ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 16.1 Juli 2016: 204 – 209

Prasasti Bengkala Sebuah Kajian Epigrafi

Ni Luh Putu Dila Apsari1*, I.G.N.Tara Wiguna2, Zuraidah3

123

123Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]

*

Corresponding Author

Abstract

Bengkala Inscription is one of the inscriptions which is located in Pekraman Village of Bengkala, Kubutambahan District, Buleleng Regency. The inscription was issued in 1103 Saka (1181 AD) by Paduka Haji Jayapangus Arkajacihna, one of the Ancient Balinese King, and his two empress, namely Parameswari Indujaketana and Mahadewi Sasangkajacihna. This research aims to understand various aspects of Bengkala Inscription, such as its language and its social instituition described there. Data were collected from observation and literature study. The data were analyzed using morphology and qualitative analysis, and various theories, such as structuralism, structural functionalism, and bureaucracy theory. Based on the analysis of palaeography and language aspects, Bengkala inscription used Ancient Javanese letter and Ancient Javanese language for most of its content, similar to other inscriptions issued between 11th-12th Century.

The spelling of Bengkala Inscription were used commonly in the previous period. The type of affixation used in the inscription are para-, pari-, pa-, a-/ma-, ka-, di-, sa (prefix), -in-, -um- (infix), -an, --an, -ĕn, -nya (suffix), pa- + -an, ma- + -an, ka-+ -an, pa- + -nya (circumfix). In the social institution mentioned in Bengkala inscription, there was government bureaucracy institution and the highest of its hierarchy owned by king. Economy institution in Bengkala inscription could be seen through the mentions of market trade system and the existence of tax levy and tax relief. Regarding to religion institution, there were two religions, developed in the past period, namely Siwa and Buddha, which could be seen through the mentions of their religious title.

(Keyword: Inscription, Palaeography, Social Instituition)

  • 1.    Latar Belakang

Prasasti adalah suatu putusan resmi yang di dalamnya memuat sajak untuk memuji raja, atas karunia yang diberikan kepada bawahannya, agar hak tersebut sah dan dapat dipertahankan secara yuridis. Prasasti dirumuskan dalam bahasa resmi hukum dengan gaya hukum tertentu. Prasasti pada umumnya berisi tentang ketetapan hukum

atau penetapan sebidang tanah menjadi sima atau daerah otonom, larangan lalu lalang di tempat-tempat suci, pemisahan pemerintah secara administratif antar dua desa, peninjauan pajak, dan lain sebagainya (Setiawan, 2010 : 29). Pada umumnya masih banyak prasasti yang tidak dapat dibaca dengan baik oleh peneliti karena adanya berbagai kendala yaitu kondisi prasasti rusak sehingga sulit untuk dimengerti, prasasti tidak lengkap, banyak istilah yang tidak terdapat di dalam kamus, prasasti sangat dikeramatkan oleh masyarakat yang sangat fanatik. Salah satu prasasti tembaga yang merupakan temuan baru yakni prasasti Bengkala. Prasasti ini disimpan di Pura Bale Agung Desa Pekraman Bengkala, Kecamatan Kubutambahan.

Prasasti Bengkala merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan oleh Sri Maharaja Haji Jayapangus Arkajacihna beserta kedua permaisurinya. Prasasti Bengkala secara garis besar berisi tentang perintah Paduka Raja Jayapangus yang mendengar ketidakberdayaan masyarakat Bengkala karena bersengketa dan selalu ditekan paksa oleh Sang Admak Akmitan Apigajih (para petugas pemungut pajak) setiap bulan cetra (sasih kesanga). Supaya tidak terbengkalai segala masalah perpajakan, dinyatakan dengan jelas oleh baginda Sri Maharaja bahwa semua jenis perpajakan dari pada masyarakat Bengkala, berkat kebijaksanaan raja yang telah memperhatikan isi kitab Manawa Kamandaka dikeluarkanlah prasasti yang berisi tentang keringanan pajak dengan maksud agar dapat dipakai pedoman bagi masyarakat tidak dipertentangkan sampai kelak dikemudian hari. Itulah sebabnya mereka diberikan menjaga prasasti sebagai pegangan dan tuntunan dalam bertindak dan harus dijaga untuk mengokohkan dirinya dan menunggui enam lempeng yang berbentuk persegi panjang. Prasasti ini menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno. Lempeng pertama ditatah 6 baris aksara hanya pada satu sisi, lempeng II, III, IV, V, dan VI ditatah 6 baris aksara pada masing-masing sisi. Lempeng VI B yang merupakan bagian akhir prasasti ditatah 4 baris aksara. Berdasarkan hal tersebut, Prasasti Bengkala sangat menarik untuk dikaji lebih dalam mengenai aspek epigrafi dalam prasasti.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimana aspek kebahasaan dari prasasti Bengkala, khususnya di bidang aksara atau paleografi, ejaan, bahasa, dan afiksasinya?

  • 2.    Bagaimana aspek pranata sosial masyarakat yang disebutkan dalam prasasti Bengkala?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian mengacu pada tujuan dari ilmu epigrafi dan ilmu paleografi, yaitu menjabarkan tulisan kuna khususnya pada prasasti Bengkala dan mengungkap secara holistik aspek budaya pada masa lampau melalui tulisan-tulisan kuna. Tujuan khusus dari penelitian yakni untuk menjawab semua permasalahan yang telah dituangkan sebagai berikut :

  • 1.    Bagaimana aspek kebahasaan dari prasasti Bengkala, khususnya di bidang aksara atau paleografi, ejaan, bahasa, dan afiksasinya?

  • 2.    Bagaimana aspek pranata sosial masyarakat yang disebutkan dalam prasasti Bengkala?

  • 4.    Metode Penelitian

  • a)    Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian yang mengutamakan mutu dari data yang telah berhasil dikumpulkan dan dianalisis agar mencapai sasaran yang diinginkan, dimana hasil penelitiannya disajikan secara deskriptif.

  • b)    Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenis penelitian, jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif. Sumber data yang digunakan dikelompokkan menjadi dua kelompok data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan jalan dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari lokasi penelitian melalui prosedur dan teknik pengambilan data. Data sekunder adalah data yang didapatkan

secara tidak langsung dari hasil pengumpulan yang dilakukan oleh instansi yang telah dipublikasikan dalam bentuk buku, artikel ilmiah, laporan penelitian, laporan tahunan, dan lain-lain.

  • c)    Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian bersifat internal yaitu peneliti sendiri sebagai instrumen (human instrument). Penguasaan wawasan dan kesiapan peneliti dalam meneliti objek merupakan salah satu penunjang dalam penelitian. Bentuk lain instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman wawancara terkait tentang keberadaan prasasti Bengkala kepada individu atau kelompok pemilik prasasti.

  • d)    Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan oleh peneliti bertujuan untuk memperoleh data yang maksimal dan akurat, teknik yang digunakan adalah observasi, studi kepustakaan, dan wawancara.

  • e)    Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dilakukan sejak awal sampai akhir penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis morfologi dan analisis kualitatif.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

  • a.    Aspek kebahasaan dari prasasti Bengkala

Bahasa adalah sistem lambang atau tanda yang berupa sebarang bunyi (bunyi bahasa) yang dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan. Bahasa dan aksara mempunyai kaitan yang sangat erat. Bahasa lisan dikenal lebih dahulu dan barulah kemudian manusia menemukan sistem simbul berupa aksara (Astra, 1981 : 1).

Khususnya di Bali, perkembangan bahasa sudah mulai muncul sejak abad VIII, dibuktikan dengan adanya temuan stupaika dari tanah liat yang berisikan mantra Buddha. Selanjutnya berkembang bahasa Bali Kuno yang digunakan dalam 33 buah prasasti dari keseluruhan prasasti yang terbit tahun 804-994 saka atau 882-1072 M (Goris, 1954a: 6-23). Selain berkembangnya bahasa Bali Kuno, secara perlahan

muncul pula bahasa Jawa Kuno yang terdapat dalam prasasti-prasasti Bali. Perkembangan bahasa Jawa Kuno di Bali semenjak adanya pengaruh budaya Jawa ke Bali. Penggunaan ejaan dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti di Indonesia, khususnya prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno, Jawa Kuno, dan Bali Kuno dengan menggunakan abjad Dewanagari. Terdapat penggunaan ě pěpět, vokal panjang, vokal rangkap atau diphthong, konsonan dalam prasasti Bengkala.

Jenis-jenis imbuhan yang ditemukan dalam prasasti Bengkala, yaitu : Prefiks (awalan): para-, pari-, pa-,a atau ma-, ka-, di-, sa-; Infiks (sisipan): -in, -um-; Sufiks (akhiran): -an,-ěn, -nya; dan Konfiks: (pa+ -an), (ma- +-an), (ka- + -an), (pa- + -nya).

  • b.    Pranata Sosial dalam Prasasti Bengkala

Pranata sosial yang terdapat dalam prasasti Bengkala yakni pranata birokrasi (pemerintahan), pranata ekonomi, dan pranata agama. Pranata birokrasi pemerintaha Raja Jayapangus dikategorikan menjadi jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan structural terdiri atas Raja, senapati, samgat, mpungku. Jabatan fungsional kewenangannya diakui oleh lebih dari satu desa dan bertugas menyelesaikan satu masalah tertentu secara professional yakni Sang Admak Akmitan Apigajih berarti para petugas yang mengurus dan mengumpulkan soal pungutan pajak yang menjadi hak raja/kerajaan. Mereka inilah yang bertugas untuk memungut/mengambil (admak), menjaga (akmit) pajak. Atas jerih payahnya mereka diberi upah (gajih). Pada masa pemerintahan Jayapangus golongan pegawai inilah yang banyak bertindak agak keliru sehingga menimbulkan kericuhan dalam hal perpajakan (drwyahaji), seperti yang tersebut dalam sambandha prasasti.

Melalui data dalam prasasti dapat diketahui tiga pokok sumber kehidupan masyarakat yaitu: pertanian, peternakan, dan perdagangan. Adanya kata pkěnpkěn (pasar) dalam prasasti dapat diketahui bahwa masyarakat telah mengenal perdagangan. Pasar merupakan tempat dilakukannya transaksi barang antara pembeli dan penjual. Dapat disimpulkan bahwa hasil pertanian dan peternakan

diperjual belikan di sana. Adanya penyebutan iuran jual beli juga menegaskan bahwa pada masa itu telah berkembang sistem berdagang.

Para pemuka agama yang hadir dalam persidangan Majelis Permusyawaratan Paripurna Kerajaan pada masa pemerintahan Raja Jayapangus terdiri atas pemuka agama Siwa dan pemuka agama Budha. Penyebutan kelompok pendeta Siwa dan Buddha menegaskan jika pada masa tersebut telah mengenal adanya agama Siwa (Hindu) dan Budha.

  • 6.    Simpulan

Prasasti Bengkala merupakan sebuah prasasti yang ditujukan kepada masyarakat Bengkala, dikeluarkan oleh seorang Raja yang bernama Jayapangus pada tahun 1103 ṡaka (1181 Masehi). Isi dari prasasti Bengkala menjelaskan tentang kebingungan dari masyarakat Bengkala yang diakibatkan oleh muncul ketidak sepahaman antara mereka dengan petugas pemungut pajak. Prasasti Bengkala menggunakan aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno pada masa Jayāpangus. Unsur pranata sosial yang terdapat dalam prasasti Bengkala yakni pranata pemerintahan (birokrasi), pranata ekonomi, dan pranata agama.

  • 7.    Daftar Pustaka

Astra, I Gde Semadi. 1981. Sekilas Tentang Perkembangan Aksara Bali Dalam Prasasti. Denpasar: Penataran Tenaga Pengajar dan Sastra Bali. Jurusan Bahasa dan Sastra Bali Fakultas Universitas Udayana.

Goris, R. 1954a. Prasasti Bali I. Bandung: Masa Baru

Setiawan, I Ketut. 2010. “Sumbangan Prasasti Dalam Penulisan Sejarah Bali Kuno”. Denpasar. Arkeologi Fakultas Sastra Unud.

Mandiwarsito, L. 1981.Kamus Jawa Kuno – Indonesia. Flores: Nusa Indah.

209