SIMBIOSIS X (1): 1-13                 http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis

Program Studi Biologi FMIPA UNUD

eISSN: 2656-7784

Maret 2022

INTERPRETASI EKOWISATA OLEH PRAMUWISATA (PEMANDU WISATA) PADA DAYA TARIK WISATA KUPU-KUPU DI BALI

INTERPRETATION OF ECOTOURISM BY TOUR GUIDES ON BUTTERFLY TOURIST ATTRACTIONS IN BALI

Ni Kadek Siska Apriska1, Anak Agung Gde Raka Dalem2, Ni Made Suartini3

ABSTRAK

Penelitian tentang interpretasi ekowisata oleh pemandu wisata (pramuwisata) pada daya tarik wisata kupu-kupu di Bali telah dilakukan pada tahun 2020-2021. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe interpretasi, sarana interpretasi dan kualitas interpretasi yang diberikan kepada wisatawan. Metode pengambilan data adalah dengan accidental sampling, melakukan wawancara, observasi langsung di lapangan, penyebaran kuesioner serta pemeriksaan dokumen. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tipe interpretasi yang digunakan pemandu wisata/pramuwisata di taman kupu-kupu yang ada di Bali ada 9 tipe, yaitu guided tour, point duty, roving interpretation, presentasi, demonstrasi, living history, interaktif, bicara dan drama. Sarana Interpretasi yang digunakan ada 10 jenis yaitu print, self guiding program, interpretive panel, penggunaan audio tape, exhibit, visitor centre, museum, computer, laser disc dan observation hides. Kualitas interpretasi pemandu wisata/pramuwisata secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, ada 13-26 poin dari total 52 poin terkait pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu ditingkatkan oleh pramuwisata (pemandu wisata) berbasis kupu-kupu di Bali.

Kata kunci: daya tarik wisata, ekowisata, interpretasi, kupu-kupu, pemandu wisata (pramuwisata)

ABSTRACT

Research on ecotourism interpretation by tourist guides on butterfly attractions in Bali has been carried in 2020-2021. Objectives of this research were to find out the type of interpretation, means (tools) of interpretation and the quality of interpretation given to tourists. The method of data collection was by accidental sampling, conducting interviews, direct observation in the field, distributing questionnaires and examining documents. Data analysis was carried out quantitatively and qualitatively. The results obtained indicated that the types of interpretation applied by tour guides on butterfly parks in Bali were 9 types, namely guided tour, point duty, roving interpretation, presentation, demonstration, living history, interactive, talk and drama. There were 10 types of interpretation facilities utilized namely print, self guiding program, interpretive panel, use of audio tape, exhibit, visitor center, museum, computer, laser disc and observation hides. The quality of the interpretation by the tour guides in general could be classified as good. Based on this finding, there were 13-26 out of 52 points related to knowledge, skill and attitude that need to be improved by the butterfly tour guides. Keywords: tourist attraction, ecotourism, interpretation, butterflies, tour guides

PENDAHULUAN

Ekowisata menurut Masyarakat Ekowisata Indonesia adalah suatu perjalanan yang bertanggung jawab terhadap kawasan alam yang melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Dalem, 2004).

Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang popular sejak tahun 1990-an, dan semakin popular akhir-akhir ini. Beberapa lokasi seperti Taman Wisata Alam Taman Hutan Raya (Tahura), dan Taman Nasional cukup pupuler dalam kegiatan ekowisatanya. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya pasal 1 ayat 16 menyebutkan bahwa Taman Wisata Alam merupakan kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Kegiatan ekowisata tidak hanya bisa dilakukan dalam Taman Wisata Alam, tetapi juga pada daya tarik wisata atau destinasi wisata yang dikelola dengan kaidah-kaidah alam, seperti dinyatakan dalam definisi ekowisata yang dikemukakan oleh Masyarakat Ekowisata Indonesia (MEI) dalam rumusannya tahun 1996 (Dalem, 2004). Ekowisata atau ekoturisme yang didefinisikan juga oleh Kezia dkk (2019) yaitu salah satu kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan yang selalu mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Dalam menikmati produk ekowisata harus ada interpretasi yang akan membantu pengunjung untuk lebih mendapatkan pengetahuan tentang flora dan fauna yang

dilihatnya. Interpretasi diharapkan membuka pikiran dan penghargaan pengunjung terhadap alam yang dilihat, yang nantinya akan membantu manajemen dalam melestarikan kawasan ekowisata. Interpretasi merupakan kegiatan edukatif yang sasarannya pada obyek aslinya baik dengan pengalaman langsung maupun dengan menggunakan media ilustrasi dan tidak hanya menampilkan keterangan-keterangan yang berupa fakta saja (Tilden, 2007). Selain itu, Interpretasi adalah unsur dari pendidikan yang dapat memberikan suatu penjelasan mengenai kawasan, di antaranya: flora, fauna, proses geologis serta membantu pengunjung untuk lebih mengenal dan mengerti kondisi pada kawasan yang dikunjungi dengan adanya flora dan fauna.

Interpretasi di lapangan maupun melalui personal dan non personal, tidak lepas dari pramuwisata/pemandu wisata. Mereka sangat berperan penting dan mampu untuk memberikan suatu layanan, petunjuk, informasi dan hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh wisatawan (Ahmad, 2018). Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2016 menyatakan pramuwisata sebagai salah satu komponen penting dalam jasa pariwisata yang sangat berpengaruh terhadap kualitas layanan dan citra pariwisata secara keseluruhan.

Kupu-kupu merupakan bagian dari kekayaan hayati yang harus dijaga kelestariannya. Kupu-kupu memiliki nilai yang sangat penting bagi manusia maupun lingkungan diantaranya: memiliki nilai ekologi, estetika, pendidikan, endemis, konservasi dan budaya (Jumar, 2000). Ekowisata dikatakan sangat tepat sebagai

salah satu solusi dalam melestarikan kupu-kupu yang ada di Bali.

Kegiatan trekking, berwisata ke taman kupu-kupu, wisata bersepeda dan lain-lain dapat memanfaatkan kupu-kupu sebagai daya tarik utamanya. Hal ini berkaitan dengan keragaman jenis kupu-kupu terutama menyangkut warnanya yang beragam dan penampakannya yang indah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe interpretasi, sarana interpretasi dan kualitas interpretasi yang diberikan oleh pemandu/pramuwisata kupu-kupu kepada wisatawan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan antara bulan Desember tahun 2020 sampai bulan Februari tahun 2021 di tiga taman kupu-kupu di Bali yaitu Balitopia Butterfly Park; Kemenuh Butterfly Park dan Bali Butterfly Park dengan menggunakan metode accidental sampling, wawancara, observasi langsung di lapangan, penyebaran kuesioner serta pemeriksaan dokumen. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tipe interpretasi, sarana interpretasi, serta kualitas interpretasi pemandu wisata (pramuwisata) kupu-kupu.

Tipe Interpretasi

Instrumen yang dipakai dalam menentukan tipe interpretasi mengacu pada Jenkins (2009). Tipe interpretasi tersebut adalah sebagai berikut:

.1.Guided            tour,            yaitu:

pramuwisata/pemandu wisata membawa wisatawan dalam tur dan memberikan interpretasi.

  • 2.    Point duty: yaitu memberikan interpretasi pada titik tertentu.

  • 3.    Roving Interpretation: yaitu berpindah-pindah ke tempat kejadian dan dimana wisatawan ditemukan.

  • 4.    Presentasi (Presentations): berbicara, diam di suatu lokasi atau bergerak. Presentasi visual atau rekaman audio.

  • 5. Demonstrasi           (Demonstrations):

menunjukkan bagaimana sesuatu dilakukan,     biasanya     melibatkan

wisatawan.

  • 6.    Living history: Gambaran nyata yang masih hidup atau karakter atau acara atau kejadian, termasuk pakaian, dialek, benda atau artefak dan tindakan (acting).

  • 7.    Interaktif   (Interactive):   melibatkan

audiens dengan penerjemah atau beberapa perangkat atau sumber daya.

  • 8.    Bicara (Lecture or talk): Presentasi oral, biasanya dengan alat bantu visual.

  • 9.    Drama : menggunakan teater untuk memberikan interpretasi.

Sarana Interpretasi

Instrumen yang dipakai dalam menentukan jenis sarana interpretasi mengacu pada Jenkins (2009), sebagai berikut.

  • 1.    Print (antara lain berupa brosur, buku, poster),

  • 2.    Self guiding program, signs (tanda-tanda, lambang, dll),

  • 3.    Interpretive panel (papan interpretasi),

  • 4.    Penggunaan audio tape (rekaman audio),

  • 5.    Exhibit (display, collection, galeri)

  • 6.    Visitor centre (kombinasi media, display, guide/panduan, dll)

  • 7.    Museum (lukisan, patung, bangunan – melalui penggunaan objek)

  • 8.    Media repeater (a recording at a specific site providing information)

  • 9.    Portable media player (MP3, CD Player, audio tour)

  • 10.    Closed circuit TV (audio visual presentation)

  • 11.    Computer (audience can interact with software)

  • 12.    Laser Disc (Visual media with audio input/DVD)

  • 13.    Video (Film support or demonstration)

  • 14.    Slideshow (power point or photographic slides)

  • 15.    Observation Hides (camouflaged places used to observe activities)

  • 16.    Information Poles (visual and audio material activated by those wanting to see and listen)

Kualitas Interpretasi

Instrumen kualitas interpretasi mengacu pada rumusan hasil lokakarya ekowisata seBali tahun 2002 (Dalem, 2004), dan Tilden (2007). Kriteria yang dipakai untuk menentukan kualitas interpretasi adalah sebagai berikut.

  • 1.    Menyediakan     interpretasi     yang

memberikan peluang kepada wisatawan untuk    menikmati    alam    dan

meningkatkan kecintaannya terhadap alam

  • 2.    Interpretasi harus sesuai dengan karakteristik wisatawan (misalkan pengalamannya).

  • 3.    Interpretasi itu perlu revelation bukan hanya penyampaian fakta.

  • 4.    Interpretasi adalah sebuah seni, yang dapat mengambil materi sains (science), history, dll.

  • 5.    Interpretasi itu memprovokasi bukan perintah.

  • 6.    Interpretasi yang menyeluruh atau lengkap;

  • 7.    Perbedaan interpretasi untuk kohort atau grup yang berbeda (anak dan dewasa).

Dari 7 peinsip ini kemudian siturunkan 52 kriteria yang meliputi: 26 poin kriteria pada knowledge (atau pengetahuan), 13 poin kriteria pada skill (atau keterampilan) serta 13 kriteria pada attitude (sikap), sebagai berikut:

Kriteria untuk pengetahuan (knowledge) meliputi: (1) Apakah bapak/ibu memiliki kartu tanda pengenal pramuwisata?; (2) Apakah bapak/ibu memiliki sertifikat kompetensi sebagai pramuwisata?; (3) Apakah bapak ibu pernah mengikuti seminar, pelatihan, bimtek, lokakarya tentang kupu-kupu atau ekowisata kupu-kupu? Jika pernah, sebutkan?; (4) Ada berapa jenis kupu-kupu di taman kupu-kupu ditempat bapak/ibu bekerja?; (5) Sebutkan 3 jenis dari sekian banyak jenis kupu-kupu yang ada di Taman Kupu-kupu / lokasi bapak/ibu bekerja ?.; (6) Kupu-kupu apa yang paling menarik bagi wisatawan?; (7) Kupu-kupu termasuk serangga. Apakah pernyataan ini benar atau salah menurut bapak /ibu?; (8) Apakah kupu-kupu berguna bagi kita? Sebutkan salah satu peran kupu-kupu di alam ini yang bapak/ibu ketahui (jika ada)!; (9) Kupu-kupu mengalami metamorfosa, atau perubahan wujud dalam siklus hidupnya, mohon bapak/ibu menjelaskan siklus hidup kupu-kupu?; (10) Sebutkan bagian-bagian dari tubuh kupu-kupu!; (11) Kupu-kupu dalam setiap tahapan dalam siklus hidupnya memakan apa?; (12) Kupu-kupu itu bernafas dengan apa?; (13) Apakah ada jenis kupu-kupu yang dilindungi? Jika ada sebutkan!; (14)

Bolehkah menangkap kupu-kupu liar dari alam untuk dibuat kerajinan lalu dijual?; (15) Sebutkan salah satu tumbuhan yang menjadi sumber makanan kupu-kupu! Tumbuhan itu untuk kupu-kupu jenis apa?; (16) Sebutkan manfaat tanaman bagi kupu-kupu!; (17) Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kehidupan kupu-kupu? Mohon dijelaskan jawaban bapak/ibu!; (18) Apakah bapak/ibu masuk organisasi, asosiasi atau grup tertentu yang berkaitan dengan kupu-kupu?; (19) Berapa jenis kupu-kupu kira-kira sudah dikenal di Bali?; (20) Berapa jenis kupu-kupu sudah dikenal di Indonesia?; (21) Adakah usaha-usaha dalam memandu wisatawan untuk meningkatkan kecintaan wisatawan terhadap alam, khususnya kupu-kupu?; (22) Apakah bapak/ibu tahu kalau setiap wisatawan yang bapak ibu layani puas atau tidak?; (23) Apakah bapak/ibu pernah mendengar istilah ekowisata? Menurut Bapak/Ibu apa itu ekowisata?; (24) Apakah poin-poin utama yang harus dipenuhi untuk mengembangkan wisata kupu-kupu yang berbentuk ekowisata?; (25) Ekowisata kupu-kupu sangat tergantung pada unsur pendidikan, apakah bapak/ibu setuju? Mengapa demikian?; (26) Apakah bapak/ibu pernah mendengar istilah interpretasi? Jika pernah, apa itu yang dimaksud dengan interpretasi?.

Kriteria untuk skill (keterampilan) meliputi: (1) Apakah bapak ibu melayani wisatawan asing atau wisatawan nusantara saja?; (2) Jenis bahasa apa yang bapak/ibu kuasai?; (3) Bagaimana bapak/ibu menilai kemampuan bahasa Inggris bapak/ibu? Apakah baik, sedang/cukup atau kurang?; (4) Kalau bapak/ibu menjelaskan tentang salah satu jenis kupu-kupu kepada

wisatawan, agar wisatawan mencintai kupu-kupu, apa yang bapak/ibu jelaskan?; (5) Apa usaha-usaha bapak/ibu agar memberdayakan masyarakat atau memberikan manfaat kepada masyarakat lokal?; (6) Bagaimana konsep budaya lokal dalam pelestarian kupu-kupu?; (7) Pakaian apa yang bapak/ ibu gunakan saat menjadi pramuwisata/pemandu wisata?; (8) Hal-hal apa yang bapak/ibu perhatikan dan harus ikuti dalam memandu wisatawan untuk mencegah covid-19?; (9) Bagaimana bapak/ibu tahu kalau wisatawan memiliki ciri-ciri kena COVID-19?; (10) Jika bapak ibu melihat ada banyak jenis ular, petani mendapat banyak belut, ada beraneka ragam capung di alam, itu sebagai ciri kondisi lingkungan yang bagaimana?; (11) Jika ada wisatawan yang bapak/ibu pandu mengalami kecelakaan dipatuk ular berbisa, apa yang bapak ibu lakukan?; (12) Apakah bapak ibu mengetahui aturan-aturan yang berkaitan dengan ekowisata kupu-kupu?; (13) Apakah bapak ibu memiliki atau mengetahui CoC (Code of Conduct) dalam ekowisata, termasuk wisata kupu2?

Untuk sikap (attitude), kriterianya sebagai berikut: (1) Cek, apakah responden /pemandu wisata ( pramuwisata) tersebut ramah?; (2) Cek apakah pramuwisata/ pemandu wisata bersahabat/friendly?; (3) Cek apakah pramuwisata/ pemandu wisata tersebut melayani dengan baik?; (4) Cek apakah pemandu wisata /pramuwisata itu berbicara dan bertingkah laku sopan?; (5) Cek, apakah pramuwisata/ pemandu wisata itu berpakaian yang bersih dan sopan saat melakukan pemanduan?; (6) Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa ada hal-hal berkaitan dengan budaya 5ocal Bali yang

tidak boleh dilakukan, antara lain: masuk pura ke bagian utama mandala bukan untuk sembahyang, masuk pura saat 6ocal6 bulan, masuk pura tidak menggunakan pakaian adat bali, dll.; (7) Apakah bapak/ibu memiliki catatan tentang complain dari wisatawan dan apa tindak lanjutnya?; (8) Bagaimana Bapak/Ibu membentuk jaringan di dalam mewujudkan hasil konservasi dan pemberdayaan masyarakat 6ocal yang lebih maksimal?; (9) Jika Bapak/Ibu diberikan tips atau komisi saat wisatawan membeli souvenir dari pengrajin, berapa persen komisi yang bapak/ibu minta atau dapatkan?; (10) Apakah Bapak/Ibu mengetahui apa saja dalam kegiatan memadu wisatawan yang menimbulkan resiko terhadap wisatawan dan bagaimana mencegah dan menanganinya, termasuk kesiapan peralatan yang diperlukan?; (11) Apakah bapak/ibu pernah memberikan perintah dalam menjelaskan sesuatu kepada wisatawan? (Catatan: Pemandu itu tidak boleh memberikan instruksi atau perintah, tetapi      memprovokasi      wisatawan

(membangkitkan motivasi dari dalam hati).; (12) Cek, apakah pramuwisata itu mampu melayani penyandang cacat dengan baik.; (13) Cek, apakah pramuwisata/ pemandu tahu menangani kalau wisatawan mau kebelakang di tengah hutan. Apa yang dilakukan?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tipe interpretasi

Tipe interpretasi yang digunakan oleh pemandu wisata (pramuwisata) yang ada di taman kupu-kupu di Bali ada 9 tipe yaitu: guided tour, point duty, roving

eISSN: 2656-7784

Maret 2022 interpretation, presentasi, demonstrasi, living history, interaktif, bicara dan drama.

Tipe interpretasi yang digunakan pemandu wisata (pramuwisata) di masing-masing lokasi sebagai berikut: di Balitopia Butterfly Park ada 7 tipe yaitu guided tour, point duty, roving interpretation, presentasi, demonstrasi, interaktif; di Kemenuh Butterly Park juga ada 7 tipe, yaitu guided tour, point duty, presentasi, living history, dan interaktif, sedangkan di Bali Butterfly Park ada 8 tipe, yaitu guided tour, point duty, roving interpretation, presentasi, living history, interaktif, bicara dan drama.

Balitopia Butterfly Park dan Kemenuh Butterly Park memiliki jumlah tipe interpretasi yang sama yaitu 7, namun kedua tempat ini memiliki perbedaan tipe interpretasi yang digunakan, yaitu di Balitopia Butterfly Park dan Kemenuh Butterly Park sama-sama menggunakan tipe guided tour, point duty, presentasi, dan interaktif, tetapi di Balitopia Butterfly Park menggunakan tipe roving interpretation, dan demonstrasi sedangkan di Kemenuh Butterfly Park tidak. Di Kemenuh Butetrfly park menggunakan tipe interpretasi living history, bicara dan drama, sedangkan di Balitopia tidak.

Sarana interpretasi

Sarana interpretasi yang digunakan pemandu wisata/pramuwisata di taman kupu-kupu di Bali berjumlah 10 jenis, yaitu sarana interpretasi tercetak (print), self guiding program,   interpretive panel,

penggunaan audio tape, exhibit, visitor centre, museum, computer, laser disc dan observation hides. Sarana interpretasi yang digunakan pemandu wisata/pramuwisata di masing-masing lokasi sebagai berikut: di

Balitopia Butterfly Park ada 7, di Kemenuh Butterfly Park ada 6, sedangkan di Bali Butterfly Park ada 5 jenis.

Perbedaan sarana yang digunakan pemandu wisata (pramuwisata) yang ada di taman kupu-kupu di Bali ini adalah sebagai berikut: di Balitopia Butterfly Park yaitu self guiding program, interpretive panel, exhibit, visitor centre, museum, computer dan laser disc, di Kemenuh Butterfly Park yaitu print, self guiding program, interpretive panel, penggunaan audio tape, exhibit dan museum, sedangkan di Bali Butterfly Park yaitu print, self guiding program, exhibit, museum dan observation hides. Sarana interpretasi yang sama digunakan yaitu self guiding program, exhibit dan museum sedangkan yang tidak sama digunakan pada semua lokasi yaitu print, interpretive panel, penggunaan audio tape, visitor centre, computer, laser disc dan observation hides.

Kualitas interpretasi pemandu wisata di taman kupu-kupu di Bali

Salah satu pendekatan terhadap kualitas interpretasi pemandu wisata (pramuwisata) terhadap kupu-kupu pada taman kupu-kupu di Bali adalah berdasarkan data persepsi dari 100 wisatawan yang menjadi responden untuk mengetahui kualitas pemandu wisata (pramuwisata) terhadap wisatawan yang datang ke taman kupu-kupu. Kualitas interpretasi ini dinilai dari segi kepribadian, keramahan, kejujuran, kepedulian sesuai dengan pemahaman materi mengenai bagaimana proses kupu-kupu yang ada disana berkembang dari mencari makan dan keunikannya.

Kualitas pemandu kupu-kupu di Bali dengan menggunakan kriteria sebanyak 53 buah. Hasil penilaian menunjukan hasil baik

dengan persentase sebesar 93.63%, sisanya menunjukan hasil cukup dengan persentase sebesar 6.37%. Kualitas interpretasi pemandu wisata (pramuwisata) yang menunjukan hasil baik dengan nilai tertinggi yaitu di Kemenuh Butterfly Park (95.41%) dibandingkan pemandu di Balitopia Buterfly Park (91.30%), dan di Bali Butterfly Park (90.55%).

  • a.    Kualitas knowledge (pengetahuan)

Kualitas pengetahuan atau knowledge pramuwisata (pemandu wisata) ditentukan berdasarkan 27 kriteria. Hasilnya menunjukan bahwa penilaian berdasarkan kesesuaian materi, kelengkapan dan kedalaman materi pemandu wisata hasil cukup baik dengan skor yaitu antara 56% dan 74% yaitu 60.14%. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan yang dimiliki pemandu nantinya dapat diketahui dari perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Balitopia Butterfly Park memiliki nilai kualitas interpretasi tertinggi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki pemandu wisata dengan hasil baik dengan skor antara 65% dan 84% yaitu 67.39%, di Kemenuh Butterly Park hasil kurang dengan skor kurang dari 65% yaitu 47.83% dan di Bali Butterfly Park hasil baik dengan skor antara 65% dan 84% yaitu 65.22%.

  • b.    Tingkat skill (keterampilan)

Untuk keterampilan atau skill, kriteria yang dinilai sebanyak 13 buah. Tingkat skill (keterampilan) secara umum hasil cukup baik dengan skor antara 56% dan 74% yaitu 61.54%. Untuk keterampilan, hasilnya yang memiliki nilai tertinggi adalah

pemandu yang di Balitopia Butterfly Park hasil baik dengan skor antara 65% dan 84% yaitu 80.77%, sedangkan yang lainnya adalah sebagai berikut: yang di Kemenuh Butterfly Park hasil kurang baik dengan skor kurang dari 65% yaitu 38.46% dan Bali Butterfly Park hasil baik dengan skor antara 65% dan 84%. yaitu 65.38%.

Salah satu keterampilan selain melayani wisatawan asing pastinya pemandu akan memandu wisatawan nusantara, hal tersebut tidak lepas dari skill/keterampilan berbahasa yang ditekuni dan dikuasai oleh pemandu wisata/pramuwisata.

Pemandu wisata/pramuwisata di taman kupu-kupu di Bali sebagian besar hanya memiliki kemampuan berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris saja. Hanya sebagian pemandu yang ada di Bali Butterfly Park yang mampu berbahasa asing lainnya, yaitu bahasa Belanda.

  • c.    Kualitas attitude (sikap) pemandu wisata (pramuwisata)

Untuk sikap atau attitude, kriteria yang dinilai sebanyak 13 buah. Hasil attitude (sikap) secara umum pemandu wisata yang ada di taman kupu-kupu di Bali hasil baik dengan skor antara 65% dan 84% yaitu 75.62%.

Di antara ke-3 lokasi penelitian, kualitas attitude atau sikap yang menghasilkan nilai tertinggi adalah yang di Balitopia Butterfly Park dan yang di Bali Butterfly Park hasil baik dengan skor antara 65% dan 84% yaitu 76.92% sedangkan yang di Kemenuh Butterfly Park hasil cukup baik dengan skor antara 56% dan 74% yaitu 73.08%. Sikap ini sering digunakan untuk menunjukkan tingkah laku perorangan bahkan kelompok. Berkaitan dengan emosi

tingkah laku nantinya akan menempatkan atau membawa diri pada suasana yang diterima oleh wisatawan. Sehingga attitude (sikap) ini sangat penting diperhatikan oleh pemandu wisata untuk melihat kualitas interpretasi yang dimiliki selama melakukan interpretasi kepada wisatawan.

Pembahasan

Tipe interpretasi pemandu wisata di taman kupu-kupu di Bali

Perbedaan tipe interpretasi yang digunakan pemandu berdampak terhadap wisatawan yang berkunjung, hal tersebut juga bisa di karenakan lama masa kerja, pengalaman, pengetahuan dan juga skill/keterampilan yang dimiliki pemandu. Perbedaan tipe interpretasi yang dipergunakan pemandu dapat dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan dan juga skill/keterampilan yang dimiliki pemandu. Namun pemilihan tipe interpretasi tersebut nantinya berfokus pada kesenangan (enjoyment) dan kepuasan (satisfaction) dan jika memungkinkan untuk menimbulkan memorable experience (pengalaman yang tidak terlupakan) (Tumbel dkk., 2018), serta pada akhirnya tujuan timbulnya keinginan dari wisatawan untuk berkunjung lebih banyak kali (repeat visitor) melalui eksplorasi interpretasi pelayanan pemandu wisata/pramuwisata (Ratih, 2008).

Di Balitopia Butterfly Park, tipe interpretasi berupa drama tidak digunakan, hal tersebut nantinya bisa saja menyebabkan wisatawan akan merasa tidak puas apabila mereka menyukai tipe interpretasi berupa drama. Perilaku serta karakteristik dari wisatawan yang berbeda-beda inilah yang akan membuat motivasi berkunjung dari

Program Studi Biologi FMIPA UNUD setiap wisatawan dan kebanyakan wisatawan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dari pernyataan tersebut, dengan adanya penambahan tipe interpretasi berupa drama, secara tidak langsung wisatawan akan mendapatkan pesan, bukan sekedar informasi yang lebih namun pesan yang kuat dan akan mendorong seseorang mencari informasi serta memberikan pengalaman yang paling berkesan dengan baik dari interpretasi yang diberikan pemandu wisata di taman kupu-kupu.

Tipe interpretasi yang digunakan pemandu wisata di Bali Butterfly Park ada 8 tipe, dimana tipe interpretasi berupa demonstrasi tidak digunakan oleh pemandu yang ada di taman tersebut, dan yang di Kemenuh Butterfly Park. Tipe berupa demonstrasi sangat penting digunakan dan bagus untuk pengunjung yang berdatangan, hal tersebut baik dilakukan karena dalam interpretasi bukan sekedar pelayanan yang baik saja namun membangkitkan rasa peduli pengunjung dengan melibatkannya sehingga memberikan edukasi berupa sumberdaya serta kesadaran untuk mengkonservasi alam dan lingkungannya melalui kualitas interpretasi pelayanan pemandu wisata tersebut (Mak et al., 2010).

Tipe interpretasi yang digunakan pemandu wisata/pramuwisata ini berguna juga untuk mengetahui upaya mencapai tujuan-tujuan penting dalam sebuah interpretasi seperti informasi, pesan dan pengetahuan yang tersampaikan kepada wisatawan (Irfan, 2020).

Sarana interpretasi pemandu wisata di taman kupu-kupu di Bali

Sarana interpretasi yang digunakan ini tentunya memiliki perbedaan dan

persamaan, namun perbedaan sarana interpretasi yang digunakan pemandu wisata/pramuwisata bisa berdampak terhadap kualitas perjalanan wisata dan penting dalam terbentuknya suatu destinasi atau daya tarik wisata (Fatmawati, 2016).

Untuk pemandu wisata di Balitopia Butterfly Park relatif tidak banyak menggunakan sarana, terutama sarana interpretasi berupa print. Kurangnya penggunaan sarana berupa print bisa mengurangi minat dan keingintahuan dari wisatawan yang berkunjung, walaupun dari segi keramahan terhadap lingkungan mungkin lebih baik, karena mengurangi produksi sampah dari bahan cetakan, sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan (Dwiki dkk., 2020).

Sarana interpretasi berupa print ini merupakan jenis sarana secara tidak langsung dimana kegiatan interpretasi yang dilaksanakan menggunakan alat bantu dalam memperkenalkan objek interpretasi. Interpretasi disajikan dalam suatu rangkaian gambar diantaranya brosur, poster dan sebagainya (Rosmalasari, 2004).

Menurut Tilden (2007) interpretasi selalu mengacu pada kegiatan edukasi. Namun, edukasi hanya untuk meningkatkan kepuasan yang didapat dari pengalaman rekreasi. Di taman kupu-kupu Kemenuh Butterfly Park, salah satu sarana yang digunakan berupa Penggunaan audio tape sedangkan di Balitopia Butterfly Park dan Bali Butterfly Park tidak menggunakan sarana tersebut. Hal ini dikarenakan bentuk aktivitas yang dilakukan oleh pemandu wisata dari lokasi tersebut berbeda, serta strategi komunikasinya berbeda juga. Namun tujuannya secara umum untuk

Program Studi Biologi FMIPA UNUD memenuhi harapan wisatawan juga. Fasilitas ini mempengaruhi kualitas interpretasi serta pelayanan, dan fasilitas ini berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan (Dewandi dkk., 2018).

Sarana interpretasi di Bali Butterfly Park berupa observation hides penting dijelaskan bukan berdampak terhadap wisatawan, namun menjadi keunikan dalam melakukan interpretasi oleh pemandu wisata tersebut di lapangan. Observation hides ini sendiri diartikan sebagai suatu perjalanan yang dibuat oleh pemandu agar memudahkan wisatawan melihat aktivitas secara langsung dengan objek wisata dan memudahkan wisatawan berbaur dengan situasi dimana kupu-kupu tersebut melakukan aktivitasnya.

Kualitas interpretasi pemandu wisata di taman kupu-kupu di Bali

Manfaat     spesifik     kepuasan

pelanggan memiliki keterkaitan positif dengan melihat kualitas interpretasi pemandu wisata, dan berpotensi menjadi sumber pendapatan (Tjiptono, 2005). Kemenuh Butterfly Park dikatakan mampu mendorong wisatawan dalam menanamkan loyalitas bagi wisatawan meskipun memiliki nilai pengalaman yang kurang sehingga pada akhirnya tempat tersebut memiliki kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan pengembangan kepariwisataan (Basiya dan Hasan, 2012).

Secara teoritis untuk lebih mengetahui bagaimana berpengaruhnya tingkat interpretasi yang baik bagi pemandu wisata/pramuwisata yang akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan dan kenyamanan wisatawan. Sehingga hal tesebut dapat disebabkan oleh pemandu wisata itu sendiri,

terutama menyangkut masalah pengetahuan bahkan wawasan mereka mengenai hal-hal yang terkait dengan pelayanan, sarana prasarana yang diberikan serta dibutuhkan (Epi, 2005).

Dalam meningkatkan kepuasan wisatawan mancanegara yang berkunjung maka kualitas interpretasi menjadi prioritas pertama untuk mengetahui informasi maupun edukasi yang diberikan oleh pemandu wisata/pramuwisata terlebih lagi untuk interpretasi mengenai kupu-kupu (Basiya dan Hasan, 2012).

Pemandu wisata seharusnya disarankan memiliki sertifikat kompetensi agar lebih professional. Namun dalam kenyataan di lapangan, masih ada pemandu wisata yang ada pada lokasi tertemtu yang belum tersertifikasi. Dalam penelitian ini, komponen kartu tanda pengenal, memiliki sertifikat kompetensi sebagai pramuwisata, dan pernah mengikuti pelatihan dan sebagainya sebagian besar pemandu wisata telah terpenuhi.

Peran interpretasi dalam ekowisata menurut Widya dkk (2019) menjelaskan bahwa edukasi berupa kawasan terdapat dalam interpretasi. Interpretasi diartikan suatu misi yang didasarkan komunikasi membentuk suatu emosional dan intelektual diantara ketertarikan pendengar dan maksud yang melekat pada sumberdaya yang ada di kawasan.

Menurut Suyitno (2005), pemandu wisata adalah orang yang seharusnya memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata serta telah memiliki tanda pengenal (bagde), sehingga berhak untuk menjadi pembimbing dalam suatu perjalanan bagi wisatawan baik

Program Studi Biologi FMIPA UNUD individu maupun kelompok. Dengan demikian seseorang yang sudah memiliki sertifikat maka mutu dan kompetensi kerjanya telah diakui. Sertifikasi yang dimiliki pemandu wisata mengacu pada pengakuan terhadap mutu, kompetensi dan keterampilan tinggi yang berkaitan dengan profesionalisme dalam kerja.

Sedarmayanti (2010) menyebutkan bahwa ukuran profesionalisme adalah kompetensi, efektivitas dan efisiensi serta bertanggung jawab dengan demikian dikatakan bahwa seseorang yang memiliki sertifikasi atas kompetensinya maka akan berpengaruh kepada keprofesionalismenya. Kurangnya informasi dan pengetahuan dari pemandu wisata sendiri akan berdampak juga terhadap wisatawan yang berkunjung karena untuk melakukan suatu interpretasi diharapkan pemandu wisata/pramuwisata hendak memiliki lisensi terutama bagi pemandu wisata/pramuwisata.

Bahasa yang dikuasai pemandu wisata akan berdampak terhadap wisatawan dan terhalang oleh kemampuan berbahasa asing yang kurang dan mengakibatkan kurangnya percaya diri terhadap pemandu wisata/pramuwisata. Seorang pemandu wisata sebaiknya menguasai beberapa bahasa asing agar wisatawan asing dapat memahami penjelasan pemandu wisata terhadap daerah yang ingin di kunjungi wisatawan asing dengan begitu wisatawan asing dapat dengan nyaman mengenal daerah yang akan dikunjungi (Tumbel dkk., 2018). Dengan demikian kepuasan wisatawan berupa bagaimana keterampilan komunikasi para pemandu wisata meningkatkan citra pemandu wisata dengan baik.

Sikap ramah dari pemandu wisata/pramuwisata terlihat saat mereka membawa wisatawan mengunjungi suatu daya tarik wisata. Pemandu wisata tidak boleh memiliki sikap diskriminatif; pemandu wisata (pramuwisata) harus melakukan perlakuan yang adil terhadap wisatawan.    Mereka tidak boleh

membedakan     wisatawan     tersebut

berdasarkan atas lokasi dari mana mereka berasal. Pramuwisata juga perlu selalu bersosialisasi dengan baik   sehingga

menciptakan suasana yang nyaman bagi wisatawan (Endang dan Utomo, 2014).

Untuk pemandu di Balitopia Butterfly Park khususnya, untuk membentuk jaringan dalam mewujudkan hasil konservasi dan pemberdayaan masyarakat lokal yang lebih maksimal, para pemandu melakukan partisipasi kepada masyarakat lokal dimana taman kupu-kupu ini berada dengan memaksimalkan perekonomian masyarakat sehingga secara tidak langsung hal tersebut dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap konservasi lingkungan dan dapat membentuk suatu daya tarik wisata yang lebih baik.

SIMPULAN

Tipe interpretasi yang digunakan oleh pemandu wisata/pramuwisata yang ada di taman kupu-kupu di Bali ada 9 tipe, yaitu tipe interpretasi guided tour, point duty, roving      interpretation,       presentasi,

demonstrasi, living history, interaktif, bicara dan drama. Tipe interpretasi yang dipakai di Balitopia Butterfly Park dan di Kemenuh Butterfly Park ada 7 tipe, sedangkan yang di Bali Butterfly Park ada 8 tipe.

Sarana interpretasi yang digunakan oleh pemandu wisata/pramuwisata yang ada

Program Studi Biologi FMIPA UNUD di taman kupu-kupu di Bali berjumlah 10 sarana yaitu bahan cetakan (print), self guiding program, interpretive panel, penggunaan audio tape, exhibit, visitor centre, museum, computer, laser disc dan observation hides. Sarana interpretasi yang digunakan pemandu wisata di Balitopia Butterfly Park ada 7 jenis, di Kemenuh Butterfly Park ada 6 jenis sedangkan yang di Bali Butterfly Park ada 5 jenis.

Kualitas interpretasi pemandu wisata (pramuwisata) di taman kupu-kupu di Bali dinilai baik. Sebagian besar wisatawan memberikan penilaian baik, yaitu sebesar (93.63%). Nilai persentase kualitas interpretasi tertinggi diperoleh pramuwisata di Kemenuh Butterfly Park, hal tersebut dinilai      berdasarkan      pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang dimiliki pemandu wisata. Berdasarkan knowledge (pengetahuan) secara umum hasilnya di Bali cukup baik karena nilainya sebesar 60.14% atau rentang nilai yang diperoleh antara 56% dan 74%. Berdasarkan tingkat keterampilan (skill) secara umum hasilnya cukup baik yaitu sebesar 61.54% dengan rentang ilai antara 56% dan 74% dan berdasarkan sikap (attitude) secara umum hasilnya baik karena nilai tersebut sebesar 75.62% atau dengan rentang nilai 65% dan 84%.

Penelitian ini memberikan implikasi pada tersedianya data terhadap apa-apa yang harus    dilakukan    oleh    pemandu

(pramuwisata) kupu-kupu di Bali secara umum, dan apa yang harus dilakukan oleh pemandu (pramuwisata) kupu-kupu di masing-masing     lokasi,     berdasarkan

kelemahan-kelemahan     yang     mesti

diperbaiki.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada HRD dan karyawan yang ada di Balitopia Butterfly Park, Kemenuh Butterfly Park dan Bali Butterfly Park yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, L. M. 2018. Peran Pramuwisata Dalam    Kerbersihan    Sebuah

Perjalanan wisata di PT. Lovely Holidays Tour And   Travel.

Universitas Sumatera Utara. Medan

Andrea, D. H. 2015. Tinjauan Tentang Kinerja    Pramuwisata    pada

PT.Mutiara Holidays Tour and Travel Medan. Sumatera Utara. Medan.

Basiya, R., dan H. A. Rozak. 2012. Kualitas Dayatarik Wisata, Kepuasan dan Niat Kunjungan Kembali Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Kepariwisataan. 11(2): 29.

Dalem, A. A. G. R. 2004. Merumuskan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata daerah Bali. Jurnal Lingkungan Hidup: Bumi Lestari. 4(2)

Dewandi., Y. Kasih., dan I. Cholid. 2018. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Fasilitas, dan Harga terhadap Kepuasan  Pelanggan  Pada Hotel

Emilia Palembang. Journal Of Social And Politic. STIE Multi Data. Palembang

Dwiki, B. A., A. W. Wibowo dan W. Y. Fitri. 2020. Kebijakan Pengelolaan Sampah di Daerah Utama Tujuan Wisata. Jurnal Kebijakan Publik. Vol.1(2): 105-111

Endang, K. S., dan B. S. Utomo. 2014. Kualitas Pelayanan Pemanduan Ekowisata di Taman Nasional Tanjung     Puting     Kabupaten

Kotawaringin Barat Kalimantan

Tengah. Jurnal Manajemen Resort & Leisure. 11(1): 8-21.

Epi, S. 2005. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi         Kunjungan

Wisatawan di Taman Nasional Gede Pangrango (Tngp). Skripsi. Tidak di publikasikan.

Fatmawati, K. 2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan Yang Berkunjung Ke Daerah Wisata Kepulauan. Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen. Vol 4(3):499

Hillary, J. 2009. Tour Guiding Interpretation. (Diakses melalui: https://www.slideshare.net/hillarypje nkins/tour-guiding-interpretation) [17 September 2020]

Irfan, M. H. 2020. Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata di Saung Angklung Udjo.     Jurusan     Manajemen

Pengaturan Perjalanan.   Skripsi.

Bandung

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Kezia, E. T., A. G. Kumenaung dan S. Y. L. Tumangkeng. 2019. Pengembangan Ekowisata Sebagai Sektor Unggulan Kota Manado (Studi Kasus Obyek Wisata Bunaken). Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol 19(2):120

Mak, A. H., K. K. Wong., and R. C. Chang .2010. Factors Affecting the Service Quality of the Tour Guiding Profession in Macau. International Journal of Tourism Research. 12(3), 205-218

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pramuwisata.

Prayitno, W., Zulfan, S., Tengku, N., 2014. Hubungan Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku Petani dalam Penggunaan     Pestisida     pada

Lingkungan di Kelurahan Maharatu Kota Pekanbaru. Skripsi  Ilmiah.

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. Pekanbaru

Ratih, H. 2008. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Alfabeta. Bandung.

Rosmalasari, I. 2004. Berbagi Pengetahuan Tentang Teknik Interpretasi. Buletin Edelweis. Vol. XI(3):8-12

Suyitno. 2005. Pemandu Wisata (Tour Guiding). Graham Ilmu. Yogyakarta.

Sedarmayanti. 2010. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, cetakan Kedua. Mandar Maju. Bandung.

Tilden, F. 2007. Interpreting Our Heritage. The University of North Carolina Press

Tjiptono, F. 2008. Service Management, Yogyakarta. Yogyakarta.

Tumbel, B. B., J. Lapian., R. Taroreh. 2018.

Pengaruh     Pengetahuan     dan

Keterampilan Tour Guide Terhadap Kepuasan Wisatawan di Bunaken. Jurnal EMBA. Vol. 6(2):848-450

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Widya, W., M. Rusli., dan D. R. K. Kausar. 2019.    Perencanaan    Program

Interpretasi Untuk Mendukung Kegiatan Ekowisata Di Citamiang Bogor. Universitas Pancasila. Vol. 7(1) : 12-13

13