PUISI TONTONAN LAN TUNTUNAN, ADEP KANAN LAN ADEP KIRI, DAN KALIYUGA LAN KILAYUGA KARYA I MADE SUARSA: ANALISIS STRUKTUR DAN SEMIOTIK
on
PUISI TONTONAN LAN TUNTUNAN, ADEP KANAN LAN ADEP KIRI, DAN KALIYUGA LAN KILAYUGA KARYA I MADE SUARSA: ANALISIS STRUKTUR DAN SEMIOTIK
Ni Luh Putu Alit Ariadi
Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana
Abstract
This study discusses the Poetry Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, and Kaliyuga lan Kilayuga works I Made Suarsa Structural Analysis and Semiotics, as for the purpose of this research is to investigate the structure and meaning of poetry symbolized Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, and Kaliyuga lan Kilayuga. The theory used in this study is the theory of the structure and semiotics.
The method used in this study through three stages, namely the stage of data collection, the data analysis stage, stage presentation of data. Results obtained from the structure of the poem Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, and Kaliyuga lan Kilayuga works I Made Suarsa which includes: (1) typography, (2) a sound, (3) diction, (4) the language style include: a style of rhetoric and style of figurative language, (5) imagination, and (7) the thought contained in the poem include: theme and mandate. While the study revealed semiotics unfold the meaning of Existentialism in the poem Tontonan lan Tuntunan, the meaning of Pragmatism in the poem Adep Kanan lan Adep Kiri, the meaning of Induvidualisme in the poem Kaliyuga lan Kilayuga, and the meaning of Karma Phala in the third poem.
Keywords: Poetry, Structure, and Semiotics.
-
(1) Latar Belakang
Puisi Bali Modern yang berjudul Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga, adalah tiga dari 51 jumlah judul puisi yang terdapat di dalam kumpulan puisi Ang Ah lan Ah Ang tersebut. Dipilihnya ketiga puisi tersebut sebagai objek kajian ini, karena memiliki kesinambungan tema yaitu Rwa Bhineda, yang melukiskan sifat kontras satu sama lain. Tema Rwa Bhineda ini, dicirikan dengan menggunakan kosa kata lan (dan), yang berfungsi untuk membedakan atau membandingkan, antara satu hal yang dibandingkan
dengan yang lainnya. Begitu juga halnya, dengan keseluruhan puisi yang lain dalam kumpulan puisi ini juga menggunakan kata lan yang berfungsi untuk menbedakan atau membandingkan. Di samping itu, ketiga puisi tersebut sama-sama memiliki sistem tanda yang memaknai keadaan manusia di masa Globalisasi ini. Tingkah laku manusia yang tercermin dalam ketiga puisi tersebut seperti, individualisme, materialisme, pemerkosaan hak asasi manusia, korupsi, dan kurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Namun, tidak menutup kemungkinan dengan puisi-puisi yang lain dalam kumpulan puisi tersebut yang juga menggambarkan kehidupan manusia di masa Globalisasi ini. Puisi-puisi itu seperti, Kenkenang Je lan Kenkenang Men, Juara lan Juari, Toris lan Teroris, Bollywood lan Baliwood, Student Body lan Student’s Body, Honolulu lan Hana Lulu, Globalisasi lan Glokalisasi, Ngadol Tanah Numbas Jatah lan Ngadol Jatah Numbas Tanah, Bina Paksi lan Bina Paksa, Denpasar lan Don Pasar, Saling Ukih lan Saling Ikuh, Canggih lan Cang Nggih, dan Kulkul Bulus lan Kulkul Alus, ketigabelas puisi tersebut juga menggambarkan keadaan kehidupan manusia di masa Globalisasi ini. Namun, keadaan tersebut tidak tergambar dalam setiap bait ketigabelas puisi tersebut seperti yang dilukiskan oleh ketiga puisi yang dikaji, dimana ketigabelas puisi tersebut lebih banyak melukiskan kehidupan manusia yang lain seperti, keagamaan, sosial-budaya, sejarah, dan nasionalisme.
Ketiga puisi dari objek kajian ini, yang berjudul Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga melukiskan keadaan manusia yang lebih cenderung memilih untuk berbuat yang tidak sesuai dengan etika maupun adat-istiadat yang berlaku. Ini sebagai cerminan kehidupan manusia yang telah dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Perkembangan itulah, yang menyebabkan perubahan tata perilaku masyarakat, khususnya di Bali yang telah kehilangan identitasnya sebagai manusia yang beradab sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Maka lahirlah sifat manusia yang individualisme yang penuh dengan keserakahan seperti yang dilukiskan di kehidupan
Globalisasi. Untuk itulah, ketiga puisi tersebut diangkat sebagai objek kajian dalam penelitian ini.
-
(2) Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, dapat disampaikan permasalahan yang muncul dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
-
1) Bagaimanakah struktur puisi Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga?
-
2) Makna apa sajakah yang disimbolkan dalam puisi Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga?
-
(3) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah agar dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat Bali untuk mengenal kesusastraannya, khususnya kesusastraan Bali Modern yaitu melalui puisi. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu di dalam pengembangan khazanah budaya Bali melalui informasi yang didapatkan dalam penelitian ini, yaitu tentang kesusastraan Bali modern khususnya puisi Bali Modern. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur dan makna yang disimbolkan dari puisi Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga.
-
(4) Metode Penelitian
Metode dan teknik yang digunakan pada penelitian ini dibagi atas tiga tahapan, yakni (1) tahapan pengumpulan data, (2) tahapan analisis data, dan (3) tahapan penyajian data. Pada tahapan pengumpulan data digunakan metode studi pustaka dan abservasi yang dibantu dengan teknik mencatat dan terjemahan. Pada tahapan analisis data digunakan metode kualitatif yang dibantu dengan teknik deskriptif analitik. Pada tahapan penyajian data digunakan metode informal yang dibantu dengan teknik deduktif induktif.
-
(5) Hasil Penelitian
Setelah melakukan pengkajian terhadap puisi Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga, maka didapatkan
jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian ini terkait dengan struktur dan makna yang disimbolkan dalam puisi Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian sebagai berikut.
-
(5. 1) Stuktur puisi Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga,
Struktur yang dikaji adalah dari segi tipografi, bunyi, diksi, gaya bahasa (gaya bahasa retorika dan gaya bahasa kiasan), imajinasi, latar, dan pemikiran yang terdapat dalam puisi (tema dan amanat).
-
1) Tipografi
Tipografi merupakan bentuk penyajian dari sebuah puisi (sajak), penampilan dari sebuah puisi ataupun bentuk fisik dari sebuah puisi. Tipografi ketiga puisi tersebut, memiliki bentuk yang berbait-bait dengan pemakaian vokal /a/, pemakaian suku kata akhir /nan/, dan kesamaan suku kata pada awal kata dengan kata akhirnya pada puisi Tontonan lan Tuntunan seperti penjelasan di atas, ini dapat memberikan kesan keserasian antara judul dengan tiap bait puisi tersebut yang sengaja menggunakan vokal /a/ atau suku akhir /nan/. Pada puisi Adep Kanan lan Adep Kiri terdapat pemakaian suku kata akhir /ah/, /ing/, /as/ seperti penjelasan di atas, ini karena penyair ingin memberikan kesan kesamaan bunyi akhir dari puisi tersebut yang dapat memberikan unsur ketegasan. Begitu juga halnya, dengan puisi Kaliyuga lan Kilayuga terdapat pemakaian suku kata akhir /ah/, /ala/, /yuga/, suku kata /na/, /kanti/, /as/ seperti penjelasan di atas, ini karena penyair ingin memberikan kesan kesamaan bunyi akhir yang dapat memberikan gambaran keadaan manusia yang dipengaruhi oleh zaman Kaliyuga. Ketiga puisi tersebut juga sama-sama tidak menggunakan tanda baca.
-
2) Bunyi
Bunyi ini erat hubungannya dengan anasir-anasir musik, misalnya: lagu, melodi, irama, dan sebagainya. Bunyi di samping hiasan dalam puisi, juga mempunyai tugas yang lebih penting lagi, yaitu untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, menimbulkan bayangan angan yang jelas,
menimbulkan suasana yang khusus, dan sebagainya (Pradopo, 1987: 22). Bunyi pada puisi Tontonan lan Tuntunan, mengandung rima berangkai (rima sama yang terdapat pada seluruh akhir larik/ baris, rumusnya aa, bb), terdapat bunyi vocal o, u,e yang dapat menekankan unsur yang menyeramkan, mengerikan, yang seolah-olah seperti suara desau atau bunyi burung hantu, seperti penggambaran puisi di atas dalam keadaan kehidupan manusia yang telah kehilangan akal sehatnya, maka keadaan pun menjadi kacau dan sengsara. Puisi tersebut juga mengandung aliterasi n yang dapat memberikan efek kesedapan bunyi, dan asonansi a yang merupakan perulangan bunyi vokal dalam deretan kata. Pada puisi Adep Kanan lan Adep Kiri mengandung rima berangkai, terdapat bunyi vocal i, e, dan a yang mengandung unsur keceriaan. Puisi tersebut juga mengandung aliterasi t untuk mendapatkan efek kesedapan bunyi, dan mengandung asonansi u. Kemudian pada puisi Kaliyuga lan Kilayuga mengandung rima tata (rima sama yang terdapat pada seluruh akhir larik/ baris, rumusnya aaaa), terdapat bunyi vocal i, e, dan a yang mengandung unsur keceriaan. Puisi ini juga mengandung aliterasi m dan asonansi u. Pada puisi Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga terdapat bunyi vocal i, e, dan a dalam 1 baris puisi tersebut, ini mengandung unsur keceriaan. Keceriaan yang dimaksudkan di sini adalah saat kehidupan manusia telah kehilangan budi pekertinya, maka segala hal dilakukannya demi mencari kesenangan pribadi tanpa memperdulikan orang lain, keadaan yang demikian malah memberikan kesenangan bagi dirinya.
3)Diksi
Dalam pemilihan kata dalam puisi (diksi) ketiga puisi tersebut, samasama mengandung sinonim dari kata Rwa Bhineda (dua hal yang kontras) yang merupakan tema dalam ketiga puisi tersebut.
-
4) Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca (Slametmuljaya, dalam Pradopo, 1987: 93). Gaya bahasa kiasan (majas) pada puisi Tontonan lan Tuntunan terdapat majas
personifikasi, majas perumpamaan, majas metafora, dan majas hiperbola. Pada puisi Adep Kanan lan Adep Kiri terdapat majas personifikasi, majas metafora, majas antithesis, dan majas hiperbola. Sedangkan pada puisi Kaliyuga lan Kilayuga terdapat majas personifikasi, majas hiperbola, dan majas metafora. 5) Imajinasi
Gambaran-gambaran angan itu ada bermacam-macam, dihasilkan oleh panca indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan, dan penciuman (Pradopo, 1987: 81). Ketiga puisi tersebut mengandung imajinasi penglihatan (visual imagery) dan imajinasi tactile. Imajinasi tactile yaitu imajinasi yang ditimbulkan oleh suasana panas, akibat terjadinya kekacauan dimana-mana karena kehidupan manusia yang telah kehilangan jati dirinya.
-
6) Latar
Ketiga puisi tersebut mengandung latar suasana dan latar tempat. Latar suasana yang digambarkan ketiga puisi tersebut adalah sama-sama menggambarkan suasana kekacauan, kerakusan, kemarahan, dan kebingungan. 7) Pemikiran yang Terdapat dalam Puisi
Pemikiran yang terdapat dalam puisi biasanya akan tertuang pada tema dan amanat yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Adapun tema dari puisi Tontonan lan Tuntunan adalah Eksistensialisme, tema dari puisi Adep Kanan lan Adep Kiri adalah Pragmatisme, sedangkan tema dari puisi Kaliyuga lan Kilayuga adalah Individualisme. Amanat yang dapat diambil dari ketiga puisi tersebut adalah janganlah berperilaku serakah karena hanya akan merugikan diri sendiri.
-
5.2 Makna dalam Puisi Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga
Dalam puisi Tontonan lan Tuntunan terkandung makna Eksistensialisme. Gambaran terhadap makna ini adalah manusia yang hidup di lingkungan sosialnya, di penuhi oleh sifat dan kepentingan-kepentingan yang bertabiat jahat, demi mendapatkan kepuasan dalam dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang sekitarnya. Mereka berlomba-lomba menjadi yang terbaik tanpa memperdulikan aturan-aturan yang berlaku. Sifat buruk
masyarakat itulah yang menjadi tontonan sehari-hari, namun bila manusia pintar melihat keadaan tersebut, ia akan merenung (intropeksidiri), maka yang dianggap sebagai tontonan itu akhirnya menjadi sebuah tuntunan, dimana tuntunan yang di maksudkan adalah mengambil hal-hal yang berguna bagi diri sendiri untuk menjadikan manusia yang lebih baik. Dalam puisi Adep Kanan lan Adep Kiri, terkandung makna Pragmatisme. Gambaran terhadap makna ini adalah semua orang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Untuk mendapatkan uang secara praktis maka semuanya sekarang dapat di hargai dengan uang, sehingga tatanan alam tidak di hiraukan lagi oleh manusia, karena yang ada di pikiran manusia uang adalah segala-galanya. Dalam puisi Kaliyuga lan Kilayuga, terkandung makna Individualisme. Gambaran terhadap makna ini adalah pengaruhzaman Globalisasi saat ini sama dengan pengaruh zaman Kaliyuga dalam ajaran agama Hindu. Pengaruh zaman itu terlihat dari banyaknya permasalahan-permasalahan sosial, yang kerap kali terjadi baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,maupun di masyarakat yang diakibatkan oleh sifat manusia yang individualisme. Ketiga puisi tersebut juga mengandung makna yang sama yaitu makna karma phala. Makna karma phala yang dapat diambil dari ketiga puisi tersebut adalah apabila kita tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, maka kita akan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku yang pada akhirnya itu yang membuat hidup manusia mejadi sengsara.
-
(6) Simpulan
Berdasarkan analisis di atas, dapat disampaikan bahwa analisis secara struktur dari puisi Tontonan lan Tuntunan, Adep Kanan lan Adep Kiri, dan Kaliyuga lan Kilayuga dikaji dari unsur-unsur pembentuk puisi tersebut, adapun unsur-unsur pembentuknya antara lain: (1) tipografi dari puisi tersebut yaitu: pemakaian vokal, pemakaian suku kata akhir, pengulangan suku kata, dan pemakaian tanda baca, (2) bunyi yang masuk di dalamnya yaitu: rima, pengulangan bunyi, aliterasi, dan asonansi, (3) diksi, (4) gaya bahasa yang termasuk di dalamnya yaitu: gaya bahasa retorika seperti, pengulangan kata
dan sinonim, dan gaya bahasa kiasan terdapat beberapa majas seperti, majas personifikasi, majas perumpamaan, majas metafora, majas hiperbola, majas antitesis, (5) imajinasi, (6) latar yaitu latar tempat dan latar suasana, dan (7) pemikiran yang terdapat pada puisi. Makna yang diperoleh dalam puisi Tontonan lan Tuntunan mengandung “Makna Eksistensialisme”, dan puisi Adep Kanan lan Adep Kiri mengandung “Makna Pragmatisme”, sedangkan Kaliyuga lan Kilayuga mengandung “Makna Individualisme”. Selain itu, keterkaitan ketiga puisi tersebut dicirikan dengan ketiganya samasama mengandung“Makna Karma Phala”. Ketiga puisi tersebut, memaknai keadaan manusia di masa Globalisasi saat ini, yang berguna bagi masyarakat luas. Terutama bagi generasi berikutnya untuk pintar-pintar mengambil pembelajaran dari permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi saat ini.
-
(7) Daftar Pustaka
Budha, Gautama dan Sariani, Ni Wayan. 2009. Kamus Bahasa Bali (
Bali – Indonesia). Surabaya: Paramita.
Hanafi, Nurachman. 1986. Teori dan Seni Menerjemahkan. NTT: Nusa Indah.
Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta: Paradigma.
Mertha, I Nengah. 2009. Menggantang Hidup di Jaman Kaliyuga. Denpasar: Widya Dharma.
Pradopo, Djoko. 1987. Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Persfektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suarsa, I Made. 2004. Ang Ah lan Ah Ang. Denpasar: Paramita.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Leiden: Pustaka Jaya.
Discussion and feedback