e--journal FAPET UNUD


e-Journal

Universitas Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

Submitted Date: August 21, 2017

Accepted Date: August 29, 2017


Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita; I W. Wirawan

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN

SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE
PADA POLA KEMITRAAN

(Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana)

Prawira, I G. I. K., I G. Mahardika dan I W. Sukanata PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman Denpasar HP: 081916229765, E-mail: indra_karang94@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pendapatan peternak ayam broiler pola kemitraan dengan sistem pemeliharaan kandang closed house. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah biaya investasi, biaya produksi, penerimaan usaha, pendapatan usaha, R/C ratio dan BEP usaha. Penelitian menggunakan data pemeliharaan selama satu tahun yang terdiri dari 7 periode pemeliharaan. Data penelitian dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan dengan kapasitas 11.000 ekor memiliki biaya investasi sebesar Rp 459.972.500 atau Rp 41.816/ekor, rataan biaya produksi tiap periode sebesar Rp 322.804.204, rataan penerimaan tiap periode sebesar Rp 353.650.992, rataan pendapatan peternak sebesar Rp 20.391.337/periode atau Rp 1.020,74/kg bobot hidup dengan nilai R/C ratio 1,06. BEP produksi berada pada jumlah produksi sebanyak 6.771 kg ayam hidup, sedangkan BEP harga jual ayam per kg adalah Rp 15.783/kg bobot hidup. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

Kata Kunci: Pendapatan Usaha, Closed House, Kemitraan, Ayam Broiler

ANALYSIS INCOME OF BROILER FARMERS BY THE SYSTEM OF CLOSED HOUSE MAINTENANCE ON PARTNERSHIP MODEL (Case Study Plasma Sri Budi Ratini in Candikusuma Village, Melaya District, Jembrana Regency)

ABSTRACT

This research aims to analysis the farmer’s income of the broilers farm with the closed house system on the partnership models. Variables observe are investment cost, production cost, business revenue, operating income, R/C ratio and BEP business. This research used data for one year consisting of 7 production periods. The data were analyzed by quantitative descriptive analysis methods. The results showed that the investment cost is Rp 459.972.500 or Rp 41.816/tail, the average of production cost is Rp 322.804.204 per periods. The average revenue is Rp 353.650.992 per periods, theaverage income of broilers farmer reached out to Rp 20.391.337 each periods or Rp 1.020,74/kg body weight with the value of R/C ratio is


1,06. BEP of the production of broilers farm with closed house system on the partnership model is 6.771 kg body weight. BEP forselling price is equal toRp15.783/kg body weight. The results of this research showed that the performance of broilers production in closed house system on the partnership model is profitable and feasible.

Key Words: Incomes,Closed House, Partnership, Broilers

PENDAHULUAN

Ayam broiler merupakan salah satu ras ternak unggas yang cukup populer dan banyak dipelihara oleh peternak di Bali sebagai penghasil daging karena memiliki beberapa keunggulan, seperti laju pertumbuhan yang cepat dan kemampuan mengkonversi ransum yang efisien dibanding ayam lainnya. Usaha pemeliharaan ayam broiler dalam perkembangannya di masyarakat dikenal dengan adanya usaha pemeliharaan ayam broiler dengan pola kemitraan, dengan prinsip saling menguntungkan. Terdapat beberapa jenis pola kemitraan, salah satunya adalah pola inti plasma, pada pola ini peternak bertanggung jawab untuk menyediakan kandang beserta peralatannya serta melaksanakan pemeliharaan. Sedangkan perusahaan inti bertugas menyediakan sapronak, memberikan petunjuk pemeliharaan berupa petugas lapangan serta menentukan jadwal panen serta memasarkan ayam sesuai dengan harga jual ayam yang telah disepakati (harga kontrak).

Selain perkembangan pola usaha pemeliharaan, perkembangan teknologi pada pemeliharaan ayam broiler juga berkembang pesat, salah satunya yaitu penggunaan teknologi kandang dengan sistem closed house yang mampu menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga ternak/ayam broiler mampu tumbuh optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Dalam menjalankan usahanya, peternak ayam broiler selain fokus on farm, peternak juga memperhatikan keuntungan, pemasaran, dan resiko usaha. Untuk mengurangi resiko merugi akibat tingginya biaya investasi dan biaya produksi serta harga jual ayam yang tidak menentu, peternak mulai mengusahakan bisnis ayam broiler dengan pola kemitraan. Pendapatan peternak ayam broiler pada pola kemitraan diantaranya dipengaruhi oleh hasil budidaya, dan harga jual ayam, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pendapatan usaha, R/C ratio dan nilai BEP (Break Even Point) pemeliharaan ayam broiler yang dipelihara dengan sistem closed house pada pola kemitraan.

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di peternakan milik Ni Putu Sri Budiratini, Desa Candikusuma, Kabupaten Jembrana, Bali, yang merupakan peternakplasma dari PT. Ciomas Adisatwa. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Hadi, 1983). Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian yaitu peternak memiliki kapasitas pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan peneliti, peternak melaksanakan pemeliharaan menggunakan kandang dengan sistem closed house, peternak telah bermitra lebih dari satu tahun, kandang peternak tidak memiliki kasus terserang penyakit selama beternak, peternak memiliki data produksi yang baik dan adanya permintaan dari pihak peternak untuk melaksanakan penelitian, agar peternak mengetahui pendapatan dari usaha pemeliharaan ayam broiler yang selama ini telah dijalankan. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu Desember 2016 – Februari 2017.

Ayam

Penelitian menggunakan 11.000 ekor ayam broiler strain Lohman MB 202 produksi PT Japfa Comfeed yang dipelihara di dalam kandang closed house. Ayam dipelihara dari umur 1 hari hingga siap panen.

Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang dengan sistem closed house yang terdiri atas dua tingkat, dengan ukuran kandang 8 x 60 meter. Lantai dasar kandang dibuat dengan bahan beton dan pada tingkat pertama menggunakan slat kayu dan diberi terpal pada bagian permukaannya. Pada lantai dasar dan tingkat pertama digunakan sekam sebagai alas. Dinding kandang terbuat dari terpal. Atap kandang terbuat dari bahan asbes dan plafon kandang terbuat dari bahan terpal.

Ransum dan Air Minum

Ransum yang diberikan yaitu ransum komersial, produksi PT Japfa Comfeed. Terdapat tiga jenis ransum yang diberikan yaitu ransum pre-starter SB-10 (umur 1-7 hari), ransum fase starter SB-11 (umur 8-19 hari), dan ransum fase finisher SB-12 (umur 20 hari hingga panen). Kandungan nutrisi yang terkandung dalam ransum dapat dilihat pada Tabel 1. Air minum yang digunakan selama penelitian ini yaitu air yang berasal dari sumur bor yang sebelumnya telah diklorinasi, kemudian dialirkan ke dalam kandang secara otomatis.

Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum ayam broiler

Kandungan

SB -10 1-14 hari

SB -11 14-21 hari

SB -12 21 hari-panen

Air

Maksimal 12 %

Maksimal 12 %

Maksimal 12 %

Protein kasar

Minimal 22,5 %

Minimal 21 %

Minimal 19 %

Lemak kasar

3-7 %

3-7 %

3-8 %

Serat kasar

Maksimal 5 %

Maksimal 5 %

Maksimal 5 %

Abu

Maksimal 7 %

Maksimal 7 %

Maksimal 7 %

Kalsium

0,9-1,1 %

0,9-1,1 %

0,9-1,1 %

Phosphor

0,6-0,9 %

0,6-0,9 %

0,6-0,9 %

Coccidiostat

+

+

+

Antibiotika

+

+

+

Sumber: PT Japfa Comfeed (2016)

Pemberian Ransum dan Air Minum

Ransum pre-starter yang diberikan dalam bentuk crumble, serta ransum starter dan finisher dengan bentuk pellet. Pemberian ransum dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari pukul 07.00 WITA. Ransum dan air minum diberikan tak terbatas (ad. libitum). Pemberian air minum menggunakan sistem otomatis.

Obat - Obatan dan Vaksin

Selama periode pemeliharaan, air gula diberikan pada saat DOC chick in sebagai sumber energi. Disamping itu, diberikan moxycolgrin hc yang mengandung amoxyllin trihidrat dan colistin sulfat dengan cara dilarutkan pada air minum anak ayam umur 1 dan 2 hari, yang bertujuan sebagai sumber elektrolit dan vitamin tambahan untuk anak ayam. DOC yang dikirim oleh perusahaan mitra sudah dalam kondisi divaksin IBD, transimune, dan RD.

Peubah Pengamatan

Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu temperatur udara kandang, biaya investasi, biaya produksi, penerimaan usaha, pendapatan usaha, dan Break Even Point (BEP) a. Temperatur udara kandang

Temperatur udara selama penelitian diukur setiap hari dengan alat ukur termometer digital yang dipasang di dalam dan di luar kandang, untuk mengukur suhu tertinggi dan terendah dalam 24 jam.

  • b. Pendapatan usaha

Pendapatan usaha dihitung dari komponen biaya investasi, total biaya produksi, total penerimaan, R/C ratio dan BEP usaha.

  • 1)    Biaya investasi dihitung dari total biaya pembuatan kandang dan pembelian peralatan kandang.

  • 2)    Total biaya produksi dihitung dengan rumus (Soekartawi, 2006):

TC = TFC + TVC

Keterangan:

TC : Total biaya (Rp)

TFC : Total biaya tetap (Rp)

TVC : Total biaya variabel (Rp)

  • 3)    Total penerimaan dihitung sebagai berikut (Soekartawi, 2006):

TR = P x Q

TR = (Pa.Qa) + (Pk.Qk) + (Pr.Qr) + B fcr + B harga

Keterangan:

TR Pa Pk Pr

Qa Qk

Qr

B fcr


  • : Total penerimaan (Rp)

: Harga jual ayam (Rp/kg)

: Harga kotoran (Rp/sak)

: Harga karung (Rp/buah)

: Jumlah produksi ayam (kg)

: Jumlah produksi kotoran (sak)

: Jumlah produksi karung pakan (buah)

: Bonus fcr

B harga : Bonus harga

4) Pendapatan usaha dapat dihitung dengan mencari selisih antara total penerimaan dengan biaya produksi (Soekartawi, 2006):

PU = TR – TC

Keterangan:

PU TR TC

Pendapatan (Rp)

Total penerimaan (Rp)

Total biaya produksi (Rp)

  • 5)    Nilai R/C ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut (Darsono, 2008): R/C ratio = Total penerimaan (TR) / Total biaya produksi (TC)

Kriteria uji kelayakan usaha:

Jika R/C ratio > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.

Jika R/C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.

Jika R/C ratio = 1, maka usaha tersebut berada pada titik impas.

  • 6)    Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP adalah sebagai berikut:

(a) Break Even Point dalam unit (Kasmir, 2012)

BEP


TFC (P-VC)


BEP


TFC

(Pa+Pk.Qk+Pr.Qr+B fcr+B harga-VC/kg)


Keterangan: BEP TFC VC Pk Pr Qk Qr B fcr B harga


Break Even Point produksi ayam (kg) Total Biaya tetap (Rp)

Biaya variabel/unit (Rp/kg)

Harga jual kotoran (Rp/sak)

Harga jual karung (Rp/buah) Jumlah produksi kotoran (sak) Jumlah karung pakan (buah) Bonus fcr (Rp)

Bonus harga (Rp)


(b)Break Even Point harga tiap unit (Soekartawi, 2006)


TR = TC


Pa.Qa + Pk.Qk + Pr.Qr + B fcr + B harga = TC

Pa.Qa = TC – (Pk.Qk + Pr.Qr + B fcr + B harga)


BEP (Rp/kg) =


TC-(Pk.Qk+Pr.Qr+B fcr+B harga) Qa


Keterangan:


BEP

TC

Pk

Pr

Qk

Qr

Qa

B fcr

B harga

Break Even Point harga ayam (Rp/kg)

Total biaya (Rp)

Harga jual kotoran (Rp/sak)

Harga jual karung (Rp/buah)

Jumlah produksi kotoran (sak)

Jumlah karung pakan (buah)

Jumlah produksi ayam (kg)

Bonus fcr (Rp)

Bonus harga (Rp)


Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi di lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data selama satu tahun pemeliharaan yang terdiri dari 7 periode pemeliharaan (Februari 2016 – Februari 2017). Data yang didapat dianalisis secara deskriptif kuantitatif.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Temperatur

Hasil penelitian pengukuran temperatur di dalam dan di luar kandang selama penelitian disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel tersebut tampak bahwa temperatur di dalam kandang selama penelitian pada umur 1 hari hingga umur 2 minggu sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pada umur 3-5 minggu temperatur pemeliharaan ayam broiler selama penelitian berada di atas standar yang ditetapkan. Tingginya suhu di dalam pemeliharaan ayam broiler dapat menyebabkan ayam broiler mengalami cekaman panas dan berpengaruh negatif terhadap performa produksi ayam broiler diantaranya yaitu meningkatnya konsumsi air minum, dan tingginya nilai FCR. Menurut Suarjaya dan Nuriyasa (1995), konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya suhu udara pada suatu lingkungan. Semakin tinggi suhu udara lingkungan maka jumlah pakan yang dikonsumsi akan berkurang. Menurut Rasyaf (2011), ayam broiler akan tumbuh optimal pada suhu lingkungan 19-210C. Bell dan Weaver (2002) menambahkan, suhu udara nyaman bagi pertumbuhan ayam broiler adalah 18-23oC.

Tabel 2. Pengukuran temperatur di dalam dan di luar kandang tiap minggu

Temperatur(oC)

Umur

Standard

Dalam Kandang

Luar Kandang

Maksimum

Minimum

Maksimum

Minimum

1 - 2 hari

33 1)

33,5

32,8

33,1

23,7

3 - 4 hari

32 1)

32,5

32

34,3

24,5

5 - 7 hari

30 1)

31,3

30

34,5

27

2 minggu

29 2)

30,3

28,9

33,4

26,8

3 minggu

27 2)

29,3

28,4

31,5

25

4 minggu

24 2)

28,3

28,1

35

24,7

5 minggu

20 2)

28,1

28

35,6

24,1

Keterangan:

1)Berdasarkan PT Ciomas Adisatwa (2016)

2)Berdasarkan Lohmann Management Guide (2014)

Biaya Investasi

Biaya investasi pada penelitian ini dihitung berdasarkan biaya pembuatan kandang, sewa lahan dan pembelian peralatan kandang. Biaya investasi pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya investasi yang dibutuhkan pada usaha pemeliharaan ayam broiler dengan kandang closed house pada pola kemitraan berkapasitas 11.000 ekor yaitu sebesar Rp 459.972.500 atau sama dengan Rp 41.816/ekor.

Tabel 3. Biaya investasi pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan

Komponen Biaya

Jumlah

Satuan

Harga/satuan

Biaya

Kandang dan gudang

1

buah

275.000.000

275.000.000

Sewa lahan

6

are

2.500.000

15.000.000

Peralatan kandang

-

-

-

169.972.500

TOTAL BIAYA INVESTASI (Rp)

459.972.500

Biaya Produksi

Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

Biaya produksi penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata-rata biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan sebesar Rp 322.804.204 atau Rp

16.159/kg ayam hidup, sedangkan rata-rata biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar

Rp 10.455.452 atau Rp 523/kg ayam hidup. Biaya produksi pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan dengan kapasitas 11.000 ekor sebesar Rp 333.259.656 atau Rp 16.682,22/kg ayam hidup. Hasil penelitian menunjukkan komponen biaya terbesar berasal dari pembelian pakan yaitu mencapai 69,71% dari seluruh total biaya produksi. Hal ini sejalan dengan Pakarti (2000) yang menyatakan bahwa komponen biaya terbesar dalam usaha peternakan ayam pedaging yaitu biaya pakan, yang mencapai 69% dari keseluruhan biaya produksi.

Tabel 4. Biaya produksi pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed housepada pola kemitraan

Komponen Biaya

Jumlah

Satuan

Harga/satuan (Rp)

Biaya/periode (Rp)

Persentase Biaya dari Total Biaya Produksi

Biaya Tidak Tetap

Gaji karyawan

2

orang

2.075.000

4.150.000

1,245%

Bonus karyawan

2

orang

500.000

1.000.000

0,3%

Biaya panen

5

orang

110.000

550.000

0,165%

Sekam

700

sak

5.500

3.850.000

1,155%

Listrik

3.408

kWh

1.467

5.000.000

1,5%

Gas

12

buah

135.000

1.620.000

0,49%

Pakan

31.511.164

kg

-

232.324.536

69,71%

DOC

110

box

665.857

73.244.286

21,98%

Obat-obatan dan vaksin

-

buah

-

1.065.382

0,32%

Total Biaya Tidak Tetap

322.804.204

Biaya Tetap

Penyusutan peralatan

- tahun       30.688.167

4.384.024

1,315%

Penyusutan kandang dan lahan

- tahun       42.500.000

6.071.428

1,82%

Total Biaya Tetap

10.455.452

TOTAL BIAYA PRODUKSI (Rp)

333.259.656

100 %

Penerimaan Usaha

Penerimaan usaha adalah jumlah seluruh penerimaan peternak sebagai produsen dari hasil penjualan produknya. Penerimaan usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan disajikan pada Tabel 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total penerimaan pemeliharaan ayam broiler sebesar Rp 353.650.992 per periode. Sumber dan persentase penerimaan usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan berasal dari penjualan ayam (94,93%), bonus harga pasar (3,34%), penjualan kotoran (0,85%), bonus FCR pemeliharaan (0,63%), serta penjualan karung pakan (0,25%). Penjualan ayam merupakan sumber penerimaan dengan persentase terbesar, hasil penjualan ayam dihitung dari hasil panen ayam (kg) dikalikan dengan harga kontrak (Rp). Sehingga bobot badan ayam pada saat panen akan berpengaruh pada jumlah penerimaan peternak. Dengan demikian performa produksi ayam broiler berpengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak. Semakin cepat kenaikan bobot badan ayam, yang disertai dengan efisiensi penggunaan ransum maka peternak akan mendapatkan hasil penjualan yang semakin tinggi.

Tabel 5. Penerimaan kemitraan.

usahapemeliharaan

ayam broiler

sistem closed

housepada pola

Sumber Penerimaan

Jumlah

Satuan

Harga/satuan (Rp)

Penerimaan (Rp)

Persentase dari Total Penerimaan

Penjualan ayam

19.977

kg

16.805

335.705.703

94,93%

Penjualan kotoran

1.000

sak

3.000

3.000.000

0,85%

Penjualan karung

600

buah

1.500

900.000

0,25%

Bonus FCR

-

-

-

2.246.936

0,63%

Bonus harga

-

-

-

11.798.353

3,34%

TOTAL PENERIMAAN (Rp)

353.650.992

100%

Bonus FCR yang diberikan pada pemeliharaan ayam broiler pola kemitraan inti plasma didapat dengan menghitung selisih FCR hasil pemeliharaan dengan standar bonus FCR dari perusahaan inti (berbeda dengan standar FCR performa), besarnya bonus FCR yang diberikan sesuai dengan selisih FCR yang dikalikan dengan jumlah panen ayam (kg). Semakin tinggi selisih FCR yang dihasilkan maka bonus yang didapat akan semakin besar, pemberian bonus FCR yang dilakukan oleh perusahaan inti berfungsi agar memotivasi peternak plasma untuk melaksanakan manajemen pemeliharaan dengan baik dan benar sehingga resiko kerugian karena ayam mati akibat manajemen yang kurang baik dapat diminimalisir, sehingga dengan adanya bonus FCR yang diberikan peternak plasma ingin

menghasilkan nilai FCR serendah-rendahnya dengan manajemen pemeliharaan yang baik dan benar sesuai arahan dari petugas lapangan perusahaan inti.

Bonus harga pasar yang diberikan dari perusahaan inti kepada peternak plasma dihitung berdasarkan selisih harga pasar dengan harga kontrak yang disepakati. Selisih harga tersebut kemudian akan dikalikan dengan jumlah ayam yang terjual, kemudian dibagi sesuai dengan persentase yang disepakati antara pihak inti dan plasma. Bonus pasar yang diberikan perusahaan inti kepada peternak berkisar antara 15% - 30% dari selisih harga pasar, persentase ini berubah-ubah sesuai dengan selisih harga pasar. Pemberian bonus harga pasar oleh perusahaan inti tidak mengacu pada bobot tertentu, namun mengacu pada harga ayam dipasaran pada saat panen dilakukan dan mengacu pada harga beli ayam/kg yang disepakati oleh perusahaan dan peternak (harga kontrak).

Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha dihitung dari total penerimaan dikurangi dengan seluruh total biaya yang dikeluarkan tiap periode. Rata-rata pendapatan usaha pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata pendapatan usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan tiap periode

Periode

Umur panen (hari)

Total Penerimaan (Rp)

Total Biaya (Rp)

Pendapatan Usaha (Rp)

1

32

358.288.793

328.961.932

29.326.861

2

29

294.462.487

276.740.162

17.722.325

3

30

328.072.026

310.847.822

17.224.204

4

34

361.198.465

340.736.322

20.462.143

5

38

403.744.348

396.410.857

7.333.491

6

36

369.571.974

359.389.072

10.182.902

7

35

336.622.149

319.731.422

16.890.727

Rata-rata

34

353.650.992

333.259.656

20.391.337

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak yaitu umur panen. Semakin tinggi umur panen maka nilai konversi ransum ayam broiler akan semakin tinggi, sehingga berakibat pada kurangnya efisiensi pemeliharaan dan berdampak pula terhadap semakin rendahnya tingkat pendapatan peternak. Hasil analisis menunjukkan pendapatan usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan dengan kapasitas 11.000 ekor yaitu sebesar Rp 20.391.337/periode (48 hari) atau sebesar Rp 1.020,74/kg ayam hidup. Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Hasil ini sesuai dengan Riswanti (2014), yang

menyatakan bahwa pemeliharaan ayam broiler pada kandang yang menggunakan sistem closed house lebih layak diusahakan dibandingkan dengan sistem open house.

R/C Ratio

Hasil analisis R/C ratio usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan yaitu menunjukkan nilai 1,06 yang artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh peternak, akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,06. Hasil perhitungan nilai R/C ratio penelitian > 1 (lebih besar dari satu), yang artinya usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan dengan kapasitas 11.000 ekor layak untuk diusahakan dan menguntungkan, karena memiliki nilai R/C ratio lebih dari satu. Hasil ini sejalan dengan Suwianggadana (2013) pada penelitian usaha pemeliharaan ayam broiler dengan pola kemitraan inti plasma pada dua perusahaan inti yang berbeda menyatakan bahwa usaha pemeliharaan ayam broiler pola kemitraan menguntungkan dan layak diusahakan karena memiliki nilai R/C ratio lebih dari satu, yaitu 1,07 dan 1,08. Menurut Ismail (2013) usaha pemeliharaan ayam broiler dengan kandang closed house efisien dan layak diusahakan apabila memiliki nilai R/C ratio lebih dari satu.

Analisis Break Even Point (BEP)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam broiler dengan sistem kandang closed house pada pola kemitraan berkapasitas 11.000 ekor mencapai BEP pada jumlah produksi sebanyak 6.771 kg ayam hidup, nilai ini berarti tiap periode pada produksi 6.771 kg ayam hidup peternak tidak mendapat keuntungan dan tidak mengalami kerugian atau dikatakan impas.Rata-rata produksiayam broiler tiap periode pada penelitian ini sebanyak 19.977 kg ayam hidup, dengan demikian dapat dikatakan bahwa peternak tidak mengalami kerugian karena peternak telah memproduksi ayam hidup di atas nilai BEP.

BEP harga jual ayam hasil penelitian ini adalah Rp 15.783/kg. Berdasarkan hasil penelitian ini, harga kontrak yang ditetapkan oleh perusahaan inti memiliki berkisar antara Rp 16.517/kg – Rp 18.299/kg, dengan rataan Rp 17.590/kg ayam hidup. Dengan demikian harga kontrak yang ditetapkan tersebut sudah melebihi harga BEP, sehingga menguntungkan bagi peternak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

  • 1.    Rata-rata pendapatan peternak plasma pada usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan sebesar Rp 20.391.337/ periode (48 hari) atau Rp 1.020,74/kg ayam hidup dengan nilai R/C ratio 1,06 yang berarti layak untuk diusahakan.

  • 2.    BEP usaha peternakan ayam broiler dengan sistem closed housepada pola kemitraan dengan kapasitas 11.000 ekorberada pada produksi sebanyak 6.771 kg ayam hidup dan harga kontrak minimal yaitu seharga Rp 15.783/kg.

Saran

  • 1.    Kepada calon peternak dan peternak ayam broiler yang ingin mengusahakan pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola kemitraan agar dapat memproduksi lebih dari 6.771 kg ayam hidup tiap periode dengan harga kontrak diatas Rp 15.783/kg ayam hidup, serta mengatur temperatur agar lebih rendah pada umur di atas 2 minggu, mengatur exhaust fan utama yang hidup pada bagian tengah agar sirkulasi udara merata dan memangkas tumbuhan di depan cell deck untuk menurunkan kelembaban kandang, sehingga lingkungan di dalam kandang sesuai (optimal) bagi pertumbuhan ayam broiler.

  • 2.    Kepada perusahaan inti agar meningkatkan kuantitas produksi bibit yang dihasilkan serta penentuan umur panen sebaiknya dilaksanakan pada umur 30–34 hari dan tidak lebih dari umur 7 minggu.

  • 3.    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kepuasan peternak plasma terhadap inti pada sistem kemitraan pemeliharaan ayam broiler.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga Bapak Welun serta Ibu Sri Budi Ratini beserta keluarga selaku pemilik usaha pemeliharaan ayam broiler yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian hingga terselesaikannya penulisan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, D. D., dan W. D. Weaver. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg Production. 5th Edition. Springer Science and Business Media, Inc, New York.

Darsono, P. 2008. Akuntansi Manajemen Edisi 2. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Pakarti, S. I. B., 2000. Efesiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan TingkatPendapatan Peternak Ayam Broiler (Studi Kasus pada Kelompok Peternak Plasma Poultry Shop Jaya Broiler di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat). Skripsi. FakultasPeternakan, IPB, Bogor.

PT Ciomas Adisatwa. 2016. Pedoman Harian Peternak. Japfa Comfeed. Jakarta.

PT Japfa Comfeed. 2016. Kandungan Nutrisi Pakan Broiler (SB 10, SB 11, SB 12). Japfa Comfeed. Jakarta.

Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Petelur. Edisi ke XV Kanisisus. Yogyakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Suarjaya, M. & M. Nuriyasa. 1995. Pengaruh ketinggian tempat (altitude) dan tingkat energi pakan terhadap penampilan ayam buras super umur 2–7 minggu. Laporan Penelitian Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Universitas Udayana, Bali.

Prawira et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 2 Th. 2017:238– 250

Page 250