Makna Lagu Himawari Karya Kawasaki Futoshi Dan Akimoto Yasushi
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 17.1 Oktober 2016: 249 - 256
Makna Lagu Himawari Karya Kawasaki Futoshi Dan Akimoto Yasushi
Putu Trisna Windasari1*, I Nyoman Rauh Artana2, Silvia Damayanti3 123Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1[jejekwinda0330@gmail.com] 2[rauhartana@gmail.com] 3[siruvia28@gmail.com] *Corresponding Author
Abstract
This research describes the meanings and message contained in the Himawari songs by Kawasaki Futoshi and Akimoto Yasushi. The data analyzed using descriptive analysis method. This research used the theory of semiotics by Riffaterre (1978) and the theory of moral by Nurgiyantoro (1995). Based on the analysis, the meaning of Himawari song by Kawasaki Futoshi are indicates the spirit to endure our life. Meanwhile, the meaning of Himawari song by Akimoto Yasushi are indicates the hopes that had grown in ourselves and the struggle to achieve a bright future. The messages contained in both Himawari lyrics are divided into two, namely: explicit and implicit.
Key words : lyrics, sunflower, semiotics Riffaterre
Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai, yaitu dengan munculnya kayo. Kayo lahir di Jepang dari kebudayaan bercocok tanam yang mana kegiatan bercocok tanam ini identik dengan musim, sehingga perubahan musim memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat Jepang. Karena itulah, dalam kesusastraan tradisional Jepang khususnya kayo, waka, dan haiku, sering memakai katakata yang berhubungan dengan musim untuk mengekspresikan keindahan musim, misalnya penggunaan bunga sakura dalam kesusastraan Jepang. Selain bunga sakura, terdapat juga jenis bunga lain yang sering digunakan sebagai judul, tema, dan simbol dalam sebuah karya sastra, yaitu bunga matahari atau dalam bahasa Jepang disebut dengan himawari.
Penelitian ini menggunakan dua syair lagu berjudul Himawari karya Kawasaki Futoshi dan Akimoto Yasushi. Dipilihnya kedua syair lagu tersebut sebagai sumber data dalam penelitian ini, karena kedua syair lagu tersebut memiliki persamaan penggunaan himawari dalam syairnya dan persamaan tema, yaitu tentang perjuangan dalam
menjalani kehidupan. Selain itu, kedua lagu ini dirilis dalam rentang waktu yang cukup jauh yakni delapan tahun. Jadi, dalam rentang waktu yang jauh tersebut apakah terdapat perbedaan makna dan penafsiran dari kata himawari yang terdapat pada kedua syair lagu tersebut merupakan sesuatu hal yang menarik untuk dikaji.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
1. Bagaimanakah makna lagu Himawari karya Kawasaki Futoshi dan Akimoto Yasushi?
-
2. Bagaimanakah amanat yang terdapat dalam dua syair lagu Himawari karya Kawasaki Futoshi dan Akimoto Yasushi?
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menambah perbendaharaan dalam bidang sastra Jepang terutama mengenai lagu, dan menambah pengetahuan mengenai studi sastra semiotika secara lebih mendalam. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang makna dan amanat yang terkandung dalam syair lagu Himawari karya Kawasaki Futoshi dan Akimoto Yasushi.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode kepustakaan. Pada tahap analisis data, metode dan teknik yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dan teknik alih bahasa, karena data yang dianalisis merupakan data berbahasa Jepang. Pada penyajian hasil analisis data, digunakan metode informal. Selain itu, teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori semiotik dari Riffaterre (1978) dan teori moral dari Nurgiyantoro (1995).
Lagu Himawari karya Kawasaki Futoshi dan Akimoto Yasushi yang didasarkan pada sesuatu yang nyata terjadi dalam kehidupan. Syair lagu ini menggambarkan
realitas kehidupan bahwa diperlukan usaha yang keras dan semangat juang yang tinggi untuk mampu mewujudkan harapan dan impian demi kehidupan yang lebih baik.
Untuk mengetahui makna yang terkandung pada syair lagu Himawari karya Kawasaki Futoshi ini maka dianalisis dengan menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Riffaterre dalam bukunya Semiotics of Poetry (1978). Dalam buku tersebut dikemukakan empat hal yang pokok untuk memproduksi makna puisi, yaitu: (1) ketidaklangsungan ekspresi, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik, (3) matrix atau kata kunci (keyword), dan hypogram (hipogram berkenaan dengan prinsip intertekstualitas) (Riffaterre, 1978:1-13). Berikut merupakan salah satu contoh bagian ketidaklangsungan ekspresi, yaitu penggantian arti yang disebabkan oleh penggunaan majas dalam syair lagu Himawari:
Data (1) Tokubetsu na mono nante nani mo naku te ii
Tada watashi rashiku aritai
Surikireta kotoba wo hi no hikari ni sukashi hogo rashiku utai tsuzuketai Jinsei wa hakanai yumei wo tabi suru koto ja nai sa
Mou wakaru shiawase nante
Kotoba mo wasurete hashirunda
Tak masalah jika tak ada satu pun hal yang istimewa dalam diri
Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri
Kata-kata yang menipis dengan bangga aku ingin melanjutkan dan menyanyikan di bawah cahaya matahari
Kehidupan bukanlah menjalani impian kosong
Meski telah memahami arti kebahagiaan
(Aku) pun melupakan kata-kata dan berlari
(Himawari, 2005)
Pada data (1) tersebut, terdapat penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat //Jinsei wa hakanai yumei wo tabi suru koto ja nai sa// (Kehidupan bukanlah menjalani impian kosong) yang mengiaskan jinsei (kehidupan) sama seperti tabi (perjalanan). Jinsei memiliki arti hito ga kono yo ni ikite no mokuteki (tujuan manusia hidup di dunia ini) (Tadao, 2012:1107). Sedangkan tabi memiliki arti jitaku wo dete, ichijita no chi ni iku koto (keluar dari tempat tinggal untuk pergi ke tanah atau tempat yang lain) (Shinmura, 1980:1392). Kehidupan dan perjalanan memiliki persamaan, yaitu terdapatnya tujuan yang ingin dicapai. Saat melakukan perjalanan pasti manusia
memiliki tempat yang ingin dituju. Ditengah perjalanan untuk mencapai tempat tujuan terkadang beberapa masalah datang menghadang, misalnya jalan yang tidak mulus, tersesat di tengah perjalanan, kondisi cuaca yang tidak baik, dan hal lainnya. Sama seperti saat melakukan perjalanan, dalam menjalani kehidupan manusia pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu menggapai impian. Dalam perjalanan menggapai impian terkadang halangan dan rintangan datang menerpa, entah itu halangan yang besar atau halangan yang kecil. Pada kalimat //Jinsei wa hakanai yumei wo tabi suru koto ja nai sa// (Kehidupan bukanlah menjalani impian kosong) terdapat bentuk negasi atau bentuk penyangkalan yang terdapat pada kata ja nai (bukan) yang digunakan untuk membantah atau menyangkal bahwa kehidupan bukanlah menjalani impian yang kosong. Jika manusia mau berusaha maka semua impian pasti akan terwujud bukan hanya menjadi impian kosong belaka. Tetaplah berusaha dan berjuang untuk mewujudkan impian, karena jika manusia berusaha dengan keras maka segala impian pasti akan mampu menjadi nyata.
Menurut Riffaterre terdapat empat hal yang pokok untuk memproduksi makna puisi (sajak), yaitu: (1) ketidaklangsungan ekspresi, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik, (3) matrix atau kata kunci (keyword), dan hypogram (hipogram berkenaan dengan prinsip intertekstualitas) (Riffaterre, 1978:1-13). Berikut merupakan salah satu contoh bagian ketidaklangsungan ekspresi, yaitu penggantian arti yang disebabkan oleh penggunaan majas dalam syair lagu Himawari:
Data (2) Gaadoreeru ni koshi wo kake narande ta
Yagate yuuhi ga kage wo tsukuru
Densen ga furue
Kasuka ni naite ita
Kiiroi kibou wa soredemo tatsu yo
Duduk berjajar di pagar jalan
Lalu matahari senja membuat bayangan
Kabel listrik bergoyang
Walau menangis samar-samar
Harapan berwarna kuning akan tetap berdiri
(Himawari, 2013)
Pada data (2) tersebut, terdapat penggunaan gaya bahasa personifikasi pada kalimat //Densen ga furue// (Kabel listrik bergoyang), //Kasuka ni naite ita// (Walau menangis samar-samar), dan //Kiiroi kibou wa soredemo tatsu yo// (Harapan berwarna kuning akan tetap berdiri). Kalimat-kalimat tersebut menggambarkan seolah-olah kabel listrik yang nyatanya hanya benda mati mampu untuk bergoyang dan bunga matahari mampu untuk menangis dan berdiri bertumpu pada kaki seperti selayaknya hal yang dilakukan oleh manusia. Kalimat //Densen ga furue// (Kabel listrik bergoyang) menandakan angin yang cukup keras berhembus, sehingga mampu membuat kabel listrik berayun-ayun. Lalu, subjek kalimat //Kasuka ni naite ita// (Walau menangis samar-samar) merujuk pada kalimat baris setelahnya, yaitu //Kiiroi kibou wa soredemo tatsu yo// (Harapan berwarna kuning akan tetap berdiri). Kiroi kibou (harapan berwarna kuning) digunakan untuk mengiaskan bunga matahari, karena bunga matahari berwarna kuning terang dan selalu mengikuti kemanapun arah matahari bergulir dalam keadaan apapun. Bunga matahari selalu berharap mendapatkan sinar matahari agar mampu tumbuh besar menjadi bunga yang cantik dan indah. Jadi, kutipan syair pada data (2) bermakna bahwa harapan adalah hal yang sangat dibutuhkan, karena dengan memiliki harapan maka individu akan mampu bertahan dan tetap berdiri tegak untuk mewujudkan impian. Jangan menyerah meraih harapan, karena keberadaan harapan akan menjadi bahan motivasi dalam menghadapi semua cobaan dalam mewujudkan segala impian. Jika individu mampu bertahan dalam segala keadaan yang sulit maka hasil yang manis dari proses yang panjang ini pasti akan mampu diraih.
Pada setiap karya sastra, salah satu contohnya pada syair lagu, penyair pasti menyisipkan amanat yang merupakan gagasan yang mendasari penyair menciptakan sebuah lagu. Bentuk penyampaian amanat dalam karya sastra, yaitu secara langsung (eksplisit) ataupun tidak langsung (implisit).
Salah satu contoh amanat eksplisit yang terdapat di dalam syair lagu Himawari dapat dicermati melalui pemaparan di bawah ini:
Data (3) Tsurai no wa hitori dake ja nai sa
Dare datte mo ga iteru (kara)
Konna ore demo mirai wo houki shita koto wa nai
Mawari michi ni ironna koto wo oshiwari nan toka tatteru
Yami wo tsureta mama de ii
Tonikaku ashita ni mukatte hashirou
Kepahitan bukan hanya ketika menjadi sendirian
Karena masih ada orang lain
Namun, orang sepertiku takkan menyerah untuk masa depan
Di jalan memutar itu telah mempelajari berbagai macam hal dan bisa tetap berdiri
Tak masalah jika membawa kegelapan
Setelah ini ayo berlari menghadapi hari esok
(Himawari, 2005)
Pada data (3) kalimat yang mengandung amanat eksplisit, yaitu //Konna ore demo mirai o houki shita koto wa nai// (Namun orang sepertiku takkan menyerah untuk masa depan) yang mengungkapkan bahwa penyair tidak pernah menyerah untuk meraih masa depan yang cerah. Kutipan syair pada data (3) tersebut berisikan amanat agar kita tidak menyerah untuk mewujudkan masa depan yang cerah. Dalam meraih impian dan masa depan yang cerah tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perlu proses dan perjuangan panjang yang melelahkan. Oleh sebab itu, hal yang terpenting bukanlah seberapa besar impian, tapi seberapa besar usaha kita untuk meraih impian tersebut. Dalam usaha tersebut adakalanya melakukan kesalahan atau mengecap kegagalan, tapi jadikan hal tersebut sebagai pelajaran hidup agar mampu melangkah meraih impian dan mewujudkan masa depan yang cerah
Amanat adalah unsur terpenting dalam karya sastra, karena melalui amanat penikmat sastra bisa mengetahui dan memahami hal apa yang ingin disampaikan oleh penyair melalui karyanya. Bentuk penyampaian amanat dalam karya sastra, yaitu secara langsung (eksplisit) ataupun tidak langsung (implisit).
Salah satu contoh amanat implisit yang terdapat di dalam syair lagu Himawari dapat dicermati melalui pemaparan di bawah ini:
(Data 4) Kaze ni yureru himawari wa taiyou ni mukai saite iru
Hateshinai ano aozora ni ryoutei nobashite irunda
Moshi mo ame ni utarete mo
Afureru namida mo nuguwazu
Kanashimi no sono mukou ni mirai shinjite iru yo
Bunga matahari tertiup angin menghadap matahari bermekaran Merentangkan kedua tangan kelangit biru yang tiada berbatas Meskipun diterpa derasnya hujan Tanpa menyeka air mata yang jatuh
Dibalik kesedihan itu yakinlah dengan masa depan
(Himawari, 2013)
Pada data (4) kalimat yang mengandung amanat implisit, yaitu //Kaze ni yureru himawari wa taiyou ni mukai saite iru// (Bunga matahari tertiup angin menghadap matahari bermekaran), //Hateshinai ano aozora ni ryoutei nobashite irunda// (Merentangkan kedua tangan kelangit biru yang tiada berbatas), //Moshi mo ame ni utarete mo// (Meskipun diterpa derasnya hujan), //Afureru namida mo nuguwazu// (Tanpa menyeka air mata yang jatuh), //Kanashimi no sono mukou ni mirai shinjite iru yo// (Dibalik kesedihan itu yakinlah dengan masa depan), digambarkan tentang bunga matahari yang tetap menghadap ke arah matahari meskipun tubuh mereka tertiup angin dan diterpa derasnya hujan. Karena mereka meyakini bahwa di balik kesedihan dan kesulitan yang dirasakan pasti akan mampu meraih masa depan yang diimpikan, yaitu tumbuh besar menjadi bunga yang kuat dan bermekaran dengan indah. Kutipan syair pada data (4) tersebut berisikan amanat agar kita terus berjuang meraih harapan dan impian walaupun berbagai rintangan dan kegagalan datang menghampiri. Saat berada dalam kegagalan, tetaplah bersemangat dan berjuang menghadapi kehidupan ini dan jadikan kegagalan sebagai ujian sekaligus media pembelajaran untuk menjadi sosok insan yang lebih baik. Percayalah di balik kesulitan dan kesedihan terdapat masa depan indah yang menanti.
Berdasarkan hasil analisis, makna lagu Himawari karya Kawasaki Futoshi menandakan semangat dalam menjalani kehidupan. Makna lagu Himawari karya Akimoto Yasushi menandakan adanya harapan yang telah tumbuh di dalam diri dan perjuangan dalam meraih masa depan yang bersinar. Amanat eksplisit yang terkandung dalam dua syair lagu Himawari tersebut, yaitu 1) introspeksi diri agar mampu melakukan hal yang lebih baik di kemudian hari, 2) janganlah menyerah untuk mewujudkan masa depan yang cerah, 3) pentingnya mengingat impian yang ingin dituju. 255
Selanjutnya, amanat implisit yang terkandung dalam dua syair lagu Himawari tersebut, yaitu 1) hidup hendaklah memiliki impian, 2) berusahalah meraih harapan, 3) pentingnya perjuangan dalam menjalani hidup, 4) jangan menyerah dalam mewujudkan harapan dan impian, 5) hidup tidak akan berubah dan impian tidak akan terwujud jika hanya berdiam diri saja, 6) jadilah diri sendiri, 7) manusia tidak bisa hidup sendiri, 8) berterimakasihlah saat menerima bantuan atau sesuatu dan katakan maaf bila melakukan kesalahan, 9) hiduplah dengan jujur, 10) hidup tanpa penyesalan, 11) percayalah bahwa kebahagiaan itu ada, 12) percayalah akan adanya harapan yang telah tumbuh di dalam diri, 13) percayalah di balik kesulitan dan kesedihan terdapat masa depan indah yang menanti, 14) tumbuhkanlah sikap mandiri, 15) saat diri merasa jatuh, ingatlah kembali hal apa saja yang telah dilakukan sebelumnya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington-London: Indiana University Press.
Shinmura, Izuru. 1980. Koujiten Dai Ni Han (Kamus Besar Bahasa Jepang). Tokyo: Iwanami Shoten
Tadao, Umesao. dkk. 2012. Nihongo Daijiten (The Great Japanese Dictionary). Tokyo: Kodansha.
256
Discussion and feedback