ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 16.3 September 2016: 147 – 153

Penggunaan Sentaku No Setsuzokushi Aruiwa Dan Soretomo Dalam Novel Norwei No Mori Karya Haruki Murakami

Luh Komang Tri Pradnyani1*, Maria Gorethy Nie Nie2, Ngurah Indra Pradhana3 123Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]] *

Corresponding Author

Abstract

This research entitled, The Usage of Sentaku no Setsuzokushi {aruiwa} and {soretomo} on the Norwei no Mori’s Novel by Haruki Murakami. This research was focus to the explanation structure and meaning of sentaku no setsuzokushi {aruiwa} and {soretomo} on the sentences of Norwei no Mori’s Novel by Haruki Murakami, volume 5-6. On this research the author used of theory that refers to the opinion of Makino and Tsutsui (1994), and Pateda (2001). The data collection has been done by corrected reading methody and then analyzed by distribute method. The result of analyze are presented by informal method. The result of this research represented that sentaku no setsuzokushi aruiwa and soretomo can be combined with clause 1 and clause 2, word 1 and word 2, verba (ichidan doushi, godan doushi, henkaku doushi) and noun when established a sentence. Sentaku no setsuzokushi {aruiwa} had a meaning that expressed of possibility, presumption, hesitation, uncertainty, and the changes of situation. Sentaku no setsuzokushi {soretomo} are often added with [ka] word so that, had a meaning that expressed of selection.

Key words : sentaku no setsuzokushi, aruiwa, soretomo.

  • 1.    Latar Belakang

Dalam berkomunikasi diperlukan kata sambung (konjungsi). Di dalam bahasa Jepang kata sambung atau konjungsi disebut dengan setsuzokushi. Setsuzokushi merupakan salah satu jenis kata yang sangat penting dan sulit untuk dipelajari karena jumlahnya sangat banyak. Setsuzokushi dibagi menjadi tujuh macam yaitu heiritsu, sentaku, tenka, gyakusetsu, joken, tenkan, dan setsumei no setsuzokushi (Masao dalam Sudjianto, 1996: 101)

Setsuzokushi yang sering dijumpai dalam pemakaian kalimat bahasa Jepang, baik tulisan maupun lisan, salah satunya setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang berarti “atau”. Setsuzokushi aruiwa dan soretomo termasuk jenis sentaku no setsuzokushi yaitu, setsuzokushi yang menyatakan pilihan antara kata-kata yang disebutkan sebelumnya

dengan kata-kata yang disebutkan kemudian. Pemahaman tentang penggunaan setsuzokushi dalam sebuah kalimat sangat penting, jika setsuzokushi dapat digunakan dengan tepat, maka kalimat yang dihasilkan akan terasa lebih hidup atau lebih baik. Sehingga dalam penelitian ini memfokuskan pada sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam Novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimanakah struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo, dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami?

  • 2.    Bagaimanakah makna sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo, dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menambah khasanah linguistik bahasa Jepang yang dapat memberikan informasi kepada para pembaca. Selain itu dapat memberikan sumbangan ilmiah terutama dalam bidang kajian semantik. Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi dan untuk memahami makna sentaku no setsuzokushi yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami (2004).

  • 4.    Metode Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan teknik catat (Sudaryanto, 1993:133). Pada tahap analisis data, digunakan metode agih dengan teknik bagi (Sudaryanto, 1993:15). Sedangkan dalam penyajian analisis data digunakan metode informal dengan menyajikan hasil analisis data dengan kata-kata dalam bentuk laporan penelitian (Sudaryanto, 1993:145). Teori yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Makino & Tsuitsui (1994) dan Pateda (2001).

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini disajikan hasil analisis data mengenai struktur dan makna sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat dalam novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami jilid 5-6. Sentaku no setsuzokushi dalam membentuk sebuah kalimat dapat digabungkan dengan klausa pertama, digabungkan dengan kalimat sebelumnya, dan dapat digabungkan dengan verba (ichidan doushi, godan doushi, henkaku doushi) dan nomina. Sedangkan makna yang ditimbulkan dari sentaku no setsuzokushi aruiwa yaitu makna yang menyatakan kemungkinan, dugaan, keraguan, ketidakpastian dan makna yang menyatakan suatu perubahan situasi. Sedangkan soretomo lebih sering ditambahkan kata [ka] sehingga mempunyai makna yang menyatakan pilihan.

  • 5.1   Penggabungan Klausa 1 dan Klausa 2 dengan Aruiwa

  • (1)  そして彼らはスト決義のときには言っただけ元気なことを言って、スト

は反対する(あるいは疑念を表明する)学生を罵倒し,あるいは吊しあげ たのだ。

Soshite karera wa suto ketsugi no toki niwa itta dake genki na koto wo itte, suto wa hantaisuru (aruiwa ginen wo hyoumeisuru )gakusei wo batoushi, aruiwa tsurishiageta no da.

‘Selain itu ketika keputusan melakukan mogok disebarluaskan, mereka berkoar-koar penuh semangat dan melabrak siswa yang menentangnya (atau yang ragu-ragu) atau melawannya.’

Norwei no Mori (ue), 2004:101

Pada data (1), sentaku no setsuzokushi {~aruiwa} dapat menghubungkan klausa 1 dengan klausa 2. Kata [botoushi] yang terletak di depan aruiwa berasal dari kata [botousuru] yang merupakan verba bentuk kamus (jishokei) dan termasuk golongan henkaku doushi. Data tersebut menyatakan beberapa aktivitas yang dilakukan, sehingga kata [botousuru] perubahannya menjadi [botoushi]. Pada kalimat ini, mengandung makna adanya suatu perubahan situasi dari situasi awal. Perubahan yang digambarkan di sini bahwa pembicara yang sebelumnya ingin melakukan pemogokan dan ketika keputusan mogok disebarluaskan mereka berkoar-koar penuh semangat sampai melabrak siswa yang menentangnya, namun kenyataannnya mereka malah hadir dalam perkuliahan dan tidak jadi melakukan pemogokan tersebut.

  • 5.2 Penggabungan Kalimat 1 dan Kalimat 2 dengan Aruiwa

  • (2)    そんな井戸が本当に存正したのかどうか僕にはわからない。あるいはそ れは彼女の中にしか存在しないイメージ   なり記号であった のかも

しれないあの暗い日々に彼女がその頭の中で紡ぎだした他の数多くの事 物と同じように。

Sonna ido ga hontou ni sonzai shita No kadouka boku ni wa wakaranai. Aruiwa sore wa kanojo no naka ni shika sonzaishinai imejinari kigou de atta no kamoshirenai ano kurai hibi ni kanojo ga sono atama no naka de tsumugida shita hoka no kazu ooku no jibutsu to onaji youni.

‘Apakah sumur itu betul-betul ada atau tidak, saya tidak tahu. Atau, boleh jadi sumur itu hanya imajinasi atau simbol sesuatu yang ada dalam dunianya sama seperti banyak hal lain yang ia ciptakan di benaknya di hari-hari kelam itu’.

Norwei no Mori (ue), 2004:13

Pada data (2), sentaku no setsuzokushi {~aruiwa} dapat menghubungkan kalimat 1 dengan kalimat 2. Kata [wakaranai] yang terletak di akhir kalimat 1 berasal dari kata [wakaru] yang merupakan verba bentuk kamus (jishokei) dan termasuk golongan godan doushi yang diakhiri dengan bentuk kamus {~u}. Data tersebut menyatakan suatu kesan negatif, sehingga [wakaru] perubahannya menjadi [wakaranai]. Pada kalimat ini sentaku no setsuzokushi {~aruiwa}, mengandung makna yang menyatakan kemungkinan. Kemungkinan yang digambarkan dalam kalimat ini adalah ketika pembicara bercerita kepada lawan bicaranya tentang sumur kemudian lawan bicaranya menanggapi bahwa hal itu kemungkinan tidak ada.

  • 5.3   Penggabungan Nomina dengan Aruiwa

  • (3)  でも僕の言葉は直子の耳には届かなかったようだった。あるいは耳には

届いても、その意味が 理解できないようだった。

Demo boku no kotoba wa Naoko no mimi ni wa todokanakatta youdatta.

Aruiwa mimi ni wa todoite mo sono imi ga rikai dekinai youdatta.

‘Tetapi kata-kataku itu sepertinya tidak masuk ke telinga Naoko. Atau mungkin saja masuk tetapi ia tidak memahami maknanya.’

Norwei No Mori (ue), 2004:83

Pada data (3), sentaku no setsuzokushi {~aruiwa} dapat menghubungkan kalimat 1 dengan kalimat 2. Kata [mimi] yang terletak di akhir kalimat 1 termasuk ke dalam jenis nomina karena menunjuk pada sebuah benda. Pada kalimat ini, adanya suatu makna yang menyatakan kemungkinan. Kemungkinan yang digambarkan dalam kalimat ini adalah ketika pembicara mencari-cari saat yang tepat untuk menyela pembicaraan Naoko, namun pembicara memperkirakan apa yang telah diucapkannya tidak masuk ke telinga Naoko atau mungkin saja masuk tetapi Naoko tidak mengerti maksudnya.

5.4    Penggabungan Kalimat 1 dan Kalimat 2 dengan Soretomo

  • (4)  あさっての新幹線で二時二十分に東京駅に着くから迎えに来てくれる?

私の顔はまだ覚えてる?それとも直子が死んだら私になんて興味なくな っちゃったかしら?「まさか」と僕は言った。「あさっての三時二十分 に東京駅に迎えに行きます」。

Asatte no shinkansen de ni ji nijuppun ni Tokyo eki ni tsuku kara mukae ni kitekureru watashi no kao wa mada oboeteru? Soretomo Naoko ga shindara watashi ni nante kyoumi nakunachatta kashira?masakato boku wa itta Asatte no san ji nijuppun ni Tokyo eki ni mukae ni ikimasu.

‘Lusa, jam 03.20 aku tiba di stasiun Tokyo dengan shinkansen, kamu mau menjemputku? Kamu masih ingat mukaku? Atau setelah Naoko tiada kamu sudah tidak punya minat lagi denganku? “Bukan begitu,” kataku. “Lusa jam 03.20 aku menjemput Reiko san di station Tokyo.”

Norwei No Mori (shita), 2004:259

Pada data (4), sentaku no setsuzokushi {~soretomo}dapat menghubungkan kalimat 1 dengan kalimat 2. Kata [oboeteru] yang terletak di akhir kalimat 1 berasal dari kata [oboeru] yang merupakan verba bentuk kamus (jishokei) dan termasuk golongan ichidan doushi yang mempunyai akhiran suara {~eru}. Data tersebut menyatakan aktivitas yang sedang terjadi, sehingga [oboeru] perubahannya menjadi [oboeteru]. Pada kalimat ini, adanya suatu makna yang mengandung pilihan tetapi ada kesan ragu. Kesan ragu yang digambarkan dalam kalimat ini adalah pembicara meragukan dirinya apakah wajahnya masih diingat oleh Reiko san atau tidak.

  • 5.5 Penggabungan Nomina dengan Soretomo

  • (5)    どうして彼女は僕の前で裸になったりしたのだろう?あのとき直子は夢 遊状態のあったのだろうか?それともあれは僕   の幻になかったの

だろうか?

Doushite kanojou wa boku no mae de hadaka ni nattari shita mae darou? Anotoki Naoko wa yumeyuujyoutai no atta no darouka? Soretomo are wa boku no gensou ni natta no darouka?

‘Mengapa ia bertelanjang di hadapanku? Apakah waktu itu ia sedang melindur? Atau apakah itu hanya halusinasiku?

Norwei No Mori (shita), 2004:87

Pada data (5), sentaku no setsuzokushi {~soretomo}dapat menghubungkan kalimat 1 dengan kalimat 2. Kata [yumeyuujyoutai] yang terletak di akhir kalimat 1 termasuk ke dalam jenis nomina karena menunjuk pada sebuah benda. Pada kalimat ini adanya suatu makna yang menyatakan kemungkinan. Kemungkinan yang digambarkan dalam kalimat ini adalah ketika si pembicara membayangkan Naoko sedang melindur atau mungkin hanya halusinasinya saja.

  • (6)  「ねえワタナベ君、いつからそんなひどい顔してる?それとも東京 で

は最近そういうひどい顔がはやってるの?」

Nee Watanabe kun, itsu kara sonna hidoi kao shiteru? Soretomo Tokyo dewa saikin souiu hidoi kao ga hayateru no?

‘Watanabe! Sejak kapan kamu berwajah berantakan seperti itu? Atau apakah di Tokyo sekarang ini sedang tren wajah kusut seperti itu?’

Norwei No Mori (shita), 2004:260

Pada data (6), sentaku no setsuzokushi {~soretomo}dapat menghubungkan kalimat 1 dengan kalimat 2. Kata [kao] yang terletak di akhir kalimat 1 termasuk ke dalam jenis nomina karena menunjuk pada sebuah benda. Pada kalimat ini, adanya suatu makna ketidakpastian akan sesuatu hal yang terjadi. Ketidakpastian yang digambarkan dalam kalimat ini adalah pembicara meragukan wajah dari Watanabe.

  • 6.    Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam membentuk sebuah kalimat dapat digabungkan dengan klausa pertama, digabungkan dengan kalimat sebelumnya, dan dapat digabungkan dengan verba (ichidan doushi, godan doushi, henkaku doushi) dan nomina. Sentaku no setzsuzokushi {~aruiwa} mengandung makna yang menyatakan kemungkinan, dugaan, keraguan, ketidakpastian dan makna yang menyatakan suatu perubahan situasi. Sentaku no setzsuzokushi {~soretomo} lebih sering ditambahkan kata [ka] sehingga mempunyai makna yang menyatakan pilihan.

  • 7.    Daftar Pustaka

Makino, Seiichi and Michio Tsutsui. 1994. Nihon Go no Bunkei Jiten. Japan: The Japan Times.

Murakami, Haruki. 2004. Norwei no Mori. Tokyo: Kondansha ltd.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa . Yogyakarta : Duta Wacana

University Press.

Sudjianto. 1996. Gramatika Bahasa Bahasa Jepang Modern, Jakarta : Kesaint Blanc.

153