Makna Implikatur Akibat Pelanggaran Maksim Kerja Sama Dalam Komik Kimi Ni Todoke Karya Shiina Karuho (Kajian Pragmatik)
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 16.3 September 2016: 193 - 200
Makna Implikatur Akibat Pelanggaran Maksim Kerja Sama Dalam Komik Kimi Ni Todoke Karya Shiina Karuho (Kajian Pragmatik)
Ni Made Bulan Dwigitta Prativi1, Ni Luh Kade Yuliani Giri2,
3
Ni Made Andry Anita Dewi3
123 ∙ v
123Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]
Corresponding Author
Abstract
This research entitled “Implicature meaning which happened because of violates the maxims of conversation in the cooperative principle in Kimi Ni Todoke’s Manga by Shiina Karuho”.The theories used for analyzing are the cooperative principle theory by Grice and speech acts (illocutionary acts) theory by Searle. This research aims to find out the type of maxim of conversation which got violated in Kimi Ni Todoke by Shiina Karuho and also the implied meaning of it. Based on the analysis that has been done, there are 21 dialogues which violates maxim of conversation, there are 6 dialogues for maxim of quantity, 5 dialogues for maxim of quality, 6 dialogues for maxim of relation, 4 dialogues for maxim of manner and 4 dialogues for violates two maxims at the same time. There are also five types meaning of the implicatures based on illocutionary acts, such as assertives, directives, expressives, commisives and declarations.
Key words: implicature, cooperative principle, illocutionary acts.
Dalam berkomunikasi sosial, penting untuk bagi penutur dan lawan tutur saling memahami isi tuturannya. Berbicara secara langsung, apa adanya dan tanpa basa-basi merupakan beberapa factor yang dapat membuat tuturan menjadi tidak sopan. Untuk menghindari hal tersebut, penutur cenderung membungkus tuturannya dengan menggunakan implikatur percakapan. Implikatur percakapan merupakan makna tersirat atau ungkapan-ungkapan maksud hati yang tersembunyi. Implikatur percakapan yang terjadi biasanya melanggar prinsip maksim kerja sama (Grice, 1975:45-47).
Implikatur percakapan terjadi bukan hanya di dunia nyata, melainkan ke dalam karya sastra. Hal ini terdapat dalam komik Kimi Ni Todoke karya Shiina
Karuho. Komik Kimi Ni Todoke dipilih sebagai objek penelitian karena dalam komik tersebut terdapat tuturan yang menyebabkan terjadinya implikatur percakapan.
Masalah yang terdapat di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
1. Bagaimanakah bentuk pelanggaran maksim kerja sama yang menyebabkan terjadinya implikatur percakapan dalam komik Kimi ni Todoke karya Shiina Karuho?
-
2. Bagaimanakah makna yang timbul dalam implikatur percakapan yang terjadi dalam komik Kimi Ni Todoke karya Shiina Karuo?
-
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai terjadinya pelanggaran maksim kerja sama dalam suatu tuturan dapat menyebabkan timbulnya implikatur percakapan. Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu mengetahui implikatur percakapan (makna tersirat) dan bentuk pelanggaran maksim kerja sama yang terjadi dalam komik Kimi Ni Todoke karya Shiina Karuho.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat (Sudaryanto, 1988:39). Pada tahap analisis data, digunakan metode padan dengan pendekatan pragmatik serta analisis data dilakukan secara induktif. Sedangkan dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal (Sudaryanto, 1988:145). Teori yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah teori maksim kerja sama dari Grice (1975) dan teori tindak tutur ilokusi milik Searle (1969).
Pada bagian ini disajikan hasil analisis data mengenai bentuk pelanggaran maksim kerja sama dan makna implikatur percakapan yang terdapat dalam komik Kimi Ni Todoke karya Shiina Karuho.
Bentuk pelanggaran maksim kerja sama yang terjadi dalam komik Kimi Ni Todoke karya Shiina Karuho yaitu pelanggaran maksim kuantitas, kualitas, relevansi dan pelaksanaan. 1) Maksim kuantitas mengharuskan penutur memberikan kontribusi secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan lawan bicaranya. 2) Maksim kualitas mengharuskan penutur mengatakan hal yang sesuai dengan fakta berdasarkan bukti yang jelas. 3) Maksim Relevansi mengharuskan penutur memberikan kontribusi yang relevan dengan situasi percakapan dan tidak meleset dari topik yang dibicarakan. 4) Maksim pelaksanaan tidak menekankan tuturan tetapi cara mengatakan suatu hal yaitu penutur harus berbicara dengan jelas, tanpa ambigu, ringkas dan tertib dalam memberikan informasi (Grice, 1975:45-47). Berikut adalah data yang menunjukkan terjadinya pelanggaran maksim kerja sama:
(1) 佐和子
風早
佐和子 風早 佐和子
: 風早くんですか?黒沼です
: えっ黒…ええ!?龍の携た…だっ
なにやってんの?!
: 今、真田君の家で…
: 龍んち?!
: み…みんなで一緒で…すごくすごく楽しいから…
風早くんもいたらもっとすごく楽しくなるなあって…
「君に届け第三、2005:18-19」
Sawako : Kazehaya kun desuka? Kuronuma desu
Kazehaya : Ee kuro… ee!? Ryuu no keita.. daa
Nani yatten no?!
Sawako : Ima, Sanada kun no ie de…
Kazehaya : Ryuunchi?!
Sawako : Mi..minna de issho de… Sugoku sugoku tanoshii kara… …Kazehaya kun mo itara motto sugoku tanoshi ku naru na
atte…
[Kimi Ni Todoke Dai San, 2005:18-19]
Sawako : ‘I-ini Kazehaya ya? Aku Kuronuma’
Kazehaya : ‘Eh, Kuro… eeh!? Ke…kenapa pakai ponsel Ryuu!?
Kamu lagi ngapain sama dia?’
Sawako : ‘Sekarang aku lagi di rumah Ryuu’
Kazehaya : ‘Di rumah Ryuu?!’
Sawako : ‘Aku sangat senang karena bisa bersama semuanya… tapi kalau Kazehaya bisa datang kesini, pasti akan lebih menyenangkan’
[Kimi Ni Todoke: From Me To You Jilid 3, 2014:18-19]
Data (1) merupakan tuturan Sawako dengan Kazehaya yang terjadi di rumah Ryuu. Tuturan Sawako yaitu, Mi..minna de issho de… sugoku sugoku tanoshii kara… kazehaya kun mo itara motto sugoku tanoshi ku naru na atte… yang berarti ‘Aku sangat senang karena bisa bersama semuanya… tapi kalau Kazehaya bisa datang kesini, pasti akan lebih menyenangkan’, telah melanggar maksim kuantitas terhadap tuturan Kazehaya yaitu, ‘ee kuro… ee!? Ryuu no keita.. daa, nani yatten no?!’ yang memiliki arti ‘‘Eh, Kuro… eeh!? Ke…kenapa pakai ponsel Ryuu!? Kamu lagi ngapain sama dia?’. Tuturan Sawako dianggap melanggar maksim kuantitas karena ia bertutur tidak sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh Kazehaya. Tuturan Kazehaya bermaksud untuk menanyakan mengenai alasan Sawako yang tiba-tiba berada di rumah Ryuu, namun Sawako menjawabnya dengan pernyataan bahwa akan lebih menyenangkan apabila Kazehaya berada disana juga. Sawako seharusnya menjawab ‘Aku sedang berkumpul bersama yang lain disini’. Tuturan Sawako yang melanggar maksim kuantitas tersebut telah menimbulkan implikatur percakapan.
(2) 風早 : そ…そんな見んな!!
佐和子 : ごごごごめんなさい!!私会つい調子にのってしまっ て!! 3-以上目を合わせない気をつけるから!!
風早 : じゃなくてっ
「君に届け第一、2005:40」
Kazehaya : So…sonna minna!!
Sawako : Gogogogomennasai!! Watashi wa atsui choushi ni notte shimatte! 3 ijou me wo awasenai ki wo tsukeru kara!!
Kazehaya : Janakutee
[Kimi Ni Todoke Dai Ichi, 2005:40]
Kazehaya : ‘Jangan menatapku’
Sawako : ‘Maafkan aku. Tanpa sadar aku terbawa suasana. Lain kali aku akan lebih berhati-hati supaya tidak menatap matamu lebih dari 3 menit’
Kazehaya : ‘Bukan begitu’
[Kimi Ni Todoke: From Me To You Jilid 1, 2014:40]
Data (2) merupakan tuturan antara Sawako dan Kazehaya yang terjadi di halaman sekolah. Tuturan Sawako yaitu gogogogomennasai!! Watashi wa atsui choushi ni notte shimatte! 3 ijou me wo awasenai ki wo tsukeru kara!! yang berarti, ‘Maafkan aku. Tanpa sadar aku terbawa suasana. Lain kali aku akan lebih berhati-hati supaya tidak menatap matamu lebih dari 3 menit’, merupakan tuturan Sawako yang melanggar maksim kualitas terhadap tuturan Kazehaya yaitu, so…sonna minna!!, yang memiliki arti ‘Jangan menatapku!’. Tuturan Sawako dianggap melanggar maksim kualitas karena Sawako tidak memiliki bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa Kazehaya takut dengan rumor bahwa di matanya terdapat kekuatan magis yang dapat membuat seseorang sakit ataupun mengalami kesialan. Sawako sebaiknya menjawab tuturan Kazehaya dengan ‘Maafkan aku, tidak seharusnya aku menatapmu terlalu lama’. Tuturan Sawako yang melanggar prinsip kerja sama telah menimbulkan terjadinya implikatur percakapan.
Searle (1969) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima macam bentuk yang memiliki fungsi komunikatif, yakni asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. 1) Tindak tutur ilokusi asertif merupakan bentuk tuturan yang mengikat kebenaran proposisi yang diungkapkan oleh penutur. Makna implikatur percakapan sesuai dengan tindak tutur ilokusi asertif yang terdapat dalam penelitian ini yaitu membual dan berbohong. 2) Tindak tutur ilokusi direktif merupakan bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk memengaruhi mitra tutur melakukan suatu kegiatan, makna yang terdapat dalam implikatur percakapan yaitu meminta, melarang, memerintah, memohon, mengajak, menghentikan dan membujuk. 3) Tindak tutur ilokusi ekspresif merupakan bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan sikap psikologis penuturnya terhadap suatu keadaan, makna yang didapat dalam implikatur percakapan yaitu mengejek, mengecam, meminta maaf dan memuji. 4) Tindak tutur ilokusi komisif merupakan bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran dan makna implikatur percakapan yang terjadi yaitu berjanji. 5) Tindak tutur ilokusi deklarasi merupakan bentuk tuturan yang berfungsi untuk menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, makna implikatur yang terjadi sesuai dengan tindak tutur tersebut adalah menyela dan berpasrah. Berikut adalah data mengenai salah satu makna implikatur percakapan yang terjadi:
(3)
男性たち 千鶴 男性1 男性2 男性3 千鶴
: あっ矢野は~~?エロくね!?
: あたしのほうがエロいよ!
: なんだよ吉田急に!
: わっまだ女子残ってたのか!
: カウントしてなかった!
: 失礼だなオレ!!知らないのかあたしのいい足を!
「君に届け第十二、2005:160-161」
Dansei tachi : Aa Yano wa~? Erokune!? Chizuru : Atashi no houga eroi yo! Dansei 1 : Nandayo Yoshida kyuuni!
Dansei 2 Dansei 3 Chizuru |
: Waa mada joshi nokotteta noka! : Kaunto shite nakatta! : Shitsurei dana ore!! Shiranai noka atashi no ii ashi wo! [Kimi Ni Todoke Dai Juu Ni, 2005:160-161] |
Para siswa Chizuru Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Chizuru |
: ‘Si Yano seksi ya!’ : ‘Yang seksi itu aku tahu!’ : ‘Apaan sih Yoshida? Kenapa ada kamu?’ : ‘Hua ternyata masih ada cewek yang tertinggal’ : ‘Aku nggak hitung sih!’ : ‘Kalian ini nggak sopan! Sadar nggak? Aku ini punya kaki yang bagus!’ [Kimi Ni Todoke: From Me To You Jilid 12, 2014:160-161] |
Data (3) menunjukkan bahwa tuturan Chizuru yang menimbulkan implikatur percakapan berdasarkan tindak tutur ilokusi asertif memiliki makna membual. Chizuru bertutur menyatakan dirinya adalah perempuan bertubuh seksi, namun pada kenyataannya Chizuru hanyalah perempuan bertubuh tinggi dan ramping. Pola kalimat houga yang terdapat dalam tuturan Chizuru telah menunjukkan makna membual karena houga berfungsi untuk menyatakan anjuran atau nasehat.
(4) 風早
お父さん
お母さん
: ある!俺は確か甘っちょろかったけど
それが俺に関係ないってことは絶対にない!
: 生意気な口を……!おまえまだ
: ご飯をおいしく食べなさーい!
「君に届け第二十、2005:35-36」
Kazehaya : Aru! Ore wa tashi ka amacchoro katta kedo
Sore ga oreni kankei nai tte koto wa settai ni nai!
Ayah : Nama iki na kuchi wo….! Omae mada…
Ibu : Gohan wo oishiku tabenasaai!
[Kimi Ni Todoke Dai Ni Juu, 2005:35-36]
Kazehaya : ‘Ada! Benar memang aku terlalu optimis tetapi mengatakan bahwa hal ini tidak ada hubungannya denganku… sangatlah tidak benar!’
Ayah : ‘Lancang! Kamu masih…’
Ibu : ‘Nikmatilah makanan dengan benar!’
[Kimi Ni Todoke: From Me To You Jilid 20, 2015:35-36]
Data (4) menunjukkan bahwa tuturan ibu Kazehaya telah menimbulkan terjadinya implikatur percakapan. Berdasarkan tindak tutur ilokusi direktif, implikatur percakapan tersebut memiliki makna menghentikan. Ibu secara halus menghentikan perdebatan Kazehaya dengan ayahnya. Pola kalimat nasai yang terdapat dalam tuturan ibu telah menunjukkan makna menghentikan karena nasai merupakan kalimat sopan yang digunakan oleh orang yang berkedudukan lebih tinggi untuk menyuruh bawahannya melakukan sesuatu.
Komik Kimi Ni Todoke volume 1 sampai volume 21 karya Shiina Karuho, memuat 21 tuturan yang menghasilkan implikatur percakapan akibat melanggar maksim kerja sama, yaitu 6 tuturan melanggar maksim kuantitas, 5 tuturan melanggar maksim kualitas, 6 tuturan melanggar maksim relevansi, 4 tuturan melanggar maksim pelaksanaan, dan diantara 21 tuturan tersebut terdapat 4 tuturan yang melanggar lebih dari satu maksim. Makna implikatur percakapan yang terjadi memuat 5 jenis tindak tutur ilokusi yaitu tindak tutur ilokusi asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklarasi.
Shiina, Karuho. 2006. Kimi ni Todoke Vol. 1-21. Tokyo: Shueisha Inc.
Grice, H.P. 1975. Logic and Coversation, Syntax and Semantics, Speech Act 3. New York: Academic Press.
Searle, John R. 1969. Speech Acts, An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua; Metode dan Aneka Teknik
Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
200
Discussion and feedback