e--journal FAPET UNUD


e-Journal

Universitas Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

Submitted Date: August 21, 2017

Accepted Date: August 31, 2017


Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN ITIK PETELUR DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN INTENSIF

(Studi Kasus pada Peternakan Itik Petelur di Desa Banjarangkan, Kabupaten Klungkung)

Suprapta, I M., I W. Sukanata, dan I K. A. Wiyana

PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar HP: 089683923913. E-mail: madesuprapta16@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan dan kelayakan finansial peternakan itik petelur serta sensitivitasnya terhadap peningkatan harga pakan dan penurunan harga telur. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2016 sampai bulan Januari 2017 di usaha peternakan itik petelur milik I Ketut Mendra yang berlokasi di Banjar Selat, Desa Banjarangkan, Klungkung. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif yang meliputi analisis kriteria investasi, pay back period, break even point, dan switching value. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan itik petelur milik I Ketut Mendra layak secara finansial yang ditunjukkan oleh Net Present Value (NPV) positif yaitu sebesar Rp 82.315.887, Internal Rate of Return (IRR)27,37%, dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,46. Pay Back Period dapat dicapai dalam waktu 0,45 tahun, sedangkan Break Even Point tercapai dalam waktu 6,93 tahun. BEP produksi dari usaha ini adalah 273.702 butir/tahun, sedangkan BEP harganya Rp. 1.433/butir. Usaha ini sangat sensitif terhadap penurunan harga telur dan peningkatan harga pakan dengan nilai masing-masing sebesar 3,50% dan 4,67%.

Kata kunci :kelayakan finansial, manajemen, peternakan itik, sensitivitas usaha

THE FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF THE LAYER DUCK FARM WITH INTENSIVE MAINTENANCE SYSTEM

(A Case of Study on A Layer Duck Farm in Banjarangkan Village, Klungkung Regency)

ABSTRACT

The purpose of this research was to know about the production management and the financial feasibility of the layer duck farms as well as its sensitivity to the increase of feed prices and the decrease of eggs prices. This reasearch was conducted on December 2016 until January 2017 atI Ketut Mendras layer duck farm in Banjar Selat,Banjarangkan Village, Klungkung. The located of the study have determined by purposive. The data used primary data and secondary data that analyzed by quantitative descriptive method which includes the analysis of investment criteria, payback period, breakeven point, and switching value.The results of this study indicate that I Ketut Mendra’s layer duck farm was financially feasible indicated by the positive Net Present Value (NPV) of Rp 82,315,887, Internal Rate of Return (IRR) of 27.37%, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) of 1.46. Pay Back Period and Break Even Point could be reached on 0.45 years dan 6.93 years respectively. BEP production of this farm

was273,702eggs/year, while the BEP price wasRp. 1,433 per egg. This farm was very sensitive to the decrease of theeggs pricesand the increase of the feed prices with a value of 3.5% and 4.67% respectively.

Key words : financial feasibility, management, duck husbandry, business sensitivity

PENDAHULUAN

Secara umum terdapat tiga jenis sistem pemeliharaan itik petelur yaitu sistem tradisional (gembala), semi-intensif, dan intensif. Sistem tradisional (gembala) adalah pemeliharaan itik dengan cara mengembalakan itik ke sumber pakan, seperti persawahan (Sipora et al., 2009). Pemeliharaan itik sistem semi-intensif adalah pemeliharaan itik dengan cara kombinasi, yakni secara gembala dan terkurung (Yuwono, 2012). Yowono (2012) juga menambahkan bahwa dalam pemeliharaan intensif, itik dipelihara secara terkurung atau dikandangkan, dengan pemberian pakan bermutu, menggunakan bibit itik berkualitas/unggul, serta tata laksana pemeliharaan yang baik. Tujuan pemeliharaan itik dengan cara intensif adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Retno dan Maloedyn (2011) melaporkan persentase produksi itik telur pada sistem pemeliharaan secara tradisional adalah 33,5%, kemudian semi-intensif 47,5%, dan intensif lebih dari 50%. Bila dilihat dari persentase produksinya, pemeliharaan secara intensif lebih baik dari sistem yang lainnya.Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas ternak itik petelur maka perlu diterapkan pemeliharaan secara intensif.Akan tetapi, terdapat kelemahan pada sistem tersebut, yaitu memerlukan biaya yang cukup tinggi seperti biaya investasi kandang, biaya variabel (biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, biaya listrik dan air), dan biaya tetap (penyusutan kandang dan peralatan kandang).

Salah peternakan itik petelur yang sudah menerapkan sistem pemeliharaan secara intensif adalah peternakan itik petelur milik Bapak I Ketut Mendra yang berada di Desa Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Usaha peternakan tersebut sudah berjalan cukup lama yaitu dari tahun 1990 atau sudah selama 25 tahun dan pada saat ini sudah memiliki populasi itik kurang lebih 1000 ekor. Namun, sejauh ini belum pernah dilakukan analisis mengenai kelayakan usaha peternakannya tersebut.Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terkait analisis kelayakan usaha peternakan itik petelur dengan pemeliharaan secara intensif pada usaha peternakan itik petelur yang ada di desa Banjarangkan khususnya pada usaha peternakan itik petelur milik Bapak I Ketut Mendra.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan itik petelur milik Bapak I Ketut Mendra yang berlokasi di Banjar Selat, Desa Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dari bulan Desember 2016 sampai Januari 2017.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari peternak. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah manajemen usaha dan kelayakan finansial usaha peternakan itik petelur.

Analisis manajemen usaha meliputi: pemilihan bibit itik petelur, perkandangan, pemberian pakan, tenaga kerja, kesehatan ternak, pengolahan telur, dan pengolahan itik afkir.

Analisis kriteria investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (NET B/C) dihitung menggunakan rumus dari Ibrahim (2003) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rumus yang digunakan untuk analisis kriteria investasi

No

Kriteria Investasi

Rumus

Keterangan

1

NPV (Net Present

n

NPV = Y B1- C1

Kriteria perhitungan NPV

Value)

adalah :

i=o

NPV > 0 (nol)

layak

Keterangan:

NPV < 0 (nol)

tidak

NPV = Net present value (Rp)

layak

C1   = Cost yang telah di-discount (Rp)

B1   = Benefit yang telah di-discount (Rp)

i    = Periode (0,1,2,3,…,n)

n   = Tahun (waktu)

NPV = 0 (nol)

BEP

2

IRR (Internal Rate of Return)

NPV1

irr = 1i + (NPV1-NPV2) x (^

Kriteria perhitungan IRR adalah :

Keterangan:

IRR > DF

layak

IRR = Internal rate of returm (Rp)

IRR < DF

tidak layak

NPV1 = Net present value positif (Rp)

IRR = DF

BEP

NPV2 = Net present value negatif (Rp) i1    = Discount rate NPV1 (Rp)

i2    = Discount rate NPV2 (Rp)

DF = 16 %

3

Net B/C (Net Benefit

B   ∑n=oNBi(+)

Kriteria perhitungan Net

Cost Ratio)

Net — = —----zz---

C   ∑n=oNBl(-)

Keterangan:

B/C adalah :

Net B/C > 1

layak

Net B/C     = Nilai dari Net Benefit Cost Ratio

Net B/C < 1

tidak

∑n=oNBi(+) = Jumlah net benefit yang telah di-discount

layak

factor yang bernilai positif (Rp)

Net B/C = 1

BEP

∑n=oNBi(-)= Jumlah net benefit yang telah di-discount

factor yang bernilai negatif (Rp)

Analisis Pay Back Period (PBP) yang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan seluruh biaya investasi yang dikeluarkan dihitung pula menggunakan rumus dari Ibrahim (2003) yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.Rumus yang digunakan dalam perhitungan PBP

Analisis

Rumus

Keterangan

PBP (Pay Back Period)

PBP

Keterangan:

PBP     =

Tp-i      =

^^^^^^~

Z1      =

^^^∙

' B.^   =

^^^^^^^^^^^^^≡

bp       =

^^^^~                             ^^^.

τ      ∑‰f- ∑!=0Bicp-1

Semakin cepat pengembalian biaya investasi pada usaha peternakan itik petelur ini, maka semakin lancar perputaran modal pada usaha tersebut sehingga usaha ini semakin layak untuk dijalankan.

tp-i   1          n

Bp

Pay Back Period (Tahun)

Tahun sebelum terdapat PBP (Tahun)

Jumlah investasi yang telah didiscount

(Rp)

Jumlah benefit yang telah didiscount

sebelum PBP (Rp)

Jumlah benefit pada PBP berada (Rp)

Analisis Break Even Point (BEP) yang meliputi BEP waktu, produksi telur maupun harga telur dianalisis menggunakan rumus dari Ibrahim (2003), dengan rumus disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rumus yang digunakan dalam perhitungan BEP

Analisis

Rumus                                  Keterangan

BEP (Break

Even Point)

∑^0 TC.∑^0 Blcp-1               Semakin cepat usaha peternakan

BEPwaktu tP-1 +           b                          itik petelur ini mencapai titik

Keterangan:                   P                        pulang pokok, maka semakin besar

BEPwaktu   = Nilai BEP waktu (Tahun)                    keuntungan yang diterima dan

usaha ini semakin layak untuk

Tp_.      = T ahun sebelum terdapat BEP (T ahun)

1___                                                         dijalankan.

ι=oTCi= Komulatif total cost yang telah didiscount (Rp)

^L0Blcp-1= Komulatif benefit yang telah didiscout sebelum

BEP (Rp)

Bp        = Jumlah benefit pada saat BEP berada (Rp)

BEP Produksi Telur

_           npvi       (pT   pτy      Kriteria perhitungan BEP produksi

BBPprodukSl —PTi + (NpVi - Npv^) x (PT  pI2J       adalah :

Keterangan:                                              BEP produksi < Produksi (layak)

BEPproduksl = Nilai BEP produksi telur (Butir)              BEP produksi > Produksi (tidak

PT1= Jumlah produksi telur yang menghasilkan NPV1       layak)

(Butir)                                      BEP produksi = Produksi (impas)

PT2= Jumlah produksi telur yang menghasilkan NPV2

(Butir)

NPV1=Net Present Value positif (Rp)

NPV2 =Net Present Value negatif (Rp)

BEP Harga

Telur

DfD            i      NPVi              ut ∖        Kriteria perhitungan BEP produksi

BEPHarga — BTi + (npv1 — NPV2) X (  1     2)        adalah :

Keterangan:                                              BEP Harga < Harga saat ini (layak)

BEPHarga= Nilai BEP harga (Rp)                         bep Harga > Harga saat ini (tidak

HT1= Harga telur yang menghasilkan NPV1 (Rp)           layak)

HT2= Harga elur yang menghasilkan NPV2 (Rp)            BEP Harga = Harga saat ini

NPV1=Net present value positif (Rp)                       (impas)

NPV2=Net present value negatifv (Rp)

Analisis sensitivitas (switching value) perusahaan khususnya terhadap pengaruh perubahan harga pakan dan harga telur dihitung menggunakan rumus Ibrahim (2003) yaitu:

  • a.    Switching Value Peningkatan Harga Pakan

    SV. HP = HP1 +


    NPV1

    NPV1 - NPV2


    (HP2-HP1)


SV.HP =Switching value harga pakan (Rp)

NPV1   = Net present value yang menunjukan angka positif (Rp)

NPV2   = Net present value yang menunjukan angka negatif (Rp)

HP1  = Harga pakan yang menghasilkan NPV1 (Rp)

HP2  = Harga pakan yang menghasilkan NPV2 (Rp)

  • b.    Switching Value Penurunan Harga Telur

NPV1

svht = ht1 + NP1-NPV2 (^T2~HT1)

SV.HT =Switching value harga telur (Rp)

NPV1   = Net present value yang menunjukan angka positif (Rp)

NPV2 = Net present value yang menunjukan angka negatif (Rp)

HT1 = Harga telur yang menghasilkan NPV1 (Rp)

HT2 = Harga telur yang menghasilkan NPV2 (Rp)

Tingkat sesnsitivitasnya ditentukan dengan indikator sebagai berikut: jika selisihnya 110 % disebut sangat sensitif, jika selisihnya 11-50 % disebut sensitif, dan jika selisihnya > 50 % disebut kurang sensitif.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif (Sugiyono, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Usaha

Usaha peternakan itik petelur dengan pemeliharaan intensif milik Bapak I Ketut Mendra sudah berdiri sejak tahun 1990. Itik yang dipelihara adalah itik petelur jenis itik bali. Populasi ternak itik pada tahun 2016 sebanyak 1.478 ekor. Sedangkan rata-rata populasi itik per tahunnya adalah 1.168 ekor/tahun. Tujuan peternakan ini adalah untuk menghasilkan telur bibit atau telur tetas.Selain itu, peternakan ini juga menjual telur konsumsi dan telur asin.Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan dalam sehari adalah sebanyak 788 butir/hari atau 283.710 butir/tahun.Persentase produksi telur dari ternak itik yang dipelihara adalah 67,619%/hari.

Manajemen Pemeliharaan Itik Petelur

Bibit itik yang dipelihara pada usaha peternakan itik petelur milik Bapak I Ketut Mendra di Desa Banjarangkan adalahjenis itik bali. Bibit itik bali tersebut diperoleh dengan cara membeli daripeternak-peternak itik yang berasal dari daerah Klungkung, Bangli, dan Karangasem. Bibit tersebut berupa itik yang siap bertelur dengan harga rata-rata Rp. 58.208 per ekor.Itik petelur yang sudah memasuki masa rontok bulu dan sudah bertelur sibawah 50% diafkir oleh peternak.Dalam memilih bibit memperhatikan beberapa kriteria yang meliputi: itik sudah bertelur 10% dari jumlah itik; sudah berumur 20 minggu; dan badan itik tidak kurus. Namun, hal penting yang kurang diperhatikan oleh Bapak I Ketut Mendra adalah manajemen pemeliharaan Day Old Duck (DOD) sampai menjadi itik petelur yang diterapkan oleh peternak-peternak DOD.Manajemen pemeliharaan tersebut seperti kualitas DOD, kualitas dan kuantitas pakan, serta periode vaksinasi ternak itik.

Peternakan ini berada pada daerah yang memiliki temperatur sekitar27oC – 30,9oC.Temperatur tersebut sesuai dengan kondisi ideal yang dibutuhkan oleh ternak itik.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Supriyadi (2010) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang cocok untuk itik adalah daerah sejuk, dengan suhu 240C sampai 300C.Jarak kandang dengan pemukiman penduduk cukup jauh yaitu 1 km serta memiliki akses transportasi yang baik, Tipe kandang yang digunakan adalah tipe kandang ranch.Kandang itik petelur dibangun membujur dari timur ke barat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harianto (2010), yang menyatakan bahwa kandang dibangun dengan membujur dari arah timur-barat, dengan tujuan untuk memberikan kesempatan sinar matahari pagi masuk ke dalam kandang, sehingga ruangan kandang menjadi sehat, cukup terang dan litter kandang tetap kering. Pada kandang itik petelur Bapak I Ketut Mendra ternak itik dibagi menjadi 9 blok. Rata-rata luas blok kandang adalah 110,7 dengan rata-rata jumlah itik dalam 1 blok adalah 166 ekor dengan kepadatan 1,49 ekor/m2.

Pakan yang diberikan pada ternak itik memiliki komposisi yaitu dedak padi 17,53%, konsentrat itik 24,51%, dan mineral 1,96%. Campuran bahan pakan tersebut mengandung 17,89% protein kasar, 10,05% serat kasar, 4,58% lemak, 3,97 % kalsium, serta 1,20% fospor. Berdasarkan standar kebutuhan itik petelur yang ditetapkan oleh Murtidjo (1990) dan Sinurat (2000),campuran bahan pakantersebut kelebihan serat kasar 1,05 %, kalsium 1,72 %, dan pospor 0,6 %. Pada itik petelur fase layer, kelebihan kalsium dalam ransum akan memicu terhambatnya absorbsi (penyerapan) fosfor di usus. Akibat yang muncul dari hal ini adalah penurunan produksi dan kualitas telur. Kerabang akan menjadi lebih mudah pecah, permukaan luar kerabang terasa berpasir, kotor dan terdapat bercak-bercak sisa kalsium.

Sedangkan kelebihan serat kasar sebanyak 1,05 % tidak berpengaruh pada ternak itik, karena penggunaan serat kasar yang tinggi sebagai upaya menurunkan kandungan lemak pada ternak itik (Zakariah, 2011).

Ternak itik yang dipelihara, diberikan pakan dua kali sehari yaitu, pada pagi hari pukul 07.00 WITA dan pada sore hari pukul 16.00 WITA. Rata-rata jumlah pakan yang diberikan sebanyak 198,7 kg/hari untuk 1.169 ekor ternak atau 169,9 g/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Prasetyo (2006) yang menyatakan bahwa kebutuhan pakan itik pada fase bertelur (umur diatas 20 minggu) adalah pakan 160-180 g/ekor/hari.

Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usaha peternakan itik petelur ini adalah satu orang.Adapun pekerjaan yang dilakukan meliputi, mengumpulkan telur pada pukul 06.00 WITA, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pakan pada ternak pukul 07.00 WITA sampai 08.30 WITA.Selanjutnya menghitung jumlah telur yang dihasilkan.Pengecekan, pengantian, dan penambahan air minum itik dilakukan pada pukul 10.00 WITA sampai 14.00 WITA.Selanjutnya pada pukul 16.00 WITA melakukan pemberian pakan kembali kepada ternak itik. Tenaga kerja tersebut bekerja selama 10 jam yaitu dari jam 6 sampai jam 4 sore dengan memperoleh gaji sebesar Rp. 1.950.000,00/bulan.

Pada usaha peternakan itik petelur ini sudah melakukan upaya pencegahan penyakit yaitu dengan melakukan vaksinasi dan penerapan biosecurity.Vaksinasi dilakukan ketika itik baru datang, dengan menyuntikkan vaksin avian influenza (AI).Sedangkan upaya biosecurity yang dilakukan yaitu lokasi peternakan sudah berpagar dengan satu pintu masuk, pemilik/manajer sudah mampu membatasi masuknya orang asing dan hewan liar kedalam peternakan.Upaya penanganan penyakit ternak yang dilakukan adalah medikasi/pengobatan yaitu dengan mencampurkan obat trimizynpada air minum dan diberikan ke itik yang sakit.

Telur yang dihasilkan pada usaha peternakan itik ini dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu telur konsumsi, telur tetas dan telur asin.Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan setiap tahunnya yaitu telur konsumsi 227.136 butir atau 80,06% dari total produksi, telur tetas 52.949 butir atau 18,72% dari total produksi, dan telur asin 3.625 butir atau 1,22% dari total produksi. Telur yang dihasilkan dijual dibeberapa tempat. Untuk telur konsumsi dijual ke pasar tradisional (Pasar Galiran Klungkung dan Pasar Sukawati) dengan harga Rp. 1.385/butir.Untuk telur tetas dijual kepada penetas telur yang ada di desa Banjarangkan (Bapak Warta dan Bapak Kandra) dengan harga rata-rata Rp 1.885/butir.Untuk telur asin dijual ke warung-warung makan yang ada di desa Tulikup, Sidan, dan Bakas dengan harga rata-rata Rp 1.885/butir.

Biaya Investasi

Sama seperti halnya usaha bisnis lainnya, dalam pembangunan usaha peternakan juga diperlukan dana yang cukup besar (Sukanata, 2008). Salah satu dana yang dikeluarkan adalah untuk biaya investasi. Biaya investasi yang diperlukan dalam usaha peternakan itik petelur milik Bapak I Ketut Mendra adalah biaya pembuatan kandang, biaya sewa lahan, biaya peralatan dan perlengkapan kandang, serta biaya instalasi listrik dan air.Jumlah biaya investasi yang dibutuhkan untuk memelihara ternak itik sebanyak 1.169 ekor adalah sebesar Rp. 187.194.000.

Biaya Operasional

Biaya operasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.Pada usaha peternakan itik petelur Bapak I Ketut Mendra rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya adalah Rp.407.487.857 dengan rata-rata jumlah ternak 1.169 ekor setiap tahunnya.

Analisis Kelayakan Finansial

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha peternakan itik petelur milik Bapak I Ketut Mendra yang menggunakan sistem pemeliharaan secara intensif layak secara finansial.Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis kelayakan yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kelayakan finansial usaha peternakan itik petelur Bapak I Ketut Mendra

No

Analisis Kelayakan Finansial

Hasil

Keterangan

1

NPV (Net Present Value)

Rp 82.315.887

NPV positif

2

IRR (Internal Rate of Return)

27,37 %,

IRR>DF 16 %

3

Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

1,46

Net B/C>1

4

PBP (Pay Back Period)

0.45 tahun

Jangka waktu pengembalian biaya investasi

5

BEP (Break Even Point) waktu

6,93 tahun

Jangka waktu pengembalian seluruh biaya

6

BEP Produksi

273.702 butir/tahun

BEP produksi < Produksi (283.710/butir)

7

BEP Harga

Rp. 1.433/butir

BEP harga < Harga normal (Rp 1.485/butir)

NVP positif sebesarRp 82.315.887 menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 10 tahun, usaha peternakan itik petelur dengan populasi rata-rata 1.169 ekor per tahun dapat memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 82.315.887, dalam bentuk present value (nilai sekarang).Sehingga dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa usaha peternakan itik petelur ini layak.Hal tersebut sesuai pendapat Umar (2009), yang menyatakan suatu usaha dikatakan layak apabila nilai NPV bernilai positif.

Hasil perhitungan IRR adalah 27,37% dan nilai discount rateadalah 16%. Hal tersebut menunjukan IRR > DF, yang artinya usaha peternakan itik petelur milik bapak I Ketut Mendra layak untuk dijalankan.

NilaiNet B/C dari usaha peternakan itik petelur ini adalah 1,46, yang artinya setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha peternakan itik petelur ini, maka akan memberikan benefit bersih sebesar Rp. 1,46. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai Net B/C lebih besar dari 1, yang artinya usaha peternakan ini layak untuk dijalankan.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilaiPBP pada usaha peternakan itik petelur Bapak I Keutut Mendra adalah 0,45 tahun. Artinya, usaha peternakan itik petelur ini mampu mengembalikan biaya investasi setelah usaha tersebut berjalan 0,45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan ini layak dilaksanakan karena investasi mampu dikembalikan sebelum umur ekonomis usaha ini berakhir. Menurut Pujawan (2004), suatu proyek dikatakan layak apabila PBPlebih pendek jika dibandingkan dengan umur proyek yang direncanakan. Dalam penelitian Saputra (2011),PBP ternak ayam broiler adalah 3 tahun 4 bulan, sehingga dapat diketahui kecepatan pengembalian modal investasi lebih cepat ternak itik jika dibandingkan dengan ternak ayam broiler.

Hasil analisis BEP dari usaha peternakan itik petelur Bapak I Ketut Mendra dengan menggunakan sistem pemeliharaan intensif di Desa Banjarangkan, Kabupaten Klungkung adalah 6,93 tahun. Artinya, usaha peternakan itik petelur yang dimiliki Bapak I Ketut Mendra mencapai titik impas ketika usaha tersebut telah berjalan selama 6,93 tahun.

Usaha peternakan itik petelur ini mampu mencapai titik impas ketika memproduksi telur sebanyak273.702 butir/tahun, yang artinya usaha ternak dikatakan menguntungkan apabila mampu memproduksi jumlah telur diatas angka 273.702 butir/tahun,dan rata-rata peternak mampu memproduksi 283.710 butir telur/tahun dengan populasi itik rata-rata 1.169 ekor/ tahun.Angka tersebut sudah memenuhi batas minimum BEP produksi, maka dapat disimpulkan usaha ternak itik petelur milik Bapak I Keutu Mendra yang menerapkan sistem pemeliharaan intensif layak secara finansial.

Nilai BEP harga telur pada usaha peternakan itik petelur milik bapak I Ketut Mendra adalah sebesar Rp. 1.433/butir.Artinya peternak harus menjual telur diatas harga Rp. 1.433/butir untuk memperoleh keuntungan.Sementara itu, peternakmampu menjual telur itiknyadengan harga rata-rata Rp. 1.485/butir atau diatas harga BEP.Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa usaha peternakan itik petelur milik Bapak I Ketut Mendra layak secara finansial dilihat dari indikator BEP harga.

Sensitivitas Usaha

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase maksimum peningkatan harga pakan yaitu sebesar 4,67% (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa kelayakan usaha peternakan itik petelur Bapak I Ketut Mendra sangat sensitif terhadap peningkatan harga pakan. Apabila terjadi kenaikan harga pakan melebihi 4,67% dari harga rata-rata saat ini, maka usaha ini akan mengalami kerugian. Menurut Murtidjo (1993), dalam usaha peternakan, pakan merupakan komponen biaya yang terbesar. Pada usaha peternakan petelur milik Bapak I Ketut Mendra biaya pakan mencapai 83,12%. Sedangkan persentase maksimum penurunan harga telur itik pada usaha peternakan itik Bapak I Ketut Mendra yaitu sebesar 3,50%. Artinya, kelayakan usaha peternakan itik petelur ini sangat sensitif terhadap penurunan harga telur. Apabila terjadi penurunan harga telur lebih dari 3,50%dari harga rata-rata saat ini, maka usaha peternakan ini akan mengalami kerugian. Hal tersebut juga diperkuat oleh pendapat Hamdan (2010) yang menyatakan penjualan telur merupakan pendapatan utama dari usaha peternakan itik petelur, sehingga kelayakan finansial usaha peternakan itik petelur sangat sensitif terhadap penurunan harga telur.

Tabel 4. Hasil Analisis Sensitivitas

Parameter

Switching Value (%)

Keterangan

Peningkatan harga pakan

4,67

Sangat sensitif

Penurunan harga telur

3,50

Sangat sensitif

SIMPULAN

Usaha peternakan itik petelur di Desa Banjarangkan, Kabupaten Klungkung sudah menerapkan pemeliharaan secara intensif dengan manajemen yang baik.Berdasarkan perhitungan dari segi finansialnya dapat disimpulkan usaha peternakan itik petelur milik Bapak I Ketut Mendra layak untuk dijalankan.BEP tercapai ketika produksi telur sebanyak 273.702 butir/tahunatau ketika harga telur Rp. 1.433/butir.Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa usaha peternakan itik petelur ini akan mengalami kerugian apabila terjadi penurunan harga telur lebih dari 3,50% atauterjadi peningkatan harga pakan lebih dari 4,67% dari harga rata-rata saat ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bapak I Ketut Mendra selaku pemilik peternakan itik peterlur, serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan

Universitas Udayana yang telah banyak memberikan saran dan masukkan dalam pembuatan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdan, A. 2010.Kelayakan Usaha Peternakan Itik Petelur dengan Pemanfaatan Keong Mas sebagai Sumber Pakan Alternatif (Kasus KTTI Bebek Jaya, Babadan, Gunung Jati, Cirebon). Skripsi Sarjana Ekonomi. Institut Pertanian Bogor.

Ibrahim, H.M.Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). Rineka Cipta, Jakarta.

Kaleka, N. 2015. Beternak Itik Tanpa Bau Tanpa Angon. ARCITRA. Yogyakarta

Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Itik. Yogyakarta.

Murtidjo, B. A. 1993. Keuntungan Usaha Peternakan Dari Kualitas Pakan. Kanisius, Yogyakarta.

Prasetyo, L. H., P. P.Kateren dan P. S. Hardjosworo. 2006. Perkembangan teknologi budidaya itik di Indonesia. Lokakarya Unggas Air II. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Hal : 145161.

Pujawan, I. N. 2004. Ekonomi Teknik. Jillid 1.Cetakan ke 3. Gunu Widya. Surabaya.

Retno dan Maloedyn Sitanggang. 2007. Panduan Lengkap Beternak Itik. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Saputra.2011. Analisis Kelayakan Investasi Peternakan Ayam Broiler Pada Kondisi Risiko.Skripsi.IPB Bogor.

Sinaga, D. 2009. Studi Kelayakan Bisnis dalam Ekonomi Global. Mitra Wecana Media, Jakarta.

Sinurat, A.P. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan itik.Pelatihan proyek pengembangan agribisnis peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20 Juni 2000.

Sipora, S., Ira W, H., dan Zulka H. 2009.Usaha Itik Petelur Dan Telur Tetas. Program Studi Manajemen Hutan. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. PT. Gramedia. Jakarta

Sukanata, I W. 2008.Dampak Kebijakan Kuota Perdagangan Terhadap Penawaran dan Populasi Sapi Serta Kesejahteraan Peternak di Provinsi Bali.Tesis.Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Supriyadi. 2010. Beternak Itik Hibrida Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta

Umar, H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yuwono, D. M. 2012. Budidaya Ternak Itik Petelur. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.

Zakariah, M. Askari. 2011. Pengaruh Penggunaan Serat Terhadap Kadar Kolestrol Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Suprapta et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 2 Th. 2017:251 - 261

Page 261