1

KAMUS BALI INDONESIA

DALAM UPACARA MAPANDES

Ni Nyoman Citta Maya Dewi

Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana

Abstract

Dictionary Bali Indonesia in Ceremony of Mapandes aim to to document Balinese words in the field of ceremony of mapandes. Expected later this research good for generation hereinafter to become information center about ceremony of mapandes as well as expected this research can be continued by next generation to be completed again, morely special again, this research aim to for the description of words in ceremony of mapandes and of description wprds which used in ceremony of mapandes. Used method that is data collecting method. Process data collecting with technique record and technique note. Data which have been collected later, then analysed with method analyse data that is with system of corpus, card - gathered to be card to be compiled by alfabetis, then given nymph in the form of word equivalent or clear boldness. Data which have been analysed, then presented with informal and formal method.

Used theory that is structural theory, developed by Ferdinand de Saussure. Its views collected by Charles Bally and of Albert Sechehaye in book entitling published Cours de Lingusitique Generale in 1916. This theory used because each;every words formed of smallest process that is morpheme, then or word of lexeme, generation word, and there also which in the form of word aliance. Theory of Leksikologi and of leksikografi also very is supporting this research because science studying about lexicon or vocabulary leksikologi. While way of making dictionary discussed in theory of Leksikografi.

From result of research, got words form which in the form of headword, generation word ( afiksasi, reduplikasi, kompositum), and phrase. Form which at most found that is elementary form / headword. Amount of found entri that is counted 534 entri.

Keywords: dictionary, mapandes,

  • (1)    Latar Belakang

Setiap daerah atau tempat tinggal memiliki bahasa tertentu untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Tentunya bahasa yang dipergunakan adalah bahasa kesepakatan mereka bersama untuk mempermudah proses komunikasi. Begitu pula dengan masyarakat Bali yang menggunakan bahasa Bali di dalam berkomunikasi dengan sesama masyarakat Bali. Bahasa Bali digunakan untuk berkomunikasi dalam berbagai ranah pergaulan akrab,

dalam keluarga, dalam hubungan adat dan agama, di dalam konteks penulisan sastra Bali.

Masyarakat Bali dalam kehidupan adat dan agamanya juga menggunakan bahasa Bali untuk media komunikasi khususnya dalam suatu upacara yadnya. Di Bali ada lima jenis upacara yadnya yaitu: Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, Bhuta Yadnya.

Manusa Yadnya adalah yadnya atau persembahan kepada seseorang mulai sejak berada dalam kandungan, kemudian lahir sampai pada akhir hidupnya (Suhardana, 2008: 125). Salah satu jenis upacara Manusa yadnya yang wajib dilakukan oleh umat Hindu yaitu upacara Potong Gigi/Mapandes/Matatah. Upacara mapandes bertujuan untuk mengendalikan Sad Ripu pada diri seseorang.

Di dalam melaksanakan upacara mapandes, masyarakat Bali mempunyai kosa kata khusus untuk menyebutkan apa yang mereka maksud. Hampir seluruh masyarakat Bali pernah mendengar atau memakainya dalam kehidupan adat dan agamanya, namun mereka tidak menyadari bahwa kosa kata itu merupakan suatu kekayaan bahasa yang mereka miliki dan patut dilestarikan.

Berbagai usaha pelestarian bahasa Bali telah dilakukan seperti mewajibkan menggunakan bahasa Bali setiap hari Rabu di tingkat Sekolah dasar di SD se-Peguyangan, berbagai seminar terkait bahasa Bali, dan lain-lain. Selain itu usaha pelestarian bahasa Bali juga dapat dilakukan dengan pendokumentasian kosa kata dalam bentuk kamus. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait pendokumentasian kosa kata, khususnya kamus istilah yaitu: Kamus Bali Indonesia Bidang Istilah Perlengkapan Upacara Pitra Yadnya (Ni Nyoman Rani Dewi, 1997), Kamus Bahasa Bali Indonesia Bidang Istilah Jejaitan (Ni Wayan Ayu Sasih, 1998), dan lain-lain, namun dari beberapa penelitian mengenai kosa kata istilah, belum ada yang meneliti tentang kosa kata dalam upacara mapandes, padahal upacara mapandes adalah upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.

  • (2)    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

  • 1)    Bagaimanakah bentuk-bentuk linguistik dalam upacara mapandes?

  • 2)    Kosakata apa sajakah yang digunakan dalam upacara mapandes?

  • (3)    Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai ada dua, yaitu: a) Tujuan Umum dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi terhadap pelestarian kosa kata bahasa Bali khususnya dalam bidang upacara mapandes sebagai bentuk nyata dari usaha pelestarian itu. b) Tujuan Khusus yang ingin dicapai yaitu dapat menjawab pertanyaan dari permasalahan yang diuraikan di atas, yaitu: Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk linguistik dalam upacara mapandes. Untuk mendeskripsikan kosakata yang digunakan dalam upacara mapandes.

  • (4)    Metode Penelitian

Metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian ini dibagi menjadi 3, yaitu: metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik pengolahan data, metode dan teknik penyajian. Pada saat pengumpulan data digunakan teknik rekam dan teknik catat. Informan yang dipilih menggunakan teknk purposive sampling karena disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh informan. Metode dan teknik analisis data menggunakan sistem pengartuan, sistem pengabjadan, dan sistem pemerian dilakukan saat memasukkan data ke korpus klasifikasi. Sistem pengabjadan dilakukan saat korpus klasifikasi dipilah ke dalam korpus utama, langsung dilakukan penyusunan sesuai alfabetis.

  • (5)    Hasil dan Pembahasan

Terdapat berbagai macam bentuk istilah dalam upacara mapandes. Ada yang berbentuk kata dasar, kata turunan, dan frase.

Kosakata Yang Berbentuk Kata Dasar

Ciri-ciri kata dasar adalah kata memiliki kategori yang jelas (nomina, verba, ajektiva, adverbia, numeralia, preposisi, konjungsi, dan pronomina), memiliki arti leksikal, dan dapat muncul sendiri sebagai unsur kalimat (Badudu, 1982: 66 – 67). Kosakata dalam upacara mapandes yang berbentuk

kata dasar yaitu: aled, ambuh, amla, ampo, anaman, andong, angkeb, arak, dan lain-lain.

Kosakata yang Berbentuk Turunan

Kosakata yang berbentuk kata turunan merupakan hasil proses morfologis yaitu berafiks (berimbuhan), mengalami proses reduplikasi (kata ulang), dan kata majemuk.

Kosakata yang Mendapat Imbuhan / Afiksasi

Dari hasil penelitian, kosakata yang mendapat imbuhan juga dibagi menjadi 3 yaitu: prefiks, sufiks, konfiks. Pada kamus Bali Indonesia dalam upacara mapandes ditemukan beberapa jenis prefiks yaitu: {ma-}, {pa-}, {a}, {N-} (anusuara), {pi-}, contohnya: abungkul, maabih, mabakti, mabiakala, makecuh, makekeb, dan lain-lain. Ditemukan kosakata yang mendapat sufiks {-an}, {-n}, {-in}, contoh: aedan. ajengan, ambengan, ayaban, bayuan, biakaonan, bulakan, calcalan, dan lain-lain. Pada kamus Bali Indonesia dalamupacara mapandes juga terdapat kosakata ber-konfiks, yaitu: {pa- / -an}, {ka- / -an}, contohnya: bakti pabiakalan, bale patatahan,banten pagenian, dan lain-lain.

Kosakata Berbentuk Ulang dan Reduplikasi

Kata ulang adalah kata yang mengalami proses perulangan. Terdapat berbagai jenis perulangan, ada perulangan penuh dan ada perulangan sebagian. Pada kamus Bali Indonesia dalamupacara mapandes, ditemukan kata ulang dan bentuk ulang, yaitu: bakang-bakang, andel-andel, isuh-isuh, ituk-ituk, raka-raka, amel-amel, dewa-dewi, seet ming mang. banten bebangkit, banten tetingkeb, peras sesantun, dan lain-lain.

Kosakata yang Berbentuk Kata Majemuk (Kompositum)

Kata majemuk pada kamus Bali Indonesia dalam upacara mapandes, yaitu: aled peras, aled sayut, aled tebasan, bale bunga, bale gading, bale gede, bale paselang, bale sikenem, banten aseet alit, gelar sanga, bija ratus, dan lain-lain.

Kosakata yang Berbentuk Frasa

Kosakata yang berbentuk frasa yaitu: ajuman putih kuning, anaman kelanan, ancak bingin, arak berem, ayaban biasa, baas kuning, bakti pabiakalan, bakti tataban, bale patatahan, dan lain-lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan tiga jenis frase pada kamus istilah upacara mapandes yaitu: 1. Frase nominal 2. Frase verbal 3. Frase adjektival.

  • (6)    Simpulan

Kosakata yang didapat dari hasil penelitian di golongkan ke dalam kosakata yang berbentuk kata dasar, kata turunan (afiksasi, reduplikasi, kata majemuk, istilah yang berbentuk frasa.

Jumlah entri yang ditemukan dalam kamus Bali Indonesia dalam upacara Mapandes adalah 534 entri baik itu berupa kata dasar, kata turunan, maupun gabungan kata. Bentuk linguistik yang paling banyak ditemukan yaitu bentuk turunan (afiksasi, reduplikasi, kata majemuk). Dan kelas kata yang banyak ditemukan yaitu kelas kata nomina baik itu frasa nomina maupun kata majemuk karena memang data - data yang diperoleh berupa bentuk kebendaan.

  • (7)    Daftar Pustaka

Ba'dulu, Abdul Muis dan Herman. 2010. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhardana. 2008. Tri Rna Tiga Jenis Hutang Yang Harus Dibayar Manusia. Surabaya: Paramita.

Sunaryo, Adi dkk. 1990. Pedoman Penyusunan Kamus Dwibahasa. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Surayin. 2002. Manusa Yadnya. Denpasar: Upada Sastra.

Suryabrata. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Sutrisno, Hadi. 1986. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakuktas

Psikologi Universitas Gadjah Mada.