Makna dan Prosedur Penerjemahan Metafora pada Komik Kureyon Shinchan Volume 1 – 20 Karya Yoshito Usui
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 21.1 Nopember 2017: 237-244
Makna dan Prosedur Penerjemahan Metafora pada Komik Kureyon Shinchan Volume 1 – 20 Karya Yoshito Usui
Ida Ayu Putu Puspa Antari
Prodi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Unud
[email: [email protected]]
*Corresponding Author
Abstract
Metaphor is known as one of interesting phenomenons in linguistic study in which the translator often encounter problems on it’s translation due to language and culture differences. In order to understanding the meaning of metaphor, Larson divided metaphor’s structure into topic, image, and point of similarity. To analyze the translation of methapor that the translator used, according to Newmark, there are seven types of procedures that appliable. They are reproducing the same image in the target language (TL), replacing the image in the source language (SL) with a standard TL image, translation of metaphor by simile, translation of metaphor by simile plus sense, converting metaphor to sense, deletion, and combining same metaphor with sense.
Key words: metaphor, meaning, translation procedures
Metafora merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji oleh peneliti di bidang penerjemahan. Akan tetapi penerjemah sering menghadapi masalah ketika menerjemahkan metafora dari bahasa dan budaya sumber ke bahasa dan budaya sasaran (Dagut, 1976:21).
Penelitian ini menganalisis makna ungkapan metafora yang terdapat pada teks sumber (TSu). Selain itu, meneliti cara penerjemah dalam menyiasati perbedaan budaya dan bahasa pada TSu dan teks sasaran (TSa) dengan mencari
tahu prosedur penerjemahan yang digunakan.
Tujuan pencarian makna adalah pembaca mengetahui informasi utuh yang sebenarnya disampaikan pada TSu, sehingga bisa menjadi pengetahuan tambahan mengenai budaya BSu yaitu bahasa Jepang. Selain mencari makna, tujuan mencari prosedur penerjemahan metafora adalah untuk mengetahui cara penerjemah dalam mengatasi perbedaan bahasa dan budaya, dalam hal ini dari bahasa dan budaya Jepang menuju bahasa dan budaya Indonesia.
Sumber data yang digunakan adalah Kureyon Shinchan (KS) volume 1 – 20 karya Yoshito Usui sebagai TSu dan terjemahannya, Crayon Shinchan (CS) volume 1 – 20 sebagai TSa. Penelitian ini menggunakan metode padan
translasional. Data-data yang terkumpul diklasifikasikan berdasarkan tujuh prosedur penerjemahan metafora oleh Newmark (1981:84). Ungkapan metafora diidentifikasi dengan menggunakan teori MIP Pragglejaz (2007:3), kemudian dianalisis maknanya dengan teori proposisi figuratif Larson (1998:272).
Penerjemahan ini sama dengan penerjemahan literal. Sebanyak 46 data diterjemahkan dengan prosedur ini.
-
(1) TSu : Mochitsuki oppai
(KS 3:111)
TSa : Dada pembuatan kue mochi!
(CS 3:111)
Shinchan kesal dengan Misae karena dipaksa bangun dan diolok-olok. Shinchan kemudian membalas olokan Misae mengatakan bahwa Misae memiliki dada pembuatan kue mochi.
Maksud dari metafora data (1) terlihat pada koma (kolom pada komik) selanjutnya (Gambar 1). Dibaca dari
kanan ke kiri, terdapat ilustrasi
pembuatan kue beras disertai narasi oleh Shinchan yang bertuliskan pettanko.
Gambar 1. Dada Pembuatan Kue Mochi
Penerjemah menerjemahkannya menjadi ‘dada pembuatan kue mochi’. Bentuk kalimat TSa data (1) belum dapat menyampaikan informasi dengan sempurna. Maksud dari metafora ini terdapat pada koma selanjutnya seperti yang terlihat pada gambar 2. Kata pettanko diterjemahkan menjadi ‘ratakan’.
Gambar 2. Pettanko Diterjemahkan Menjadi ‘Ratakan’
Onomatope dari suara palu yang memukul adonan kue mochi adalah petanko. Tetapi, Shinchan memodifikasi petanko menjadi pettanko. Berikut definisi pettanko oleh Shinmura (2014).
Kutsu no soko ya hana nado ga taira de outotsu no nai sama ‘Merupakan suatu kondisi
permukaan yang datar dan tidak bergelombang pada benda seperti sol sepatu, hidung, dan lain sebagainya’
Tabel 1. Komposisi Unsur Metafora Data (1)
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Permukaan | ||
Payu- |
Mochitsuki |
yang datar |
dara |
‘Pembuatan |
dan tidak |
Misae |
kue mochi’ |
bergelombang |
Berdasarkan definisi pettanko di atas, titik persamaan sudah ditemukan. Makna ungkapan metafora data (1) adalah Misae berdada rata. Maksudnya adalah ukuran payudara Misae kecil. Pada TSa, informasi pada TSu belum tersampaikan. Tidak ada budaya mochitsuki di Indonesia dan adanya perbedaan onomatope. Penerjemah bisa saja menerjemahkan data (1) menjadi maknanya atau menerjemahkannya menjadi simile.
-
5.2 Citra Pada TSu Diganti Dengan
Citra Standar TSa
Citra dalam metafora TSu digantikan dengan citra TSa dengan
standar budaya BSa. Jumlah data yang termasuk kategori ini sebanyak 8 data.
-
(2) TSu : Atasha Kanegon ka
(KS 2:47)
TSa : Memangnya kamu pikir saya pemakan uang?
(CS 2:47)
Shinchan akan membayar buku di kasir, tetapi dia mempersilakan ibu kasir untuk memakan uang yang dia serahkan. Ibu kasir tersebut tersinggung karena merasa dibandingkan dengan Kanegon. Tabel 2. Komposisi Unsur Metafora Data
(2)
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Ibu Kasir |
Kanegon |
Disuguhkan uang untuk dimakan |
Kanegon adalah monster yang harus memakan uang demi bertahan hidup. Penerjemah mengganti citra Kanegon menjadi citra ‘pemakan uang’. Makna ungkapan metafora (2) adalah makhluk pemakan uang.
-
5.3 Metafora diterjemahkan menjadi simile
Metafora TSu diterjemahkan dengan simile dalam TSa namun citra tetap dipertahankan. Data yang termasuk kategori ini sebanyak 6 data.
-
(3) TSu : Yamori ka koitsu ha……
(KS 3:110)
TSa : Kamu ini sudah seperti cecak!
(CS 3:110)
Misae membangunkan Shinchan dengan menarik paksa selimutnya. Tapi ternyata Shinchan menempel di balik selimut. Misae kemudian berkata bahwa Shinchan adalah cicak.
Tabel 3. Komposisi Unsur Metafora Data (3)
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Dapat | ||
Shinchan |
Yamori |
melawan |
‘Cicak’ |
gaya gravitasi | |
Makna data (3) adalah Shinchan seperti cicak yang bisa melawan gaya gravitasi. Data (3) menggunakan ungkapan simile “seperti~” pada TSa.
-
5.4 Metafora diterjemahkan menjadi simile disertai makna
Metafora atau simile TSu diterjemahkan menjadi simile dalam TSa dengan penambahan makna. Hanya satu data yang diterjemahkan dengan prosedur ini.
-
(4) TSu : Iya, doumo, sono………… kinjo no me ga nee
(KS 2:82)
TSa : Yah bukannya apa-apa..
Kayaknya kalau mama
yang pergi membeli nanti bila dilihat orang kan kurang bagus. Ya.. Gimana ya…
(CS 2:82)
Misae menyuruh Shinchan agar membelikannya ubi bakar. Ketika Shinchan berbalik menyuruh Misae agar beli sendiri, Misae membuat alasan seperti data (4).
Tabel 4. Komposisi Unsur Metafora Data
(4) | ||
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Sudut | ||
pandang |
Kinjo no me | |
orang- |
‘Mata |
Tidak baik |
orang di sekitar |
tetangga’ |
Titik kesamaan pada tabel 4 adalah “tidak baik”. Hal ini dikarenakan konteks data (4) Misae tidak mau membeli ubi bakar sendiri dengan alasan kinjo no me. Kesimpulannya, pandangan orang-orang di sekitarnya tidak akan baik jika melihat Misae membeli ubi bakar. Penerjemah kemudian mengelaborasi metafora sehingga lebih mudah dimengerti oleh pembaca TSa. Makna data (4) sama dengan topiknya, yaitu pendapat orangorang di sekitar.
-
5.5 Metafora diterjemahkan menjadi maknanya
Metafora TSu diterjemahkan makna metafora tersebut ke dalam TSa. Jumlah data yang ditemukan sebanyak 42 data.
-
(5) TSu : Kocchi ha itsukakan otosata nashi da yo. Kuso
(KS 2:31)
TSa : Dasar! Tahu nggak sih aku sudah 5 hari sembelit
(CS 2:31)
Shinchan sedang mengobrol dengan ibunya Nene bahwa dia buang air besar sangat banyak. Ibunya Nene di dalam hatinya kemudian berkata demikian Tabel 5. Komposisi Unsur Metafora Data
(5)
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Buang air besar |
Otosata ‘Kabar’ |
Tidak muncul juga |
Topik yang dijabarkan oleh tabel 5 adalah “buang air besar”. Kesimpulan tersebut diketahui dari tanggapan ibunya Nene setelah mendengar Shinchan buang air besar banyak hari ini seperti pada data (5). Jadi yang dimaksud otosata adalah ‘buang air besar’. Makna ungkapan metafora (5) adalah sembelit, karena ibunya Nene sudah tidak buang air besar selama lima hari.
-
5.6 Pelesapan
Metafora pada TSu dilesapkan. Sebanyak 60 data dilesapkan oleh penerjemah. Untuk mengetahui kesahihan terjemahan yang dilesapkan, diteliti lagi penerjemahan yang ditemukan. Hasilnya ditemukan tiga kategori pelesapan, yaitu pelesapan total, pelesapan parsial berterima, dan pelesapan parsial tidak berterima.
-
(6) TSu : Sakusen ga paa
(KS 1:4)
Misae ingin menyuruh Shinchan untuk berbelanja, tapi Shinchan tidak mau karena sedang menggambar. Misae ingin memuji gambar Shinchan agar dia mau dirujuk, tetapi ternyata gambar Shinchan tidak senonoh.
Tabel 6. Komposisi Unsur Metafora Data
(6)
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Rencana Misae |
Sakusen ‘Taktik’ |
Gagal |
Ungkapan pada data (6) mengalami pelesapan total karena tidak diterjemahkan sama sekali. Makna yang ditemukan adalah rencana Misae agar Shinchan mau belanja keluar telah gagal. Pelesapan yang dilakukan penerjemah berterima.
-
(7) TSu : Aa ikijigoku
(KS 1:86)
TSa : apa-apaan sih ini!
(CS 1:86)
Hiroshi dan Shinchan merayu seorang gadis yang sedang berjemur di pantai. Di dalam hatinya, gadis tersebut menggerutu.
Tabel 7. Komposisi Unsur Metafora Data (7)
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Gangguan dari Hiroshi dan Shinchan |
Ikijigoku ‘Neraka duniawi’ |
Sama-sama mengganggu |
Ungkapan metafora (7) merupakan pelesapan parsial berterima, karena masih koheren dengan jalur cerita. Makna kata ungkapan data (7) adalah gangguan Hiroshi dan Shinchan seperti gangguan di neraka.
-
(8) TSu : Karada no kawari ni ha issun zou-san
(KS 12:13)
TSa : Eh… anak kerdil itu… lihat!
(CS 12:13)
Shinchan terjatuh tepat di celana raksasa yang akan menyerang Putri Nene dan ibunya sehingga celana raksasa terlepas. Ibu Putri Nene kemudian berkata demikian.
Tabel 8. Komposisi Unsur Metafora Data
(8) | ||
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Kemaluan milik |
Issun zou-san ‘Gajah |
Kecil |
raksasa |
yang berukuran 3 cm’ |
Penerjemahan yang dilakukan
menyebabkan cerita menjadi tidak koheren sehingga termasuk kategori pelesapan parsial tidak berterima. Makna metafora pada data (14) adalah raksasa tersebut memiliki kemaluan yang berukuran kecil. Sebaiknya penerjemah menerjemahkannya menjadi citra standar pada BSa ‘badannya besar, tetapi belalainya kecil’, atau diterjemahkan menjadi maknanya.
-
5.7 Penerjemahan Harfiah Disertai Makna
Metafora pada TSu diterjemahkan secara harfiah disertai penambahan makna. Ungkapan metafora yang diterjemahkan dengan menggunakan prosedur ini hanya satu.
-
(9) TSu : Yare-yare wa ga ie no kozaru mo onenne da wa
(KS 5:6)
TSa : Akhirnya, kita juga punya anak monyet, seorang anak kecil
(CS 5:6)
Shinchan tadi sempat bermain-main dengan anak monyet. Binatang tersebut diam di gendongan Shinchan. Setelah seharian bermain, Shinchan tertidur di gendongan Hiroshi seperti anak monyet tadi. Misae kemudian berkata demikian. Tabel 9. Komposisi Unsur Metafora Data
(9)
Topik |
Citra |
Titik Kesamaan |
Kozaru |
Tidur di | |
Shinchan |
‘Anak |
punggung |
monyet’ |
induknya |
Titik persamaan yang bisa ditemukan adalah saat tertidur, Shinchan berada di gendongan Hiroshi seperti anak monyet tersebut. Makna yang dapat dipahami adalah Shinchan tertidur seperti anak monyet. Penerjemah memberikan penjelasan tambahan karena mengatakan anak sendiri sebagai anak monyet merupakan hal yang tabu pada BSa.
Jumlah seluruh data yang
ditemukan sebanyak 164 data.
Penerjemahan makna ungkapan metafora tergolong sulit karena tiga faktor berikut:
-
1) . Makna tidak sama dengan titik persamaan
-
2) . Terdapat komponen metafora yang hilang
-
3) . Topik dan citra merupakan hal yang abstrak atau kejadian
Prosedur penerjemahan yang paling banyak digunakan adalah pelesapan. Prosedur penerjemahan metafora yang paling sedikit digunakan adalah 1). metafora diterjemahkan menjadi simile disertai makna dan 2). penerjemahan literal disertai makna.
Daftar Pustaka
Dagut, M. 1976. Can metaphor be translated? Babel: International
Journal of Translation, 22(1), 21-23.
Larson, Mildred L. 1998. Meaning-Based Translation: a Guide to CrossLanguage Equivalence. Lanham and London: University Press of America.
Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. Oxford: Pergamon.
Pragglejaz Group. 2007. MIP: A Method for Identifying Metaphorically Used Words in Discourse : Metaphor and Symbol, 22(1), 1–39. Lawrence
Erlbaum Associates, Inc.
Shinmura, Izuru. 2014. Koujien, Edisi Keenam .Tokyo: Iwanami Shoten.
Usui, Yoshito. 1992. Kureyon Shinchan Vol. 1. Tokyo: Futabasha.
Usui, Yoshito. 1993. Kureyon Shinchan
Vol. 2. Tokyo: Futabasha.
Usui, Yoshito. 1993. Kureyon Shinchan Vol. 3. Tokyo: Futabasha.
Usui, Yoshito. 1993. Kureyon Shinchan Vol. 5. Tokyo: Futabasha.
Usui, Yoshito. 1995. Kureyon Shinchan Vol. 12. Tokyo: Futabasha.
Usui, Yoshito. Vol. 1. Pacific. |
1999. Crayon Shinchan Jakarta: PT. Indorestu |
Usui, Yoshito. Vol. 2. Pacific. |
2000. Crayon Shinchan Jakarta: PT. Indorestu |
Usui, Yoshito. Vol. 3. Pacific. |
2000. Crayon Shinchan Jakarta: PT. Indorestu |
Usui, Yoshito. Vol. 5. Pacific. |
2000. Crayon Shinchan Jakarta: PT. Indorestu |
Usui, Yoshito. Vol. 12. Pacific. |
2001. Crayon Shinchan Jakarta: PT. Indorestu |
244
Discussion and feedback