SATUA I DEMPUAWANG ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI
on
1
SATUA I DEMPUAWANG
ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI
I Gusti Ayu Dewi Ratih
Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra
Abstract:
This study discusses Satua I Dempuawang (SID) with the analysis of the structure and function. The purpose of this study, namely, to preserve and develop the cultural values Bali especially on traditional literature. While this study specifically aims to reveal the structure and narrative form in the SID and describes the functions contained therein.
Methods and techniques used in this study were divided into three stages, namely the provision of methods and techniques of data consisting of methods refer to techniques of translation, sorting techniques, and engineering record, methods and techniques of data analysis consisted of descriptive qualitative method with analytic techniques, and presentation of the methods and techniques of data analysis consisted of informal methods; deductive-inductive techniques.
The results obtained in this research, there is a structure in terms of the structure of narrative forms and structures. Structure which includes the form of the SID code language and literature, language diversity, and style. SID includes incident narrative structure, plot, character and characterization, setting, theme, and the mandate. Analytic functions in the SID that is exposing and explaining the functions contained in the SID story. Later in the analysis of the general functions of the SID functions contained in the SID associated with the events experienced by the characters or actors called function. Actors function has a very important role. Without the actors or characters in an unlikely story of the event can occur, so that the perpetrators greatly affect the storyline.
Key words: structure form, narrative structure, and function
-
1. Latar Belakang
Satua merupakan salah satu cerita rakyat lisan di Bali. Bila dikaitkan dengan ilmu folklor, satua termasuk dalam kelompok folklor lisan. Secara definitif, folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun. Folklor dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, folklor bukan lisan. Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan, yang termasuk dalam bentuk ini yaitu bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, sajak dan puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Folklor sebagian lisan yaitu folklor yang merupakan campuran dari unsur lisan dan unsur bukan lisan, yang termasuk dalam bentuk ini yaitu kepercayaan rakyat dan permainan rakyat. Folklor bukan lisan yaitu folklor yang bentuknya bukan lisan walaupun
cara pembuatannya dilakukan secara lisan. Folklor bukan lisan dibagi menjadi dua kelompok yaitu material dan non material. Yang termasuk material yaitu arsitektur rakyat dan kerajinan tangan rakyat, serta yang termasuk dalam non material yaitu gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat seperti kulkul dan gamelan (Dananjaya, 1984: 21-22). Sehingga satua termasuk dalam kelompok folklor lisan.
Berdasarkan pengelompokan naskah Bali, sebagaimana yang dikutip oleh I Nengah Tinggen (1982: 8-11) terhadap naskah Bali yang disimpan di Gedong Kirtya Singaraja, pada prinsipnya, beliau membagi naskah tersebut dengan meniru atau berdasarkan hasil pengelompokan yang dilakukan oleh Stutterheim dan I Ketut Suwija, yaitu sebagai berikut : 1) Weda : weda, mantra, kalpa sastra; 2) Agama : palakerta, niti, sasana; 3) Wariga : wariga, tutur upadesa, kanda, usada; 4) Itihasa : parwa, kakawin, kidung, geguritan/peparikan; 5) Babad : pemancangah, paregreg, babad; 6) Tantri : tantri Hindu, tantri Bali; 7) Lelampahan : gambuh, wayang, arja; 8) Satua kapara/satua pagantian.
Satua Bali dapat digolongkan menjadi dongeng-dongeng jenaka (satua banyol), dongeng panji (satua panji), dongeng biasa (kisah hidup seseorang), dan lainnya (Bagus, 1990: 4). Selain itu juga terdapat satua Tantri yang merupakan salah satu jenis satua tentang binatang (Bagus, dkk 1986: 6).
Pada kesempatan ini penulis meneliti satua yang tergolong dalam satua panji. Tema panji adalah cerita yang mengisahkan percintaan antara putra mahkota kerajaan Koripan dengan putri dari kerajaan Daha yang semula mengalami berbagai halangan dan penderitaan, tetapi akhirnya mereka dapat melangsungkan pernikahan dengan penuh kebahagiaan (Bagus, dkk, 1986: 4).
Berdasarkan kriteria atau ciri-ciri dari satua panji, maka penulis mengangkat Satua I Dempuawang yang tergolong satua yang bermotif panji dalam penelitian ini (selanjutnya disingkat dengan SID). SID sudah dibuat dalam bentuk tertulis atau sudah dibukukan. Satua ini merupakan kumpulan Satua-Satua Bali (II) karya I Nengah Tinggen. SID
mengisahkan tentang kehidupan Raden Mantri Koripan yang berubah wujud menjadi seekor monyet berbulu putih dan beliau diberi nama I Dempuawang. Perubahan wujud yang dialami Raden Mantri Koripan adalah untuk mencari seorang istri yang diumpamakansebagai bunga cempaka. Pada akhirnya I Dempuawang (Raden Mantri Koripan) bertemu dengan Raden Galuh Argamanik (Raden Galuh Daha) dan mereka pun akhirnya menikah.
Sastra tradisional masih berfungsi dalam masyarakat Bali, maka perlu memahami dengan baik pola hubungan struktur dan fungsi yang terkandung dalam karya sastra satua ini. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan meneliti SID dari segi struktur dan fungsi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :
-
2.1 Bagaimanakah struktur dari SID?
-
2.2 Fungsi apa sajakah yang terkandung dalam SID?
Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam suatu penelitian. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya Bali terutama tentang karya sastra tradisional. Mengingat warisan budaya semacam itu, memang mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional itu sendiri. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan masukan terhadap ilmu pengetahuan terutama tentang satua di Bali. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang dipaparkan dalam rumusan masalah yakni, untuk mengetahui struktur bentuk dan struktur naratif yang membangun dalam SID dan untuk mengetahui dan memaparkan fungsi yang terkandung dalam SID.
Dalam penelitian ini menggunakan metode dan teknik yang digunakan dibagi atas tiga tahapan. Ketiga metode dan tekni yang digunakan dalam penelitian ini yakni, 1) metode dan tekni penyedian data,
-
2) metode dan teknik analisis data, dan 3) metode dan teknik penyajian analisis data. Pada tahap penyedian data digunakan metode simak yang disertai dengan teknik terjemahan, teknik pilah, dan teknik catat. Pada tahap analisis data digunakan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analitik. Kemudian pada tahap penyajian analisis data digunakan metode informal dengan teknik deduktif-induktif.
Setelah melakukan pengkajian terhadap teks SID, maka didapatkan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian ini terkait dengan struktur dan fungsi dalam SID. Berikut akan dijelaskan tentang analisis struktur dalam SID.
-
5.1 Struktur Bentuk SID
Pada struktur bentuk dalam SID terdiri dari tiga hal yakni, kode bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa. Berdasarkan kode bahasa dan sastra satua merupakan salah satu jenis karya sastra Bali tradisional yang berbentuk prosa. Selanjutnya dari penggunaan ragam bahasa, dalam cerita SID ini menggunakan bahasa Bali sebagai media pengantar meliputi bahasa Bali Alus (BBA), bahasa Bali Madya (BBM), dan bahasa Bali Kasar (BBK) serta di dalam SID juga terdapat sedikit pemakaian bahasa Jawa Kuna. Kemudian gaya bahasa yang ditemukan dalam SID secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis gaya bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan dan pertentangan. Gaya bahasa perbandingan yang ditemukan meliputi perumpamaan dan antitesis. Gaya bahasa pertentangan yang ditemukan dalam SID yaitu hiperbola.
-
5.2 Struktur Naratif SID
Pada struktur naratif, insiden dalam SID terdiri dari tiga belas insiden yang terjadi secara berurutan dengan pola alur lurus. Pola alur ini menggunakan pola alur menurut S.Tarif, yang terdiri dari lima tahapan meliputi; 1) tahap situation, 2) tahap generating circumstances, 3) tahap rising action, 4) tahap climax, dan 5) tahap denouement (dalam Tarigan, 1985: 128)
Kemudian tokoh dan penokohan dalam SID secara umum dibedakan menjadi tiga yaitu tokoh utama, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer. Tokoh utama dalam SID yaitu Raden Mantri Koripan (I Dempuawang). Tokoh sekunder dalam SID yaitu Raden Galuh Daha (Argamanik), Raden Semarajaya, dan Raden Jayasemara. Tokoh komplementer atau tokoh pelengkap dalam SID yaitu Raja Daha, I Limbur, Sang Permaisuri, Ki Dukuh Sakti, Raja Koripan, para abdi istana ( I Punta, I Jrudeh, dan para prajurit), dan pemancing (nelayan).
Latar dalam SID mencakup tiga unsur yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat yang digunakan dalam SID yaitu Kerajaan Daha, rumah Ki Dukuh Sakti, hutan, Pelabuhan Daha, Kerajaan Koripan, balai di tengah telaga di taman, pantai Pajarakan, pantai Singasari, panatai Gegelang, dan di Keputrian Daha. Latar waktu dalam SID meliputi pagi dan malam hari. Kemudian latar suasana dalam SID yaitu sedih, marah, dan bahagia.
Secara umum yang menjadi tema dalam cerita SID yaitu tentang percintaan dan kesetiaan. Selanjutnya amanat yang terdapat dalam SID terkandung pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui insiden dan perbuatan para tokoh yaitu adanya kesabaran dan kesungguhan hati seseorang dalam mencari jodohnya dan tentang karmaphala.
Analisis fungsi dalam SID yaitu memaparkan dan menjelaskan fungsi-fungsi yang terdapat dalam cerita SID. Secara umum fungsi-fungsi yang terdapat dalam SID berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh atau disebut dengan fungsi pelaku (V. Propp, 1987: 2228). Adapun fungsi-fungsi yang terdapat dalam SID yakni; 1) sebagai suatu larangan yang diucapkan kepada seseorang, 2) sebagai larangan yang dilanggar, 3) penjarah mencoba memperdaya lawannya dengan tujuan untuk memiliki kepunyaan lawannya, 4) sebagai pembekalan atau penerimaan benda sakti, 5) sebagai ahli keluarga yang memiliki kekurangan sesuatu atau ingin memiliki sesuatu, 6) sebagai suatu tugas yang sulit diberikan kepada tokoh utama, 7) sebagai tokoh utama yang mulai dikenali, 8) sebagai pahlawan kerajaan menikah dan menaiki tahta,
-
9) sebagai simbol kemuliaan atau kecantikan, 10) sebagai pembentuk moral yang baik, dan 11) sebagai pengetahuan spiritual.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa struktur SID terdiri dari dua analisis yaitu struktur bentuk dan struktur naratif. Struktur bentuk dalam SID terdiri dari kode bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa. Kode bahasa dan sastra dalam SID berbentuk prosa atau bebas tanpa ada aturan yang mengikat. Sedangkan ragam bahasa yang digunakan dalam SID menggunakan bahasa Bali sebagai media pengantar dan gaya bahasa yang terdapat dalam SID membentuk suatu kesatuan yang indah.
Selanjutnya dari struktur naratif dalam SID terdiri dari tiga belas insiden dengan pola alur yang lurus. Sedangkan yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini yaitu Raden Mantri Koripan (I Dempuawang). Selanjutnya latar tempat dalam SID sebagian besar terjadi di Kerajaan Daha, latar waktu dalam SID meliputi pagi dan malam hari, dan latar suasana yaitu sedih, marah, dan gembira. Secara umum tema dalam SID yaitu percintaan dan kesetiaan dengan amanat yang terkandung yaitu; kesabaran dan kesungguhan serta karmaphala.
Fungsi dalam SID yakni, memaparkan dan menjelaskan fungsi-fungsi yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh atau disebut dengan fungsi pelaku. Fungsi pelaku yang dimaksud di sini yaitu peran tokoh dalam SID memiliki peranan yang sangat penting. Tanpa adanya pelaku atau tokoh dalam suatu cerita, tidak mungkin peristiwa itu dapat terjadi. Sehingga fungsi pelaku atau tokoh dalam SID sangat mempengaruhi alur cerita ini.
Bagus, I Gusti Ngurah, dkk.1986.Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali, Pengantar, Teks, Terjemahan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan (Baliologi)
Danandjaja.James.1984.Folklore Indonesia (Ilmu Gosip,Dongeng,dan lain-lain).Jakarta:Pt Grafis Pers
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa
Tinggen,I Nengah.1982.Aneka Sari.Singaraja
Tinggen,I Nengah.1993.Satua-satua Bali (II).Singaraja:Indra Jaya
Propp.V.1987.Morfologi Cerita Rakyat.Kuala Lumpur:Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia
Discussion and feedback