Seroprevalence of Newcastle Disease (ND) Virus and Detection of Antigen on Domestic Chicken in District Lembar, West Lombok
on
e--journal FAPET UNUD
e-Journal
Universitas Udayana
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
email: [email protected]
Submitted Date: February 7, 2018 Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita
Accepted Date: February 8, 2018
Seroprevalensi dan Deteksi Antigen Virus Newcastle Disease (ND) Pada Ayam Buras di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat
Hamdani, Y1., dan G. A. Y. Kencana2
1Program Magister Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan Unud Jl. P.B. Sudirman, Denpasar Bali
2Laboratorium Virologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana Jl. Raya Sesetan, Gang Markisa, No.6 Denpasar, Bali.
*Corresponding outhor:[email protected] Telp. 085338582097
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi dan deteksi antigen virus ND padaayamburas di KecamatanLembar, Kabupaten Lombok Barat. Sebanyak 6 (enam) Desa, dijadikan sebagai lokasi penelitian yakni, Desa Labuan Tereng, Desa Lembar Selatan, Desa Lembar, Desa Jembatan Kembar, Desa Jembatan Kembar Timur, dan Desa Nyiur Lembang. Sampel penelitian berupa serum, swab kloakadan swab trakea yang diambil dengan carasimple random sampling. Sebanyak 150 ekor ayam buras masing-masing diambil serum, swab kloaka, dan swab trakea sehingga jumlah sampel menjadi 150 sampel serum, 150 sampel swab kloaka, dan 150 sampel trakea. Serum diperiksa dengan uji serologi Hambatan Hemaglutinasi (HI) sedangkan deteksi antigen dilakukan dengan uji hemaglutinasi (HA) yang dilanjutkan dengan uji Reverse Transcriptase PolymeraseChain Reaction (RT-PCR). Hasil uji serologi dari 150 sampel serum menunjukkan sebanyak 50 sampel serum (33%) positif ND dengan titer 22 – 29 HI unit. Hasil uji antigen dari 15 sampel pooled menunjukkan sebanyak empat sampel positif uji HA dan hasil uji RT-PCR menunjukkan ada empat sampel yang positif dengan panjang basa 380bp. Disimpulkan bahwa infeks ivirus ND pernah terjadi di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat yang sebelumnya belum dilaporkan secara resmi.
Kata Kunci: Seroprevalensi, Deteksi Antigen, Newcastle Disease, Ayam Buras, Lombok Barat
Seroprevalence of Newcastle Disease (ND) Virus and Detection of Antigen on Domestic Chicken in District Lembar, West Lombok
ABSTRACT
This study to determine seroprevalence of newcastle disease (ND) virus and detection of antigen on domestic chicken in district lembar, west lombok regency. A total of 6 (six) villages, serve as research sites namely Labuan Tereng Village, Lembar Selatan Village, Lembar Village, Jembatan Kembar Village, East Jembatan Kembar Village, and Nyiur Lembang Village. The samples were sera cloaca swab and tracheal swab taken by simple random sampling. A total of 150 poultry chickens each were taken sera, cloaca swab, and tracheal swab so that the number of samples to 150 sera samples, 150 samples of cloaca swabs, and 150 tracheal samples. Sera was examined by serological test of haemagglutination inhibition (HI) test while antigen detection
was performed by hemagglutination (HA) test followed by Reverse Transcriptase Polymrase Chain Reaction (RT-PCR) test. Serology test results from 150 sera samples showed as many as 50 sera samples (33%) positive ND with titer of 22-29 HI units. While the antigen test results from 15 pooled samples showed as many as four positive samples of HA test and RT-PCR test showed a positive four samples with 380bp base length. It is concluded that ND virus infections have occurred in dstrict Lembar, West Lombok regency which hasbeen officially not yet reported.
Keywords: Seroprevalence, antigen detection, Newcastle Disease, domestic chicken, West Lombok.
PENDAHULUAN
Penyakit Newcastle Disease (ND), termasuk dalam kategori penyakit hewan menular strategis (PHMS), berdampk besar bagi kerugian ekonomi. Angka kematian yang ditimbulkan penyakit ND tinggi (mencapai 100%) dan waktu penyebaran penyakit yang sangat cepat (Ditjennakkeswan, 2015).
Ayam sebagai salah satu hospes dari penyakit ND. Gejala klinis pada ayam yang teramati keluar leleran dari hidung, suara ngorok, kaki terseret sampai kepala terpeluntir atau yang disebut dengan tortikolis.Pada anak ayam, gejala klinis seperti ini dapat segera berakhir dengan kematian, sedangkan pada unggas dewasa, kematian biasanya terjadi dua sampai tiga hari setelah gejala pertama kali terlihat (Kencana, 2012).
Penyakit ND disebabkan oleh Avian Paramyxovirus type-1 (APMV-1), genus Avulavirus, familia Paramyxoviridae. Avian Paramyxovirus terdiri dari sembilan serotype yakni APMV-1 sampai APMV-9 (OIE, 2012). Virus ND termasuk kelompok virus RNA dengan genom berserat tunggal (single stranded/ss) dan berpolaritas negatif, berbentuk bulat dengan diameter 100-500 nm, beberapa diantaranya berbentuk filament dan beramplop (Kencana, 2012).
Di Indonesia penyakit ND masih endemis di beberapa daerah seperti Provinsi Sumbar,
Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau. Dimana pada Tahun 2013, seroprevalensi ND di Provinsi Riau sebesar 30%, seroprevalensi ND di Provinsi Sumatera Barat 33 %, Provinsi Jambi dengan seroprevalensi 49 % dan Provinsi Kepulauan Riau dengan seroprevalensi 59% (Ditjennakkeswan, 2015).
Di Lombok Barat, salah satu sumber protein hewani yang banyak di kembangkan oleh
masyarakat setempat adalah ternak ayam buras, begitu pula di Kecamatan Lembar dan di 6 (enam) desa didalamnya, yakni Desa Lembar Selatan, Utara, Kembar, Kembar Timur, Jembatan
Gantung dan Desa Tereng. Dimana dengan perkiraan populasi peternakan ayam buras pada 6 (enam) Desa ini adalah sebanyak 3600 ekor. Dengan jumlah populasi diperkirakan setiap desa adalah sebanyak 600 ekor, dimana setiap dusun rata-rata terdiri dari 120 KK. Dari 120 jumlah KK per dusun yang memelihara ayam buras sekitar 50%. Dengan kepemilikan ayam buras per KK 2 – 4 ekor (rata-rata 2 ekor). Masyarakat lebih memilih untuk memelihara ayam buras, karena cara pemeliharaannya yang relatif mudah dibandingkan ternak yang lain dan tidak memerlukan biaya yang banyak dalam pemeliharaannya. Di samping itu hasilnya dapat diperoleh dalam kurun waktu yang relatif singkat, baik berupa telur maupun daging.Beternak ayam buras juga dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein dan menambah penghasilan keluarga (Darmono, 2001).
Sistem peternakan ayam buras di Keamaatan Lembar, masih tradisional yakni dengan memanfaatkan sisa-sisa makanan sebagai pakan dan dengan cara diumbar untuk mencari makanan sendiri dan tanpa dibuatkan kandang permanen, dengan memanfaatkan pepohonan untuk ternak ayam tidur pada malam hari, dan tidak dilakukan vaksinasi.
Mengingat cara pemeliharaan ayam buras yang tradisional dan belum adanya data yang memadai tentang Seroprevalensi dan Deteksi antigen virus Newcastle Disease pada ayam buras di Kecamatan Lembar, Kabupatn Lombok Barat sehingga perlu dilakukan penelitian.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi dan deteksi antigen virus Newcastle Disease (ND) pada ayam buras di Kecamatan Lembar,Kabupatn Lombok Barat.
MATERI DAN METODE
Lokasi Sampling
Penelitian ini di lakukan secara survei dengan pengambilan sampel secarasimple random sampling.Sebanyak 150 ayam buras, sampel yang diambil berupa 150 serum, 150 swab kloaka, dan 150 swaab trakea di 6 (enam)Desa di Kecamatan Lembar, Kabupatn Lombok Barat yakni, Desa Labuan Tereng, Lembar Selatan,Lembar, Jembatan Kembar,Jembatan Kembar Timur,dan Desa Nyiur Lembang. Sampel diuji diLaboratrium Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Pengambilan sampel telah dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Desmber 2017.
Pengambilan Sampel Serum, Swab Kloaka dan Trakea
Sebanyak 1 – 1,5 ml darah ayam burasdiambil melalui vena brachialis menggunakan spuite 3 ml. Spuite yang telah berisi darah unggas diletakkan dalam posisi horizontal, agar serum dapat terpisah dari plasma dengan sempurna. Serum yang telah terpisah kemudian ditempatkan pada tabung mikro 1,5 ml, kemudian disimpan dalam suhu 2 – 8 ºC sampai dipergunakan. Swab kloaka dan trakea diambil dari ayam burasdengan menngunakan cotton bud, kemudian dimasukkan kedalam tabung mikro yang telah berisi transport medium. Tabung kemudian diletakkan didalam cool boxuntuk dibawa ke Laboratorium Virologi Universitas Udayana, Denpasar Bali.
Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel bebas adalah periode pengambilan sampel dan lokasi pengambilaan sampel.
Variabel Tergantung
Seropevalensi dan deteksi antigen virus Newatle Disease pada ayam buras.
Definisi Operasional Variabel
Seroprevalensi adalah jumlah unggas yang mngandung antibodi positif terhadap penyakit ND dibandingkan dengan jumlah unggas yang diperiksa. Periode pengambilan sampel adalah bulan pengambilan sampel dari bulan Oktober sampai Desember 2017.
Propagasi Virus ND
Masing-masing sampel swab kloaka dan trakea disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rcf, kemudian dilakukan penggabungan sampel (pooling) yang disesuaikan dengan asal unggas. Sampel yang telah di-pooling selanjutnya ditambahkan antibiotik (penicilin dan streptomicin) sebanyak 150 µl dengan konsentrasi akhir 2500 µl. Dengan meggunakan spuit 1 ml, sebanyak 0,2 ml sampel disuntikkan ke dalam ruang alantois telur ayam bertunas (TAB) kemudian dicandling setiap hari, jika ada TAB yang mati dilakukan pemanenan cairan alantois. Namun jika embrio masih hidup, maka telur dipanen 3 hari pasca inokulasi.
Uji Hemaglutinasi Cepat
Sebanyak 25 μl NaCl 0,9% dimasukkan ke dalam sumuran plate berbentuk U, kemudian ditambahkan antigen NDV yang berasal dari cairan alantois. Suspensi eritrosit konsentrasi 0,5% ditambahkan ke dalam lubang sebanyak 50 μl. Mikroplate diayak selama 30 detik lalu diinkubasikan selama 30 menit pada suhu kamar. Pembacaan dilakukan setelah sel darah merah kontrol mengendap.
Uji Hambatan Hemaglutinasi
Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI) dilakukan dengan cara mengisi 0,025 ml NaCl 0,9% ke dalam sumuran plate mikro dengan bentuk U mulai dari sumuran pertama sampai sumuran ke-12. Sumuran pertama kemudian ditambahkan serum unggas yang telah diencerkan 10 kali sebanyak 0,025 μl, lalu dilakukan pengenceran bertingkat dengan mengambil 0,025 cairan pada sumuran pertama dan ditambahkan pada sumuran ke-2 demikian seterusnya sampai sumuran ke-11. Sebanyak 25 μl Antigen ND 4 HA ditambahkan dari sumuran pertama sampai sumuran ke-11. Mikroplate kemudian diayak selama 30 detik lalu diinkubasikan pada suhu kamar selama 30 menit. Suspensi eritrosit konsentrasi 0,5% ditambahkan ke semua sumuran sebanyak 50 μl. Mikroplate kembali diayak dan diinkubasikan selama 30 menit. Pembacaan dilakukan setelah sel darah merah kontrol mengendap.Kriteria hasil pemeriksaan yang digunakan yakni serum yang diperiksa positif bila hasil uji HI menunjukkan titer antibodi ≥ 22 (Kencana, 2012).
Isolasi RNA Virus
Sebanyak 250 μl campuran cairan swab kloaka dan trakea ditambahkan dengan 750 μlTrizol LS Reagen (Invitrogen). Campuran divortek selama 1 menit kemudian diinkubasikan dalam suhu kamar selama 5 menit, kemudian ditambahkan dengan 200 μl kloroform, lalu divortek selama 15 detik. Setelah itu campuran disentrifuse dengan kecepatan 12000 rcf selama 15 menit sampai terbentuk bagian aquaeus.Bagian bawah aquaeus dipindahkan ke tabung mikro 1,5 ml yang steril dan ditambahkan dengan 500 μl isopropil alkohol. Larutan diimkubasi dalam suhu kamar selama 10 menit, kemudian disentrifuse dengan kecepatan 12000 rcf selama 10 menit.Supernatan yang terbentuk dibuang kemudian ditambahakan 1000 μl alkohol 70%.Suspensi kemudian disentrifuse dengan kecepatan 7500 rcf selama 5 menit.Supernatan kemudian dibuang dan dilakukan air dry.Setelah cairan dalam tabung agak mengering kemudian ditambahkan 20 μl aquabidest steril, kemudian disimpan dalam freezer sampai digunakan.
Uji Reverse Transkriptase-Polymerase Chain Reaction
Uji Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dilakukan dengan mencampurkan 5 μl Rmix (Invitrogen) (mengandung 0,2 mM dNTP, 1,6 mM MgSO4, dan buffer), Primer yang digunakan sepasang yaitu oligonukleotida yang mempunyai sekuen yang identik dengan salah satu rantai DNA cetakan pada ujung 5’-fosfat dan oligonukleotida yang kedua identik dengan sekuen pada ujung 3’-OH rantai DNA cetakan dengan volume masing-masing primer 0,6 μl (10mM), 0,25 μl enzim Super ScriptTM III One-Step RT-PCR System with Platinum® Taq DNA Polymerase (Invitrogen), 1 μl RNA cetakan, dan aquabidest sampai volume menjadi 10 μl, ke dalam tabung PCR. Campuran tadi kemudian dimasukan ke dalam mesin Termocycler yang telah diprogram dengan kondisi 1) 50°C selama 1 jam, 2) 95°C selama 7 menit, 3) 94°C selama 45 detik, 4) 55°C selama 45 detik, 5) 72°C selama 1 menit, siklus kemudian diulang dari tahapan ke-3 sampai tahapan ke-5 sebanyak 39 kali, 6) 72°C selama 5 menit, dan 7) 22°C selama-lamanya.
Untuk mengetahui hasil uji RT-PCR maka dilakukan elektroforesis. Sebelum dilakukan elektroforesis maka terlebih dahulu dibuat media elektroforesis berupa gel agarose 1% (caranya dengan melarutkan 1 gram agarose dengan 100 ml 1 kali Tris Acid Edta (TAE)). Larutan kemudian dipanaskan sampai mendidih dan berwarna bening. 3 μl ethidium bromide ditambahkan ke dalam larutan. Larutan kemudian dicetak pada cetakan agar. Setelah mengeras gel agarose diletakkan ke dalam mesin elektroforesis yang telah mengandung 1 kali TAE. Produk hasil RT-PCR sebanyak 4 μl, ditambahkan dengan 1 μl 10 kali Bluejuice™ Gel Loading Buffer(Invitrogen) (mengandung Bromphenol-blue dan Cyline Cyanol). Lubang pertama pada gel agarose dimasukan 100 bp DNA ladder (Invitrogen) yang berfungsi sebagai marker untuk menentukan panjang basa, lubang selanjutnya dimasukan DNA produk RT-PCR. Mesin elektroforesis kemudian diberi tegangan 100 Volt selama 30 menit. Visualisasi DNA dilakukan dengan meletakkan gel agarose diatas Ultra Violet Transluminator, kemudian didokumentasikan menggunakan kamera digital.
Analisis Data
Seroprevalensi dan deteksi Antigen virus Newcastle Disease pada ayam buras di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat ditabulasikan dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan 150 sampel serum darah ayam buras yang diuji HI menunjukkan bahwa 50 sampel serum memiliki titer antibodi dengan kisaran 23 –29 HI unit dan dinyatakan seropositif, sebanyak 100 sampel memiliki titer antibodi 20 – 22 HI unit dan dinyatakan seronegatif (0IE, 2012). Hasil tersebut dimuat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan titer antibodi ND dengan uji HI terhadap sampel serum ayam buras di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat.
LS |
KS |
Titer |
KS |
Titer |
KS |
Titer |
KS |
Titer |
KS |
Titer |
+ - |
+ - |
+ - |
+ - |
+ - | ||||||
1 |
28 |
6 |
29 |
11 |
25 |
16 |
20 |
21 |
20 | |
D |
2 |
24 |
7 |
29 |
12 |
26 |
17 |
20 |
22 |
28 |
L |
3 |
25 |
8 |
20 |
13 |
29 |
18 |
25 |
23 |
20 |
T |
4 |
25 |
9 |
20 |
14 |
20 |
19 |
20 |
24 |
20 |
5 |
20 |
10 |
24 |
15 |
25 |
20 |
20 |
25 |
20 | |
26 |
26 |
31 |
20 |
36 |
20 |
41 |
26 |
46 |
25 | |
D |
27 |
28 |
32 |
20 |
37 |
27 |
42 |
24 |
47 |
24 |
L |
28 |
22 |
33 |
20 |
38 |
20 |
43 |
25 |
48 |
20 |
S |
29 |
27 |
34 |
20 |
39 |
20 |
44 |
24 |
49 |
20 |
30 |
20 |
35 |
20 |
40 |
20 |
45 |
25 |
50 |
21 | |
51 |
22 |
56 |
20 |
61 |
20 |
66 |
20 |
71 |
21 | |
52 |
22 |
57 |
21 |
62 |
25 |
67 |
20 |
72 |
29 | |
D |
53 |
20 |
58 |
25 |
63 |
25 |
68 |
20 |
73 |
20 |
L |
54 |
20 |
59 |
20 |
64 |
20 |
69 |
20 |
74 |
20 |
55 |
20 |
60 |
20 |
65 |
20 |
70 |
20 |
75 |
20 | |
76 |
20 |
81 |
23 |
86 |
25 |
91 |
20 |
96 |
20 | |
D |
77 |
20 |
82 |
24 |
87 |
20 |
92 |
20 |
97 |
21 |
J |
78 |
20 |
83 |
20 |
88 |
20 |
93 |
20 |
98 |
26 |
K |
79 |
20 |
84 |
24 |
89 |
20 |
94 |
20 |
99 |
27 |
80 |
20 |
85 |
23 |
90 |
20 |
95 |
20 |
100 |
20 | |
D |
101 |
20 |
106 |
20 |
111 |
24 |
116 |
25 |
121 |
20 |
102 |
20 |
107 |
20 |
112 |
27 |
117 |
26 |
122 |
20 | |
J TZ |
103 |
20 |
108 |
20 |
113 |
25 |
118 |
20 |
123 |
20 |
K T |
104 |
20 |
109 |
20 |
114 |
20 |
119 |
25 |
124 |
20 |
105 |
25 |
110 |
20 |
115 |
25 |
120 |
29 |
125 |
20 | |
126 |
20 |
131 |
20 |
136 |
20 |
141 |
20 |
146 |
27 | |
D |
127 |
25 |
132 |
26 |
137 |
20 |
142 |
20 |
147 |
26 |
N |
128 |
20 |
133 |
20 |
138 |
20 |
143 |
20 |
148 |
20 |
L |
129 |
20 |
134 |
20 |
139 |
20 |
144 |
149 |
25 | |
130 |
20 |
135 |
20 |
140 |
25 20 |
145 |
150 |
20 |
Keterangan; LS = lokasi sampel, DLT = Desa Labuan Tereng, DLS = Desa Lembar Selatan, DL = Desa
Lembar, DJK = Desa Jembatan Kembar, DJKT = Desa Jembatan Kembar Timur, DNL = Desa Nyiur Lembang, KS = kode sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 150 sampel yang diambil, 50 sampel dinyatakan positif sedangkan 100 sampel dinyatakan negatif. Titer antibodi ND dari jumlah sampel serum ayam buras yang positif pada uji HI terlihat bervariasi. Serum ayam buras yang positif menunjukkan titer antibodi ND sebesar 23 HI unit sebanyak 2 sampel, titer 24 HI unit sebanyak 8 sampel, titer 25 HI unit sebanyak 20 sampel, titer 26 HI unit sebanyak 7 sampel, titer 27 HI unit sebanyak 5 sampel, titer 28 HI unit sebanyak 3 sampel dan titer 29 HI unit sebanyak 5 sampel (Tabel 1). Variasi ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti kesehatan ayam, jumlah virus yang menginfeksi dan perbedaan waktu infeksi (Purnamawati dan Sudarnika, 2008). Adanya titer antibodi NDsebar 29HI unit kemungkinan karena ayam buras tersebut terinfeksi oleh virus ND dan kemudian sembuh kembali. Pembentukan antibodi dan mulai tampak dalam serum memerlukan waktu 6 – 10 hari dan akan mencapai puncaknya pada 3 – 4 minggu, sedangkan antibodi mengalami penurunan setelah kira-kira 3 – 4 bulan dan sudah tidak terdeteksi setelah 8 – 12 bulan (Amanu dan Rohi, 2005).
Titer antibodi ayam buras di Kecamatan Lembar, dari 20 – 29 HI unit. Hal ini membuktikan bahwa ayam ayam buras di Kecamatan Lembar, Lombok Barat pernah terpapar virus ND secara alami karena informasi dari peternak ayam buras peliharaannya tidak divaksinasi. Adanya antibodi terhadap virus ND pada ayam yang tidak divaksinasi menunjukkan bahwa ayam tersebut pernah terinfeksi virus ND. (Wambura,2010) menyatakan bahwa adanya infeksi virus ND pada berbagai burung liar dengan mengukur titer antibodi, hasilnya adalah titer antibodi HI terhadap virus ND terdeteksi pada 10 sampai 75% sampel yang diperiksa. Sedangkan menurut (Darminto et al., 1993), unggas yang terinfeksi virus ND pada taraf sub-klinis namun tidak memperlihatkan gejala sakit yang mungkin karena memiliki titer antibodi sehingga unggas tersebut dapat bertindak sebagai carrier virus tersebut dan dikhawatirkan dapat menjadi sumber penularan virus ND bagi unggas lain yang masih peka.
Hasil seroprevalensi ND pada ayam buras di 6 (enam) Desa di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat persentase seropositif adalah 33 %, seronegatif 67%. Persentase sampel seropositif terbanyak ditemukan di Desa Labuan Tereng (52%) terendah (16%) di Desa Lembar sedangkan di desa lain dibawah 50% seperti dimuat pada Tabel 2.
Hasil penelitian seroprevalensi ND yang tinggi (Tabel 2) ditemukan di 2 lokasi yakni, di Desa Labuan Tereng sebanyak 13 sampel dan Lembar Selatan sebanyak 11 sampel.Berdasarkan
keterangan dari pemilik ayam buras, sekitar dua bulan yang lalu di lokasi tersebut di Desa Labuan Tereng, terjadi kasus kematian ayam buras secara mendadak. Menurut informasi peternak pernah membeli ayam pejantan dari pasar unggas yang kemudian dikawinkan dengan ayam miliknya, diantara ayam ayam betina yang dikawinkan dengan pejantan yang dibeli kemudian ada yang sakit sampai terjadi kematian dan ada yang sembuh kembali. Kemungkinan ayam pejantan tersebut telah terinfeksi virus ND yang pada akhirnya juga menginfeksi ayam lainnya. Seperti diketahui penyebaran virus di pasar unggas dapat terjadi melalui perantaraan manusia (pedagang, pengepul, pembeli) maupun melalui peralatan kandang yang terkontaminasi oleh feses yang terinfeksi virus. Peristiwa tersebut dapat diperparah lagi oleh manajemen yang buruk, baik di pasar, peternakan, maupun kendaraan yang tidak didesinfeksi secara rutin akan dapat meningkatkan kemungkinan virus berkembang dan menyebar (Widyastuti et al.,2008).
Tabel 2. Hasil seroprevalensi ND dengan uji HI pada serum ayam buras di 6 (enam) Desa di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lomok Barat.
Lokasi Sampel |
Jumlah Samapel |
Hasil Pemeriksaan | |
Seropositif |
Seronegatif | ||
Desa Labuan Tereng/DLT |
25 |
13 (52%) |
12 (48%) |
Desa Lembar Selatan/DLS |
25 |
11 (44%) |
14 (56%) |
Desa Lembar/DL |
25 |
4 (16%) |
21 (84%) |
Desa Jembatan Kembar/DJK |
25 |
7 (28%) |
28 (72%) |
Desa Jembatan Kembar Timur/DJKT |
25 |
9 (36%) |
16 (64%) |
Desa Nyiur Lembang/DNL |
25 |
6 (24%) |
19 (76%) |
Total |
150 |
50 (33%) |
100 (67%) |
Terdeteksinya antibodi terhadap virus ND pada ayam buras di Kecamatan Lembar, menunjukkan telah terjadi infeksi secara alami. Hal tersebut didukung karena dari ayam buras yang dipakai sampel belum pernah divaksinasi. Pemeliharaan ayam buras secara tradisional, kontak secara langsung diantara ayam yang terinfeksi dan sehat, berpeluang dalam penyebaran virus. Pencegahan terhadap penyakit ND dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan monitoring oleh Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Barat secara rutin agar cepat dapat diketahui apabila terjadi infeksi penyakit ND. Selain itu, tindakan biosekuriti juga penting dilakukan dalam upaya pencegahan terhadap penyakit (Lima et al., 2004). Jika tindakan
pencegahan ini dilaksanakan secara baik dan benar, maka penularan dan penyebaran penyakit ND menurun (OIE, 2009).
Hasil seroprevalensi ND yang rendah didapatkan di Desa Lembar menunjukkan nilai seronegatif 84% dari total 25 ekor sampel yang diperiksa. Kemungkinan ini terjadikarena beberapa faktor diantaranya, informasi dari peternak di lokasi tersebut jarang terjadi wabah penyakit. Faktor yang lainnya, ayam buras yang dipelihara kebanyakan secara semiintensip sehingga serangan terhadap penyakit bisa diminimalisir.Ini menuunjukkan bahwa didalam tubuh ayam tersebut tidak ditemukan adanya antibodi terhadap virus ND, kemungkinan juga karena ayam belum pernah terinfeksi virus ND (Andrewes, 2011).
Adapun ditemukannya tiiter antibodi ND yang tinggi pada ayam buras sampai titer 29 HI unit di beberapa Desa di Kecamatan Lembar, kemungkinan ini terjadi karena di daerah terebut memang sudah endemik penyakit ND, kemudian ayam yang sudah terinfeksi ada yang mati dan ada pula yang masih bisa bertahan hidup atau sembuh kembali, sehingga memiliki antibodi alami dalam tubuhnya karena terpapar oleh virus lapang. Adanya titer antibodi pada ayam buras di 6 (enam) Desa di Kecamatan Lembar secara alamiahdidapat dari lingkungan karena di sepanjang tahun kasus ND selalu ada meski tidak ada laporan resmi dari petugas atau instansi yang terkait. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Tizard, 1988) bahwa adanya antibodi dalamserum menunjukkan bahwa virus mungkinmasih ada dalam tubuh sehingga keberadaanantibodi berfungsi untuk melawan infeksi ataukemungkinan juga virus sudah tidak ada lagidalam tubuh karena sudah tereliminasi oleh antibodi.
Berdasarkan kenyataan di lapangan,terbentuknya titer antibodi pada ayam buras di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat terjadi secara alami, ternak yang terpapar virus ND dapat membangkitkan respon pertahanantubuh ayam.Hasil titer antibodi ND tidak seragam dan belum tentu protektif karena antibodi yang terbentuk bukan dari vaksinasi.Ketidak seragaman yang rendah inikemungkinan karena tidak adanya vaksinasipada ternak, kondisi individu ternak yangberbeda-beda, dan kondisi lingkunganpemeliharaan ternak ayam yang ada pada masing-masing Desa.Hal ini sesuai dengan pendapat (White dan Fenner, 2006) bahwa keseragaman hasil titer antibodi berkaitan erat dengan respon pembentukan antibodi pada tiap individu ternak. Respon dalam membentuk antibodi sifatnya individual dan dipengaruhi olehbanyak faktor, seperti kondisi kesehatanhewan secara umum, genetik, umur, asupan nutrisi dari pakan, stres, kondisi lingkungan dan cara pemeliharaan.
Hasil uji antigen ND empat sampel positif HA yaitu, dua di Desa Labuan Tereng dan dua di Desa Lembar Selatan dengan titer antigen 22– 23 seperti yang dimuat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji Hemaglutinasi deteksi antigen ND dari smpel swab kloaka dan swab trakea pada ayam buras di 6 (enam) Desa di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat.
Lokasi |
J Sampel |
umlah Pooled |
Positif (+) |
Negatif (-) |
Kode Pooled |
Titer antigen |
Desa Labuan Tereng |
25 |
P1,2,3 |
2 |
1= P2 |
P1 (c,d) P3 (b,c) |
22, 23 |
Desa Lembar Selatan |
25 |
P4,5,6 |
2 |
1=P6 |
P4 (b,c) P5 (a,d) |
22, 23 |
Desa Lembar |
25 |
P7,8,9 |
3 |
P7,8,9 |
- | |
Desa Jembatan Kembar |
25 |
P10,11,12 |
3 |
P10,11,12 |
- | |
Desa Jembatan Kembar Timur |
25 |
P,13,14,15 |
3 |
P13,14,15 |
- | |
Desa Nyiur Lembang |
25 |
P,16,17,18 |
3 |
P16,17,18 |
- | |
Total |
150 |
18 (75 TAB) |
4 |
14 |
75 TAB |
4 |
Keterangan; Satu sampel pooled berisi 8 sampel dan diinokulasikan pada empat butir TAB (a, b, c, dan d).
Hasil uji RT-PCR
Untuk deteksi lebih lanjut dilakukan uji RT-PCR. Hasil uji RT-PCR menunjukkan sampel P1, P2, dan P3 positif. Pita terlihat sejajar dengan kontrol positif dengan panjang pita
produk PCR 380 bp,seperti dimuat pada Gambar 1.
Bp M Pl P2 P3 (K-) (K+)
Gambar 1. Hasil Uji RT- PCR ND pada gel agarose 1% sampel swab kloaka dan trakea ayam buras di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat dengan panjang pita produk PCR 380 bp. Keterangan :M ( Marker); P1 (sampel poolednomor 1 dan 3); P2 (sampel pooled nomor 4); P3 (sampel pooled nomor 5); (K-) (Kontrol Negatif);(K+)(KontrolPositif).
Antigen ND dapat dideteksi dengan HA/HI dan secara molekuler dengan RT-PCR.Uji HA/HI digunakan karena virus paramyxovirus (ND) dapat mengaglutinasi sel darah merah unggas. Proses hemaglutinasi terjadi akibat aktivitas hemaglutinin yang terdapat pada amplop virus tersebut. Aktivitas hemaglutinasi berlangsung maksimal selama satu jam karena dipengaruhi oleh kerja enzim neuraminidase yang merusak ikatan pada reseptor eritrosit dengan hemaglutinin dari virus familia Paramyxoviridae(Kencana, 2012).Sedangkan keunggulan menggunakan uji RT-PCR dibandingkan dengan HA/HI adalah karena hasil uji lebih cepat dan lebih sensitif.Uji RT-PCR dikatakan lebih sensitif oleh karena hanya memerlukan volume sampel antigen yang lebih sedikit dibandingkan dengan uji HA/HI. Keunggulan yang lain adalah bahwa uji RT-PCR juga dapat dipakai untuk menentukan subtipe N1 pada virus AI sedangkan H5 bisa ditentukan baik dengan uji HA/HI maupun dengan RT-PCR (OIE, 2009).
Hasil deteksi antigen ND dengan uji Hemaglutinasi (HA) maupun uji RT-PCR (Tabel 3), empat sampel pooled positif yakni, dua di Desa Labuan Tereng dan dua di Desa Lembar Selatan, kemungkinan ini disebabkan lokasi kedua Desa tersebut bersebelahan sehingga penyebaran virus mudah terjadi dan dapat terdeteksi antigen ND. Mengingat jarak kedua desa yang sangat berdekatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Carlender, 2002) bahwa virus dapat ditransmisikan secara langsung melalui inhalasi aerosol atau debu yang terkontaminasi, secara tidak langsung melaluiair minum dan makanan yang terkontaminasi atau karkas yang terinfeksi. Menurut (Darminto etal., 1993) mengemukakan bahwa pembuatan pagarsebagai pembatas disekeliling peternakan merupakan salah satu langkah tepat untuk menghindari unggas lain sebagai sumber penyebaran penyakit masuk ke daerah peternakan lain.
Transmisi virusdari suatu tempat ke daerah lainnya terutama disebabkan oleh perpindahan unggas terinfeksi, makanan, peralatan dan kendaraan dapat mempermudah penyebaran virus ke area yang lebih luas. Ditambahkan oleh (Halvorson, 2002) bahwa secara alami, keterpaparan virus ND dapat membangkitkan respon pertahanan tubuh yaitu pertahanan seluler dan pertahanan humoral. Pertahanan seluler diperankan oleh sel pertahanan inang yang ditujukan untuk membunuh virus yang berada di dalam sel inang. Pertahanan humoral diperankan oleh antibodi untuk menangkap virus yang terlarut di dalam cairan seperti di dalam darah, antibodi dapat mengenal antigen yang merangsang pembentukannya.
Kondisi lapangan sangat dipengaruhioleh sistem biosekuriti yang diterapkan dilokasi peternakan. Menurut (Tabbu, 2000)yang mengatakan bahwa faktor yangberpengaruh memberikan sumbangan terhadapsistem kekebalan unggas ialah lingkungan sebesar 70% sedangkan 30% yang lainnya adalah genetik.
Sebagian besar peternakan ayam buras diKecamatan Lembar tidak menerapkan biosekuriti.Kenyataan di lapangan ini tidaksesuai dengan pernyataan (Payne danVenugopal, 2000) bahwa biosekuriti adalahsuatu konsep yang merupakan bagian integraldari suksesnya sistem manajemen produksisuatu peternakan unggas.
Monitoring keberadaanvirus ND di lapang dapat dilakukan dengan deteksi antibodi pada serum (seroprevalensi) dan deteksi antigen (seroantigenik) (Surtha et al., 2010). Monitoring seroprevalensi dan seroantigenik virus ND di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat belum pernah dilakukan di daerah tersebut.
Pemantauan terhadap penyakit ND hendaknya dilakukan secara berkesinambungan disertai dengan penyuluhan yang berulan-ulang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan kerugian ekonomi yang ditimbulkan.Langkah-langkah antisipasi terhadap penyakit ND perlu dilakukan untuk mencegah dampak buruk yang tidak diinginkan, berupa kematian ternak yang berdampak pada kerugian ekonomi. Pemahaman masyarakat akan penyakit ND sangat diperlukan dalam upaya mengatasi ancaman penyakit. Perlu diwaspadai pula bahwa proses penularan virus ND secara cepat banyakterjadi di pasar unggas akibat adanya kontak langsung antar unggas sakit dengan unggasyang sehat (Suartha et al., 2010).
Cara pemeliharaan unggas terutama padapeternakan rakyat yang masih tradisional berpeluang besar tertular penyakit ND. Sistem pemeliharaan ternak yang berbaur dalam satu lokasi juga dapat mempercepat proses penyebaran virus ND (Kencana et al., 2012). Kemungkinan titer antibodi maupun antigen ND yang ditemukan pada penelitian ini didapatkan akibat infeksi alami.
SIMPULAN
Hasil penelitian terhadap 150 sampel ayam buras yang diambil di 6 (enam) desa di Keamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, ditemukan sebanyak 50 sampel positif (seroprevalensi 33%). Hasil deteksi antigen ND ditemukan di Desa Labuan Tereng dan Desa
Lembar Selatan. Disimpulkan bahwa ayam buras di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat pernah terinfeksi ND.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dari proses pengambilan sampel sampai proses penelitian di Laboratorium Virologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Amanu, S. dan O. K. Rohi 2005.Studi serologi dengan uji hambaatan hemaglutinasi terhadap angsa yang dapat bertindak sebagai pembawa ND di D.I. Yogyakarta. J. Sain Vet. 1:8-12.
Andrewes, S.C. and Preira H. G., 2011.Viruses of Viruses of Vertebrates. 3nd ed. Published in the
United States of America by the Williams and Wilkins Compaay, Baltimore. Pp. 234-236.
Carlender, 2002. Detection and Diffrentiation of Pathogenicity of Avian Paramyxoviruses Serotype 1 From Field Cases Using One Step Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction. Avian Pathol. Oct, 13(5):493-9.
Darmono. 2001. Prospek Pengembangan Agribisnis Perunggasan Berbasis Sumber Daya Lokal. Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Peternakan.Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Darminto, P., W. Daniel and P. Ronohardjo.1993. Studies on the epidemiology of
newcastle disease in eastern Indonesia by serology and viral characterizationusing panels of monoclonal antibodies.Penyakit Hewan 46: 67—75.
Ditjennakkeswan, 2015.Buletin informasi Kesehatan Hewan. BEVET Bukit Tinggi. Vol.17.No.9.
Kencana GAY,2012. Buku penyakit virus unggas. Udayana University Press. ISBN 978-6027776-01-2
Kencana GAY, Kardena IM, dan Mahardika I G. N. K. 2012. Peneguhan diagnosis penyakit Newcastle Disease lapang pada ayam buras di bali menggunakan teknik RT-PCR. Jurnal Kedokteran Hewan.6 (1) : 23-32.
Lima, F.S., E. Santin, A.C. Paulillo, L.D. Junior, V.M.B. de Moraes, N.M.Q. Gama, and R.P.S. Iturino. 2004. Evaluation of different programs of Newcastle disease vaccination in japanese quail (Coturnix coturnix japonica). International J. Poultry Science3(5):354-356.
OIE. 2009. Office International des Epizooties (OIE). Terrestrial Manual: Chapter 2.3.4.Avian
Influenza. http://www.oie.int/filedadmin/Home/eng/Helth_standars/ tahm/2.03.04_AI.pdf.
Payne, L.N. and K. Venugopal. 2000.Neoplastic disease: Marek’s Disease, Avian Leucosis and Reticuloendotheliosis 2: 544-554.
Suartha I N, Antara I M D, Wiryana I KS, Sukada I M, Wirata I W,Dewi N M R K, Mahardika IG N K. 2010. Peranan Pedagang Unggas dalam Penyebaran Virus ND/AI.Jurnal Veteriner Vol.11 (4): 220-225.
Tabbu, 2000.Penyakit Ayam dan Penanggulangannya 1, Penyakit Bakterial, Mikal dan Viral.232 -244. Kanisius Yogyakarta.
Tizard, IR. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Soehardjo H dm Masduki P,Penerjemah. Surabaya. Airlangga Press. Terjemahan dari: VeterinaryImmunology.
Wambura PN, 2010. Detection ofantibody to Necastle Disease virus in semidomesticated.
White, D.O. and F.J. Fenner. 2006. MedicalVirology. Academic Press. USA.
Widyastuti N D W, Basri C, Naipospos T S P, Bleich E G. 2008. Tinjauan sistem beternak ayam danitik secara lepas di Indonesia dan penilaian implikasinya terhadap penyebaran virus ND maupun AI. KIVNAS 19th – 22th.
Hamdani dan Kencana, Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 90 - 104
Page 104
Discussion and feedback