JURNAL SIMBIOSIS I (2) : 102- 111

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana

ISSN : 2337-7224

September 2013

ETNOBOTANI KELAPA

(Cocos nucifera L.) DI WILAYAH DENPASAR DAN BADUNG

(ETNOBOTANY OF COCUNUT (Cocos nucifera L.) AT DENPASAR AND BADUNG)

Farah Meita Pratiwi, Pande Ketut Sutara [email protected]

Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

INTISARI

Kelapa merupakan satu tanaman yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat dari bagian tanaman kelapa. Penelitian dilakukan di di beberapa banjar wilayah Denpasar dan Badung dari tanggal 27 Januari sampai 4 Februari 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey eksplorasi dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian tanaman kelapa yang banyak dimanfaatkan adalah buah 53% ( air bungkak 35%, daging bungkak 12,9 %, tempurung 4,7%) akar 2%, batang 22%, dan daun sebanyak 23%. Tanaman kelapa tersebut dimanfaatkan sebagai sarana upakara (31%), obat (24%), bangunan (14%), konsumsi (13%), kerajinan (2%), bahan bakar (8 %), atap rumah (2 %), sapu lidi (2 %), dan alat rumah tangga (4%).

Kata kunci : etnobotani Cocos nucifera L., survey eksplorasi

ABSTRACT

Coconut is one of an important plant to fulfil human’s life needed. This study was conducted to determine the benefits of coconut plant parts. The study was conducted in some areas of Denpasar and Badung from 27 January until 4 February, 2012. The method used in this study is exploratory survey method by using a questionnaire and interviews. The results showed that the mostly used parts of the plant are fruit part of 53% (35% bungkak water, bungkak meat 12.9%, 4.7% shell) root 2.3%, 22 % stems, and leaves as many as 23%. The coconut tree is used as an upakara (31%), drugs (24%), construction (14%), consumer (13%), crafts (2%), fuel (8%), roofs (2%), broom (2%), and household items (4%).

Keywords: Cocos nucifera L. etnobotany, exploration survey

PENDAHULUAN

Etnobotani merupakan cabang ilmu yang mendalami hubungan budaya manusia dan alam nabati disekitarnya. Dalam hal ini lebih diutamakan pada persepsi dan

konsepsi budaya kelompok masyarakat, yang dipelajari adalah sistem pengetahuan anggotanya dalam menghadapi lingkup hidupnya. Jadi data etnobotani adalah data tentang pengetahuan botani masyarakat dan

organisasinya, bukan data botani taksonomi (Waluyo, 2005). Etnobotani sendiri telah dibatasi khusus botani, antropologi, geografi, arkeologi, ilmu bahasa dan ilmu sejarah yang semua itu telah mendapat perhatian dalam penelitian etnobotani yang masing-masing mempunyai hubungan disiplin etnobotani. Batasan yang telah dikemukakan menjelaskan ruang lingkup arah penelitian dan pengembangan etnobotani di Indonesia (Djamalui,1998).

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Hasil kelapa yang diperdagangkan sejak zaman dahulu adalah minyak kelapa, yang sejak abad ke 17 telah dimasukkan ke Eropa dari Asia (Setyamidjaja, 2008). Pemanfaatan limbah kelapa oleh masyarakat Indonesia dapat berupa serabut, tempurung, lidi dan daun kelapa sebagai bahan kerajinan tangan serta alat rumah tangga. Serabut kelapa dapat dimanfaatkan menjadi keset. Tempurung dapat dibuat berbagai macam kerajinan dan

alat rumah tangga. Lidi yang berasal dari tulang daun kelapa dimanfaatkan untuk membuat sapu dan daun kelapa untuk hiasan rumah tangga (Cholifah, 2012).

Kelapa di Bali yang sering diperdagangkan di pasar-pasar maupun warung adalah jenis kelapa yang berwarna coklat, putih, kuning, dan hijau. Jenis kelapa yang banyak digunakan dan dijual adalah buah yang tua dan yang masih muda (bungkak), dalam penelitian ini dilakukan penelusuran kegunaan (etnobotani) kelapa di masyarakat khususnya di daerah Denpasar dan Badung.

MATERI DAN METODE

Cara pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode survey eksplorasi (Waluyo, 2005) dengan mengambil secara acak lokasi kuisioner di daerah Denpasar dan Badung. Sampling yang digunakan 20 kuisioner terdiri dari 2 pedagang pasar yaitu Pasar Badung, Pasar Pemecutan dan 6 KK rumah penduduk di Desa Peguyangan Kaja Banjar Saih, Desa Peguyangan Kaja Banjar Pantebel, Desa Kerandan Banjar Penyaitan, Desa Kerandan Banjar Kerandan, Banjar Tenten, dan Desa Padang Sambian Kelod. Di daerah Badung kuisioner diambil di satu

pedagang pasar yaitu Pasar Kuta dan 9 KK rumah penduduk di 4 Desa 6 Banjar yaitu Desa Dalung Banjar Pendem, Desa Mengwi Banjar Pengiasan Mengwi, Desa Mengwi Banjar Lebah Pangkung, Desa Mengwi Banjar Alangkajeng, Desa Kerobokan Kelod Banjar Dukuh Sari, dan Desa Kerobokan Banjar Semer.

Penelitian dilaksanakan di pasar Badung, pasar Pemecutan dan rumah penduduk di sekitar Denpasar dan Badung dari tanggal 27 Januari sampai 4 Februari 2012.

Data hasil kuisioner berupa data kuantitatif kemudian dikelompokkan berdasarkan bagian tanaman yang bermanfaat dan untuk apa saja dimasyarakat. Kemudian data ditampilkan dalam bentuk

23%

22%

53%

2%

gambar persentase diagram lingkaran (Waluyo, 2005).

HASIL

Hasil penelitian kelapa di daerah Denpasar dan Badung menunjukkan seluruh bagian- bagian dari tanaman kelapa untuk keperluan sehari-hari. Bagian-bagian tanaman seperti buah tua, muda (bungkak), akar, batang, daun, tempurung, hingga serabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai sarana upakara, obat tradisional, maupun untuk kebutuhan rumah tangga. Buah kelapa ( Cocos nucifera L.) memiliki persentase yang tinggi yaitu 53%, air bungkak sebanyak 35%, daging bungkak sebanyak 12,9 %, tempurungnya sebanyak 4,7%, akar sebanyak 2%, batang sebanyak 22%, dan daun sebanyak 23 % (Gambar 1).

  • □    Buah

  •    Akar

  • □    Batang

  • □    Daun

Gambar 1. Persentase Bagian Dari Kelapa Yang Dapat Dimanfaatkan

2%

2%

8%

31%

14%

24%

2%


  • □    Upakara

  • □    Obat

  • □    Kerajinan

  • □    Bangunan

  • □    Bahan Bakar

  • □    Atap Rumah

  • □    Sapu Lidi

  • □    Alat Rumah Tangga

  • □    Konsumsi

Gambar 2. Persentase Etnobotani Kelapa


  • □    Paru-Paru

  • □    Netralisir Racun

  • □    Obat Batuk

  • □    Panas Dalam

  • □    Sakit Perut

  • □    Demam Berdarah

  • □    Dehidrasi

  • □    Tensi rendah

Gambar 3 : Persentase Manfaat Air Bungkak Kelapa

Bagian-bagian dari tanaman kelapa oleh masyarakat Denpasar dan Badung dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan sehari hari seperti sarana upakara

Masyarakat Denpasar dan Badung banyak menggunakan air bungkak kelapa untuk

(31%), obat (24%), bangunan (14%), konsumsi (13%), kerajinan ( 2 %), bahan bakar (8 %), atap rumah (2 %), sapu lidi (2 %), dan alat rumah tangga (4%) (Gambar 2).

mengobati berbagai macam penyakit. Menurut masyarakat, dengan meminum air kelapa bungkak dapat menyembuhkan penyakit seperti sakit paru- paru (2 orang), netralisir racun (6 orang), obat batuk (1

PEMBAHASAN

Bagian tanaman kelapa yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Denpasar dan Badung adalah buahnya yang meliputi air 35%, daging buah 12,9 % dan tempurung kelapa 4,7%.

Produk yang dihasilkan dari pengolahan tempurung secara tradisional dapat dimanfaatkan untuk membuat barang-barang kerajinan seperti gayung air, mangkuk, dan bermacam- macam alat rumah tangga. Selain itu, tempurung kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Arang tempurung kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah menjadi arang aktif yang diperlukan oleh berbagai industri pengolahan (Kloppenburg danVersteegh, 1983).

Batang kelapa dimanfaatkan sebanyak 14% masyarakat Denpasar dan Badung sebagai bahan bangunan. Batang kelapa dapat dimanfaatkan untuk membuat reng pembuat rumah, selain itu batang

orang), mengobati panas dalam (6 orang), sakit perut (6 orang), sakit demam berdarah (6 orang), dehidrasi (4 orang), tensi rendah (1 orang) (Gambar 3).

kelapa pun masih bisa digunakan sebagai alat-alat rumah tangga. Misalnya sendok, garpu, mangkok, dan tempat lilin. Daun kelapa dimanfaatkan oleh masyarakat Denpasar dan Badung sebanyak 23% yang dimanfaatkan sebagai atap rumah dan sapu lidi. Sedangkan akar kelapa dimanfaatkan sebanyak 2% oleh masyarakat Denpasar dan Badung untuk bahan kerajinan.

Batang kelapa tua dapat dijadikan bahan bangunan, jembatan darurat, kerangka perahu dan kayu bakar. Batang yang benar-benar tua dan kering sangat tahan terhadap sengatan rayap. Kayu dari pohon kelapa yang dijadikan mebel dapat diserut sampai permukaannya licin dengan tekstur yang menarik . Daun kelapa dapat dibuat menjadi berbagai macam kerajinan. Misalnya, hiasan janur, keranjang sampah, sapu lidi, tatakan, tempat buah, dan sebagai atap rumah. Selain daunnya, tulang daun kelapa genjah atau sering disebut lidi dapat dijadikan barang anyaman, sapu lidi dan tusuk daging (sate) (Mardiahhaq, 2011).

Masyarakat Denpasar dan Badung mempergunakan daun kelapa sebagai bahan dasar untuk membuat banten. Bagian dari banten yang merupakan alas berasal dari daun kelapa muda ( busung, warna putih kuning) atau daun kelapa tua ( slepan, warna hijau tua). Buah kelapa muda (bungkak) juga digunakan sebagai sarana upakara umat Hindu di bali. Menurut Suatini dkk.. (2007) tanaman kelapa di Bali juga banyak dijadikan sebagai bahan Upakara atau bebantenan, yang merupakan salah satu sarana dalam rangkaian pelaksanaan suatu upacara keagamaan. Pelaksanaan upakara dalam suatu upacara keagamaan, dapat diketahui penggunaannya dengan mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis dari banten serta perlengkapan pendukung upakara. Menurut Wijayananda (2011) bungkak nyuh gading (kelapa genjah kuning) digunakan dalam banten prayascita yang digunakan sebagai sarana untuk pembersihan dan mensucikan bangunan, peralatan elektonik atau kendaraan yang baru dibeli dan sebagai sarana pengelukatan atau pensucian diri. Demikian halnya dengan bungkak nyuh bulan dengan buah berwarna putih banyak digunakan dalam pelaksanaan upacara padudusan, sedangkan

bungkak nyuh gadang dan bungkak coklat juga dapat digunakan sebagai sarana penglukatan (Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004). Menurut Suparta (2000) dalam Purwanto (2000) upacara Pedudusan Alit dan Padudusan Agung, yang merupakan pemujaan terhadap pancadewata dan Dewata Nawangsa, akan digunakan lima atau sembilan jenis kelapa berdasarkan warnanya seperti nyuh gading di barat, untuk Dewa Mahadewa. Nyuh bulan (warna putih) di timur untuk Dewa Iswara, nyuh gadang di utara untuk Dewa Wisnu, nyuh udang di selatan untuk Dewa Brahma.

Pada buah kelapa yang sudah tua, masyarakat biasanya memarut daging buah kelapa kemudian memerasnya untuk dijadikan santan. Santan juga bisa dibuat menjadi minyak kelapa yang digunakan masyarakat untuk memasak didapur. Pada buah kelapa yang masih muda (bungkak), masyarakat Denpasar dan Badung mengolahnya menjadi makanan yaitu lawar klungah. Lawar klungah merupakan makanan khas Bali yang dibuat dari campuran daging klungah (batok kelapa muda) dengan bumbu lengkap Bali.

Orang-orang di daerah pedesaan Nigeria Selatan telah menggunakan batang

kelapa tua untuk jendela dan kusen pintu. Itu dilakukan ketika hasil kelapa cenderung menurun. Batang-batang kelapa yang ditebang kemudian digunakan sebagai bangunan berbasis kayu material. Ajibola dan Falade telah menyelidiki bahwa kayu kelapa dan sabut kelapa memilik sifat termal, sehingga menetapkan bahwa minyak dan serabut kelapa yang baik termal isolator (Etuk et all, 2005).

Selain sebagai sarana upacara, masyarakat juga memanfaatkan bungkak kelapa genjah sebagai usada Bali. Usada adalah pengetahuan pengobatan tradisional Bali, sebagai sumber konsep untuk memecahkan masalah di bidang kesehatan. Dengan menguasai konsep usada tersebut dan memanfaatkannya dalam kerangka konseptual di bidang pencegahan, pengobatan, rehabilitasi serta penelitian berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan (Prastika,2012).

Usada berasal dari kata “ausadhi” (bahasa sansekerta) yang berarti tumbuhan yang berkhasiat obat. Menurut Nala (2000) dalam Kriswiyanti (2005) usada Bali merupakan suatu pengetahuan pengobatan yang disusun berdasarkan suatu acuan

tertentu digabungkan dengan pengalaman praktik pengobatan di Bali selama ratusan tahun.

Masyarakat Denpasar dan Badung lebih cenderung menggunakan air bungkak untuk mengobati sakit perut, menetralisir racun dalam tubuh, kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), sakit paru- paru, obat batuk, mengobati panas dalam, sakit demam berdarah, dan mengobati tensi rendah.

Dalam usada Bali , dengan meminum langsung air bungkak dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti sakit kuning, dapat menggantikan infus glukosa garam, muntah-muntah, menaikkan sirkulasi darah dalam ginjal, dan sebagai penawar racun. Untuk mengobati sakit kuning, dapat diminum dengan mencampurkan isi kelapa dengan menambahkan gula batu (Putra dkk..2011).

Air kelapa atau dicampur dengan santan dapat pula digunakan untuk mengobati penyakit cacing usus, kolera, muntah-muntah, serta gatal-gatal yang disebabkan oleh penyakit cacar, campak, dan penyakit kulit lainnya. Air kelapa juga mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai minuman isotonik, karena secara alami air kelapa mempunyai

komposisi mineral dan gula yang sempurna sehingga mempunyai keseimbangan elektrolit seperti cairan tubuh manusia (Pengembangan Inovasi Pertanian, 2011).

Suku Sougb di Kabupaten Manokwari Irian Jaya, memanfaatkan tanaman kelapa sebagai sarana pengobatan tradisional. Air buah kelapa dipercaya dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit serampah atau lebih dikenal dengan penyakit campak. Cara mengobatinya yaitu dengan meminum langsung air kelapa muda tanpa mencampurnya dengan bahan-bahan yang lain ( Wanggai dan Nurhaidah 2000, dalam Purwanto, 2000). Dalam ramuan tradisional Jawa dan Madura, air kelapa diminum sebanyak mungkin. Kemudian jahe yang telah diparut dan minyak tanah diremas-remas kemudian digosokkan dipunggung untuk menetralisir racun di dalam tubuh (Darmojo, 2003).

Air kelapa muda mengandung air 95,5%, protein 0,1%, lemak kurang dari 0,1%, karbohidrat 4,0%, abu 0,4%, mengandung vitamin C 2,2-3,4 mg/100 ml dan vitamin B kompleks yang terdiri atas asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, asam folat, vitamin B1, dan sedikit piridoksin. Kandungan mineral air kelapa

terdiri atas kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor, sulfur, dan klorin. Kandungan mineral K pada air kelapa adalah yang tertinggi, baik pada air kelapa tua maupun air kelapa muda. Mengkonsumsi mineral K yang tinggi dapat menurunkan hipertensi, serta membantu mempercepat absorpsi obat-obat dalam darah. Jika air kelapa dikombinasikan dengan daging kelapa muda tentu akan memberikan nilai gizi yang lebih baik, karena daging kelapa muda mengandung 15 jenis asam amino, 10 di antaranya termasuk asam amino esensial (Pengembangan Inovasi Pertanian, 2011)

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang berjudul Etnobotani Kelapa (Cocos nucifera L.) di Wilayah Denpasar dan Badung adalah :

  • 1.    Bagian-bagian dari tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah Denpasar dan Badung adalah buah 53% ( air bungkak sebanyak 35%, daging bungkak sebanyak 12,9 %, tempurungnya sebanyak 4,7%)

akar 2,3%, batang 22,3%, dan daun sebanyak 23,5%.

  • 2.    Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) dimanfaatkan oleh masyarakat Denpasar dan Badung sebagai sarana upakara (31%), obat (24%, (sakit perut 18%, demam berdarah 18%, dehidrasi 18%)), konsumsi (13%), kerajinan (2%), bangunan (14%), bahan bakar (8%), atap rumah (2%), sapu lidi (2%), dan alat-alat rumah tangga (4%).

DAFTAR PUSTAKA

Cholifah . 2012. Potensi Kabupaten Wonosobo Available at :

http://www.kabupatenwonosobo.com /index.php?modul=potensi&cat=PsK ebun&catid=323112194223 Opened : 06.02.2012

Darmojo. S. 2003. Penyembuhan Ramuan Tradisional Jawa, Madura, Bali, Cina. Absolut. Yogyakarta.

Djamalui, Victor P. 1998. Jenis-Jenis Tumbuhan Berkayu dan Pemanfaatannya Dalam Kehidupan Suku Sougb di Desa Sururey Kecamatan Sururey Kabupaten Dati II Manokwari Available at : http://www.papuaweb.org/unipa/dlib -s123/djamalui/s1.PDF Opened : 05.02.2012

Kriswiyanti, E. 2005. Bahan Ajar Etnobotani. Jurusan Biologi, F. MIPA, UNUD. Denpasar.

Etuk. S.J., Akapablo. L.F., Akapablo.K.E. 2005. Determination Of Thermal Properties of Cocos nucifera Trunk For Predicting Temperatur Variation With Its Thinkness. Department of Physics, University of Uyo, Uyo, Nigeria Dalam Jurnal The Arabian Journal for Science and Engineering, Volume 30, Number 1A.

Kloppenburg, J., Versteegh. 1983. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanam-tanaman di Indonesia (dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisional). Jilid 1. Bag. Botani. CD. R. S. Bethesda dan Andi Offset. Yogyakarta.

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat(LPM) . 2004. Taman Gumi Banten. Ensiklopedia Tanaman Upakara.Udayana Press, Universitas Udayana-Bali

Mardiahhaq, F. 2011. Mafaat pohon kelapa. Available at : http://finamardiahhaq.blogspot.com/ 2011/04/manfaat-pohon-kelapa.html Opened : 19.02.2012

Pengembangan Inovasi Pertanian. 2011. Kandungan buah kelapa dilihat dari segi kesehatan. Available at: http:Kandungan Buah Kelapa dilihat dari Segi Kesehatan Smallcrab Online. html Opened : 05.02.2012

Prastika, I Nyoman. 2012. “Usada” Pengobatan Tradisional Bali

Available at :http://www.unhi.ac.id/file/Artikel/U sada,_Pengobatan

_Tradisional_Bali_Prastika-1.pdf Opened : 06.02.2012

Purwanto,Y,. Eko Baroto Walujo. 2000. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III (Kebijakan Masyarakat Lokal Dalam Mengelola dan Memanfaatkan Keanekaragaman Hayati Indonesia). Lab. Etnobotani, Balitbang Botani, Puslitbang Biologi – LIPI.

Putra, K.G.D., Eniek Kriswiyanti., M.Oka Adi Parwata. 2011. Aplikasi Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Universitas Udayana Denpasar.

Setyamidjaja, Djoehana. 2008. Bertanam Kelapa. Kanisius. Yogyakarta.

Suatini, Ida Ayu., A.A. Kompiang Oka Sujana. 2007. Sistem Informasi Bebantenan Ditinjau Dari Jenis-Jenis Banten Dan Perlengkapannya.

Jurusan Teknik Elektro Universitas Udayana. Kampus Bukit Jimbaran Bali.

Waluyo, E.B. 2005. Pengumpulan data Etnobotani.LIPI Bogor.

Wijayananda, Ida Pandita Mpu Jaya. 2011. Banten Prayascita

Available at :

http://sejarahharirayahindu.blogspot. com/2011/11/banten-prayascita.html Opened : 05.02.2012

10