ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 21.1 Nopember 2017: 230-236

Gaya Bahasa dan Makna Puisi Tomino no Jigoku dan Hashigo Karya Saizo Yaso

Putu Jiona Diah Karsani

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana [[email protected]]

Abstract

The research titled is “Language Style and Meaning of The Poem of Tomino no Jigoku and Hashigo by Saizo Yaso”. The purpose of this research is to determine the use of language style and meaning of this poem. Collected data then analyzed using descriptive analysis methods and techniques. The theories used are rhetoric theory by Seto Kenichi (2002) and Michael Riffaterre’s Semiotic(1978). Results of the analysis showed that the poem of Tomino no Jigoku has 5 kinds of rhetoric that are hyperbole, rhetorical questions, repetition, climax, and allusions. The theme of this poem is suffering. Then in poem of Hashigo there are7 kinds of rhetoric such as personification, synesthesia, oksimiron, implications, repetition, inversion, and allegory. The theme of the poem of Hashigo is death. The use of rhetoric and semiotics in this poem are to show the meaning of the poem so we can find the true meaning of analyzed poetry. Moreover the use of rhetoric also functioned to beautify the poem.

Key words: poem, language style, rhetorical, meaning

  • 1.    Latar Belakang

Pada penelitian ini objek kajian yang dipergunakan adalah dua buah puisi Jepang berjudul Tomino no Jigoku dan Hashigo yang diterbitkan dalam buku kumpulan puisi pertama karya Saizo Yaso yang berjudul Shakin pada tahun 1919. Adapun latar belakang dipilihnya dua buah puisi ini adalah karena pada kedua buah puisi terdapat banyak penggunaan gaya bahasa yang perlu untuk dipahami.

Tujuan penulis melakukan analisis pada kedua objek kajian adalah agar dapat mengetahui jenis-jenis gaya

bahasa yang dipergunakaan oleh Saizo Yaso dalam puisi Tomino no Jigoku dan Hashigo. Adapun tujuan lain dilakukannya analisis terhadap objek kajian adalah agar dapat mengetahui makna dari kedua buah puisi yang dianalisis.

Digunakannya puisi sebagai objek kajian adalah karena sulitnya memahami makna dari sebuah puisi yang disebabkan oleh adanya kebebasan dalam penggunaan bahasa pada karya sastra. Kebebasan tersebut menyebabkan butuhnya pemahaman mengenai cara menganalisis

penggunaan bahasa ataupun makna pada sebuah puisi. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menganalisis puisi adalah dengan melakukan analisis menggunakan teori retorika dan semiotika. Pada penelitian ini digunakan teori retorika oleh Seto Kenichi (2002) serta teori semiotika oleh Michael Riffaterre (1978).

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dibahas pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimanakah penggunaan gaya bahasa pada puisi Tomino no Jigoku dan Hashigo karya Saizo Yaso?

  • 2.    Bagaimanakah makna dari puisi Tomino no Jigoku dan Hashigo karya Saizo Yaso?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Adapun penelitian mengenai gaya bahasa dan makna pada puisi Tomino no Jigoku dan Hashigo karya Saizo Yaso ini secara umum diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami adanya penggunaan gaya bahasa dan makna pada puisi Tomino no Jigoku dan Hashigo. Selain itu, tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memahami

ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 21.1 Nopember 2017: 230-236 lebih dalam mengenai jenis-jenis gaya bahasa pada puisi serta agar dapat mengungkapkan makna dari puisi Tomino no Jigoku dan puisi Hashigo. 4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah metode studi kepustakaan dengan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Dalam menganalisis data digunakan metode deskriptif analisis (Ratna, 2009:53). Setelah data dianalisis selanjutnya penyajian analisis data dilakukan dengan metode informal (Ratna, 2009:50). Adapun teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu teori retorika oleh Seto Kenichi (2002) dan teori semiotika oleh Michael Riffaterre (1978). Teori retorika oleh Seto digunakan     untuk     menganalisis

penggunaan gaya bahasa pada puisi Tomino no Jigoku dan Hashigo. Kemudian teori semiotika oleh Riffaterre       digunakan      untuk

menganalisis makna pada kedua objek kajian.

  • 5 . Hasil dan Pembahasan

Terdapat dua hasil dari penelitian mengenai puisi kali ini yaitu, jenis-jenis gaya bahasa yang dipergunakan oleh Saizo Yaso dalam puisinya yang berjudul Tomino no Jigoku dan

Hashigo serta ditemukannya makna dari puisi yang telah dianalisis. Berikut merupakan hasil pembahasan dari kedua buah puisi:

  • 5.1    Gaya Bahasa pada Puisi Tomino no Jigoku

Dalam puisi Tomino no Jigoku ditemukan adanya lima jenis gaya bahasa yang dipergunakan oleh Saizo. Kelima gaya bahasa tersebut yaitu, hiperbola, repetisi, pertanyaan retorikal, klimaks, dan alusi. Berikut merupakan dua contoh data yang ditemukan pada puisi Tomino no Jigoku:

Data (1) 姉は血を吐く、いもとは 火吐く、 可愛いトミノは宝玉を吐 く。

Ane wa chi wo haku, imoto wa hi haku,

Kawaii Tomino wa tama wo haku.

Kakak perempuan muntah darah, adik perempuan muntah api Tomino yang lucu muntah permata.

Pada data (1) ditemukan penggunaan gaya bahasa hiperbola dan repetisi. Gaya bahasa hiperbola merupakan gaya bahasa yang berfungsi untuk melebih-lebihkan sesuatu yang terjadi. Gaya bahasa hiperbola dapat terlihat pada kalimat /hi haku/

‘memuntahkan api’ dan /tama wo haku/ ‘memuntahkan permata’. Hal ini dikarenakan memuntahkan api dan permata bukanlah hal yang sungguh dapat terjadi di kehidupan nyata. Penggunaan kalimat tersebut berfungsi untuk melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya terjadi. Sedangkan gaya bahasa repetisi ditandai dengan adanya pengulangan pada kata /haku/ ‘muntah’ yang diulang sebanyak tiga kali. Gaya bahasa repetisi yang dimaksudkan adalah gaya bahasa repetisi jenis majas efistrofa (pengulangan kata pada akhir dari setiap kalimat).

Data (2) 鞭で叩くはトミノの姉か、 鞭の朱総が気にかかる。 Muchi de tataku wa Tomino no ane ka,

Muchi no shubusa ga ki ni kakaru.

Yang dipukul dengan cambuk apakah kakak perempuan Tomino?

Bekas cambukan sangat menyentuh hati.

Data (2) merupakan gaya bahasa pertanyaan retorikal yang ditandai dengan adanya kalimat tanya. Pada kalimat //Muchi de tataku wa Tomino no ane ka// ‘yang dipukul dengan cambuk apakah kakak perempuan Tomino?’ tepatnya pada kata tanya /ka/ ‘apakah’ merupakan jenis retorika

pertanyaan retorikal. Dalam sebuah puisi kalimat tanya yang digunakan penyair mengarah kepada pemberian perasaan ataupun penegasan terhadap kalimat yang disampaikan.

  • 5.2    Gaya Bahasa pada Puisi Hashigo

Dalam puisi Hashigo ditemukan adanya tujuh jenis gaya bahasa yang dipergunakan oleh Saizo. Ketujuh jeni gaya bahasa tersebut yaitu, personifikasi, sinestesia, oksimiron, implikasi, repetisi, alegori, dan inversi. Berikut merupakan dua buah contoh data yang terdapat pada puisi Hashigo:

Data (3) (ひる)は寂し 昨日(きのふ)も今日(けふ)

Hiru wa sabishi

Kinofu mo kefu mo

Siang yang kesepian

Juga kemarin, juga hari ini

Pada data (3) ditemukan penggunaan gaya bahasa personifikasi yaitu gaya bahasa yang memperlakukan benda mati seperti layaknya manusia (Seto, 2002:200). Pada data (3) terdapat kata /sabishi/ yang merupakan sebuah ungkapan perasaan kesepian namun pada puisi Hashigo justru digunakan untuk     menggambarkan     situasi

lingkungan yang sepi. Pada puisi Hashigo seolah digambarkan mengenai lingkungan yang dapat merasakan

perasaan kesepian yang berarti mengganggap bahwa lingkungan memiliki perasaan layaknya manusia.

Data (4) 下りて来い 倚()つてゐ

るのに

光 ・

遠い響を残して ・ 幻(まぼろし)の獣(けだもの) どもは、何処(どこ)へ行く ぞ。

Orite koi yotsuteirunoni

Iro

Hikari

Tooi hibiki wo nokoshite

Maboroshi no kedamono domo wa, doko e ikuzo.

Walaupun begitu datanglah

kemari

Warna

Cahaya

Meninggalkan gema yang jauh Binatang yang tak nyata, pergi kemana?

Pada data (4) terdapat penggunaan gaya bahasa sinestesia. Gaya bahasa sinestesia merupakan gaya bahasa yang memanfaatkan adanya penggunaan salah satu panca indera. Pada data (4) terdapat kata /iro/ ‘warna’ dan /hikari/ ‘cahaya’ yang memanfaatkan adanya penggunaan indera pengelihatan. Hal ini dikarenakan warna dan cahaya merupakan sesuatu yang dapat

tertangkap oleh mata. Terdapat pula gaya bahasa sinestesia pada kata /hibiki/ ‘gema’ yang merupakan dentuman suara yang dapat didengar oleh telinga. Oleh sebab itu /hibiki/ ‘gema’ merupakan gaya bahasa sinestesia yang memanfaatkan adanya indera pendengaran.

  • 5.3    Makna Puisi Tomino no Jigoku Karya Saizo Yaso

Untuk mengetahui makna puisi Tomino no Jigoku karya Saizo Yaso digunakan teori semiotika oleh Michael Riffaterre. Dari empat hal yang dikemukakan, pada penelitian ini hanya akan digunakan pembacaan heuristik dan hermeneutik serta matrix, model, dan varian.

  • 5.3.1    Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik

Pembacaan heuristik merupakan pembacaan yang berdasarkan pada struktur bahasa sedangkan pembacaan hermeneutik merupakan pembacaan yang menitikberatkan pada konvensi sastra yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

Pembacaan heuristik pada puisi Tomino no Jigoku mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Tomino yang melalui penderitaan. Tomino dikisahkan sedang dalam perjalanan

menuju neraka. Perjalanannyapun dikisahkan penuh dengan penderitaan.

Adapun pembacaan hermeneutik puisi Tomino no Jigoku adalah menggambarkan penderitaan seorang anak laki-laki yang harus ikut serta dalam peperangan. Pada puisi tersebut juga banyak digambarkan tentang keadaan yang terjadi pada saat anak laki-laki tersebut sedang dalam penjalannya menuju ke medan perang.

  • 5.3.2    Matrix, model, dan varian

Matrix dalam puisi Tomino no Jigoku adalah kehidupan neraka Tomino. Adupun matrix ini kemudian ditransformasikan menjadi model jigoku (neraka). Model tersebut digambarkan menjadi varian-varian yang terdapat pada bait pertama sampai keenam puisi Tomino no Jigoku. Berdasarkan matrix, model, dan varian-varian tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa tema dari puisi Tomino no Jigoku karya Saizo Yaso adalah penderitaan.

  • 5.4    Makna Puisi Hashigo Karya Saizo

    Yaso

Untuk mengetahui makna puisi Hashigo karya Saizo Yaso digunakan teori semiotika oleh Michael Riffaterre. Dari empat hal yang dikemukakan, pada penelitian ini hanya akan digunakan

pembacaan heuristik dan hermeneutik serta matrix, model, dan varian.

  • 5.4.1    Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik

Pembacaan heuristik merupakan pembacaan yang berdasarkan pada struktur bahasa sedangkan pembacaan hermeneutik merupakan pembacaan yang menitikberatkan pada konvensi sastra yang terkandung dalam sebuah karya sastra (Riffaterre, 1978).

Pembacaan heuristik pada puisi Hashigo mengisahkan tentang sebuah tangga emas yang terdapat di dalam hutan yang dipenuhi tumbuhan zaitun. Kehidupan di hutan tersebut tidaklah dalam kondisi baik. Beberapa hewan digambarkan sedang terluka dan suasana hutanpun digambarkan dengan penuh kesedihan.

Adapun pembacaan hermeneutik puisi Hashigo adalah menggambarkan kilauan cahaya matahari yang terlihat seperti sebuah tangga emas yang dianggap sebagai jalan menuju ke tempat setelah kematian. Banyak digambarkan mengenai suasana kesedihan serta orang-orang yang sedang menunggu waktu kematiannya.

  • 5.4.2    Matrix, model, dan varian

Matrix dalam puisi Hashigo adalah jalan kematian. Adupun matrix ini

kemudian ditransformasikan menjadi model ‘dan’ (tangga). Model tersebut digambarkan menjadi varian-varian yang terdapat pada bait 1, 2, 3, dan 6 pada puisi Hashigo. Berdasarkan matrix, model, dan varian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tema dari puisi Hashigo adalah kematian.

  • 6    Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terdapat hal-hal yang dapat disimpulkan yaitu jenis-jenis retorika yang terdapat pada kedua buah puisi beserta dengan makna dari masing-masing puisi yang dianalisis. Jenis-jenis retorika yang terdapat pada puisi Tomino no Jigoku terdiri atas lima jenis retorika yaitu, hiperbola, pertanyaan retorikal, repetisi, klimaks, dan alusi. Kemudian retorika pada puisi Hashigo berjumlah tujuh jenis yaitu, personifikasi, sinestesia, oksimiron, implikasi, repetisi, inversi, dan alegori. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan analisis makna pada kedua buah puisi adalah bahwa kedua buah puisi yang telah dianalisis merupakan puisi yang menggambarkan mengenai kesedihan. Pada puisi Tomino no Jigoku dikisahkan mengenai kesedihan seseorang yang ikut berperang sedangkan, pada puisi Hashigo

diceritakan mengenai seseorang yang menunggu waktu ajalnya tiba. Berdasarkan analisis matrix, model, dan varian-variannya tema dari puisi Tomino no Jigoku adalah penderitan sedangkan, tema dari puisi Hashigo adalah kematian.

  • 7    Daftar Pustaka

Kenichi, Seto. 2002. Nihongo no Retorikku.   Japan:   Paperback

Shinsho.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:   Pustaka

Pelajar.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Indiana University Press.

236