ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 16.3 September 2016: 171 - 178

Perubahan Sosial Masyarakat Di Blahbatuh Pada Tahun 1980 – 2015

Ngakan Putu Oka Segara1*, A.A. Bagus Wirawan2, A.A. Inten Asmariati3 123Prodi Ilmu Sejarah Falkultas Sastra dan Budaya 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]

*

Corresponding Author

ABSTRACT

Blahbatuh a district once the public village in Gianyar district that grow over time, starting from an agrarian growth evolved into a traditional trade to modern heading on tourism with various problems lead to social change in the society Blahbatuh interesting to study. The actor who made those changes is Blahbatuh society that responds to the changing times by his activity.

This study uses empirical approaches are used as a way to determine the cause - the cause of social change through activities tejadinya felt capable of changing values within the community. The theory used in this study is twofold theory of social change through activities and theory of history based on the foundation of the soul era. This research uses descriptive qualitative research as a research procedure that produces the data descriptive and has a combined stream of the organic stream with a personal-intuitive for writing. Data collection techniques used in this study are: observation, interviews, and documentation.

The results of this study concluded the causes of social change in Blahbatuh there are several factors of observers researchers for conducting research community role models that factor, the factor of information, technology factors, factors of trust, relationship factors, educational factors and factors of the economy. Social change based on factors fartor this cause but in practice (practice) is different, have the same meaning. It depends on the public's knowledge of this causal factors and also in the development of people's livelihood developing frequent development times.

Words - Keywords: Social Change, Community Blahbatuh, Actor Change, and Implications

  • 1.    Latar Belakang

Blahbatuh merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Gianyar. Di wilayah ini terdapat objek wisata, tempat–tempat yang memiliki kualitas sebagai objek wisata seperti Goa Gajah, Museun Purbakala, Taman Safari, Yeh Pulu, dan objek religius seperti pura – pura bersejarah. Di antaranya Pura Samuan Tiga dan Pura Durga Kutri yang menarik untuk dikunjungi. Bukan hanya objek wisata yang menjadi daya tarik, masyarakat juga memiliki budaya yang perlu dilihat sebagai suatu karakteristik masyarakat mulai dari banjar–banjar memiliki ciri khas masing–masing yang berbeda satu sama lainnya. Masyarakat di wilayah Blahbatuh yang paham benar dengan konsep rwebhineda dan mengahayatinya dalam kehidupanya dapat dilihat dari pengamatan dilapangan yang peneliti mengamati bahwa terjadi ketidakcocokan pemikiran antara satu banjar dengan banjar lain. Memang berbeda namun tetap satu dan selalu mengedepankan arti dari kebersamaan antara banjar dapat dilihat dari sikap banjar selalu peduli terhadap anggota banjarnya yang berbeda. Juga para aparat banjar yang selalu menjaga aturan banjar yang sudah disepakati bersama. Hal itu menimbulkan terjadi berbagai masalah baik yang muncul dari salah satu anggota banjar, banjar itu sendiri maupun banjar lain. Menarik untuk diamati dan juga setiap banjar memiliki nilai–nilai luhur yang diwarisi dari generasi ke generasi dan di setiap generasi merespon dengan cara masing –masing yang berbeda–beda satu sama lainnya membuat kehidupan tidak membosankan dalam menjalaninya. Permasalahan di wilayah Blabatuh itu muncul dan memberi warna dalam keseharian masyarakatnya menjadikan peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam penulisan.

Aktor yang melakukan perubahan itu adalah masyarakat lokal yang ingin merespon perkembangan zaman melalui aktifitasnya . Usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan pelaksanaan proyek pembanguanan menjadi “wacana besar” yang wajib didukung oleh masyarakat. Cengkraman ideologi pembangunan membuat sebagian orang lupa dan tidak sadar bahwa perubahan Blahbatuh yang terjadi karena menjadi suatu kawasan yang maju tanpa mempedulikan sistem yang sudah ada. Akibatnya, terjadi ketidakhormanisasian hubungan antara manusia dan alam, padahal soal relasi manusia–

alam dalam kebudayaan tradisional Bali memiliki relasi yang bersifat mitologis – magis ( Tjok. A.A. Oka Sukawati.,2004: iii) .

  • 2.    Pokok permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimana gambaran umum wilayah Blahbatuh dan perubahan sosial yang terjadi?

  • 2.    Faktor – faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan masyarakat Blahbatuh?

  • 3.    Bagaimana implikasi perubahan sosial pada masyarakat Blahbatuh?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam hal – hal penting tentang perubahan sosial di Blahbatuh, serta dapat menambah khasanah sejarah lokal tentang perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Tujuan Khusus

  • 1.    Untuk mengetahui gambaran umum wilayah dan kehidupan sosial masyarakat Blahbatuh sebelum terjadinya perubahan sosial.

  • 2.    Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan sosial di masyarakat Blahbatuh.

  • 3.    Untuk mengetahui implikasi perubahan sosial masyarakat Blahbatuh.

  • 4.    Metode Penelitian dan Sumber

Sumber Sejarah merupakan segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud yang berguna untuk menghimpun data dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian sejarah. Sumber sangatlah penting dalam Historiografi (penulisan sejarah ). Dalam karya tulis ini, peneliti menggunakan beberapa sumber yang relevan dengan kajian penelitian, baik sumber tulis maupun sumber lisan. Untuk menyeleksi sumber–sumber yang peneliti gunakan dalam menunjang penulisan karya sejarah ini, peneliti menggunakan suatu cara atau metode yang dapat membuktikann kevalidan dan kredibilitas sumber tersebut yaitu dengan metode sejarah (Louis Gottschalk.,1986: 35)

Metode sejarah meliputi empat tahap, yang pertama heuristik yang merupakan kegiatan menghimpun jejak–jejak dimasa lampau. Kegiatan pengumpulan data (heuristik) meliputi kegiatan mencari dan menghimpun sumber– sumber sejarah termasuk bahan–bahan tertulis, tercetak, serta sumber lisan yang revelan dengan masalah yang diteliti. Heuristik terbagi menjadi dua yaitu: pertama, sumber primer yakni suatu kesaksian dari saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indra lain atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakan. Teknik pengumpulan data yang terpenting dalam penelitian ini yaitu melalui sumber lisan (wawancara). Peneliti melakukan wawancara dengan informan kunci yang mengetahui tentang perubahan social masyarakat di Blahbatuh.

Kedua, sumber sukunder yakni suatu kesaksian dari siapapun yang bukan dari saksi pandang mata, yaitu saksi dari orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Sumber sekunder yang digunakan oleh peneliti antara lain : (1) Studi pustaka : buku – buku yang relevan dan skripsi, (2) Sumber tertulis atau dokumen : tulisan catatan harian, jurnal, dan hasil liputan koran. Dalam pengumpulan data, peneliti banyak menggunakan studi pustaka dan sumber tertulis (dokumen). Selain itu, sumber tertulis lainnya didapatkan dari Kantor Desa dan Kecamatan Blahbatuh, dan lain–lain. Sumber-sumber tersebut diantaranya adalah buku, koran, dan majalah yang semuanya berkaitan dengan penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, sumber–sumber tertulis juga dari internet (website) yang didowload berupa berita online dan tulisan-tulisan lainnya berkaitan pada permasalahan dalam penulisan karya tulis ini.

Tahap kedua yaitu kritik sumber. Kritik sumber adalah menyelidikan apakah jejak–jejak sejarah itu sejati, baik bentuk maupun isi. Kritik ini bertujuan untuk menilai sumber–sumber yang diperlukan dalam penelitian, sehingga sumber–sumber yang digunakan dapat dipercaya. Kritik sumber ada dua yaitu, kritik ekstrenal dan kritik internal. Kritik ekstrenal (kritik luar), yaitu dengan melakukan kegiatan penelitian terhadap sumber–sumber informan yang telah dikumpulkan apakah sumber–sumber informasi tersebut benar–benar otentik dan asli sebagai sumber sejarah. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan dengan sumber buku yang lain (membandingkan dengan sumbernya). Ini dilakukan sebagai data penguat dan koreksi. Sedangkan kritik internal (kritik dalam), yaitu suatu proses yang dilakukan untuk membuktikan dapat dipercaya atau tidaknya (kredibilitas) dan kesahan (validitas) dari isi informasi yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini, informasi yang terkumpul dari wawancara, terencana maupun tidak terencana diteliti atau diuji dengan membanding – bandingkan informasi antara satu dengan yang lain, sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk mendapatkan informasi yang valid. Jadi penelitian melakukan cross check terhadap hasil wawancara.

Tahap ketiga, interprestasi (menafsirkan data). “Interprestasi sebagai tindakan menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik’’. Berdasarkan pernyataan diatas, maksud dari interprestasi adalah menetapkan makna dan menghubungkan yang didapatkan dari sumber–sumber yang ada, maka penelitian ini, peneliti menghubungkan secara kronologis semua informasi yang ditafsirkan sehingga rangkaian cerita yang logis.

Tahap keempat, yaitu penulisan sejarah (historiografi). Historiogafi atau merekontruksi fonemena merupakan penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya menjadi kisah atau penyajian yang berarti. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari kerja metode penelitian sejarah yaitu penyajian dalam bentuk penulisan sejarah yang berdasarkan fakta–fakta yang terpisah–pisah antara satu dengan yang lain. Artinya proses heuristik, kritik dan interprestasi, tidak lengkap tanpa dibuat kesimpulan dalam bentuk cerita yang disajikan. Data disusun secara sistematis menurut pembagian atau seleksi data dari perubahan sosial masyarakat di Blahbatuh.

Di dalam penulisan ini dasarnya adalah ilmu sejarah, yang mempunyai tata kerja dalam mengindetifikasikan sumber sejarah secara teratur, sistematis, terpercaya, dan valid. Fakta yang ditemukan dari sumber sejarah mengenai perubahan sosial di Blahbatuh. Hsistoriografi yang dihasilkan merupakan sintesa fakta.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Gambaran umum mengenai Blahbatuh terletak disebelah selatan wilayah Kabupaten Gianyar. Dengan luas wilayah wilayah 39,70 km2. Kecamatan Blahbatuh memiliki 9 ( Sembilan ) Desa dinas meliputi Desa Blahbatuh, Desa Bedulu, Desa Buruan, Desa Belega , Desa Bona, Desa Saba, Desa Pering, Desa Keramas, dan Desa Medahan. Terdiri dari 37 desa Pakraman dan 67 Dusun/Banjar Dinas. Batas wilayah Kecamatan Blahbatuh adalah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ubud. sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gianyar. sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Badung. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sukawati. (Profil Kecamatan Blahbatuh., 2014: 4 – 12) Wilayah Kecamatan Blahbatuh memiliki pantai meliputi sebagai berikut : Pantai Saba terletak di Desa Saba, Pantai Masceti terletak di Desa Keramas, Pantai Keramas terletak di Desa keramas, Pantai Cucukan terletak di Desa Keramas. Kecamatan Blahbatuh memiliki objek wisata yang dominan dikunjungi oleh wisatawan baik luar maupun dalam negeri. Selain objek wisata tersebut ada yang lain seperti sebagai berikut: Goa Gajah terletak di Desa Bedulu, Museum Purbakala terletak di Desa Bedulu, Taman Safari terletak di Desa Keramas, Yeh Pulu terletak di Desa Bedulu, Pura Samuan Tiga terletak di Desa Bedulu, Pura Durga Kutri terletak di Desa Buruan

Blahbatuh juga memiliki keunikan tersendiri terletak pada babadnya yang terdiri dari dua tokoh yang disegani yaitu Gusti Ngurah Jelantik yang merupakan raja Blahbatuh (I Nyoman Sujana., 2000: 3-147) dan Kebo Iwo yang merupakan patih kerajaan bedulu yang nama termahsyur sampai ke jawa sehingga namanya dipakai sebagai semangat inpirasi ikon, simbol jalan, bangunan dan lain – lain untuk mengenang jasanya baik itu di Blahbatuh maupun di Kabupaten Gianyar (, I Made Bawa., 2011:206-210)

Di Blahbatuh juga mengenal pentingnya golongan dan apa fungsinya bagi masyarakat tapi dari sudut pandang peneliti hanya sebatas seorang guru yang penguasai 4 wilayah khusus di dalam masyarakat.

Perubahan sosial terjadi disebabkan adanya faktor-faktor yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri yang menimbulkan tergesernya nilai pandang masyarakat terhadap suatu hal membuat faktor-faktor ini sangat berpengaruh terhadap kejiwaan masyarakat, faktor- faktor ini yaitu faktor panutan masyarakat, faktor informasi, faktor teknologi, faktor kepercayaan, faktor hubungan, faktor pendidikan dan faktor perekonomian masyarakat memiliki hubungan sangat besar terhadap perubahan yang terjadi di Blahbatuh ini

Masalah modal menjadi sorot terkait dengan pergeseran nilai ini menjadikan modal sangat dibutuhkan dalam bagi masyarakat yang ingin meningkatkan taraf hidupnya berbagai cara dilakukan untuk dapat menarik penanam modal yaitu dengan menunjukkan keberadaan blahbatuh sebagai objek wisata yang bernilai melalui media internet dan juga masalah agama tidak terlalu di permasalahan di blahbatuh tanpa harus menggunakan kekerasan untuk menunjukkan indentitas, masyarakat menghargai kebersamaan dan masalah pertanian di Blahbatuh sangat menjadi soal karena itu mulai dilakukan perubahan guna mempertahankan profesi ini dan berbagai cara dilakukan untuk dapat mempertahankannya. Juga masalah perdagangan mulai muncul disebabkan adanya perdagangan modern seperti indomart, cicle K, Qmart yang beredar di blahbatuh memberikan pengaruh terhadap pedagang–pedagang yang sudah ada sebelum adanya perdagangan modern mulai mengalami perubahan baik dari pedagang itu sendiri maupun dagangannya sendiri disusun rapi agar dapat menyamai yang ada di indomart dan sebagainya. Dalam perkembangan memunculkan pasar yadnya yang digagas oleh masyarakat setempat guna mempertahankan warisan leluhurnya.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa :

Blahbatuh merupakan kecamatan sekaligus desa yang wilayah kabupaten Gianyar yang mengalami perubahan dari wkatu ke waktu disebabkan terjadi pergeseran nilai pandang masyarakat terhadap sesuatu hal yang menjadikan masyarakat berubah

mengikuti perkembangan yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Dan di setiap langkah yang dilalui masyarakat memunculkan berbagai permasalahan yang menjadikan masyarakat tumbuh berkembang menjadi dewasa dalam mengatasi permasalahan yang kedepannya mampu bertahan dalam arus perubahan yang terjadi.

  • 7.    Daftar Pustaka

Oka Sukawati, Tjok A.A.,2004. Ubud Bergerak. : CV. Media Adhikarsa

Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah, terj. Jakarta : University Indonesia Perss.

Bawa, I Made. 2011. Kebo Iwo dan Sri Karang Buncing dalam dinasti raja – raja Bali Kuno. Denpasar : Buku Arti.

Sujana, I Nyoman. Dkk. 2000. Babad Blahbatuh Babad Brahmana. Denpasar : Kantor Dokumentasi Budaya Bali.

Kantor Camat. 2014. Profil Kecamatan Blahbatuh tahun 2014

178