |
Keterangan:
rs = Koefisien Korelasi
n = nyata t tabel (0,05) d.b 39 = 1,68
Hubungan perilaku peternak dengan keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba timur
Tabel 14 Hubungan antara variabel perilaku dengan keberhasilan peternak
No |
Variabel |
Keberhasilan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Sumba Timur |
rs t hitung | ||
1 |
Perilaku |
0,594 5,731sn |
Keterangan:
rs = Koefisien Korelasi
sn = Sangat nyata t tabel (0,01) d.b 39 = 2,707
Berdasarkan hasil analisis data, perilaku berhubungan positif sangat nyata (P<0,01) dengan keberhasilan peternak.
Pembahasan
Perilaku peternak terhadap manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Sumba Timur
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh, rata-rata pencapaian persentase skor perilaku peternak termasuk dalam kategori baik yakni 69,83% dengan indikator pengetahuan 50,97% termasuk kategori rendah, sikap 94,63% termasuk kategori sangat positif dan keterampilan 63,90% termasuk kategori sedang. Pengetahuan peternak yang rendah tentang manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging dikarenakan pada umumnya peternak bukan merupakan sarjana peternakan atau tidak mengikuti sekolah khusus ilmu peternakan. Pengetahuan peternak diperoleh dari apa yang dilihat dilingkungan sekitar, membaca dari
internet serta belajar dari pengalaman pribadi dalam beternak serta belajar dari teman yang terlebih dahulu membuka usaha peternakan. Meski memiliki pengetahuan yang rendah peternak mampu bersikap dengan sangat positif dalam menanggapi setiap pernyataan-pernyataan positif yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mar’at (1981) yang menyatakan bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi jika seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Sikap sangat positif menunjukkan bahwa peternak mau melakukan hal-hal baru yang dirasa dapat merubah usaha peternakan ayam ras pedaging dari tidak baik menjadi baik, dari baik menjadi sangat baik. Sikap positif dikarenakan adanya peran komunikasi yang bersifat bujukan dan dorongan yang mampu menggugah hati peternak untuk mau menerima apa yang didengar.Selain itu juga sikap dipengaruhi oleh intensitas komunikasi yang terjadi antar peternak dalam bertukar pengetahuan tentang manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging. Hal ini didukung oleh pendapat Tatik Inggriati et al. (2014) yang menyatakan bahwa intensitas komunikasi akan mendukung kebersamaan pengertian dan menyebabkan terjadinya tindakan yang sama. Intensitas komunikasi berhubungan dengan tingkat interaksi pengusaha peternakan terhadap seseorang dalam menunjang keberhasilan usahanya.
Peternak memiliki tingkat keterampilan sedang dimana keterampilan peternak diukur berdasarkan tingkat keseringan memilih bibit ayam ras pedaging, tingkat keseringan menimbang ransum, lama peternak memberikan ransum dan air minum, membersihkan kadang, mempersiapkan seluruh peralatan kandang sebelum ternak dipelihara, serta cara dan lama waktu melakukan proses tawar menawar dengan pembeli. Berdasarkan hasil wawacara, tingkat keterampilan sedang dikarenakan sebagian besar peternak berpikir tanpa berperilaku sesuai sikap dan pengetahuan yang tinggi, tanpa memiliki keterampilan yang tinggi peternak sudah mendapat keuntungan dari hasil usahnya.
Hubungan karakteristik dengan perilaku peternak
Berdasarkan hasil penelitian ini, umur responden, memiliki hubungan yang tidak nyata (P>0,10) dengan perilaku peternak. Sari et al, (2009) menyatakan bahwa variabel umur berpengaruh negatif terhadap adopter cepat, hal ini menunjukkan orang yang muda umurnya lebih inovatif dari pada mereka yang berumur lebih tua.Namun, umur responden yang produktif tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku responden. Hal ini karena beternak merupakan pekerjaan sampingan dari peternak sehingga peternak lebih produktif pada pekerjaan utamanya. Selain itu, untuk umur 51-60 tahun, sudah kurang responsif terhadap
adopsi inovasi baru yang diperkenalkan atau pengetahuan baru yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1988) yang menyatakan bahwa berdasarkan beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adopsi inovasi yang paling tinggi adalah pada petani yang berumur 15-50 tahun. Pendidikan formal memiliki hubungan yang nyata (P<0,10) dengan perilaku. Hal ini dikarenakan pendidikan yang dimiliki peternak bersifat tidak spesifik pada bidang peternakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1988) menyatakan bahwa dalam prakteknya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat adopsi pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang belajar secara spesifik tentang inovasi baru tersebut di sekolah. Jumlah kepemilikan ternak berhubungan nyata (P<0,10) dengan perilaku. Hal ini dikarenakan semakin banyak ternak yang dipelihara oleh responden maka makin tinggi pula resiko yang dihadapi, sehingga banyaknya ternak yang dipelihara mempengaruhi tingkat perilaku peternak dalam manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging yang memacu para peternak untuk melaksanakannya secara intensif. Pengalaman beternak responden berhubungan positif nyata (P<0,10) dengan perilaku. Hal ini sesuai pendapat Febriana dan Liana (2008) yang menyatakan bahwa pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pengalaman beternak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha.
Hubungan motivasi dengan perilaku peternak
Hasil analisis menunjukan bahwa motivasi memiliki hubungan yang positif nyata (P<0,05) dengan perilaku peternak. Motivasi yang kuat dari peternak akan menjadikan peternak berperilaku baik terhadap suatu hal yang berhubungan dengan inovasi dibidang peternakan. Menurut Handoko (1977) makin kuat motivasi seseorang makin kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, motivasi beternak yang dimiliki oleh peternak yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta sebagai tabungan untuk biaya pendidikan. Sebagian besar peternak belum memiliki kemauan untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses dan berdaya saing dibidang peternakan ayam ras pedaging. Kurangnya motivasi peternak menyebabkan perilaku peternak yang hanya berkategori baik dalam menerapkan manajemen usaha peternakan yang sebagaimana mestinya. Selain itu, peternak hanya akan memelihara ternak berdasarkan apa yang telah diketahui tanpa ada keinginan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Hubungan perilaku peternak dengan keberhasilan usaha peternakan ayam pedaging di Kabupaten Sumba Timur
Hasil analisis menunjukan bahwa perilaku peternak memiliki hubungan yang positif sangat nyata (P<0,01) dengan keberhasilan usaha peternakan. Hal ini menunjukan bahwa perilaku yaitu terkait sikap pengetahuan dan keterampilan yang didukung oleh karakteristik dan motivasi peternak sangat nyata mempengaruhi keberhasilan peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Luk (1996) yang menyatakan bahwa keberhasilan usaha kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko. Berbagai faktor penentu keberhasilan usaha industri kecil dari hasil penelitian Luk tersebut pada dasarnya adalah cerminan dari kemampuan usaha (pengetahuan, sikap dan keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja dan tingkat pendidikan seorang pengusaha. Dari hasil penelitian juga diperoleh rataan keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging termasuk kategori sedang yakni 56,53%. Sedangkan tingkat keberhasilan peternak dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan ternak yang cenderung stabil disetiap periode produksi, belum ada penambahan jumlah kandang, belum ada perbaikan manajemen usaha peternakan. Peternak tidak berani menambah jumlah ternak dikarenakan kurangnya konsumen untuk wilayah yang jauh dari pusat kota, mahalnya harga ransum, serta ada perasaan takut gagal bila memelihara ternak dalam jumlah besar. Padahal jika dilihat pada kenyataan yang ada, masyarakat dan peternak memiliki kemauan untuk mendirikan usaha peternakan. Selain itu, potensi-potensi yang ada di wilayah Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi sebagai daerah pengembangan bidang peternakan dilihat dari daerah ini memiliki bayak lahan kosong dan luas yang dapat digunakan untuk membuka usaha peternakan. Jika pemerintah dan masyarakat baik petani peternak maupun non petani peternak memanfaatkan potensi tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa Kabupaten Sumba Timur akan menghasilkan usaha peternakan yang berkategori sangat berhasil tentunya didukung oleh perilaku terkait pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak, karakteristik dan motivasi peternak.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku peternak tentang manajemen usaha peternakan ayam ras pedaging termasuk dalam kategori baik. Perilaku peternak memiliki hubungan positif sangat nyata dengan keberhasilan usaha peternakan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr.A.
A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS atas pelayanan administarsi dan fasilitas pendidikan yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Febrina, D Dan M. Liana. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ruminansia pada peternak rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Peternakan, 5(1) P: 28-37.
Handoko, T. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis Perilaku Konsumen. Penerbit Liberty.
Yogyakarta
Hasibuan Malayu, SP. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Jakarta, Bumi Aksara.
Inggriati, N. W. Tatik, I.G.P.S. Wijaya, N. K. Nuraini. 2014. Perilaku Pengusaha Peternakan Babi Landrace dalam Menanggulangi Dampak Pencemaran Lingkungan dan Respon Peternak Tradisional di Desa Wisata Taro kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Fakultas Peternakan Udayana. Denpasar.
Luk, S. T. K. 1996. Succes in Hongkong: Faktors Self Reported by Successful Small Business Owners, Journal of Business Management, Vol. 34. July.pp. 68- 74.
Mar’at, I. W. 1981. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sari, Triantoro dan Saputra, Nofrans Eka. 2009. Manajemen Edukasi.Bumi Aksara.Jakarta.
Soekartawi.1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Umar, H. 2001. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pricilia et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 185 - 198
Page 198
Discussion and feedback