ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 16.3 September 2016: 201 - 208

Penggunaan Gyakusetsu No Setsuzokushi Dalam Novel Tobu Ga Gotoku Karya Ryoutarou Shiba

Ni Made Siska Nusantari1*, I Nyoman Rauh Artana2, Ni Putu Luhur Wedayanti3 123Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra Dan Budaya, Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]]

3

3[[email protected]]

Corresponding Author

Abstract

The research entitled “The usage of Gyakusetsu no Setsuzokushi in Tobu ga Gotoku Novel by Ryoutarou Shiba”. The theories used for analyzing are syntax theory by Verhaar (2012) and semantics theory by Pateda (2001). As the result, gyakusetsu no setsuzokushi daga is connected with noun and used when expresses that is contrasted with what is expressed in the previous sentence. Then, gyakusetsu no setsuzokushi shikashi is connected with the first clause and first sentence. This conjunction used when the sentence is oposite and used when disagree with other people opinion. Gyakusetsu no setsuzokushi ga is connected with first clause and first sentence. This conjunction is used when using to connect the oposite sentence, it’s using to sort event and used to describe expression. Setsuzokushi to wa ie connected with first clause and first sentence. This conjunction used to connected two oposite sentence, and used when to expect something. Then, gyakusetsu no setszokushi tadashi, mottomo and tokoroga is connected with first sentence. Setsuzokushi tadashi is used when expresses that is contrasted with previous sentence. Gyakusetsu no setsuzokushi mottomo used to add a comment indicating that what the people has just expressed is not sufficient. Then, tokoroga which is used to present what in fact the case when something else was expected.

Key words : gyakusetsu no setsuzokushi, structure, meaning

  • 1.    Latar Belakang

Setiap bahasa memiliki sistem gramatikal yang berbeda-beda dengan adanya kaidah-kaidah mengenai urutan kata, bentuk kata, fungsi kata, kalimat atau yang lainnya dalam bahasa tersebut. Di antara urutan gramatikal tersebut, terdapat jenis kata yang berperan penting dalam menyambung kalimat yaitu kata sambung. Dalam bahasa Jepang kata sambung disebut dengan setsuzokushi. Salah satu setsuzokushi dalam bahasa Jepang yang menyatakan hubungan berlawanan disebut dengan gyakusetsu no setsuzokushi. Gyakusetsu no setsuzokushi ini terdiri dari ga, demo, keredomo, shikashi,

daga, mottomo, tokoro ga dan to wa ie yang dijadikan bahan penelitian. Gyakusetsu no setsuzokushi atau kata sambung yang menyatakan hal yang berlawanan hampir memiliki padanan kata yang sama jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu samasama memiliki arti yang berlawanan yakni “tetapi”, “namun” dan “meskipun” (Sudjianto, 1996:103). Oleh karena itu, sulit menjelaskan yang menjadi perbedaan dalam penggunaan setsuzokushi ga, demo, keredomo, shikashi, daga, mottomo, tokoro ga dan to wa ie. Berdasarkan hal tersebut, topik mengenai penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi yang terdapat pada novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutaro Shiba perlu diangkat ke dalam sebuah penelitian.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Permasalahan yang selanjutnya akan dibahas dalam penelitian ini ialah struktur dan makna dari penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan makna dari penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode simak (Sudaryanto, 1993:133) kemudian dilanjutkan dengan teknik catat (Sudaryanto,1993:135). Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode agih (Sudaryanto, 1993:15) kemudian teknik yang digunakan adalah teknik bagi (Sudaryanto,1993:37). Setelah data-data terkumpul kemudian dianalisis dengan metode dan teknik informal (Sudaryanto,1993:145).

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

  • (1) . 今日は休みの日だが、県令 も出勤している。

Kyou wa yasumi no hi daga Kenrei mo Shukkinshiteiru

‘Hari ini adalah hari libur, tetapi hukum perfektural tetap diberlakukan .’

(TGG.V8: 59)

Pada data (1) gyakusetsu no setsuzokushi daga berkonstruksi dengan kata benda. Kemudian untuk makna setsuzokushi daga digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa yang berlawanan. Dilihat pada klausa pertama dikatakan bahwa hari ini libur, kemudian diikuti dengan klausa kedua bahwa peraturan perfektural tetap diberlakukan.

Selanjutnya gyakusetsu no setsuzokushi shikashi berkonstruksi dengan klausa kalimat pertama dan klausa pertama. Kemudian setsuzokushi shikashi digunakan ketika menghubungkan peristiwa yang berlawanan dan membantah pendapat dari pihak lain.

  • (2) 敗亡は西郷らの勝手である。しかし飫肥の士族 三百余      が

すでに前線 に ある 以上、義 としてこれ を傍観することはできない.

Haibouwa saigoura no katte dearu. Shikashi obi no shizoku sanbyakuyo ga sudeni zensen ni aru ijou, gi toshite kore wo Boukansuru kotowa dekinai.

‘Mati karena kalah adalah keegoisan saigou dan kawan-kawan. Tetapi tiga ratus lebih keturunan samurai obi selama sudah ada di garis depan, oleh karena itu tidak bisa mengabaikannya berdasarkan teori’.

(TGG. V6: 224)

Pada data (2) gyakusetsu no setsuzokushi shikashi berkonstruksi dengan kalimat pertama dan digunakan ketika membantah pendapat dari orang lain. Dilihat dari data di atas dikatakan bahwa kekalahan tersebut dikarenakan oleh keegoisan Saigou. Tetapi karena tiga ratus orang keluarga samurai di Obi sudah berada di garis depan, maka pihak pemerintah tidak bisa mengabaikan hal tersebut berdasarkan teori. Sehingga gyakusetsu no setsuzokushi shikashi pada data di atas digunakan untuk tidak menyetujui hal yang sudah terjadi atau tidak menyetujui pendapat dari pihak lain.

  • (3)    迫田隊 は 水山隊の猛々しい運動に 堪えかねて 逃げたが、   

かし二人の士官がふみとどまって、単身突撃してきた。

Sakotatai wa mizuyamatai no takedakeshii undou ni taekanete nigetaga, shikashi futari no shikan Ga fumito domatte, tanshin totsugekishitekita ‘ Walaupun Sakotatai bertahan dengan melarikan diri dari serangan beringas mizuyamatai, tetapi dua orang perwira menghentikan kakinya dan seseorang menyerangnya.’

(TGG. V9: 72)

Pada data (3) gyakusetsu no setsuzokushi shikashi berkonstruksi dengan klausa pertama dan digunakan untuk menghubungkan kalimat yang berlawanan, yaitu terlihat

pada kata nigetaga ‘walaupun sudah melarikan diri’ namun pada klausa selanjutnya dinyatakan sebaliknya yaitu fumito domatte, tanshin totsugekishitekita ‘menghentikan kakinya dan seseorang menyerangnya’. Hal tersebut dikatakan berlawanan karena meskipun sakotatai sudah melarikan diri dari serangan beringas mizuyamatai namun di tengah perjalanan seseorang telah menyerangnya. Maka, dapat dikatakan bahwa data (3) merupakan gyakusetsu no setsuzokushi shikashi yang digunakan untuk menghubungkan suatu hal yang berlawanan.

Selanjutnya gyakusetsu no setsuzokushi ga berkonstruksi dengan klausa pertama dan kalimat pertama. Setsuzokushi ini digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa berlawanan, menjajarkan dua peristiwa dan menyatakan ekspresi.

  • (4)    一方、政府軍の先鋒のうち球磨川ぞいの道を人吉にむかって進んでいた のは山地元治中佐のたいであった 、かれらは球磨川の 神瀬から 東方の山路へ入り、やがて人吉北方の照嶽付近に出た。

Ippou seifugun no senpou no uchi kumagawa zoi no michi wo hitoyoshi ni mukatte susundeita no wa yamaji motoharu chuusa no tai de atta ga, karera wa kumagawa no kanse kara touhou no yamaji e hairi yagate hito yoshihoppo no terutake fukin ni deta.

‘Barisan paling depan pasukan pemerintah yang menuju ke arah Hitoyoshi dengan berjalan menyusuri sungai kumagawa adalah pasukan yamaji motoharu tingkat letnal kolonel,tetapi mereka masuk melalui jalan gunung di kawasan timur dari kamise sungai kumagawa, dan akhirnya keluar di sekitar terutake arah utara hitoyoshi’.

(TGG.V9:316)

Pada data (4) dikatakan bahwa setsuzokushi ga berkonstruksi dengan klausa pertama dan digunakan ketika menjajarkan dua peristiwa. Dikatakan pada data di atas pasukan pemerintah yang menuju ke Hitoyoshi adalah pasukan yamaji motoharu. Selanjutnya pada klausa kedua dikatakan bahwa mereka masuk melalui jalan gunung di kawasan timur dari kamise sungai kumagawa dan akhirnya keluar di sekitar terutake. Hal tersebut tercermin bahwa gyakusetsu no setsuzokushi ga digunakan untuk menghubungkan atau menjajarkan dua peristiwa.

  • (5)    出銭してくれば、薩軍は猛然とこれ  を襲い、全滅させるのも容易

であった 、 鎮台がその手に乗らなかった以上、薩軍としてははじめ て作戦」 というものを樹てざるをえない。

Desenshite kureba, satsugun wa mouzen to Kore wo osoi, zenmetsusareru no mo youi de atta ga, chindai ga sono te ni Noranakatta ijyou, satsugun toshite wa hajimete sakusen toiumono wo kitezaru wo enai.

‘Seandainya berangkat ke medan perang, pasukan satsu akan menyerbu dengan ganas, dan mudah membubarkannya, tetapi karena Chindai tidak terjebak disana, pasukan Satsu pertama-tama harus mebuat ‘strategi’.

(TGG.V8:173)

Pada data (5) merupakan contoh data gyakusetsu no setsuzokushi ga yang menyatakan ekspresi. Klausa awal terdapat kata mouzen ‘ganas’ dan kata youi ‘mudah’, yang menyebabkan kalimat pada data (5) mengandung ekspresi. Ketika seandainya berangkat ke medan perang, pasukan dari satsu akan menyerbu dengan ganas dan akan mudah membubarkan pasukan ini.

  • (6) .というものであった。、政府 軍の宮崎への近接が予想以上に急であり すぎたため故郷の鹿児島とは別万角の北へむかわ ざるをえなかった。

To iu mono de atta. Ga, seifu gun no miyazaki he no kinsetsu ga yousou ijouni kyuudeari sugita tame furusato no kagoshimato wa betsumankaku no kita he mukawa zaruo enakatta.

‘Dapat dikatakan ada. Tetapi, saya harus menuju ke utara yang jaraknya sepuluh ribu persegi dari kampung halaman Kagoshima yang sementara ini selama adanya desakan yang berlebihan kepada Miyazaki dari tentara pemerintah’.

(TGG.V10:103)

Pada data (6), yang melekat pada gyakusetsu no setsuzokushi ga yaitu kalimat pertama. Pada akhiran kalimat pertama terdapat verba godan dooshi aru yang melekat terhadap gyakusetsu no setsuzokushi ga. Verba aru pada akhir kalimat pertama diubah ke dalam bentuk lampau {~ta} sehingga verba aru menjadi atta dan kemudian dilanjutkan dengan kalimat kedua yang berkaitan dengan kalimat pertama.

Selanjutnya gyakusetsu no setsuzokushi to wa ie berkonstruksi dengan klausa pertama dan kalimat pertama. Setsuzokushi ini digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa berlawanan dan ketika menghubungkan dua peristiwa yang berlawanan yang berisikan harapan terhadap suatu hal.

  • (7)    この点、山川浩三十を越えてほどもない若さで、 旧藩では同格であった とはいえ、菅兵衛を長老のようにしてうやまっていた。

Kono ten,yamakawahiroshi sanjyuu wo koete hodomo nai wakasa de, kyuuhan de wa doukaku de atta To wa ie, kanbee wo chourou no youni         shite

uyamatteita.

‘Yamakawahiroshi kira-kira umurnya tidak melebihi tigapuluh, muda, setara dengan kelompok militer yang lama meskipun demikian para prajurit diharapkan melakukan penghormatan kepada sesepuh’.

(TGG.V9: 114)

Pada data (7) gyakusetsu no setsuzokushi to wa ie berkonstruksi dengan klausa pertama. Kemudian setsuzokushi to wa ie digunakan ketika mengharapkan suatu hal. Pada data (7) dikatakan bahwa Yamakawahiroshi kira-kira berusia tidak lebih dari tiga puluh tahun, muda derajat pangkatnya setara dengan kelompok militer yang sudah senior namun meskipun demikian semua prajurit diharapkan tetap untu menjaga sopan santun atau tetap hormat terhadap senior atau kelompok militer yang lebih berpengalaman.

Gyakusetsu no setsuzokushi tadashi berkonstruksi dengan kalimat pertama. Setsuzokushi ini digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa yang berlawanan.

  • (8)    谷のそこは、水田であり、没丘をなす。ただし、坂を上る者 には両側 の水田が容易にみえない。

Tani no sokowa, suiden deari botsuoka wo nasu.Tadashi saka wo noborusha ni wa ryougawa no suiden ga youi mienai

‘Lembah itu, terdapat sawah,membentuk bukit. Namun, kedua belah sawah itu tidak mudah terlihat oleh para pendaki’.

(TGG. V8: 107)

Pada data (8) gyakusetsu no setsuzokushi tadashi berkonstruksi dengan kalimat pertama. Kemudian setsuzokushi ini digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa yang berlawanan. Dikatakan pada kalimat awal terdapat kata-kata suiden de ari, botsuoka wo nasuada sawah yang berbentuk bukit. Kemudian pada akhir kalimat dikatakan hal yang sebaliknya bahwa namun kedua belah sawah itu tidak mudah terlihat oleh para pendaki.

  • (9)    ただ、 西郷 に対しては、べつであった。もっとも その西郷に対してさ

え、ときにばからしく思うときもあったかとおもえる。

Tada saigou ni taishite wa, betsu deatta. Mottomo sono saigouni taishitesae, tokini bakarashiku omou tokimo attaka to omoeru.

‘Hanya terhadap saigou ada sesuatu yang berbeda. Tetapi terkadang kepada saigou merasa tampak bodoh’.

(TGG.V8:67)

Pada data (9) setsuzokushi mottomo berkonstruksi dengan kalimat pertama.

Kemudian data di atas dikatakan bahwa hanya terhadap saigou ada sesuatu hal yang berbeda. Kemudian diikuti dengan kalimat kedua dikatakan bahwa terkadang dengan saigou juga merasa seperti bodoh. Maka dari itu, setsuzokushi mottomo digunakan ketika menyatakan hubungan yang berlawanan yang berisikan tambahan komentar.

  • (10)    李鴻章としては当然、自分に会いにくるとおもっていた。ところが、大 久保は李鴻章に対し、沈黙したままであった。

Rikoushou toshitewa touzen jibun ni ai ni kuru to Omottteita. Tokoroga, ookubo wa rikoushou ni tashi chinmokushita mamadeatta.

‘Tentu saja menurut rikoushou ia ingin bertemu dengan dirinya. Namun, Ookubo tetap terdiam terhadap rikoushou’.

(TGG.V5: 78)

Pada data (10) setsuzokushi tokoroga berkonstruksi dengan kalimat pertama dan digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa yang berlawanan yang mengandung harapan. Dilihat pada data (10) Rikoushou mengatakan kepada Okubo bahwa ia sangat ingin bertemu dengannya, namun saudara Okubo hanya berdiam diri tidak menanggapi apa yang telah dikatakan oleh Rikoushou. Hal tersebut terlihat bahwa besar harapan dari Rikoushou agar Okubo juga ingin menemuinya.

  • 6.    Simpulan

Gyakusetsu no setsuzokushi daga setsuzokushi ini berkonstruksi dengan kata benda dan memiliki makna ketika menghubungkan kalimat yang berlawanan. Selanjutnya gyakusetsu no setsuzokushi shikashi berkonstruksi dengan klausa pertama dan kalimat pertama. Kemudian setsuzokushi shikashi digunakan ketika menghubungkan peristiwa yang berlawanan dan membantah pendapat dari pihak lain. Kemudian gyakusetsu no setsuzokushi ga berkonstruksi dengan klausa pertama dan kalimat pertama. Setsuzokushi ini digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa berlawanan, menjajarkan dua peristiwa dan menyatakan ekspresi. Gyakusetsu no setsuzokushi to wa ie berkonstruksi dengan klausa pertama dan kalimat pertama. Setsuzokushi ini digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa yang berlawanan dan

ketika menghubungkan dua peristiwa yang berlawanan yang berisikan harapan terhadap sesuatu hal. Kemudian setsuzokushi tadashi berkonstruksi dengan kalimat pertama dan digunakan ketika menghubungkan kalimat berlawanan. Setsuzokushi mottomo berkontruksi dengan kalimat pertama dan digunakan ketika menghubungkan dua peristiwa yang berlawanan yang berisikan tambahan komentar. Setsuzokushi tokoroga berkonstruksi dengan kalimat pertama dan digunakan ketika menghubungkan kalimat yang berlawanan yang mengandung harapan.

  • 7.    Daftar Pustaka

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta

Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudjianto.1996. Gramatikal Bahasa Jepang Modern Seri A. Jakarta: Kesaint Blanc.

Shiba, Ryoutarou.1980.Tobu ga Gotoku I-X. Jepang: Koudansha bunkou.

Verhaar,J.W.M.2012. Asas-asas Linguistik Umum.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

208