HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-3, SK No: 105/E/KPT/2022

Vol 27.1. Februari 2023: 90-97

Permasalahan yang dihadapi oleh Pendidikan Bahasa Jepang pada SMA/SMK di Bali

Problems faced by Japanese Language Education at SMA/SMK in Bali

I Gede Oeinada, Ida Ayu Laksmita Sari, Anak Agung Anom Bintang Bayu Putra, I Komang Rama Kusuma

Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia

Email korespondensi: [email protected] , [email protected] , [email protected] , [email protected]

Info Artikel

Masuk:29 Nopember 2022

Revisi: 23 Januari 2023

Diterima:20 Pebruari 2023

Terbit:28 Pebruari 2023

Key Words:

Japanese language education; learning problems; SMA/SMK in Bali; Merdeka Curriculum


Kata kunci:

Pendidikan bahasa Jepang;

Permasalahan pembelajaran; SMA/SMK di Bali; Kurikulum Merdeka

Corresponding Author:

Nama:I Gede Oeinada, email:

[email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

23.v27.i01.p09


Abstract

Following the implementation of the Merdeka Curriculum, Japanese language education at the high school / vocational level (SMA / SMK) in Bali faces a significant challenge. The lack of thorough understanding and communication caused the teachers to feel that the Merdeka Curriculum was less friendly to the Japanese language class hours in their schools. This article aims to describe the problems encountered in SMA / SMK in Bali related to Japanese language education not only in terms of policies in the form of the curriculum but also from the side of schools, teachers, and students. The data collection method uses a google survey form followed by an unstructured interview. The study in this article is included in the qualitative grounded theory research. Based on the research results, the problems faced by Japanese language education in SMA / SMK in Bali can be grouped into four categories: curriculum in SMA / SMK, school support, teacher ability, and student enthusiasm. It requires a correct understanding of the Merdeka Curriculum and good communication with policymakers in schools in order to overcome the problems faced.

Abstrak

Pendidikan bahasa Jepang pada tingkat SMA/SMK di Bali, semejak diberlakukannya Kurikulum Merdeka, menghadapi sebuah tantangan yang berarti. Kurangnya pemahaman yang menyeluruh dan komunikasi menyebabkan para guru merasa Kurikulum Merdeka kurang bersahabat dengan jam pelajaran bahasa Jepang di sekolah mereka. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan permasalahan yang ditemui pada SMA/SMK di Bali terkait dengan pendidikan bahasa Jepang tidak hanya dari sisi kebijakan berupa kurikulum, melainkan juga dari sisi sekolah, guru, dan murid. Metode pengumpulan data menggunakan survei google form yang dilanjutkan dengan wawancara takterstruktur. Kajian dalam artikel ini termasuk ke dalam riset kualitatif grounded theory. Berdasarkan hasil penelusuran, permasalahan yang dihadapi pendidikan bahasa Jepang pada SMA/SMK di Bali dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu kurikulum pada SMA/SMK, dukungan

sekolah, kemampuan guru, dan antusiasme murid. Diperlukan pemahaman yang benar terhadap Kurikulum Merdeka serta komunikasi yang baik dengan pihak penentu kebijakan di sekolah agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

PENDAHULUAN

Bali yang merupakan salah satu destinasi favorit wisatawan dunia menerima kunjungan wisatawan mancanegara sekitar 246 ribu orang pada bulan Juli 2022 (BPS, 2022). Infografik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Meskipun wisman asal Jepang belum termasuk dalam data lima besar kunjungan wisman menurut asal negaranya, dengan dibukanya penerbangan langsung dari Jepang ke Bali tiga kali seminggu mulai bulan November 2022 tentunya akan meningkatkan jumlah kunjungan wisman Jepang di masa yang akan datang (Kemenparekraf, 2022).

Gambar 1. Infografik Kunjungan Wisman

Selain infrastruktur, kesiapan Bali dalam menerima kunjungan wisman Jepang tersebut sangat dipengaruhi juga oleh pembekalan ketrampilan yang berkaitan dengan Jepang, yaitu bahasa dan budaya Jepang. Urgensi penguasaan bahasa Jepang di Indonesia telah dibuktikan melalui kajian mengenai pentingnya penguasaan bahasa Jepang

dalam komunikasi terkait dunia bisnis (Munadzdzofah, 2018).

Munadzdzofah (2018) juga menyebutkan, berdasarkan data tahun 2012 oleh the Japan Foundation, Indonesia menempati peringkat negara kedua terbanyak dalam jumlah pemelajar bahasa Jepang setelah Tiongkok. Peringkat kedua tersebut masih bertahan pada survei yang dilakukan di tahun 2015 dan 2018 sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 2 (Foundation, 2018).

Gambar 2. Daftar 10 Negara dengan Pembelajar Bahasa Jepang Terbanyak di Dunia

Berdasarkan Kepmendikbudristek no.262/m/2022, pada lembaga pendidikan tingkat SMA/SMK di Provinsi Bali yang menggunakan Kurikulum Merdeka, Bahasa Jepang merupakan salah satu mata pelajaran pilihan di kelas XI dan XII (Kemendikbudristek, 2022b). Sebelum penerapan Kurikulum Merdeka, di tingkat SMA/SMK digunakan Kurikulum 2013 (Wulandari, 2022). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang guru, penerapan Kurikulum Merdeka berakibat pada pengurangan jam pelajaran bahasa Jepang di sekolah. Hal ini menimbulkan suatu keresahan di kalangan para guru pengajar bahasa Jepang, khususnya di Provinsi Bali.

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan pembelajaran bahasa Jepang di sekolah-sekolah, pada umumnya hanya mengidentifikasikan kesulitan belajar siswa, misalnya kesulitan dalam menyusun pola kalimat, menulis dan membaca huruf Jepang, berbicara menggunakan bahasa Jepang, kemampuan menggunakan kosakata, dan sejenisnya (Istiqomah et al., 2015). Selain itu, terdapat pula penelitian terkait dengan model pembelajaran bahasa Jepang di SMA yang terkait dengan masalah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Munqidzah, 2014). Penelitian terkait dengan motivasi belajar bahasa Jepang telah pula dilakukan (Suryadi & Rosiah, 2018). Penelitian terkait dengan media pembelajaran interaktif bahasa Jepang menggunakan aplikasi android telah dilakukan (Dinata, 2018). Persepsi pembelajar bahasa Jepang terkait kegiatan ekstrakurikuler kaiwa (percakapan) telah dilakukan (Kharismawati, 2019). Bahkan, penelitian terhadap simbolisme pada pakaian seragam sekolah di Jepang pun telah ada kajiannya (Sari et al., 2022). Selain itu, penelitian terkait perbandingan antara bahasa maupun budaya Jepang dengan bahasa maupun budaya lain seperti Bali telah dilakukan (Prayoga, 2015; Rahayu, 2018). Penelitian terkait bahasa Jepang pariwisata, khususnya di Bali telah pula dilakukan (Pebrima, 2016).

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menawarkan solusi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan bahasa Jepang, khususnya pada SMA/SMK di Bali yang dilihat dari sisi kebijakan dan manusianya.

METODE DAN TEORI

Kajian dalam artikel ini termasuk ke dalam riset kualitatif grounded theory (Umanailo, 2018; Walidin et al., 2015;

Wardhono, 2011). Umanailo (2018) menjelaskan bahwa grounded theory merupakan metode penelitian untuk menjelaskan petunjuk-petunjuk sistematis dalam pengumpulan dan analisis data yang bertujuan membangun kerangka penjelasan data. Metode penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti melakukan observasi dan berpartisipasi dalam perilaku sosial serta mencoba untuk mengerti perilaku tersebut. Dengan kata lain, grounded theory berkaitan dengan proses pengumpulan data dan menginduksikan teori secara alami. Peneliti tidak membawa ide-ide untuk dibuktikan. Tujuan penelitian grounded theory, selain dapat merumuskan teori baru, juga dapat berupa suatu skema analitis abstrak dari sebuah fenomena.

Nazir (1988) (dalam IDTesis (2012)) menyebutkan langkah-langkah pokok metode penelitian dengan grounded theory adalah (a) menentukan masalah; (b) mengumpulkan data; (c) menganalisis dan memberikan penjelasan; (d) membuat laporan penelitian.

Tahap pengumpulan data dalam penelitian yang didiseminasikan dalam bentuk artikel jurnal ini diawali dengan pendataan Sekolah-sekolah Menengah Atas dan Sekolah-sekolah Menengah Kejuruan yang mengajarkan bahasa Jepang di Provinsi Bali. Periode pengumpulan data, analisis, dan penulisan laporan penelitian adalah mulai bulan Juni hingga November 2022.

Para guru yang mengajarkan bahasa Jepang pada SMA/SMK baik negeri maupun swasta di Bali tergabung dalam suatu organisasi yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jepang Provinsi Bali. Pada tingkat kabupaten/kota madya terdapat 9 MGMP sesuai dengan jumlah seluruh kabupaten/kota madya di Provinsi Bali.

Guna mengetahui kondisi pendidikan bahasa Jepang di Bali, tim peneliti

berdiskusi dan merancang pertanyaan-pertanyaan awal yang dapat menjadi pemicu ditemukannya fenomena menarik dalam memahami pendidikan bahasa Jepang di Bali. Selanjutnya, tim peneliti membuatkan Google formulir untuk memudahkan melakukan survei awal kondisi pembelajaran bahasa Jepang di sekolah masing-masing. Hasil penelusuran menggunakan Google formulir tersebut direkapitulasi dan dicermati guna mendapatkan fenomena-fenomena menarik yang perlu untuk ditindaklanjuti lebih jauh lagi dengan cara mengadakan wawancara lanjutan kepada guru-guru di sekolah tersebut.

Wawancara lanjutan ini juga merupakan suatu bentuk triangulasi data guna menjamin kesahihan data isian Google formulir yang telah diterima. Pertanyaan-pertanyaan pada saat wawancara lanjutan bersifat terbuka dan tidak direncanakan sebelumnya, bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam fenomena terpilih yang dirasa menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih mendalam oleh tim peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terkait dengan topik permasalahan dalam pendidikan bahasa Jepang yang dihadapi oleh para guru pada SMA/SMK di Bali, permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu kebijakan pada pemerintah pusat terkait kurikulum, dukungan sekolah yang dalam hal ini adalah kepala sekolah serta wakil kepala sekolah, kemampuan guru, dan antusiasme para murid.

  • (1)    Kurikulum pada tingkat SMA/SMK

Semenjak ditetapkannya Kurikulum Merdeka menggantikan Kurikulum 2013, para guru pengajar bahasa Jepang menjadi khawatir karena mata pelajaran pilihan bahasa asing, yaitu bahasa Jepang hanya diajarkan di kelas XI dan XII sehingga ketercukupan persyaratan jam

mengajar sebesar 24 jam pelajaran per minggu bagi dosen tersertifikasi menjadi sulit untuk dipenuhi. Apalagi, penafsiran yang berbeda dari perangkat pengambil keputusan dari setiap sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka ini juga terkadang merugikan para guru pengampu mata pelajaran Bahasa Jepang. Mata pelajaran pilihan yang diutamakan dibuka biasanya mata pelajaran selain bahasa Jepang, seperti Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa Inggris lanjutan, dst.

Pada kegiatan pertemuan MGMP Provinsi Bali yang dilaksanakan pada akhir bulan November 2022 di sebuah SMA Negeri di Kabupaten Badung, permasalahan ini dibahas dengan menghadirkan guru bahasa Jepang dari sebuah SMA Negeri di Singaraja sebagai narasumber. Guru tersebut dihadirkan sebagai narasumber karena sekolahnya telah mampu merancang kurikulum sesuai dengan Kurikulum Merdeka yang berhasil mengakomodasi mata pelajaran bahasa Jepang sehingga guru mata pelajaran bahasa Jepang di sekolah tersebut tidak kekurangan jam pelajaran. Bahkan, menurut informasi, salah seorang guru pengajar bahasa Jepang di sekolah tersebut mendapatkan 33 jam pelajaran untuk bahasa Jepang.

Sebagai tambahan, berdasarkan penjelasan dari ketua MGMP Provinsi Bali saat pertemuan tersebut, Kurikulum Merdeka sebenarnya menekankan pada pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya guru yang dimiliki sekolah secara maksimal. Oleh karena itu, apabila di suatu sekolah memiliki SDM guru mata pelajaran bahasa Jepang, sudah seharusnya mata pelajaran bahasa Jepang diutamakan untuk dibuka, para murid diarahkan untuk mengambil mata pelajaran bahasa Jepang, dan seterusnya.

  • (2)    Dukungan Sekolah

Keputusan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolah dan merancang kurikulum sekolah adalah

kewenangan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Selanjutnya, alokasi jam pelajaran untuk kurikulum yang akan diterapkan di setiap sekolah tersebut tentunya berpengaruh bagi para guru baik guru tetap ataupun guru kontrak. Dari 42-47 jam pelajaran yang ditetapkan oleh pihak sekolah per minggunya tersebut, terdapat beberapa kasus guru-guru bahasa Jepang yang harus mengajarkan mata pelajaran di luar kompetensi mereka sebagai akibat kurangnya jam pelajaran bahasa Jepang yang ada di sekolah mereka.

Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan komunikasi yang baik antara guru yang memiliki kompetensi bahasa Jepang dan dulunya mengampu mata pelajaran bahasa Jepang dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Contoh kurikulum sekolah yang telah berhasil mengakomodasi mata pelajaran bahasa Jepang dengan baik seperti di sebuah SMA Negeri di Singaraja tersebut dapat dijadikan contoh dan daya bujuk saat bernegosiasi dengan perangkat pembuat kebijakan di sekolah masing-masing.

Selain itu, peranan guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang membantu para siswa memilih mata pelajaran kelompok pilihan juga sangat besar dalam ketersediaan jam pelajaran bahasa Jepang bagi para guru pengampu mata pelajaran bahasa Jepang di SMA/SMK.

  • (3)    Kemampuan Guru

Para Guru yang mengajarkan bahasa Jepang pada SMA/SMK di Bali, ada yang sudah tersertifikasi dan ada juga yang belum tersertifikasi. Meskipun demikian, secara akademis, sebagian besar memiliki ijazah pendidikan baik bahasa ataupun sastra Jepang tingkat sarjana.

Akan tetapi, kabar baiknya adalah pendidikan bahasa Jepang di Indonesia khususnya di tingkat SMA/SMK mendapatkan dukungan dari the Japan

Foundation berupa Nihongo Partner (NP), yaitu tenaga penutur asli bahasa Jepang. Para relawan NP tersebut, setelah dinyatakan memenuhi persayaratan, ditugaskan oleh the Japan Foundation ke sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa Jepang guna mendampingi guruguru di sekolah tersebut untuk memperkenalkan Jepang (Foundation, 2022). Kerja sama ini telah terjalin sejak tahun 2014 antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan the Japan Foundation, sebuah badan internasional dari negara Jepang yang berdiri di Indonesia sejak tahun 1970 dan keberadaannya diawasi oleh Kementerian Luar Negeri Jepang. The Japan Foundation memiliki beberapa agenda kegiatan di antaranya pelatihan guru bahasa Jepang, ujian kemampuan berbahasa Jepang, lomba pidato jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, kursus bahasa Jepang, serta pertukaran seni dan budaya di antara negara Indonesia dan Jepang (Kemendikbudristek, 2022a).

  • (4)    Antusiasme Siswa

Pandemi Covid-19 selama dua tahun yang telah memaksa pendidikan dilaksanakan secara daring telah menurunkan antusiasme para murid. Hal ini disebabkan oleh tidak dapat dilakukannya praktik langsung pelajaran bahasa Jepang sebagaimana yang dapat dilakukan dulu pada saat pembelajaran luring, misalnya berlatih menulis huruf Jepang, praktik budaya Jepang seperti memakai pakaian tradisional Jepang berupa kimono, membuat makanan tradisional Jepang Sushi, dan lain-lain.

Pelajaran bahasa Jepang di sekolah yang merupakan sebuah mata pelajaran berjenis ketrampilan (skill) tentunya akan sulit dilaksanakan dengan baik apabila hanya dilakukan secara daring. Oleh karena itu, banyak guru yang mengeluhkan turunnya kemampuan para

murid ketika pandemi Covid-19 telah berakhir dan kembali belajar di sekolah secara luring. Menurunnya kemampuan tersebut berakibat pelajaran bahasa Jepang menjadi sulit dan antusiasme para murid menjadi turun.

Harapannya adalah dengan telah kembalinya pelajaran secara luring dan jumlah jam pelajaran bahasa Jepang yang semakin bertambah di sekolah-sekolah, antusiasme belajar para murid akan kembali meningkat.

Antusiasme para murid juga dapat ditingkatkan dengan dukungan dari pihak sekolah melalui penyediaan bantuan (alokasi) dana untuk mengikuti kegiatan-kegiatan lomba dan acara jejepangan yang diselenggarakan oleh berbagai pihak di luar sekolah, misalnya oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana, Universitas Mahasaraswati, dan Bali Japan Club.

SIMPULAN

Ada berbagai masalah dalam pendidikan bahasa Jepang pada SMA/SMK di Bali yang dihadapi oleh para guru dan murid. Secara internal, ada tiga permasalahan, yaitu (1) permasalahan yang ada berasal dari besar kecilnya dukungan sekolah bagi penyelenggaraan pendidikan bahasa Jepang; (2) permasalahan yang berasal dari tinggi rendahnya kemampuan guru; (3) permasalahan yang berasal dari kuat lemahnya antusiasme para murid. Sedangkan secara eksternal, ada satu permasalahan, yaitu kurikulum yang memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan bahasa Jepang dengan jumlah jam pelajaran yang memadai.

Sebagai saran, pendidikan bahasa Jepang, khususnya di daerah-daerah pariwisata seperti Provinsi Bali, perlu dipertimbangkan untuk dijaga keberadaannya sehingga para peserta didik dapat memiliki ketrampilan berbahasa dan pengetahuan budaya

Jepang yang berguna nantinya apabila mereka berkarya di bidang pariwisata.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan keuangan yang diberikan oleh LPPM Universitas Udayana yang dibebankan pada DIPA Unud Nomor: SP DIPA-023.17.2.677526/2022 tanggal 17 November 2021 berdasarkan Surat Perjanjian Penugasan dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian Dana PNBP Tahun Anggaran 2022 Nomor: B/78.405/UN14.4.A/PT.01.03/2022 tanggal 24 April 2022.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada para guru bahasa Jepang pada SMA dan SMK yang ada di Provinsi Bali yang telah berkenan menjadi narasumber/informan untuk penelitian ini. Selain itu, ucapan terima kasih penulis tujukan juga kepada anggota peneliti yang lain, yaitu Dr. Ida Ayu Laksmita Sari, S.Hum., M.Hum., Ni Made Wiriani, S.S., M.Hum., Ngurah Indra Pradhana, S.S., M.Hum. Anak Agung Anom Bintang Bayu Putra, Kristianto Dwi Efanda, Ni Luh Gede Dita Maharani, Julio Cancarito Mintarogo, dan I Komang Rama Kusuma.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2022). Perkembangan Pariwisata Provinsi Bali Juli 2022. Badan Pusat Statistik Bali. https://bali.bps.go.id/pressrelease/2 022/09/01/717648/perkembangan-pariwisata-provinsi-bali-juli-2022-.html

Dinata, A. B. J. (2018). Media Pembelajaran Interaktif untuk Materi Bahasa Jepang Level Dasar. Jurnal Mahasiswa     Teknik

Informatika S-1,        2(1).

https://doi.org/https://doi.org/10.36 040/jati.v2i1.1702

Foundation, T. J. (2018).

Kokusaikoryukikin - [go hokoku]

kako saita 142 no kuni chiiki de nihongo kyoiku 2018-nendo 'kaigai nihongo kyoiku kikan chosa ’ kekka (sokuho) nihongo kyoiku kikan-su, kyoshisu, gakushushasu izure mo zoka. The Japan Foundation. https://www.jpf.go.jp/j/about/press/ 2019/029.html

Foundation, T. J. (2022). NIHONGO Partners Japan Foundation Jakarta. https://ja.jpf.go.jp/id/np/

IDTesis. (2012). Pengertian Grounded Research, Kelebihan dan Kekurangannya.

https://idtesis.com/grounded-research

Istiqomah, D., Diner, L., Wardhana, C. K., Bahasa, J., Bahasa, F., & Semarang, U. N. (2015). Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Jepang Siswa Smk Bagimu Negeriku Semarang. Chi`e, 4(1), 319563.

Kemendikbudristek. (2022a).

Kemendikbudristek Perbarui Kerja Sama dengan The Japan Foundation. Kemdikbud.Go.Id. https://www.kemdikbud.go.id/main /blog/2022/07/kemendikbudristek-perbarui-kerja-sama-dengan-the-japan-foundation

Kemendikbudristek. (2022b). Keputusan Menteri Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Balai Penjaminan Mutu Pendidikan – Provinsi Kalimantan Utara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi. https://bpmpkaltara.kemdikbud.go.i d/2022/07/13/keputusan-menteri-nomor-262-m-2022-perubahan-atas-keputusan-menteri-pendidikan-kebudayaan-riset-dan-teknologi-nomor-56-m-2022-tentang-pedoman-penerapan-

kurikulum-dalam-rangka-pemulihan-pembelajara/

Kemenparekraf. (2022).     Asyik..

Penerbangan Langsung dari Jepang ke Bali Bakal 3x Seminggu. Medcom.Id.

https://pedulicovid19.kemenparekr af.go.id/asyik-penerbangan-langsung-dari-jepang-ke-bali-bakal-3x-seminggu/

Kharismawati, M. (2019). Persepsi Mahasiswa Terhadap Kegiatan Kaiwakai Tahun 2016-2017 Di Program Studi Diploma III Bahasa Jepang Sekolah Vokasi UGM. Jurnal Sakura: Sastra, Bahasa, Kebudayaan Dan Pranata Jepang, 1(1),                           1–12.

https://doi.org/10.24843/JS.2019.V 01.I01.P01

Munadzdzofah, O. (2018). Pentingnya Bahasa Inggris, China, dan Jepang sebagai Bahasa Komunikasi Bisnis di Era Globalisasi. VOCATIO: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Dan Sekretari, 1(2), 58–73. http://journal.wima.ac.id/index.php/ VOCATIO/article/view/1634

Munqidzah, Z. (2014). Model Pembelajaran Bahasa Jepang di SMA Diponegoro Tumpang. Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 1(1), 20–32. https://ejournal.unikama.ac.id/inde x.php/JIBS/article/view/332

Pebrima, I. W. M. (2016). Penggunaan Wago dan Gairaigo pada Bahasa Jepang    Pariwisata.    E-Jurnal

Humanis, Fakultas Sastra Dan Budaya   Unud, 15(3), 57–62.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/sast ra/article/view/21857

Prayoga, I. B. G. C. (2015). Perbandingan Nilai Budaya Dalam Dongeng Jepang Dan Dongeng Bali. Humanis, 13(1), 127–128. https://ojs.unud.ac.id/index.php/sast ra/article/view/15634

Rahayu, N. K. N. S. (2018). Ujaran Maaf

dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Bali. Humanis, 22(4), 1018–1027. https://doi.org/10.24843/JH.2018.V 22.I04.P25

Sari, P. R. S. A., Hamidah, I., & Puspitasari, D. (2022). Analisis Simbolisme Jepang dalam Seragam Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Sakura: Sastra, Bahasa, Kebudayaan Dan Pranata Jepang, 4(2),                     170–185.

https://doi.org/10.24843/JS.2022.V 04.I02.P02

Suryadi, D., & Rosiah, R. (2018). Motivasi Belajar Bahasa Jepang Mahasiswa    Program Studi

Pendidikan    Bahasa    Jepang

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Journal of Japanese Language Education and Linguistics,     2(1), 168–181.

https://doi.org/10.18196/jjlel.2110

Umanailo, M. C. B. (2018). Teknik praktis grounded theory dalam penelitian kualitatif. ResearchGate, April,                           127.

https://doi.org/10.13140/RG.2.2.18 448.71689

Walidin, W., Saifullah, & Tabrani. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Grounded Theory (Masbur (ed.)). FTK Ar-Raniry Press.

Wardhono, V. J. W. (2011). Penelitian Grounded Theory, Apakah Itu..? Bina Ekonomi,       15(1).

https://doi.org/10.26593/BE.V15I1. 774

Wulandari, T. (2022). Perbedaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka SD, SMP, SMA & SMK. Detikedu,                         1.

https://www.detik.com/edu/sekolah /d-6230883/perbedaan-kurikulum-2013-dan-kurikulum-merdeka-sd-smp-sma--smk