Hegemoni Kekuasaan dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur
on
STILISTIKA
Journal of Indonesian Language and Literature Vol. 02, No.02: April 2023, 68-80
ISSN: 2528-4940
HEGEMONI KEKUASAAN DALAM NOVEL KAWI MATIN DI NEGERI ANJING KARYA ARAFAT NUR
Bagus Dewadharu Megawayah Putra1*, Maria Matildis Banda2, dan I Ketut Sudewa3 Universitas Udayana
*) surel: bagusdewadharu8@gmail.com
doi: https://doi.org/10.24843/STIL.2023.v02.i02.p07
Artikel dikirim: 5 Mei 2022; diterima: 5 Juni 2022
HEGEMONY OF POWERING THE NOVEL KAWI MATIN DI NEGERI ANJING BY ARAFAT NUR
Abstract. In this study, a novel Kawi Matin di Negeri Anjing by Arafat Nur is discussed. This study aims to describe the structure of the novel and the hegemony of the ruling class’s that found in the novel Kawi Matin di Negeri Anjing. The theory that been used is structural theory to analyze the plot, characters, and setting. The theory of hegemony of the ruling class is used to analyze hegemonic forms and the process of hegemony. The method that used to collect data is literature study with reading, listening, and note-taking techniques. Then, to analyze the data used descriptive analytical method by describing the result of data analysis that has been done. Structurally, the plot of novel Kawi Matin di Negeri Anjing contains the initial, middle, and final stages. The setting of place, time, and social support the formation of characters and the course of the story. The elements of plot, characters, and settings are having a relation that is interrelated with each other. The interrelation between these elements represents the hegemony of ruling class. Hegemony of ruling class contained in this novel is divided into three processes, such as cause, implementation, and effect. These three processes are found in the events that occur, such as rape, violence, murder, and sedition.
Keywords: hegemoni, novel, struktur
PENDAHULUAN
Artikel ini berisi hasil analisis hegemoni kekuasaan dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur dengan menggunakan teori struktural dan hegemoni. Dipilihnya novel Kawi Matin di Negeri Anjing dengan fokus kajian hegemoni kekuasaan karena dalam novel ini digambarkan dengan jelas realitas kehidupan sosial mengenai konflik antara dua kekuatan hegemonik yang kemudian masyarakat sipil yang menjadi korban atas konflik tersebut. Dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing, diceritakan kehidupan masyarakat kampung Kareung yang hidup dalam penderitaan karena konflik antara pasukan pemberontak dengan pemerintah. Di satu pihak, pasukan pemberontak yang bergerilya hingga ke kampung Kareung, mencoba menambah kekuatannya dengan merekrut anggota baru. Di pihak lain, pemerintah melalui angkatan bersenjata, dalam upaya menjaga stabilitas dan menghentikan
ISSN: 2528-4940
pemberontakan, terus memburu pasukan pemberontak hingga sampai di kampung Kareung. Para tentara yang menyadari jejak kehadiran pasukan pemberontak, mencurigai masyarakat kampung Kareung telah berafiliasi dengan para pemberontak sehingga memperlakukan masyarakat kampung tersebut sebagai musuh.
Penelitian ini mencermati bentuk hegemoni kelas berkuasa yang terjadi di dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing. Baik kelompok-kelompok berkuasa yang terdapat dalam masyarakat, maupun oknum pemerintah dan aparat keamanan yang melakukan kekerasan atas nama institusi. Terdapat tiga alasan mengapa novel Kawi Matin di Negeri Anjing menarik untuk dianalisis. Pertama, sepengetahuan peneliti novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur belum pernah dijadikan objek penelitian dengan teori hegemoni Gramsci. Untuk mencermati hegemoni kekuasaan yang terjadi di tengah masyarakat. Kedua, wujud hegemoni kekuasaan yang terjadi dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing dapat dijelaskan untuk memahami lebih jauh hegemoni kekuasaan yang terjadi. Ketiga, nama Arafat Nur telah dikenal oleh khalayak luas melalui karya-karyanya yang mendapatkan berbagai penghargaan, salah satunya novel Kawi Matin di Negeri Anjing yang berhasil masuk dalam nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2020.
Masalah yang dianalisis dalam penelitian ini ada dua, yaitu struktur yang membangun novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur, dan hegemoni kekuasaan yang terdapat dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur serta hegemoni kekuasaan yang terdapat di dalamnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah penelitian sastra Indonesia, serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra.
Secara teoretis, penelitian ini bertujuan untuk memperkaya kajian terhadap sastra, khususnya novel atau prosa. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah kajian sastra dan meningkatkan pemahaman tentang struktur novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur serta hegemoni kekuasaan yang terdapat di dalamnya. Dari hasil analisis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis, seperti (1) meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra khususnya novel atau prosa, (2) meningkatkan pemahaman masyarakat akan teori hegemoni gramsci, (3) membantu pembaca novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur untuk memahami hegemoni kelas berkuasa yang terdapat di dalam masyarakat, baik institusi resmi maupun tidak resmi, (4) Menambah wawasan peneliti sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari.
ISSN: 2528-4940
KAJIAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini dilakukan tinjauan pustaka untuk menemukan penelitian yang sejenis. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dan relevan, dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini. Hasil penelitian tersebut dimanfaatkan sebagai pendukung dan pustaka pembanding. Pertama, penelitian Tillah (2022) dalam jurnal Sapala, Universitas Negeri Surabaya yang berjudul Ego dan Shadow Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur: Perspektif Psikologi Jungian. Tillah dalam penelitiannya bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran ego tokoh utama, gambaran shadow tokoh utama, serta faktor-faktor yang memengaruhi kepribadian tokoh utama. Kedua, penelitian Wahid (2021) dalam jurnal Bahasa dan Sastra, STKIP PGRI Ponorogo yang berjudul Nilai Moral dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur. Wahid dalam penelitiannya bertujuan untuk mendeskripsikan nilai moral dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur. Ketiga, penelitian Homba (2016) dalam skripsi syarat kelulusan sarjana (S1) Universitas Sanata Dharma yang berjudul Bentuk-Bentuk Counter-Hegemoni dalam Novel Kuil di Dasar Laut Karya Seno Joko Suyono: Perspektif Antonio Gramsci. Homba dalam penelitiannya, bertujuan untuk mendeskripsikan struktur novel serta bentuk-bentuk counter-hegemoni yang ada di dalamnya. Keempat, penelitian Sunarti (2019) dalam skripsi syarat kelulusan sarjana (S1) Universitas Negeri Makasar yang berjudul Representasi Counter-Hegemoni dalam Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Imam: Kajian Hegemoni Gramsi. Pembahasan dalam penelitian ini mengerucut kepada bentuk counter-hegemoni yang terdapat dalam novel serta ideologi tokoh-tokoh yang ada di dalamnya, seperti anarkisme, sosialisme, kapitalisme, humanisme, dan konservatisme. Terakhir, penelitian Dayanti (2019) dalam skripsi syarat kelulusan sarjana (S1) Universitas Udayana yang berjudul Hegemoni Kekuasaan dalam Novel Surat-Surat dari Dili Karya Maria Matildis Banda. Dalam penelitiannya, Dayanti membahas proses hegemoni kekuasaan yang terjadi dalam novel Surat-Surat dari Dili karya Maria Matildis Banda. Tiga proses hegemoni kekuasaan yang ditemukan dalam penelitian Dayanti, yaitu penyebab, pelaksanaan, dan akibat.
Teori yang digunakan dalam menganalisis adalah teori struktural dan teori hegemoni. Teori struktural dilakukan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti semendetil dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dari aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuuw,2017:106). Penelitian ini menggunakan teori struktural yang dirumuskan oleh Stanton memfokuskan unsur-unsur yang membangun karya sastra, yaitu tokoh, plot, dan latar. Pradopo (dalam Jabrohim, 2003:54) menyatakan salah satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa
ISSN: 2528-4940
di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalin. Hegemoni adalah bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu dengan menggunakan kepemimpinan intelektual dan moral, dominasi dan paksaan, atau secara konsensus. Konsep awal teori Antonio Gramsci tentang hegemoni terlihat dari pemikirannya, bahwa suatu kelas berkuasa menjalankan kepemimpinan dengan cara kekerasan dan persuasi (Simon, 2004:19). Williams (dalam Faruk, 2015:155) juga menekankan pemahaman yang di dalamnya hegemoni merupakan suatu proses, bukan merupakan suatu bentuk dominasi yang ada secara pasif, melainkan sesuatu yang harus terus-menerus diperbaharui, diciptakan kembali, dipertahankan, dan dimodifikasi.
METODE
Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, yakni perpustakaan (Ratna, 2010:196). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca, simak, catat. Dalam metode dan teknik analisis data diterapkan metode deskriptif analitik. Metode ini mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Setelah data diperoleh, data dianalisis dengan menggunakan teknik baca, simak, catat dan interpretasi. Kemudian dalam penyajian hasil analisis data, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Data yang sudah di analisis disajikan dengan kaidah format penulisan skripsi yang telah ditentukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis hegemoni kekuasaan dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur dijelaskan dalam bab ini dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci, sedangkan hasil analisis struktur dalam bab ini menggunakan teori struktural rumusan Stanton.
-
1. Analisis Struktur
Analisis struktur dalam bab ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci unsur pembangun yang terdapat dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur. Unsur pembangun yang dimaksud adalah tokoh, plot, dan latar.
-
1.1 Tokoh
Nurgiyantoro (2015:247) menyebutkan bahwa istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Sementara, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
ISSN: 2528-4940
Tokoh utama dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing adalah Kawi Matin. Kawi Matin adalah seorang laki-laki yang terlahir dengan sebelah kaki yang cacat yang hidup di sebuah keluarga petani yang miskin. Selain karena cacat pada kakinya, menjalani hidup di tengah-tengah konflik antara pemerintah dengan pasukan pemberontak membuat Kawi Matin menghadapi berbagai macam penderitaan yang dialami dirinya dan keluarganya. Adapun tokoh tambahan lainnya yaitu, Rahman, Saudah, Suman, Kadir Muktadar, Darwis, Samsul, Si Codet, dan Neung Peung.
Ketika praktik hegemoni kekuasaan berlangsung, penduduk kampung Kareung beserta keluarga Kawi Matin yang merupakan masyarakat sipil menjadi korban di dalamnya. Rahman yang tewas tertembak, membuat penderitaan yang dia alami berakhir. Sementara, Kawi Matin dan Saudah semakin hidup menderita karena kehilangan sosok Rahman yang merupakan ayah Kawi Matin dan Suami dari Saudah.
Suman, walau memiliki kehadiran yang sedikit, tetapi Suman menjadi tokoh yang menyebabkan hadirnya tentara di kampung Kareung. Suman yang sulit ditemukan persembunyiannya, membuat penduduk kampung dicurigai oleh tentara. Suman juga menjadi tokoh yang menyebabkan Kawi Matin ikut bergabung bersama pasukan pemberontak.
Kehadiran tokoh tambahan seperti Si Codet yang kemunculannya sedikit ternyata memberikan dampak yang besar. Tokoh Si Codet merupakan tokoh yang melakukan penganiayaan terhadap beberapa penduduk kampung termasuk Rahman. Kemunculan Si Codet menyebabkan keluarga Kawi Matin semakin kesulitan ekonomi karena harus membayar biaya rumah sakit Rahman hingga terganggunya ingatan Rahman.
Sama halnya seperti Si Codet, kemunculan Baidah juga memberi dampak yang besar terhadap tokoh lain. Ketika Suman menghasut Kawi Matin untuk bergabung dengan pasukannya, Kawi masih menolak ajakan tersebut karena khawatir dengan kesehatan ibunya yang buruk. Akan tetapi, peristiwa pemerkosaan yang dialami oleh Baidah oleh sekelompok oknum membuat dendam yang ada pada diri Kawi Matin semakin besar. Peristiwa pemerkosaan tersebut membuat Kawi Matin ikut bergabung bersama pasukan Suman.
-
1.2 Alur
Plot atau alur merupakan deretan peristiwa yang memperlihatkan perkembangan dari suatu peristiwa ke peristiwa lain yang berkesinambungan. Keterkaitan peristiwa tersebut hendaklah logis, dan dapat dikenali hubungan kewaktuannya lepas dari tempatnya dalam teks cerita yang mungkin di awal, tengah, atau akhir (Nurgiyantoro,2015:201).
ISSN: 2528-4940
Tahap awal novel Kawi Matin di Negeri Anjing dimulai dengan kelahiran Kawi Matin di awal tahun 1983. Kawi Matin terlahir cacat dengan sebalah kaki yang tidak memiliki telapak sama sekali. Rahman, ayahnya menganggap hal tersebut sebagai pertanda buruk. Dia memberikan nama Kawi Matin dengan harapan bayi tersebut akan menjadi seorang lelaki yang kuat dalam menghadapi hidupnya kelak. Pada tahap awal, tokoh-tokoh diperkenalkan seperti kelahiran Kawi Matin, keadaan keluarga Kawi Matin, hingga kemunculan Suman. Pada tahap ini juga konflik mulai dihadirkan dengan kedatangan sepasukan tentara di kampung Kareung untuk memburu Suman.
Tahap tengah atau tahap pertikaian dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing bermula ketika pada suatu malam, penyakit pernapasan Saudah yang sulit disembuhkan itu tiba-tiba kambuh. Saat itu, jaga malam semakin diperketat oleh tentara, dan para penduduk yang jaga malam tidak boleh lengah. Kambuhnya penyakit Saudah membuat Rahman terlambat untuk jaga malam. Pada tahap tengah, konflik yang sudah dimunculkan di tahap awal, semakin meningkat seperti penganiayaan Rahman oleh Si Codet, kekerasan yang dialami oleh penduduk kampung termasuk Kawi Matin, tertembaknya Rahman, pemerkosaan yang dialami Baidah, hingga bergabungnya Kawi Matin bersama pasukan Suman. Pada tahap ini, kecurigaan tentara terhadap penduduk kampung membuat penduduk kampung termasuk Kawi Matin, diperlakukan dan dianggap sebagai pemberontak. Berbagai perlakuan kasar yang dialami Kawi Matin dan dialami oleh orang-orang terdekatnya, membuat Kawi Matin bergabung bersama pemberontak.
Pada tahap akhir, muncul penyelesaian dari konflik yang sudah mencapai klimaks pada tahap sebelumnya. Ketika konflik antara pemerintah dengan pasukan pemberontak berakhir, kehidupan Kawi Matin tidak juga membaik. Penyakit Saudah kumat dan semakin memburuk, sementara Kawi Matin tidak memiliki uang dan tidak mendapatkan bantuan apapun, tidak seperti mantan anggota pemberontak lainnya. Keadan tersebut memaksa Kawi untuk mencuri seekor lembu. Aksi pencurian tersebut gagal dan membuat Kawi Matin ditahan di penjara. Selama berada di dalam penjara, Saudah meninggal dunia dan Neung Peung kembali diperkosa oleh Darwis. Rasa marah, dendam dan kekecewaan terhadap mantan pemberontak, serta rentetan peristiwa buruk lainnya yang menimpa Kawi Matin, membuatnya kembali masuk ke hutan setelah delapan belas bulan ditahan untuk menemui sisa-sisa pemberontak lainnya.
ISSN: 2528-4940
-
1.3 Latar
Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2015:302).
Analisis latar di atas terbagi menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Ketiga latar tersebut menunjukkan bahwa novel Kawi Matin di Negeri Anjing bercerita tentang kehidupan masyarakat Kampung Kareung. Sementara, waktu yang menunjukkan tahun kejadian mulai dari tahun 1983 hingga sekitar tahun 2006 atau 2007. Hal tersebut menjelaskan bahwa cerita berlatar pada keadaan masyarakat Kampung Kareung saat terjadi konflik antara pemerintah dengan pasukan pemberontak hingga konflik tersebut berakhir. Berdasarkan latar tersebut terbentuklah ruang dan waktu sebagai penggambaran berbagai peristiwa yang terjadi.
-
2. Analisis Hegemoni Kekuasaan
Analisis hegemoni dalam bab ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci bentuk-bentuk hegemoni yang terdapat dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur, serta proses hegemoni pada peristiwa-peristwa yang terjadi di dalamnya. Cara kerja analisis hegemoni adalah menjelaskan bentuk-bentuk hegemoni, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis proses hegemoni pada peristiwa-peristiwa yang terjadi.
-
2.1 Bentuk-Bentuk Hegemoni Kekuasaan
Setelah dilakukan pembacaan berulang-ulang disertai dengan pengamatan, terdapat empat peristiwa yang menjadi peristiwa utama. Keempat peristwa tersebut yaitu, pemerkosaan, kekerasan, pembunuhan, dan penghasutan. Berikut merupakan penjelasan terhadap keempat masalah tersebut.
-
2.1.1 Peristiwa Pemerkosaan
Pemerkosaan merupakan perbuatan yang terjadi ketika seseorang memaksa orang lain untuk melakukan hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina dengan penis, yang dilakukan secara paksa atau dengan cara kekerasan (Hariyanto,1997:97). Peristiwa pemerkosaan terjadi kepada tokoh Badriah dan Neung Peung. Setelah dilakukan pengamatan terhadap novel Kawi Matin di Negeri Anjing. terdapat beberapa hal yang dapat dianalisis. Pertama, terdapat relasi kekuasaan yang tidak imbang antara pelaku dan korban. Pada peristiwa pemerkosaan yang dialami oleh Baidah, sekelompok oknum yang memiliki wewenang untuk masuk dan menggeledah rumah penduduk kampung, menyalahgunakan wewenang tersebut dan kemudian memperkosa Baidah di rumahnya sendiri. Begitu juga peristiwa
ISSN: 2528-4940
pemerkosaan yang dialami oleh Neung Peung. Darwis yang merupakan anak dari Kepala Kampung yang memiliki hubungan keluarga dengan anggota polisi dan tentara, membuat dirinya merasa bisa berbuat apa saja kepada siapa saja karena ayahnya selalu membelanya, walaupun Darwis berbuat salah. Darwis yang berusia jauh lebih tua dari Neung Peung, membujuk dengan paksa Neung Peung untuk ikut dengannya ke semak-semak kemudian memperkosanya di sana.
Kedua, pada pelaksanaan peristiwa pemerkosaan, terdapat unsur kekerasan di dalamnya. Pada peristiwa pemerkosaan yang dialami oleh Neung Peung, Darwis tidak memedulikan kondisi fisik Neung Peung yang masih berusia sebelas tahun. Meskipun Neung Peung mengeluh kesakitan pada organ genitalnya, Darwis tetap memerkosa Neung Peung. Begitu juga peristiwa pemerkosaan yang dialami Baidah. Pelaku pemerkosaan tidak memedulikan keadaan dan perasaan korbannya, yang terpenting adalah hasrat mereka terpuaskan.
Terakhir, peristiwa pemerkosaan memiliki akibat yang berbeda-beda. Peristiwa pemerkosaan terhadap Baidah yang berakibat pada lahirnya anak laki-laki dari hasil pemerkosaan tersebut membuat Kawi Matin semakin dendam dengan pihak tentara. Selain itu, pemerkosaan tersebut juga berdampak pada hubungan Kawi Matin dengan Baidah. Baidah merasa malu dan enggan untuk menemui Kawi Matin. Pada kasus pemerkosaan yang dialami oleh Neung Peung, peristiwa tersebut berakibat kumatnya penyakit Saudah ketika mendengar pengakuan dari anak perempuannya tersebut. Selain itu, Neung Peung juga mengalami rasa sakit pada bagian organ genitalnya setelah Darwis memperkosanya.
-
2.1.2 Peristiwa Kekerasan
Audi (dalam Windhu,1992:63) merumuskan kekerasan sebagai serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang; atau serangan, penghancuran, perusakan yang sangat keras, kasar, kejam, dan ganas atas milik atau sesuatu yang secara potensial menjadi milik seseorang. Peristiwa kekerasan terjadi kepada tokoh Kawi Matin, Rahman, Saudah dan Neung Peung. Setelah melakukan pengamatan terhadap novel Kawi Matin di Negeri Anjing, terdapat beberapa hal yang dapat dianalisis. Pertama, selain kekerasan fisik, terdapat juga kekerasan psikologis yang berupa ancaman dan juga perusakan barang milik pribadi. Pada peristiwa kekerasan terhadap Saudah dan Neung Peung, interogasi yang dilakukan kepadanya juga dilakukan bersamaan dengan ancaman dan perusakan barang miliknya. Peristiwa kekerasan yang disebabkan oleh kecurigaan pihak tentara terhadap penduduk kampung, mengakibatkan Saudah dan Neung Peung mengalami ketakutan karena ketegangan yang mencekam ketika terjadinya penggeledahan dan interogasi tersebut.
ISSN: 2528-4940
Kedua, tiga peristiwa kekerasan yang dialami oleh Kawi Matin, Rahman, Saudah, dan Neung Peung memiliki kesamaan pada penyebabnya. Penyebab tersebut berupa kecurigaan pihak tentara terhadap penduduk kampung. Penduduk kampung dianggap memiliki hubungan dengan kelompok Suman karena kelompok tersebut sangat sulit untuk dilumpuhkan. Kecurigaan tersebut membuat pihak tentara bertindak memperlakukan penduduk kampung sebagai bagian dari kelompok pemberontak. Sementara, peristiwa kekerasan yang dialami oleh Rahman memiliki penyebab yang lebih spesifik, yaitu Rahman terlambat datang untuk jaga malam.
Terakhir, peristiwa kekerasan yang dialami oleh para tokoh memiliki akibat yang berbeda-beda. Tindak kekerasan yang berupa kekerasan fisik mengakibatkan para korbannya mengalami luka di tubuh mereka. Hal tersebut terjadi kepada Kawi Matin dan Rahman. Pada peristiwa kekerasan yang dialami oleh Rahman, luka yang ditimbulkan oleh tindak kekerasan yang dialaminya bahkan berakibat sampai terganggunya ingatan Rahman. Sementara, tindak kekerasan psikis yang dialami oleh Saudah dan Neung Peung mengakibatkan ketakutan pada korban karena ketegangan yang mencekam.
-
2.1.3 Peristiwa Pembunuhan
Pembunuhan menurut KBBI (2008:239) berarti proses, cara, perbuatan membunuh. Peristiwa pembunuhan terjadi kepada tokoh Rahman, dan penduduk kampung. Setelah melakukan pengamatan pada novel Kawi Matin di Negeri Anjing, terdapat beberapa hal yang dapat dianalisis. Pertama, seluruh kasus pembunuhan disebabkan oleh kecurigaan pihak tentara tentang adanya mata-mata atau adanya penduduk kampung yang bersekutu dengan pasukan pemberontak. Para korban dituduh sebagai bagian dari kelompok pemberontak hingga akhirnya mereka ditembak.
Kedua, pelaksanaan peristiwa pembunuhan tidak seluruhnya sama. Terdapat kesamaan antara pelaksanaan peristiwa pembunuhan yang dialami Rahman dan juga dua orang pemuda yang berada di pasar. Akan tetapi, terdapat perbedaan pelaksanaan peristiwa pembunuhan pada seorang pemuda yang jasadnya ditemui Saudah di tengah jalan. Pemuda tersebut mengalami interogasi dan juga tindak kekerasan fisik sebelum dirinya ditembak. Terakhir, seluruh kasus pembunuhan tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa dari para korban. Pada peristiwa pembunuhan yang dialami oleh Rahman, hal tersebut mengakibatkan keluarga Kawi Matin kehilang sosok kepala keluarga.
ISSN: 2528-4940
-
2.1.4 Peristiwa Penghasutan
Menurut KBBI (2008:239), penghasutan merupakan sebuah proses atau cara perbuatan menghasut. Peristiwa penghasutan terjadi kepada tokoh Kawi Matin dan Saudah. Setelah melakukan pengamatan pada novel Kawi Matin di Negeri Anjing, terdapat beberapa hal yang dapat dianalisis. Pertama, penghasutan yang dialami oleh Kawi Matin disebabkan oleh keinginan Suman untuk mengajak Kawi bergabung dengan kelompoknya. Sementara, penghasutan yang dialami oleh Saudah disebabkan oleh pihak tentara yang mengetahui bahwa Kawi Matin bergabung dengan pemberontak.
Kedua, korban yang mengalami peristiwa tersebut, dihasut dengan cara yang persuasif maupun melalui ancaman agar para korban mau berpihak kepada pelaku yang menghasut. Pada peristiwa penghasutan yang dialami oleh Kawi Matin, Suman membujuk Kawi dengan memanfaatkan penderitaan yang dialami Kawi. Sementara, penghasutan yang dialami oleh Saudah dilakukan dengan cara mengancam dan memaksa. Ketiga, penghasutan yang dialami oleh Kawi Matin mengakibatkan Kawi Matin bergabung bersama Suman. Sementara, penghasutan yang dialami oleh Saudah berakibat Saudah merasa geram dengan kehadiran para tentara dan berbalik marah serta menolak permintaan tentara tersebut.
-
2.2 Proses Hegemoni Kekuasaan
-
2.2.1 Penyebab Hegemoni Kekuasaan
-
Penyebab merupakan suatu hal yang menjadi asal mula terjadinya atau timbulnya sesuatu. Dalam hal ini, penyebab hegemoni kekuasaan berarti asal mula yang menjadikan hegemoni kekuasaan timbul pada peristiwa-peristiwa yang terjadi. relasi kuasa yang tidak imbang antara pelaku dan korban menjadi asal muasal berbagai peristiwa yang terjadi. Selain itu, kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa juga menjadi penyebab terjadinya hegemoni kekuasaan. Pada kasus peristiwa pemerkosaan yang terjadi, pihak tentara yang memiliki wewenang untuk masuk dan menggeledah rumah-rumah milik penduduk kampung, wewenang tersebut disalahgunakan oleh sekelompok oknum yang kemudian menjadi penyebab terjadinya peristiwa pemerkosaan terhadap Baidah.
Penyelewengan kekuasaan juga dilakukan oleh seorang tokoh bernama Si Codet. Si Codet yang bertugas untuk mengawasi para penduduk kampung yang berjaga malam, melakukan tindak kekerasan terhadap Rahman karena keterlambatan Rahman. Sikap menyeleweng yang dimiliki oleh Si Codet menjadi penyebab terjadinya hegemoni kekuasaan pada peristiwa kekerasan terhadap Rahman. Di sisi lain, Suman yang memiliki pengaruh yang besar terhadap pergerakan
ISSN: 2528-4940
pemberontakan di Kampung Kareung, dianggap sebagai sosok yang disegani oleh Kawi Matin. Kedudukan dan berbagai siasat yang dimiliki oleh Suman, kemudian menyebabkan bergabungnya Kawi Matin bersama kelompok pemberontak.
-
2.2.2 Pelaksanaan Hegemoni Kekuasaan
Pelaksanaan berarti sebuah proses, cara, atau perbuatan melaksanakan sesuatu. Dalam hal ini, pelaksanaan hegemoni kekuasaan berarti sebuah cara yang dilakukan untuk melaksanakan atau menjalankan hegemoni kekuasaan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Terdapat berbagai cara dalam pelaksanaan hegemoni kekuasaan. Cara-cara tersebut ada yang represif, ada juga yang persuasif. Contoh pelaksanaan hegemoni kekuasaan yang represif terdapat pada peristiwa kekerasan yang dialami oleh Saudah dan Neung Peung. Interogasi yang dialami oleh Saudah dan Neung Peung dilakukan bersamaan dengan ancaman dan perusakan barang milik Saudah. Sementara, pelaksanaan hegemoni kekuasaan yang persuasif terdapat pada peristiwa penghasutan yang dialami oleh Kawi Matin. Setelah upaya Suman untuk mengajak Kawi Matin bergabung dengan kelompoknya ditolak oleh Kawi, Suman kembali menghasut Kawi untuk bergabung dengannya sebagai mata-mata, siasat yang dilakukan Suman kemudian berhasil membuat Kawi Matin ikut bergabung bersama kelompoknya karena Kawi tidak perlu meninggalkan keluarganya untuk menjadi mata-mata.
-
2.2.3 Akibat Hegemoni Kekuasaan
Akibat adalah sesuatu yang merupakan sebuah akhir atau hasil suatu peristiwa. Dalam hal ini, akibat hegemoni kekuasaan berarti sebuah hasil akhir yang ditimbulkan karena adanya hegemoni kekuasaan. Terdapat berbagai akibat yang ditimbulkan karena adanya hegemoni kekuasaan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi. Konflik antara pihak pemerintah dengan kelompok pemberontak mengakibatkan berbagai penderitaan yang dialami oleh masyarakat sipil. Dalam hal ini, penduduk Kampung Kareung menjadi pihak yang paling merasakan akibat dari berbagai peristiwa yang terjadi, mulai dari pemerkosaan, tindak kekerasan, pembunuhan, hingga penghasutan.
Hegemoni kekuasaan yang terjadi tidak hanya berakibat langsung kepada korban yang mengalami, tetapi juga memiliki dampak kepada orang-orang terdekat korban. Contohnya pada peristiwa pemerkosaan yang dialami oleh Baidah. Tidak hanya Baidah yang harus merasakan akibat dari pemerkosaan tersebut, Kawi Matin sebagai sosok yang mencintai Baidah juga ikut merasakan dampak dari pemerkosaan yang dialami Baidah. Hal serupa juga terjadi pada peristiwa kekerasan yang dialami oleh Rahman. Peristiwa yang sampai mengakibatkan Rahman memiliki gangguan
ISSN: 2528-4940
ingatan juga memiliki dampak yang besar terhadap keluarga Kawi Matin. Rahman yang tidak mampu lagi menjalankan perannya sebagai kepala keluarga, semakin membuat keluarganya hidup dalam kesulitan.
SIMPULAN
Novel Kawi Matin di Negeri Anjing mengangkat tema besar yaitu hegemoni kekuasaan. Bentuk-bentuk hegemoni kekuasaan yang ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi meliputi pemerkosaan, kekerasan, pembunuhan, dan penghasutan. Tokoh dalam novel dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Ditemukan dalam tiap tokohnya, sebagian besar menjadi korban atas hegemoni kekuasaan, sementara sebagian lainnya menjadi pelaku hegemoni kekuasaan. Alur dalam novel terdiri atas tiga bagian yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Setelah dianalisis, novel Kawi Matin di Negeri Anjing menggunakan alur progresif. Artinya, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel bersifat kronologis. Cerita secara runtut dimulai dari tahap awal, tahap tengah, hingga tahap akhir. Berikutnya, latar dalam novel dibagi atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar dalam novel tidak hanya menunjukkan waktu, tempat, dan keadaan sosial saja, tetapi juga membentuk peristiwa yang terjadi. Waktu, tempat, dan keadaan sosial ikut menentukan nasib dan pengalaman yang mampu memicu terjadinya hegemoni kekuasaan.
Secara keseluruhan, hegemoni yang dialami oleh penduduk Kampung Kareung dilakukan dengan cara yang represif dan persuasif. Proses hegemoni kekuasaan disebabkan oleh relasi kuasa yang tidak seimbang antara pelaku dan korban yang mengakibatkan penderitaan bagi para korban yang mengalami. Demi tercapainya tujuan dari kelompok yang dominan, berbagai cara dilakukan agar tujuan tersebut tercapai. Dalam hal ini, penduduk Kampung Kareung menjadi pihak yang paling merasakan dampak dari hegemoni kekuasaan. Bentuk-bentuk hegemoni kekuasaan yang ditemukan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi meliputi pemerkosaan, kekerasan, pembunuhan, serta penghasutan.
DAFTAR PUSTAKA
Dayanti, Mey. 2019. Hegemoni Kekuasaan dalam Novel Surat-Surat dari Dili Karya Maria Matildis Banda. Jurnal Humanis Fakultas Ilmu Budaya Unud, 23(1), hlm. 74-80. Hariyanto. 1997. Dampak Sosio-Psikologis Korban Tindak Perkosaan Terhadap Wanita.
Yogyakarta: Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada.
Homba, Carlos Venansius. 2016. Bentuk-Bentuk Counter-Hegemoni dalam Novel Kuil di Dasar Laut Karya Seno Joko Suyono: Perspektif Antonio Gramsci (skripsi). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
ISSN: 2528-4940
Jabrohim, ed. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. Nur, Arafat. 2020. Kawi Matin di Negeri Anjing. Yogyakarta: Penerbit Basabasi.
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha, 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Simon, Roger. 2004. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: INSIST
Sunarti, S. 2019. Representasi Counter-Hegemoni dalam Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Imam: Kajian Hegemoni Antonio Gramsci (skripsi). Makasar: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makasar.
Teeuw, A. 2017. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.
Windhu, Marsana. 1992. Kekuasaan & Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
PROFIL PENULIS
Bagus Dewadharu adalah seorang mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana angkatan tahun 2015. Sejak tahun 2017 aktif sebagai seorang perancang ilustrasi dan mulai mendirikan studio animasi untuk kebutuhan pasar NFT dan seni kripto di tahun 2021.
Dr. Dra. Maria Matildis Banda, M.S. adalah alumni dan dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana (1986 sampai sekarang). Aktif dalam penelitian dan seminar bidang bahasa, sastra, dan kebudayaan. Menulis karya kreatif yang berkaitan dengan bidang kesehatan seperti Rabies (2005), Wijaya Kusuma dari Kamar Nomor Tiga (2015), Suara Samudra (2017), Doben (2017). Dua novel baru Bulan Patah dan Pasola akan diterbitkan. Kolomnis tetap ruang Parodi Situasi Minggu Harian Umum Pos Kupang (2001 sampai sekarang). Maria sudah menulis 1000-episode parodi situasi tentang isu pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, dan isu sosial budaya lainnya.
Dr. Drs. I Ketut Sudewa, M.Hum.menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana pada tahun 1981 dan lulus pada tahun 1986. Diangkat sebagai dosen pada tahun 1988 di almamaternya. Pada tahun 1994 melanjutkan pendidikan Magister di Departemen Ilmu Budaya UGM dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1997. Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan doktor di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Beliau menyelesaikan pendidikan S3 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 hingga 2022 menjabat sebagai Koordinator Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.
80
Discussion and feedback