Peran Perempuan dan Keluarga Katolik di Era Disrupsi Teknologi di Bali Pada Masa Pandemi Covid-19
on
HUMANIS
Journal of Arts and Humanities
p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X
Terakreditasi Sinta-3, SK No: 105/E/KPT/2022
Vol 26.3 Agustus 2022: 250-260
Peran Perempuan dan Keluarga Katolik di Era Disrupsi Teknologi di Bali Pada Masa Pandemi Covid-19
Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
Email korespondensi: [email protected] , [email protected]
Info Artikel
Masuk:5 Juni 2022
Revisi: 14 Juli 2022
Diterima: 11 Agustus 2022
Keywords:
role; women; era of disruption; technology; covid-19 pandemic
Abstract
The role of women cannot be denied having a big role in maintaining family integrity in the era of technological disruption. The era where internet technology is growing very rapidly through social media and entertainment. Women who have often played the number two role, can now play a dual role when dealing with the era of disruption coupled with the COVID-19 pandemic that hit almost all over the world, including Bali in particular. This study of the role of women is interesting because not many have raised it if it is based on the teachings of the Catholic religion which has recognized the position of women in the eyes of the Catholic Church since the Second Vatican Council in 1960. The issues raised in this paper include the role of mothers and Catholic families in the era of technological disruption and the role of the Catholic Church in dealing with the concerns of its people in the midst of the COVID-19 pandemic in Bali. The theory used is a sociological approach about dual roles. The research method used is a qualitative research method using library sources and in-depth interviews with informants using snowball sampling technique.
Abstrak
Kata kunci: peran; perempuan; era disrupsi; teknologi; pandemi covid-19
Corresponding Author: Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo, email:[email protected] .id
DOI:
Peran perempuan tidak dapat dipungkiri memiliki andil yang besar dalam mempertahankan keutuhan keluarga di era disrupsi teknologi. Era dimana teknologi internet berkembang sangat pesat melalui media sosial dan hiburan. Perempuan yang selama ini sering peran nomor dua, kini dapat berperan ganda ketika berhadapan dengan era dsirupsi dibarengi dengan pandmi covid-19 yooang melanda hampir diseluruh dunia termasuk Bali pada khususnya. Kajian mengenai peran perempuan ini menjadi menarik karena belum banyak yang mengangkat apabila di dasarkan pada ajaran agama Katolik yang sudah mengakui kedudukan perempuan di mata Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II tahun 1960. Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini antara lain bagaimana peran ibu dan keluarga Katolik pada era disrupsi teknologi serta bagiamana peran Gereja Katolik dalam menghadapi keprihatinan umatnya ditengah masa pandemi covid-19 di Bali. Teori yang digunakan adalah dengan pendekatan sosiologi tentang peran ganda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan sumber pustaka dan wawancara mendalam dengan informan dengan teknik snowball sampling.
PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 menyebabkan banyak perubahan baik yang bersifat sementara maupun yang permanen dalam kehidupan umat manusia tidak hanya di Bali namun hampir diseluruh dunia, di mana peran perempuan memiliki andil yang sangat besar. Pentingnya peran perempuan dan keluarga dimasa pandemi merupakan hal yang perlu ditekankan. Begitu pula dengan dilingkup kecil dalam masyarakat yakni keluarga Katolik di Bali yang menarik untuk diteliti mengingat begitu pentingnya agama menjadi landasan iman bagi umat manusia yang percaya bahwa kehadiran Tuhan menjadi kekuatan untuk mengahadapi permasalahan serta gangguan yang datang secara tiba-tiba.
Bali menjadi lokasi penelitian yang menarik karena masyarakat Bali termasuk dalam masyarakat multibudaya yang dipahami sebagai masyarakat yang terdiri dari etnis yang beraneka ragam dalam kebudayaan yang beranekaragam. Satu sama lain hidup berdampingan. (Ardhana, 2011: 15). Hal inilah yang menjadi alasan mengapa keluarga Katolik yang berasal dari luar etnis Bali dapat berkembang dan hidup berdampingan dengan etnis dan budaya lain di Bali.
Dari hasil kajian penelitian yang telah ada, seperti artikel yang ditulis oleh Aryanto berjudul “Memaknai Ulang Ecclesia Domestica di Masa Pandemi Covid-19 “membahas tentang bagaimana pengaruh pembatasan sosial terhadap peran keluarga Katolik di masa pandemi covid-19. (Aryanto,2021:1) Selanjutnya dari artikel yang ditulis oleh Yakub Perangin angin yang berjudul “Peran Keluarga Kristen untuk Bertahan dan Bertumbuh dalam menghadapi tantangan di Era Disrupsi dan Pandemi Covid-19 yang membahas tentang pengaruh era disrupsi pada keluarga Kristen yang dapat digunakan sebagai konsep untuk
Menyusun ketahanan keluarga Kristen pada semua era. (Perangin angin,2020:1)
Dari artikel-artikel yang ada, kajian mengenai peran wanita dan keluarga Katolik pada masa disrupsi belum banyak dikaji sehingga hal ini menarik untuk ditulis untuk membantu memahami bagaimana perempuan dan keluarga Katolik dapat berperan menghadapi gangguan teknologi dan pandemi. Bagaimana perempuan dan keluarga Katolik mampu mengatasi masalah dari gangguan teknologi terutama di masa pandemi ini yang salah satu dampaknya pada anak-anak. Pada tahun 2020, misalnya, terdapat lebih dari 44.000 anak jenjang SD yang putus sekolah. Jumlah pelajar putus sekolah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 (32.127 anak) dan 2018 (33.268 anak). Putus sekolah ini terjadi di semua provinsi di Indonesia termasuk di Provinsi Bali yakni 0,7 persen. Pada tahun 2021, jumlah pelajar putus sekolah di Indonesia jenjang SD juga masih terbilang tinggi (38.716). (Taufik Maajid, Sekjen Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi,2020)
Pada awal mewabahnya pandemi bulan Maret 2020, hampir seluruh sekolah dan universitas yang ada di Bali ditutup untuk sementara. Tidak terkecuali kantor-kantor baik swasta maupun pemerintah mengalami pembatasan untuk ijin operasionalnya. Seketika itu, anak-anak yang biasanya berangkat ke sekolah setiap hari mendadak melakukan aktivitas belajarnya dari rumah. Begitupula para pencari nafkah keluarga seperti suami atau istri banyak yang dirumahkan atau work from home dan ada pula yang berujung mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Di Bali tercatat ada pada tahun 2019 pengangguran terbuka di Bali ada sebanyak 37.500 orang atau mencapai 1,52 persen dari Angkatan kerja. Per 2020, jumlahnya naik menjadi 5,63 persen atau sekitar 144.500 orang pengangguran di Bali. (Wiratmi, 2021)
Meskipun pada perkembangan dewasa ini perempuan tidak lagi menghadapi ikatan adat dan budaya seperti pada zaman Kartini yang boleh bekerja di sektor publik, menjadi wanita karir selain sebagai ibu rumah tangga, namun situasi ini bukan berarti permasalahan penomorduaan kelas sudah selesai. Perempuan masih menghadapi masalah baru dimana persoalan rumah tangga masih saja dibebankan pada pundak perempuan. (Djoharwinarlien,2012:33)
Peran perempuan yang mulai mengambil alih peran laki-laki pada masa pandemi dapat dianggap sebagai momentum untuk meyakinkan perempuan dan laki-laki bahwa kesetaraan gender memang tidak dapat dielakkan lagi. Perempuan sebagai ibu yang selama ini banyak dianggap sebagai orang nomor dua setelah laki-laki sebagai ayah dalam keluarga bisa disetarakan perannya dalam keluarga. Ibu juga bisa menjalankan perannya sebagai ayah dalam hal ini menjadi pencari nafkah serta bersama-sama mengatur rumah tangganya.
Dalam Gereja Katolik peran ibu yang begitu besar dapat diperoleh dari sosok Bunda Maria yang digambarkan sebagai seorang perempuan yang begitu tabah dan berserah kepada Tuhan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Meskipun menghadapi berbagai cobaan dalam hidupnya, Bunda Maria tetap teguh dan percaya kepada Tuhannya. Begitu pula perempuan Katolik diharapkan meneladani sosok Bunda Maria yang tetap tabah dan berserah bukan pasrah menghadapi pandemi dengan mencari jalan keluar untuk pada akhirnya dapat hidup berdampingan dengan Covid-19.
Dalam pandangan Gereja Katolik saat ini telah jauh lebih terbuka sejak Konsili Vatikan II Tahun 1960. (Konsili Vatikan II, 1991) Untuk membangun kesadaran umat Katolik tentang kepedulian dan kepekaan terhadap gender
rutin diadakan diskusi terbuka sebagai media pembelajaran. Konsep gender yang dimaksudkan adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Menurut Uskup Bandung, Mgr. Sunarko, sejarah persepsi dan penafsiran yang keliru yang akhirnya memunculkan budaya ketidakadilan gender. Setelah Konsili Vantikan II pula, gereja senantiasa menekankan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan setara menurut citra Allah. Menurut Alkitab, keduanya setara bermatabat, walaupun berbeda secara biologis, laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling melengkapi, memperkaya dan membangun relasi kasih dalam mengembangkan kehidupan. (Kejadian 1:26-27).
Gereja juga memiliki peran di Era disrupsi teknologi untuk mengatasi berbagai tantangan dalam keluarga Katolik. Upaya tersebut dilakukan oleh umat yang tergabung dalam unit organisasi gereja seperti Marriage Encounter (ME) dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI). Upaya tersebut menarik untuk dibahas dalam pembahasan berikut.
Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana Peran Perempuan, Keluarga Katolik dan peran Gereja Katolik di Era Disrupsi Teknologi Di Bali Pada Masa Pandemi Covid-19.
METODE DAN TEORI
Untuk mendapatkan hasil penulisan yang memiliki objektivitas tinggi diperlukan metode. Metode adalah cara kerja yang digunakan untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian dalam ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat,1977:16).
Sesuai dengan kajian ilmu sejarah, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif diawali dengan pemilihan judul kegiatan penelitian dilanjutkan dengan merumuskan pertanyaan penelitian kemudian pengumpulan data dilakukan sesuai dengan pertanyaan penelitian sambal mengumpulkan data, peneliti membuat catatan dilapangan dan kemudian menganalisanya sampai laporan selesai. (Slamet, 2006:19)
Pendekatan yang digunakan dengan memakai Teori Sosiologi yakni konsep Peran ganda dan konsep gender untuk menjelaskan dan menganalisis peran perempuan pada era disrupsi teknologi di Bali. Sumber dari dari makalah ini berasal studi pustaka yakni dari jurnal-jurnal tentang perempuan dan era disrupsi dan dokumen gereja Katolik. Untuk sumber lisan berasal dari wawancara dengan menggunakan metode sampling dengan teknik snowball sampling. Snowball sampling adalah penarikan sampel bertahan yang makin lama jumlah respondennya semakin besar. (Slamet, 2006:63). Dalam penelitian ini menggunakan informan yang telah memenuhi syarat dengan mewawancarai yakni tokoh perempuan Katolik di Bali seperti Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) di wilayah Bali serta Ibu-Ibu yang tergabung dalam Perkumpulan WKRI di wilayah Bali.
Untuk menganalisis peran perempuan di era disrupsi, menurut Thomson dan Walker (1989) mencatat bahwa perempuan dengan peran ganda memiliki sisi-sisi keuntungan dan kerugian bagi individu itu sendiri. Salah satu keuntungan utama tentu saja dari segi keuangan. Sedangkan Konsep gender yang dimaksudkan adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Gender adalah perbedaan antara
laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial dan kultural yang berkaitan dengan peran, prilaku, dan sifat yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan yang dapat dipertukarkan. (Azisah, 2016:5)
HASIL DAN PEMBAHASAN
-
1. Era Disrupsi Teknologi
Era disruptif kini mulai melanda di berbagai sektor kehidupan. Tidak hanya di bidang pendidikan, kesehatan, keuangan, ritel yang juga mempengaruhi tatanan keluarga. Umumnya era disruptif muncul tanpa disadari dengan bermunculan teknologi yang terus berinovasi sehingga mengganggu jalannya sistem tatanan lama dan bisa menghancurkan sistem lama tersebut. Adanya persegeran dalam bidang jasa merupakan salah satu sektor yang banyak mengalami perubahan kearah yang lebih canggih dan modern.
Ketika menghadapi tahun 2020 banyak hal yang diharapkan di tahun yang memiliki angka yang cantik, tetapi ketika baru berjalan beberapa bulan ternyata terjadi pandemi. Disaat yang sama dunia masuk pada Revolusi Industry 4.0. Peristiwa pandemi covid-19 mempercepat masyarakat untuk menyesuaikan diri menggunakan teknologi agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang mengharuskan masyarakat bekerja dan belajar dari rumah. Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang paling banyak menggunakan media sosial seperti facebook dalam interaksi kehidupan sosial. Indonesia juga termasuk dalam lima negara yang paling lama berinteraksi di dunia maya menggunakan media sosial. (Kempt, 2020)
Oleh karena itu dibutuhkan kecerdasan digital dalam dunia cyber. Kecerdasan Digital di dunia cyber antara lain terdiri dari delapan aspek yaitu
Digital Identity (seberapa baik dalam memperkenalkan diri kita dalam dunia cyber), Digital Use (bagaimana manusia internet dapat meningkatkan pekerjaannya masing-masing), Digital Safety (banyak kejahatan terjadi karena berinteraksi dengan dunia cyber), Digital Security (mampu menyimpan data kita dari ancaman luar agar tidak dicuri), Digital Emotional Intelligence (etika dalam dunia fisik harus sama dengan dunia cyber), Digital Communication (berkomunikasi efektif dengan orang lain), Digital Right (menghargai hak dan karya digital di dunia maya agar tidak mendapat masalah hukum) dan Digital Literacy (inovasi dan kreasi agar dapat meningkatkan kualitas hidup). Untuk masyarakat di Indonesia masih fokus pada Digital Literacy. Disinilah peran perempuan sebagai ibu yang mau belajar menggunakan teknologi untuk dapat bersaing dengan dunia kerja pekerjaan yang serba digital serta mencari informasi melalui dunia maya serta selalu menanamkan prilaku yang baik kepada anak-anak agar tidak terjerumus pada kejahatan dunia maya (Cybercrime).
Dalam sebuah keluarga, perempuan menikah memainkan peran sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, dan mengasuh anak. Peran ini menjadi keseharian baik sebelum pandemi maupun ketika terjadi pandemi. Dari hasil wawancara pada narasumber mengatakan bahwa peran ini menjadi bertambah ketika perempuan yang sebelumnya bekerja dirumah ketika pandemi terjadi ada suaminya yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau dirumahkan. Dengan demikian penghasilan yang awalnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi berkurang bahkan
ada yang tidak memiliki penghasilan. Oleh karena istri menggantikan posisi suami mencari nafkah. (Wawancara dengan Retno, 2022 di Jimbaran).
Untuk dapat bangkit dari keterpurukan akibat pandemi, ibu-ibu yang tergabung dalam wadah Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) cabang Bali ada yang beralih profesi dan ada yang memiliki profesi baru seperti menjadi tukang ojek online. Contohnya Ibu Maria Gorety, sebelum pandemi ia bekerja sebagai karyawan laundry di sebuah hotel di Bali, namun ketika pandemi melanda ia dirumahkan selama beberapa bulan sehingga memutuskan untuk beralih profesi sebagai driver ojek online di Bali. (Wawancara dengan Maria, 2022 di Ubud, Gianyar).
Adapula seorang ibu yang sebelum pandemi sebagai ibu rumah tangga sedangkan suaminya seorang karyawan Villa di Bali yang mengalami pemutusan Hubungan Kerja kemudian mencoba berwiraswasta dengan berjualan makanan, berjualan telur, berjualan tissue secara daring dan berjualan di mobil yang diparkir dipinggir jalan. Hal ini dilakukan karena ia tidak mampu menyewa kios. Suaminya mengalami pemutusan hubungan kerja tanpa pesangon. (Wawancara dengan Margaretha, 2022 di Tuka, Badung)
Melihat banyaknya umat Katolik dilingkungan gereja yang mulai memasarkan barang dagangannya melalui whatssap grup gereja, akhirnya pihak gereja berinisiatif membuatkan whatsapp grup Serba Usaha yang ada di lingkungan Gereja Katolik Santo Petrus Monang-Maning Denpasar. Peran perempuan agar kelangsungan rumah tangganya tetap berjalan tidak segan itu selalu menawarkan dagangannya setiap hari melalui Whatsapp Grup kemudian yang membeli adalah umat yang juga terdaftar dalam grup whatsapp tersebut. Sebagai bentuk kepedulian sesama umat membantu dengan membeli barang
dagangan yang ditawarkan. (Wawancara dengan Lusia, 2022 di Jimbaran)
Ketika terjadi pandemi, Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan surat edaran untuk anak sekolah melakukan pembelajaran secara daring dari rumah. (SK Gubernur Bali, 2020). Hal ini tentunya mengejutkan semua pihak. Baru pertamakalinya dalam sejarah di Indonesia, khususnya di Bali pemberlakuan pembelajaran secara daring dari rumah. Hal ini mengakibatkan anak-anak harus menggunakan gadget baik handphone ataupun laptop sebagai media pembelajaran. Tidak semua anak mampu menggunakan teknologi, tentunya sebagai orang tua terutama seorang ibu harus mendampingi anak yang masih berada usia 3 -15 tahun untuk belajar menggunakan media teknologi seperti Google Classroom, Zoom, Whatsaap, Googlemeet ataupun Cisco Webex. Media pembelajaran yang belum pernah sama sekali digunakan dalam waktu yang singkat harus dapat dikuasai. Ketika sebelum pandemi, ibu hanya mendampingi anak belajar ketika anak pulang sekolah, tetapi dimasa pandemi ibu harus mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah. Ini membutuhkan kesabaran dan tidak jarang menimbulkan kekerasan verbal maupun nonverbal pada anak karena orang tua kurang paham cara mengajarkan pelajaran sekolah kepada anak-anaknya. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian khusus karena tidak jarang meningkatnya stress pada anak dan orang tua ketika sedang belajar daring dari rumah.
Dari hasil wawancara dengan Septiarini di Jimbaran seorang ibu rumah tangga yang di putus hubungan kontrak kerja dengan salah satu maskapai penerbangan akibat pandemi covid-19. Suaminya juga mengalami hal yang sama yakni dirumahkan untuk jangka waktu yang belum pasti tanpa gaji. Akhinya ia memutuskan untuk berjualan pakaian
bekas dan menjualnya di layanan ecommerce untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari serta harus mengurus seorang putrinya. Peran ganda yang dimainkan oleh perempuan ini merupakan bukti kedudukannya sejajar dengan laki-laki dalam keluarga. Perempuan tidak lagi menjadi sosok nomor dua ketika laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga tetapi bisa saling melengkapi dan menopang dalam keadaan apapun hal ini bisa dibuktikan ketika terjadi pandemi, perempuan dapat menjalankan perannya diberbagai aspek kehidupan dalam rumah tangganya dan juga masyarakat. Keterlibatan perempuan di kedua sektor, sektor domestik dan sektor publik ini kemudian melahirkan apa yang disebut dengan peran ganda.
Peran serupa juga dialami oleh beberapa ibu yang tergabung dalam WKRI, contohnya Caroline, ia sebelumnya seorang karyawan di salah satu bank sedangkan suaminya seorang manager sebuah travel yang mengalami PHK akibat pandemi. Caroline tidak patah semangat untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan juga mendidik anaknya yang pada waktu itu bersekolah online. Caroline memainkan perannya tidak hanya sebagai ibu yang berkarir diluar rumah tetapi juga mendidik anaknya di rumah sekaligus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang selama ini telah dijalankan serta menjadi pencari nafkah keluarga karena suaminya mengalami PHK. (Wawancara dengan Caroline, 2022 di Palasari)
Hal ini juga didukung oleh pandangan Gereja Katolik bahwa dalam keluarga Katolik tidak lagi membedakan peran perempuan dalam keluarga. Dalam pandangan Gereja Katolik saat ini telah jauh lebih terbuka sejak Konsili Vatikan II Tahun 1960. (Dokumen Konsili Vatikan II,1991). Dalam Dokumen Konsili Vatikan II membahas tentang masalah di dalam gereja termasuk didalamnya pada Bab II mengenai
Martabat Perkawinan dan Keluarga. (Tanner, 2003:122).
Keluarga dapat diartikan sebagai kelompok manusia yang memiliki ciriciri berikut yakni 1) dipersatukan oleh ikatan perkawinan, hubungan darah atau adopsi; 2) membentuk suatu rumah tangga atau tinggal di bawah satu atap; 3) berhubungan satu sama lain seturut peranan mereka sebagai suami dan istri, bapak dan mama, putra dan putri serta saudara dan saudari; dan 4) menciptakan, mempertahankan dan menghayati kebudayaan yang sama. (Bernad Raho,2004: 26)
Tentunya dalam penggunaan teknologi ada peran yang sangat besar pengaruhnya yakni keluarga. Keluarga merupakan bagian inti yang paling dalam, apabila keluarga tidak mampu bertahan dengan permasalahan keluarga maka anak akan menjadi korban. Dengan semakin banyaknya situs-situs yang membahayakan maka peran keluarga diperlukan untuk membentuk kepribadian anak. Karakter anak dibentuk dalam keluarga agar dapat bertahan dari pengaruh buruk lingkungan.
Teknologi memang bermanfaat tetapi ada dampak negatif yang perlu di antisipasi. Bagi keluarga yang penuh konflik maka keluarga diharapkan dapat beradaptasi dengan untuk mengatasi masalah yang ada. Keluarga yang berkualitas disebut juga Resiliensi keluarga yakni keluarga yang mampu merespon secara positif setiap kesulitan serta mampu menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan. Apabila keluarga tidak mampu beradaptasi maka akan meningkatnya stres pada anak dan keluarga. Keluarga yang bermasalahan akan berefek pada lingkungan yang tidak kondusif yang akan menghasilkan prilaku yang tidak
baik. Tantangan bagi keluarga saat ini adalah melihat dari data persentase orang Indonesia termasuk anak-anak yang mengakses internet sebanyak 65 Juta pengguna media sosial dan hiburan.(kominfo.go.id)
Untuk ini perlu pendampingan dari keluarga. Tidak hanya pendampingan ketika anak mengakses media pembelajaran tetapi layanan media sosial yang digunakan.
Dari beberapa informan keluarga Katolik dapat diperoleh informasi dan data bahwa dengan pengunaan gawai yang tidak tepat berdampak negatif bagi keluarga seperti berubahnya pola komunikasi keluarga. Kurangnya komunikasi anak dengan orang tua, dimana orang tua sibuk menggunakan gawainya masing-masing. (Wawancara dengan Yuniva,2021 di Denpasar) Selain itu bagi keluarga yang lain juga menyampaikan berkurangnya waktu yang berkualiatas atau quality time dengan keluarga, anak berhalusinasi karena bermain gameonline, Akibatnya anak-anak menjadi antisosial karena kurang bergaul. Hal ini juga berakibat pada kurangnya kepedulian sosial dan empati kepada sesama juga berkurang. Hal ini bisa dilihat ketika terjadi pertengkaran antar saudara di rumah, kakak atau adik bersikap tidak peduli atau tidak berusaha untuk melerai. Kejadian seperti ini dialami oleh orang tua salah satu keluarga Katolik di Bali. (Wawancara dengan Maria Goreti, 2021 di Denpasar)
Adanya cyber bully pada pergaulan anak-anak, kekerasan sosial serta penipuan dengan menggunakan media online. Contoh penipuan seperti membeli barang di toko online tetapi tidak dikirim barangnya atau tidak sesuai dengan deskripsi yang ditawarkan. Hal ini pernah dialami oleh salah seorang informan. (Wawancara dengan Septiarini 2022 di Denpasar).
Konsili Vatikan II secara khusus dalam Konstitusi Pastoral Gereja dalam
Dunia Dewasa ini, Gaudium et Spes, dengan sangat jelas berbicara mengenai bagaimana terbentuknya keluarga Kristiani: “Persekutuan hidup dan kasih suami-istri yang mesra, yang diadakan oleh sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya, dibangun oleh janji pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali” (Dokumen Konsili Vatikan II). Ini artinya dalam keluarga Katolik, suami istri yang sudah menikah dan menerima sakramen perkawinan tidak boleh bercerai secara agama. Meskipun mengalami berbagai kendala dalam kehidupan rumah tangganya sebab ketika terjadi pandemi covid-19 tidak dapat dipungkiri terjadi gangguan dalam kehidupan berkeluarga yang tidak terselesaikan dan berujung ke gugatan perceraian.
Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Bali salah satunya terjadi karena perselingkuhan, penelantaran karena suami tidak pulang dan tidak memberi nafkah ekonomi. Penelantaran merupakan tindak dari peselingkuhan serta diantara kasus perselingkuhan didasari oleh pihak ketiga sehingga kurang terjadinya komunikasi suami dan istri dalam keluarga. (Ariyanti,2020 :14)
Padahal dalam pernikahan Katolik tidak diijinkan untuk bercerai secara agama, karena menurut Alkitab apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat diceraikan oleh manusia. (Markus 2-12). Lalu bagaimana keluarga Katolik mengatasi setiap masalah yang datang dalam kehidupan rumah tangganya. Ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri Katolik dengan tetap berpegang teguh pada ajaran gereja. Dalam hal ini gereja turut prihatin dan merasakan kegelisahan yang dialami oleh keluarga Katolik.
Peran Gereja Katolik mengatasi berbagai tantangan dan masalah dalam keluarga Katolik di wujudkan dalam berbagai kegiatan rohani dan kemanusiaan. Untuk menjaga keharmonisan suami istri, gereja Katolik mengajak pasangan suami istri dapat ikut terlibat dalam kegiatan Marriage Encounter atau yang lebih di kenal dengan ME. Marriage Encounter sebuah gerakan Gereja Katolik yang melibatkan pasangan suami istri dan Imam dalam kerasulan Keluarga. Tujuan dari Gerakan ME adalah membangun keluarga yang bahagia, akrab dan bertanggungjawab. Semangat hidupnya adalah We Love You We Need You yang artinya Semoga aku dapat saling mengasihi seperti Kristus telah mengasihimu. Dalam Gerakan ME ada empat pilar: Week end ME, Team week end, Komunitas dan Struktur organisasi. Hampir di seluruh gereja di Bali memiliki kegiatan ME yang dikelola oleh gereja. Kegiatan ini bermanfaat untuk menguatkan keluarga ditengah kesulitan hidup dewasa ini. (Wawancara dengan Rini, 2021 di Denpasar)
Bentuk dukungan gereja Katolik di berbagai wilayah khususnya di Bali kepada keluarga Katolik dan umat agama lain dalam bidang medis dan sosial Karikatif sebetulnya sudah dimulai tahun 1950an oleh Pater Simon Buis dengan mendirikan Klinik Kesehatan dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak di Tuka dan Palasari sampai ke Lombok. (Kusumawanta, 2009: 53). Keterlibatan sosial gereja Katolik dalam pembangunan di Indonesia yang paling utama adalah Ajaran Sosial Gereja. Ajaran ini mempunyai ciri khas yang berbeda dari ajaran lainnya yakni bersumber dari Kitab Suci Injil dan iman. Bukan hanya utuk kepentingan umat Katolik saja tetapi untuk kepentingan
semua umat manusia. Gerakan sosial yang dimaksud adalah pelayanan komunitas gereja terhadap berbagai kebutuhan dan soial masyarakat seperti sekolah, rumah sakit dan sebagainya. (Kieser,1992: 18-19). Contoh gerakan sosial yang banyak dilakukan oleh perempuan yang tergabung dalam organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Keuskupan Denpasar. WKRI di Bali pertama dibentuk di Denpasar atas permintaan Monsignur P. Sani Kleden, SVD kepada Ibu Marlina S.Sidharta untuk membantu gereja menghimpun ibu-ibu Katolik di Paroki St Yoseph Denpasar. Visi WKRI adalah organisasi kemasyrakatan yang mandiri, memiliki moral dan sosial yang andal demi tercapainya kesejahteraan bersama khusunya perempuan. (Soenaryo, 2019:291). Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh WKRI pada masa pandemi adalah dengan melakukan sosialisasi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan kepada keluarga, bahwa peran perempuan atau ibu penting untuk menjadi agen perubahan keluraga dalam menerapkan prilaku hidup sehat. Manfaat dari kegiatan ini agar keluarga terhindar dari penyakit dengan menerapkan pola hidup sehat dan anak-anak tercukupi gizinya. (Wawancara dengan Maria Margaretha, 2021 di Tuka). Bentuk kegiatan kemanusiaan lain seperti pembagian paket sembako kepada umat Katolik dan umat disekitar Kuta terutama yang terdampak langsung akibat sepinya pariwisata di Kuta. Kegiatan ini dikoordinir oleh Bidang Aksi Kemasyarakatan yang mampu mengumpulkan 320 paket sembako. (Lita, 2020) Untuk menjaga ketahanan pangan, gereja juga mengadakan seminar dan workshop eco-enzim untuk merawat bumi serta kelas memasak dengan menghadirkan chef dari restaurant untuk melatih ibu-ibu di gereja agar tetap
kreatif dan inovatif di masa pandemi.(Wawancara dengan Selly, 2022 di Kuta ).
Dalam struktur Dewan Paroki Gereja Katolik di Bali yang mengkoordinir bidang aksi kemasyarakatan ketika dalam keluarga Katolik memerlukan bantuan gereja dapat terlibat dalam Seksi Keluarga, Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE), Kesehatan dan Komisi Sosial Masyarakat (Komsos). Masing-masing seksi yang ada dalam struktur dewan gereja di Bali memiliki peran yang penting untuk membantu umat terutama keluarga Katolik yang membutuhkan bantuan dalam bidang kemanusiaan. Contohnya pada masa pandemi banyak keluarga Katolik yang kesulitan membayar uang sekolah anak-anaknya oleh karena itu seksi PSE dapat membantu membayar uang sekolah anak tersebut melalui dana Dasopen (Dana Pendidikan untuk anak yang tidak mampu) tentunya disesuaikan dengan ketentuan yang ada. (Wawancara dengan Yuniva, 2021 di Denpasar)
SIMPULAN
Perempuan memiliki peran yang penting untuk menjadi role model yang baik bagi keluarga terutama bagi anak-anaknya. Di era disrupsi bersamaan dengan datangnya pandemi covid-19 yang melanda hampir diseluruh belahan dunia termasuk Bali mengakibatkan perubahan tatatanan kehidupan diberbagai sektor. Sebelum pandemi melanda sebenarnya Bali sudah memasuki era disrupsi teknologi dengan penggunaan teknologi yang berbasis internet, terbukti bahwa penduduk Indonesia lima besar negara yang merupakan pengguna terbanyak dan terlama dalam mengakses media sosial. Ketika pandemi melanda, tentunya penggunaan internet tidak lagi sebatas pada penggunaan media sosial dan hiburan tetapi pada proses pembelajaran.
Pada proses inilah peran perempuan dan keluarga menjadi pendamping utama bagi anak-anak agar mereka tidak terjerumus pada kejahatan dunia cyber yang makin marak terjadi. Tidak hanya itu, ketika sebagian laki-laki sebagai ayah kehilangan pekerjaan karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi di Bali, tidak sedikit perempuan sekaligus ibu dapat menggantikan peran laki-laki untuk menjadi tulang punggung keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga dapat dilihat bahwa peran perempuan dan laki-laki setara dalam keluarganya. Mereka dapat saling berganti peran dalam kondisi apapun di luar kodratnya. Gereja Katolik dalam hal ini mengambil peran pula untuk terus mendampingi keluarga Katolik agar tetap berpegang teguh pada ajaran Gereja Katolik yang disampaikan pada saat Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral Tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, sehingga mampu bertahan dan melalui masa disrupsi dan pandemi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih penulis berikan kepada Rektor Universitas Udayana dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya atas dana Hibah Penelitian Unggulan Program Studi Tahun 2022 yang telah diberikan kepada penulis sehingga artikel ini dapat dipublikasikan. Selain itu penulis sampaikan terimakasih kepada
narasumber atas informasi yang diberikan sehingga artikel ini dapat selesai tepat waktu. Semoga kerjasama yang baik ini akan berlangsung kedepannya. Sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel telah di seminarkan dan menjadi Prosiding dalam Seminar
Internasional ICCIS 8 Tanggal 25 Februari 2022 di Universitas Hindu Indonesia di Denpasar.
Ardhana, I Ketut, dkk. (2011). Masyarakat Multikultural Bali Tinjauan Sejarah, Migrasi dan
Integrasi.Yogyakarta: Pustaka
Larasan.
Ariyanti,Ni Made Putri,& I Ketut
Ardhana.(2020). “Dampak
Psikologis Kekerasan dalam
Rumah Tangga terhadap
Perempuan pada Budaya Patriarki di Bali”. Jurnal Kajian Bali, dapat diakses melalui
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kaji anbali/article/view/56832/34278 p. 14.
Aryanto, Antonius Gali Arga W dan Martinus Joko Lelono, (2021). Dunamis Jurnal Pendidikan dan Teologi Kristiani “Memaknai Ulang Ecclesia Domestica Di Masa Pandemi Covid-19” diakses melalui https://sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis/article/v iew/439/244, 333-349.
Azisah, Siti. (2016). Buku Saku Kontekstualisasi Gender, Islam dan Budaya.Makassar: UIN Alaiudin Makassar.
Konferensi Waligereja Indonesia. (2018). Alkitab Deiterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Dopo, Eduard R. (Ed) (1992).
Keprihatinan Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
Djoharwinarlien,Sri.(2012). Dilema
Kesetaraan Gender. Yogyakarta: Center for Politics and Government Fisipol UGM.
Hardawiryana,R.S.J (penerj.). (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor.
Handayani, Ricka.(2020).” Multi Peran Wanita Karir Pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal Kajian Gender dan Anak dapat diakses melalui http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/J urnalGender/article/view/2830
Kieser, Bernard,Sj. (1992). “Keterlibatan Sosial Gereja Demi Pembangunan atau Inkuturasi “Dalam
Keprihatinan Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
Kempt, Simon. “Digital 2020: 3.8 Billion People Use Social Media”, Diakses melalui https://wearesocial.com/uk/blog/202 0/01/digital-2020-3-8-billion-people-use-social-media/ pada tanggal 6 Januari 2022
Koentjaraningrat, 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
P.T Gramedia.
Kominfo: Pengguna Internet di Indonesia dapat diakses melalui
https://www.kominfo.go.id/content/d etail/3415/kominfo-pengguna-internet-di-indonesia-63-juta-orang/0/berita_satker pada tanggal 5 Januari 2022
Kusumawanta,Rm D.Gusti Bagus, dkk.(2009). Gereja Katolik di Bali. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusatama.
Lita. (2020). “Paroki Kuta Bantu Sembako Bagi Umat Terdampak Covid-19” dapat diakses melalui https://www.keuskupandenpasar.ne t/paroki-kuta-bantu-sembako-bagi-umat-terdampak-covid-19/ pada tanggal 2 Januari 2022
L. Thompson and Walker, A.J. (1989) “Gender in Families: Women and Men in Marriage, Work, and Parenthood”. Journal of Marriage and the Family, 51, 845-871.
Raho,Bernard, SVD. (2004). Sosiologi Sebuah Pengantar. Maumere: Ledalero.
Riberu,J. (Terj). (1991). Dokumen Konsili Vatikan II Tonggak Sejarah -Pedoman Arah. Jakarta: Penerbit Obor.
Saraswati, Putu Sekarwangi dan I
Nengah Susrama.2020. “Peran Perempuan Dalam Keluarga Untuk Melindungi Serta Pemenuhan Hak Anak Dimasa Pandemi Covid-19”. Prosiding Seminar dapat diakses melalui https://ejournal.unmas.ac.id/index.ph p/prosidingwebinarwanita/article/vie w/1251 pada tanggal 5 Januari 2022
Soenaryo, F.X, dkk.2019. Paroki Santo Yoseph Denpasar Jejak Perjalanan Gereja Kristen Katolik di Pulau Dewata. Yogyakarta:Pustaka
Larasan.
Slamet,Y. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: LPPS UNS dan UNS Press.
Surat Edaran Gubernur Bali No.7194 Tanggal 16 Maret 2020 “Tentang Panduan Tindak Lanjut Terkait Pencegahan Wabah Corona”
Wiratmi, Ni Putu Eka (2021). “Pengangguran Bali Jadi 144500 Orang di Badung Naik Drastis” dapat diakses melalui Bisnis Bali.com
https://bali.bisnis.com/read/202102 09/537/1354139/pengangguran-bali-jadi-144500-orang-di-badung-naik-drastis
Yakub Hendrawan Perangin Angin, Tri Astuti Yeniretnowati, Yonatan
Alex Arifianto,(2020)”Peran
Keluarga Kristen untuk Bertahan dan Bertumbuh dalam Menghadapi Tantangan di Era Disrupsi dan Pandemi Covid-19” Jurnal Teologi Rahmat dapat diakses melalui https://sttrem.co.id/e-journal/index.php/jtr/article/view/1 4 pada tanggal 7 Januari 2022
Discussion and feedback