Penggunaan Setsuzokujoshi Noni, Nagara-Mo Dan Nimokakawarazu Dalam Novel Tobu Ga Gotoku Karya Ryoutarou Shiba
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 16.3 September 2016: 179 – 184
Penggunaan Setsuzokujoshi Noni, Nagara-Mo Dan Nimokakawarazu Dalam Novel Tobu Ga Gotoku Karya Ryoutarou Shiba
Ni Luh Eka Meriani1, Ni Luh Kade Yuliani Giri2, Ni Made Wiriani3 123Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]
*
*Corresponding Author
Abstract
The research with the title “The usage of setsuzokujoshi Noni, Nagara-mo and Nimokakawarazu in Novel of Tobu ga Gotoku written by Ryoutarou Shiba” aim to research the structure and meanings of setsuzokujoshi noni, nagara-mo and nimokakawarazu on the sentences inside the Novel of Tobu ga Gotoku written by Ryoutarou Shiba. This research using agih method. The analysis structure of setsuzokujoshi noni, nagara-mo and nimokakawarazu using syntax theory according to Verhaar (2012) with the reference opinion of Makino and Tsutsui (1989&1995), while the meaning analysis using the contextual meaning theory from Pateda (2001).
The result of this research representing that from the structure aspect of setsuzokujoshi noni, nagara-mo and nimokakawarazu to be combined with the verb, adjectives and noun. The form of verb ~te-iru when combined with nagara-mo, will become ~teinagara-mo form. Beside that noni dan nimokakawarazu also can be put in front of the sentences. From the aspect of contextual meaning, setsuzokujoshi noni context has meaning of person, situation context, and mood. Setsuzokujoshi nagara-mo context has meaning of person, mood context, place context, and situation context. While setsuzokujoshi nimokakawarazu has meaning that related with purpose context, situation context, and mood context.
Key words : setsuzokujoshi, structure, meaning
Setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu sama-sama memiliki arti ‘meskipun’ bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia. Bagi pembelajar bahasa Jepang yang kurang memahami noni, nagara-mo dan nimokakawarazu kemungkinan tidak terlalu memperhatikan penggunaannya dalam sebuah kalimat, sehingga menganggap ketiga konjungsi tersebut dapat saling menggantikan satu sama lain, karena kesamaan arti dan fungsi yang dimilikinya. Apabila penggunaannya dalam sebuah kalimat tidak
dipahami dengan baik oleh pembelajar bahasa Jepang, maka akan dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan dan penafsiran kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
1. Bagaimanakah struktur kalimat setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba?
-
2. Bagaimanakah makna setsuzokujoshi, noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba?
-
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam bidang linguistik bahasa Jepang, yaitu dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui tentang setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui struktur dan makna setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak dan teknik catat (Sudaryanto, 1933:133-135). Pada tahap analisis data menggunakan metode agih, dan teknik bagi unsur langsung (Sudaryanto, 1933:15-31). Selanjutnya, pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal (Sudaryanto, 1993:145) dan teknik deduktif (Hadi, 1983:44). Teori yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah teori sintaksis Verhaar (2012) dan teori makna kontekstual Pateda (2001) yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1989&1995).
-
5. Hasil dan Pembahasan
Setsuzokujoshi noni dan nimokakawarazu bisa digabungkan dengan verba bentuk kamus, verba bentuk lampau, verba bentuk sedang dan verba bentuk negatif. Setsuzokujoshi nagara-mo adalah verba bentuk masu dan verba bentuk sedang ~te-iru. Selain itu, terdapat struktur yang berbeda dengan teori yaitu ketika noni dan nimokakawarazu diletakkan di awal kalimat. Dari segi makna kontekstual setsuzokujoshi noni mempunyai makna konteks orangan, konteks situasi, dan konteks suasana hati. Setsuzokujoshi nagara-mo mempunyai makna konteks orangan, konteks suasana hati, konteks tempat, dan konteks situasi. Sementara setsuzokujoshi nimokakawarazu mempunyai makna yang berkaitan dengan konteks tujuan, konteks situasi dan konteks suasana hati.
-
5.1 Struktur dan Makna setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan
nimokakawarazu
-
(1) そとは冷たい波がうねっているというのに、船艙の大部屋は温気がよどみ、 沢庵を煮あげたようなにおいがこもっている。(TGG. V4:74)
Soto wa tsumetai name ga unetteiru to iu noni, funakura no oobeya wa unki ga yodomi, takuan wo niageta youna nioi ga komotteiru.
Meskipun dikatakan diluar ombak yang dingin bergulung-gulung, namun diruangan besar Funakura udara hangat berhembus dan ada bau seperti merebus lobak.
Pada data (1) noni digabungkan dengan verba iu ‘mengatakan’. Verba iu merupakan verba bentuk kamus dan termasuk dalam golongan godan doushi yang tidak mengalami perubahan bentuk saat digabungkan dengan setsuzokujoshi noni. Konteks yang terdapat pada data (1) adalah konteks situasi ramai yang dapat dilihat dari pernyataan sebelumnya, yaitu di dalam ruangan besar Funakura udara terasa hangat karena di dalam ruang tersebut dipenuhi oleh banyak orang yang merupakan pelanggan dari Saika. Konteks situasi yang terjadi adalah situasi yang sangat ramai sehingga udara di dalam ruangan Funakura menjadi hangat.
-
(2) まだ寒さが去らぬという季節なのに、門から駈けこんでくる海老原の顔は いつも真っ赤で、汗をぬぐっている。(TGG. V3:223)
Mada samusa ga saranu to iu kisetsuna noni, mon kara kakekonde kuru ebihara no kao wa itsumo makka de, ase wo nugutteiru.
Meskipun dinginnya musim ini belum pergi, namun wajah Ebihara yang masuk dengan berlari dari pintu gerbang selalu memerah dan menghapus keringat.
Pada data (2) noni digabungkan dengan nomina kisetsu-na ‘musim’. Nomina akan ditambahkan na sebelum digabungkan dengan setsuzokujoshi noni. Konteks yang terdapat pada kalimat tersebut adalah konteks suasana hati yang bingung. Konteks suasana hati bingung dapat dilihat dari pernyataan sebelumnya, yaitu Chie merasakan kebingungan dengan sikap Ebihara, pada saat musim dingin biasanya Ebihara selalu menggunakan sutra monpoku yang mewah tetapi saat itu ia mengenakan handuk yang kotor dan berlari dari pintu gerbang dengan berkeringat.
-
(3) 江藤は論理家としては日本政治史上類がないと思われるほどに卓越した才
能をもっていながら、人間が見えにくかった。(TGG. V4:22)
Etou wa ronrika to shite wa nihonseijishijou rui ga nai to omowareru hodo ni takuetsushita sainou wo motte inagara, ningen ga mie niku natta.
Etou sulit untuk mengerti sifat manusia meskipun ia sebagai ahli logika yang mempunyai bakat dan kelebihan yang diperkirakan tidak ada pada masa sejarah politik Jepang.
Pada data (3) nagara-mo digabungkan dengan kata verba motte-iru dengan menghilangkan ru ketika digabungkan dengan nagara-mo. Motte berasal dari kata motsu ‘mempunyai’ termasuk ke dalam verba godan doushi. Verba motte-iru digabungkan dengan nagara-mo menjadi motteinagara-mo. Konteks orangan yang terdapat pada kalimat tersebut adalah kedudukan Etou sebagai ahli logika tetapi Etou tidak bisa mengerti sifat manusia.
-
(4) 「申しあげます」と、低いながらも歯切れのいい口調で岩倉にいった。
(TGG. V3:11)
“Moushiagemasu” to hikui nagaramo hagire no ii kuchou de iwakura ni itta.
“Terima kasih” diucapkan kepada Iwakura meskipun dengan suara rendah namun jelas.
Pada data (4) nagara-mo digabungkan dengan adjektiva hikui ‘rendah’. Hikui termasuk golongan adjektiva-i. Dari kalimat tersebut dapat dilihat bahwa bila adjektiva-i digabungkan dengan setsuzokujoshi nagara-mo tidak mengalami perubahan bentuk. Konteks suasana hati yang terdapat pada kalimat tersebut adalah suasana hati senang. Pada kalimat sebelumnya dikatakan bahwa Ookubo tidak sengaja menyentuh kaki
Iwakura dengan kaki kursi. Karena melihat Ookubo yang tidak bisa mengangkat kursi berat tersebut Iwakura memberikan bantuan dengan ikut mengangkat kursinya. Berkat bantuan yang diberikan oleh Iwakura, Ookubo mengucapkan “moushiagemasu” yang berarti “terima kasih” sebagai ungkapan rasa senang dan balasan dari bantuan yang diberikan.
-
(5) しかし捕吏である東京の大久保は江藤が犯行をおかしていないにもかかわ らず、その行動をおこした。(TGG. V4:33)
Shikashi hori dearu toukyou no ookubo wa etou ga hankou wo okashite inai nimokakawarazu, sono koudou wo okoshita.
Tetapi Ookubo yang ada di Tokyo sebagai polisi menangkap Etou meskipun ia tidak melakukan kejahatan.
Pada data (5) nimokakawarazu digabungkan dengan verba okashiteinai. verba okashiteinai berasal dari verba okasu ‘melakukan’, verba tersebut mendapat tambahan nai yang merupakan bentuk negatif yang memiliki arti ‘tidak’. Verba okasu termasuk dalam golongan godan doushi yang tidak mengalami perubahan bentuk saat digabungkan dengan setsuzokujoshi nimokakawarazu. Konteks yang terdapat pada kalimat tersebut adalah konteks tujuan. Konteks tujuan yang menyatakan tujuan melindungi pada kalimat tersebut dapat dilihat dari pernyataan sebelumnya, yaitu Etou datang ke Tokyo untuk melakukan pemberontakan dengan cara masuk melalui kastil tua. Karena Ookubo mencium adanya gerak-gerik yang mencurigakan, untuk melindungi negaranya dari kejahatan, Ookubo segera menangkap Etou meskipun pemberontakan belum dilakukan.
-
(6) 川は危険であったが、にもかかわらず西郷は延岡からは舟で北川をさか のぼっている。(TGG. V10:123)
Kawa wa kiken deatta ga, nimokakawarazu saigou wa nobeokakara wa fune de kitagawa wo sakanobotte iru.
Meskipun sungainya berbahaya, faktanya bahwa Saigou menyusuri sungai Kitagawa dari Nobeoka dengan perahu.
Pada data (6) dapat dilihat bahwa nimokakawarazu tidak diletakkan setelah verba, adjektiva dan nomina tetapi diletakkan diantara bagian kalimat sebelumnya yang dipisahkan oleh tanda baca koma dan kemudian nimokakawarazu diletakkan di awal bagian kalimat selanjutnya. Konteks yang terdapat pada kalimat tersebut adalah konteks
situasi. Pada kalimat sebelumnya dikatakan bahwa Saigou keluar dari Nobeoka pada tanggal 10 Agustus di malam hari. Pada malam itu hujan lebat dan air di sungai Kitagawa sangat besar serta berwana merah seperti tanah liat. Konteks situasi yang terjadi adalah situasi sungai yang berbahaya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba, ditemukan bahwa struktur setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam kalimat dapat digabungkan dengan verba, adjektiva dan nomina. Selain itu, terdapat struktur yang berbeda dengan teori yaitu ketika noni dan nimokakawarazu diletakkan di awal kalimat tanpa digabungkan dengan verba, adjektiva maupun nomina. Dari segi makna kontekstual setsuzokujoshi noni mempunyai makna konteks orangan, konteks situasi, dan konteks suasana hati. Setsuzokujoshi nagara-mo mempunyai makna konteks orangan, konteks suasana hati, konteks tempat, dan konteks situasi. Sementara setsuzokujoshi nimokakawarazu mempunyai makna yang berkaitan dengan konteks tujuan, konteks situasi dan konteks suasana hati.
Hadi, Sutrisno. 1983. Metodelogi Research 2. Yogyakarta: Andi Offset
Makino, Seichi dan Michio Tsutsui. 1989. A Dictionary of Basic Japanese Grammar. Japan: Japan Times.
Makino, Seichi dan Michio Tsutsui. 1995. A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar. Japan: Japan Times.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Verhaar. J. W. M. 2012. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
185
Discussion and feedback