ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 17.3 Desember 2016: 188 - 193

Geguritan Darma Kusuma: Pendekatan Sosial Sastra

Ni Made Adelina Dewi1*, I Ketut Ngurah Sulibra2, I Nyoman Duana Sutika3

123Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

1[[email protected]] 2[[email protected]]

3[[email protected]]

*

Corresponding Author

Abstract

This study discusses the text Geguritan Darma Kusuma, the social analysis of literature. This study uses the theory of Structural and Social Literature. This analysis aims to reveal the structure of the building works of the literary and social aspects contained in the geguritan.

The methods and techniques used in this study were divided into three stages namely, (1) methods and techniques providing data used methods see and interview method assisted with recording technique and note (2) methods and techniques of data analysis using qualitative methods, techniques descriptive-analytic , (3) presentation of the methods and techniques used informal methods of data analaisis assisted with indukif-deductive techniques.

The results obtained from this study is unfolding narrative structure comprising: an incident, plot, character and characterization, setting, theme and mandate. Besides this research reveals the social aspects consisting of: religious aspects, covering the aspects of philosophy (Tatwa) contained the teachings of Tri Hita Karana, and ethics to discuss the teachings of Tri Kaya Parisudha, aspects of loyalty there is teaching of Panca Satya, aspects of knowledge (education) by sage Utangka about the teaching of literature, and reminiscent of the teachings of Tri Kaya Parisudha, aspects of leadership which is owned by Darma Kusuma and Arjuna, and aspects of the magical herein is intended to achieve a good purpose, when a voice (word) from the sky that guides the Pandavas not commit self-immolation.

Keywords: geguritan, structure and social literature.

  • 1.    Latar Belakang

Geguritan ini merupakan salah satu bentuk karya sastra tradisional yang perlu dipelajari, bahkan dilestarikan keberadaannya. Dalam setiap geguritan terkandung nilai-nilai maupun pesan pangawi yang begitu kuat sehingga, dapat dijadikan cermin dalam menjalani suatu kehidupan. Geguritan memiliki sistem konvensi sastra yang cukup ketat, karena dibentuk oleh satuan pupuh atau pupuh-pupuh dan pupuh tersebut diikat oleh beberapa syarat. Adanya syarat-syarat pupuh yang biasa disebut pada lingsa, yaitu banyaknya baris dalam tiap tiap bait (pada), banyaknya suku kata di tiap-tiap baris (carik), dan bunyi akhir di tiap-tiap baris menyebabkan pupuh tersebut harus dilagukan

(Agastia, 1980:17). Tidak seluruh pupuh populer dalam masyarakat. Ada sepuluh buah pupuh yang terkenal di Bali, yaitu sinom, pangkur, ginada, ginanti, kumambang, durma, mijil, pucung, semarandana, dan dangdang gula (Agastia, 1980:18).

Karya sastra tradisional khususnya geguritan masih hidup dan berkembang dalam masyarakat Bali sehingga masih diminati oleh masyarakat pecinta sastra pada umumnya sampai saat ini. Geguritan masih dinyanyikan dan dibaca oleh masyarakat pada kesempatan-kesempatan tertentu. Mulai dari anak-anak sekolah hingga remaja bahkan orang tua mengenal geguritan dan mempelajarinya dengan cara mengadakan pasantian ataupun membentuk sebuah perkumpulan yang bernama Utsawa Dharma Gita. Terlebih lagi, geguritan semakin dikenal dengan adanya tayangan siaran di televisi maupun radio.

Pada kesempatan ini, penulis menggunakan naskah Geguritan Darma Kusuma yang selanjutnya akan disingkat GDK. GDK tercipta melalui tangan seorang pengawi yang bernama Bapak I Nyoman Tangkas dari Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Di samping itu, GDK ini sudah pernah dikaji oleh Pujangga dengan judul Geguritan Darma Kusuma: Analisis Amanat.

Salah satu yang menjadi keunikan dari GDK ini adalah dari segi aspek-aspek sosial yang masih relevan dengan kehidupan menjadikan karya ini menarik untuk diteliti. Aspek-aspek sosial yang dilukiskan tersebut tidak jauh dengan realita yang ada didalam masyarakat. Cerminan nilai-nilai sosial, seperti aspek agama, aspek kesetiaan, dan aspek pendidikan. Di samping itu dalam GDK terlihat adanya ajaran Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisuda yang yang dilukiskan oleh Pandawa, masih melekat dalam nilai budaya masyarakat Bali yang masih digunakan sebagai tuntunan dalam berperilaku, berbuat, berfikir, dan berkata yang baik. GDK jika dihubungkan dengan realita masyarakat, bahwa masih ada anak-anak sekarang kurang menanamkan ajaran Tri Kaya Parisuda yaitu berpikir, berkata, dan berbuat yang baik, sehingga anak-anak sekarang cenderung berkata tidak sopan dan tidak tahu aturan bertutur kata, dan berani melakukan perbuatan yang kriminal. Selain itu, sebagai tokoh masyarakat agar mampu mengayomi rakyatnya, memberikan pencerahan terhadap setiap masalah yang dialami oleh rakyatnya sehingga mampu menciptakan masyarakat yang sejahtera.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun masalah yang dirumuskan ke dalam sebuah pertanyaan, aspek-aspek sosial apasajakah yang terkandung dalam Geguritan Darma Kusuma?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memiliki suatu tujuan jelas yang mendasari dilaksanakannya penelitian ini, sehingga penelitian tersebut lebih terarah dan memiliki target yang ingin dicapai.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk ikut serta membina, melestarikan dan mengembangkan karya sastra tradisional sebagai warisan budaya bangsa dalam upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional. Penelitian ini juga bertujuan untuk lebih mempublikasikan Geguritan Darma Kusuma kepada masyarakat agar potensi yang terdapat di dalamnya dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Adapun tujuan khusus antara lain : pertama, memahami dan mengetahui secara lebih mendalam struktur yang membangun Geguritan Darma Kusuma, yaitu struktur naratif. Kedua mendeskripsikan aspek sosial yang terdapat dalam Geguritan Darma Kusuma.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos, dalam bahasa latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sedangkan hodos berarti jalan atau arah. Metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2004: 34). Teknik berasal dari bahasa Yunani, yaitu teknikos yang berarti alat atau seni menggunakan alat. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini terbagi atas tiga tahapan, yaitu :

  • (1)    Tahap penyediaan data digunakan metode membaca. Penelitian ini menggunakan metode simak dan wawancara. Metode simak adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang, menyimak dan memahami isi,

terhadap naskah yang akan dianalisis. Metode wawancara digunakan untuk mewawancarai pengarang maupun informan-informan sehingga mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik yang digunakan adalah mencatat dan merekam sebagai teknik lanjutan yang bertujuan untuk menghindari keterlupaan data disaat membaca, hal ini akibat keterbatasan kemampuan ingatan. Teknik lain yang digunakan adalah teknik terjemahan yang dilakukan dengan mengalihbahasakan teks GDK yang berbahasa Bali ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan yang digunakan adalah terjemahan harafiah murni dan terjemahan idiomatis. Terjemahan harafiah adalah terjemahan secara leksikal murni. Terjemahan idiomatis adalah terjemahan yang menggunakan bahasa sasaran yang wajar (Larson, 1989: 17).

  • (2)    Tahap analisis data menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan (Ratna, 2009: 47). Teknik yang digunakan yakni teknik deskriptif analitik. Secara etimologi deskriptif dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2009: 53).

  • (3)    Tahap penyajian hasil analaisis data digunakan metode informal. metode deskriptif informal, yaitu dengan memaparkan hasil penelitian dengan tanda-tanda dan kata-kata yang tepat. Penerapan pada metode informal ini tentunya dibantu dengan pola berfikir deduktif dan induktif. Pola berfikir deduktif adalah pola berpikir yang berangkat dari fakta-fakta umum, kemudian fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa umum tersebut digeneralisasi dalam bentuk yang khusus. Pola berfikir induktif adalah pola berpikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus tersebut digeneralisasi sehingga mempunyai sifat yang umum (Hadi, 1977:47).

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Analisis sosiologi dalam penelitian ini adalah analisis aspek sosial dan melihat kaitannya dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Aspek-aspek sosial yang terkandung dalam GDK adalah aspek Agama, aspek pengetahuan (pendidikan), aspek kepemimpinan, dan aspek magis. Dalam GDK aspek Agama dimasukkan ke dalam tiga kerangka dasar yaitu filsafat (tatwa), etika (susila), dan upacara (ritual). Bagian dari tiga kerangka dasar Agama Hindu ini dalam GDK hanya meliputi dua bagian saja yaitu filsafat dan etika.

  • (1)    Filsafat berarti ‘cinta pada kebijaksanaan’, dengan pertimbangan yang sehat akan mencapai kebenaran (Poerdjawijatna, 1980:2). Aspek filsafat menerapkan Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagiaan. Pembagian ajaran Tri Hita Karana meliputi: (1) Parhayangan (hubungan manusia dengan Tuhan), (2) Pawongan (hubungan manusia dengan manusia), dan (3) Palemahan (hubungan manusia dengan alam lingkungan). Ketiga ajaran Tri Hita Karana ini merupakan filsafat yang harus berjalan dengan baik agar dapat terciptanya kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Dalam GDK pengarang menghadirkan aspek filsafat (tatwa) yang termasuk ke dalam ajaran Tri Hita Karana. Dengan ajaran tersebut kita dituntun agar dalam kehidupan dapat menerapkan ajaran-ajaran tersebut supaya dapat tercipta suatu keadaan atau hubungan yang harmonis dan damai.

  • (2)    Etika pada dasarnya merupakan segala gerak dan tingkah laku manusia dalam interaksi sosial yang disesuaikan dengan norma tingkah laku dan kesopanan yang ada di dalam masyarakat. Aspek etika menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha yang artinya tiga perilaku manusia yang harus disucikan. Bagian-bagian Tri Kaya Parisudha yaitu manacika (berfikir yang baik) , wacika (berkata yang baik), dan kayika (berbuat yang baik). Konsep inilah yang mendasari manusia dalam kehidupan. Selain itu, dalam GDK juga terdapat ajaran yang bertolak belakang dengan Tri Kaya Parisudha yaitu ajaran Tri Mala (tiga perbuatan yang tidak baik). Adanya dua ajaran yang berbeda ini adalah sebagai pembanding, dan diharapkan masyarakat lebih bijak dalam memilih ajaran mana yang nantinya akan dipilih untuk menjadi tuntunan dalam bertingkah laku.

Kesetiaan berasal dari kata (satya) yang berarti kebenaran atau kejujuran. Satya memegang peranan yang sangat penting di dalam ajaran sastra tentang kerohanian,

kebahagiaan (akhirat, surga) serta penjelmaan yang baik dan kelepasan atau moksa (Bajrayasa dalam Paramitha, 2008:21). Dalam GDK aspek kesetiaan termasuk dalam ajaran Panca Satya yaitu satya hredaya yakni setia pada pikiran sendiri, satya wacana yakni setia pada ucapan, satya semaya yakni setia pada janji, satya mitra yakni setia pada teman, dan satya laksana yakni setia pada perbuatan. Aspek Pengetahuan (pendidikan). Pendidikan disini adalah adanya ajaran-ajaran tentang sastra dan petuah-petuah agar selalu menjalankan ajaran dharma dan menerapkan ajaran Tri Kaya Parisuda..

Aspek Kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Pemimpin yang terdapat dalam GDK adalah pemimpin yang bijaksana, berjiwa ksatria yang tangguh menghadapi rintangan demi melindungi rakyat dan negerinya, serta menjadi panutan kepada masyarakatnya. Aspek Magis, magis merupakan suatu cara atau teknik yang digunakan oleh manusia disekitarnya itu untuk menuruti kehendak dan tujuannya. Tumbuh-tumbuhan, benda pustaka serta jimat dianggap mengandung kesaktian, di samping itu ada kata-kata yang diucapkan dalam sumpah, diucapkan kalau orang mengutuk dianggap memiliki kekuatan gaib Koentjaraningrat (1977:276). Magis disini adalah menerapkan ilmu putih yaitu ilmu yang digunakan untuk mencapai tujuan yang baik. Dalam GDK ilmu putih tersebut berupa sabda (suara) gaib dari atas langit yang memberikan jalan kebenaran untuk Darma Kusuma.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dari segi aspek-aspek sosial, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : aspek sosiologi dalam GDK meliputi : aspek agama (filsafat dan etika), aspek kesetiaan, aspek pengetahuan (pendidikan), aspek kepemimpinan, dan aspek magis. Aspek agama dalam GDK tentang ajaran agama Hindu. Agama memiliki tiga kerangka dasar yaitu filsafat (tatwa), etika, dan upacara. Dalam GDK hanya meliputi dua aspek saja, yaitu aspek silsafat dan etika. Aspek kesetiaan meliputi ajaran Panca Satya yang meliputi : satya hredaya (setia pada pikiran sendiri), satya wecana (setia pada ucapan), satya semaya (setia pada janji), satya mitra

(setia pada teman), dan satya laksana (setia pada perbuatan). Aspek pengetahuan (pendidikan) dalam GDK yaitu pengetahuan yang bersifat informal. Pengetahuan tersebut antara lain pengetahuan mengenai sastra dan ajaran Tri kaya parisudha. Aspek kepemimpinan dalam GDK yaitu kebijaksanaan seorang pemimpin yang berjiwa ksatria yang tangguh menghadapi rintangan demi melindungi rakyat dan negerinya. Aspek magis dalam GDK adalah ilmu putih yang digunakan untuk mencapai tujuan yang baik.

  • 7.    Daftar Pustaka

Agastia, Ida Bagus Gede. 1980. “Geguritan Sebuah Bentuk Karya Sastra Bali.” (Makalah Untuk Sarasehan Sastra Daerah Pesta Kesenian Bali II di Denpasar)

Hadi, Sutrisno. 1977. Metodelogi Research (untuk penulisan paper, skripsi, tesis, dan disertasi). Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Koentjaraningrat.1977. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Aksara Baru

Larson, Milfred L. 1989. Penerjemah Berdasarkan Makna, Pedoman untuk Pemadanan Antar Bahasa. Jakarta: Arcan

Paramita, Ida Bagus Gede, 2008. (Skripsi)Geguritan Cokli Analisis Sosiologi Sastra”. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana

Poedjawijatna. 1980. Pembimbing ke Arah Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan.

Pujangga, Desak Made Anggun Sri. 2012 “Geguritan Darma Kusuma Analisis

Amanat”. Denpasar : (Skripsi Jurusan Satra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana).

Ratna, I Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, I Nyoman Kutha. 2009. Paradigma Sosiologi Sstra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tangkas, I Nyoman. 2003. “Gaguritan Darma Kusuma”. Singaraja: Toko Buku Indra Jaya.

200