Teks Tutur Prabu Santanu: Analisis Struktur Dan Fungsi
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 16.1 Juli 2016: 210 – 218
Teks Tutur Prabu Santanu: Analisis Struktur Dan Fungsi
Ni Nyoman Apriyanti1*, Putu Sutama2, Tjok Istri Agung Mulyawati R3 123Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]
*
Corresponding Author
Abstract
The study regarding to the text of Tutur Prabu Santanu was aimed to analyze its structure and function. The theory used in this study were the theory of structure and function proposed by Luxemburg, Teeuw as well as Wellek & Warren. The methods used in this study were qualitative method as well as informal method. In addition, note-taking technique, analytic descriptive technique and deductive inductive technique were used in this study.
The result of the study revealed the structure and function of the text of Tutur Prabu Santanu. The structure of the text is narrative consisting of incident, plot, character and characterization, setting, theme, as well as mandate. The function of the text is as medium of education consisting of ethics and philosophical learning as well as medium of entertainment.
Key words: Tekx, Tutur, structure, function.
Kesusastraan Bali merupakan suatu khazanah budaya Bali yang diwarisi dan dilestarikan keberadaannya hingga kini. Tutur sebagai salah satu kesusastraan Bali Tradisional memiliki arti yang sangat luas, dalam kamus bahasa Bali-Indonesia karya I Wayan Warna dan kawan-kawan (1978:614), kata tutur dibedakan atas dua pengertian; pertama, tutur berarti tatwa atau filsafat (cerita) kedua, tutur berarti nasihat atau peringatan. Pada zaman dahulu tutur ditulis di atas daun lontar dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna dan adapula menggunakan bahasa Bali. Keberadaan naskah tidak bisa bertahan lama, maka dari itu perlu dirawat dengan baik. Cerita yang diangkat biasanya diambil dari kisah-kisah yang sudah terkenal dan dijadikan isi cerita dalam sebuah teks yang diadaptasi dari berbagai pustaka-pustaka suci seperti wiracarita mahabarata. Salah satu contohnya yaitu Teks Tutur Prabu Santanu yang
diceritakan dalam bentuk cerita naratif (satua) yang menceritakan kelahiran Prabu Santanu, pertemuan Prabhu Santanu dengan Dewi Gangga, hingga pengorbanan Bisma agar ayahnya dapat menikah dengan Satyawati. Teks Tutur Prabu Santanu mengandung nilai-nilai kehidupan serta memiliki fungsi yang dapat dijadikan pedoman hidup.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka adapun masalah yang dirumuskan ke dalam sebuah pertanyaan (1) Bagaimanakah struktur Teks Tutur Prabu Santanu?, (2)Bagaimanakah fungsi Teks Tutur Prabu Santanu?
Tujuan merupakan maksud atau sesuatu yang hendak dicapai dan perlu diperjelas agar arah penulisan dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Adapun tujuan penelitian dibagi menjadi dua yaitu Secara umum penelitian terhadap Teks Tutur Prabu Santanu ini diharapkan mencapai tujuan yaitu meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap hasil–hasil sastra Bali tradisional. Disamping itu, agar keberadaan warisan budaya tersebut semakin dipahami,dicermati, dimengerti, dihayati dan dapat diamalkan nilainya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan isi yang tertuang dalam Teks Tutur Prabu Santanu. Lebih lanjut diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan dan perkembangan kesusastraan Bali tradisional, dan masyarakat penikmat sastra. Tujuan khusus berkaitan erat dengan masalah dan isi pembahasan dalam penelitian. Secara khusus tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mendeskripsikan struktur yang terdapat dalam Teks Tutur Prabu Santanu. (2) mendeskripsikan fungsi Teks Tutur Prabu Santanu.
Dalam penelitian ini metode dan teknik yang digunakan, yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) tahap pengolahan data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data dipergunakan metode simak. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) teknik pencatatan, dan (2) teknik terjemahan. Pada tahap pengolahan data, metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif dan ditunjang dengan deskriptif analitik. Pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode informal, yang dibantu dengan teknik deduktif dan induktif
Analisis struktur merupakan satu tahapan dalam penelitian yang sangat penting dan sulit dihindari. Hal ini disebabkan karena teori struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti, semendetail, semendalam mungkin yang berkaitan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan karya yang menyeluruh. Berikut ini akan dijelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam Teks Tutur Prabu Santanu.
-
(1) Insiden
Insiden merupakan kejadian - kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita tidak tergantung dari panjang atau pendek, yang secara menyeluruh membangun kerangka struktur cerita secara menyeluruh (Sukada, 1982:22). Terdapat empat belas insiden dalam Teks Tutur Prabu Santanu. Dalam Teks Tutur Prabu Santanu terdapat beberapa insiden di dalamnya, insiden pertama ditunjukkan ketika cerita mulai bergerak dari Sang Prabu Pratipa raja di Hastinapura, beliau melakukan pertapaan di tepi sungai gangga. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Sang ratune ring Astinapura dane ngwangun jaga di sisin Yeh Ganggane, dane matirta camana, měměman sanjanya, usan dane směngan, sai-sai dane keto, nangkěn soma dane twara madasar, rauh Bhaṭari Gangga, mangabin paan dane ne, ngandika ring Sang Prabu, pangandikan ida.(1b, hal.1)
Terjemahan:
Sang raja di Astinapura, beliau membangun kerajaan di sisi aliran sungai Gangga, beliau melakukan penyucian, berendam di sore hari hingga hari menjelang pagi, setiap hari beliau melakukan aktifitas demikian, setiap hari saat melakukan ritual itu beliau Sang Prabu tidak menggunakan petunjuk atau pedoman apapun, datanglah Dewi Gangga, duduk di atas paha beliau Sang Prabu
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang terjalin secara berkesinambungan yang membangun sebuah cerita. Dalam Teks Tutur Prabu Santanu alur yang digunakan adalah alur lurus peristiwa disusun dari awal, tengah dan akhir. Tahapan plot ini dibagi menjadi lima tahapan yaitu (1) tahap Situation, (2) tahap Generating
Circumstances, (3) tahap Rising Action, (4) tahap Climax, dan (5) tahap Denouement (Tasrif dalam Nurgiyantoro, 1995: 149).
Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Dalam Teks Tutur Prabu Santanu terdapat tokoh utama diantaranya sesuai dengan kadar keutamaan tokoh-tokoh itu bertingkat dimana Prabu Santanu merupakan tokoh utama (yang) utama, Dewi Gangga bisa disebut sebagai tokoh utama, walupun utama yang tambahan, dan tokoh Bisma pun demikian ia disebut sebagai tokoh utama walapun sebagai tokoh tambahan utama. Tokoh Sekunder diantaranya Sang Gandawati/ Satyawati, Sang Dasabala, Sang Amba, Bagawan Ramaparasu, Bagawan Byasa. Adapun tokoh-tokoh pelengkap dalam Teks Tutur Prabu Santanu yaitu, Sang Prabu Pratipa, Sang Sohananda, Sang Ambika, Sang Ambalika, Prabu Mandara, Raja Kasiraja, Sang Citrangada, Sang Citrawirya, Sang Citangada Gandarwa, Sang Drestarasta, Sang Pandu, Sang Sadatri, Sang Widura.
Tarigan (1984: 157) mengemukakan bahwa latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kejadian berlangsung. Terdapat tiga latar dalam Teks Tutur Prabu
Santanu diantaranya, latar waktu: sanjanya 'Waktu sore', Yan akudang dina 'entah beberapa hari'. Latar tempat di sisi yeh gangga 'di tepi sungai gangga', ring Astinapura 'di astinapura' dan latar suasana terdiri dari suasana senang, sedih dan kagum.
Tema adalah ide pokok yang dimiliki oleh setiap pengarang yang mendasari hasil karya sastranya. Setiap karya sastra tentu mempunyai pokok pembicaraan yang merupakan ide dasar cerita. Dalam Teks Tutur Prabu Santanu yang menjadi tema adalah perbuatan sebab akibat (karmaphala), seperti yang digambarkan dalam kutipan sebagai berikut ini:
I dewa bakal mantun titiang, lamun tyang nglah panak di pungkuran, to anggen i dewa somah, keto muñin Sang Prabu. (2a, hal.1)
Terjemahan:
Engkau adalah calon menantu hamba, jikalau suatu saat nanti hamba mempunyai putra, itulah yang harus engkau jadikan suami. Demikianlah perkataan dari sang prabhu.
(6 ) Amanat
Amanat adalah keseluruhan makna/isi suatu wacana, konsep dan perasaan yang hendak disampaikan pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar. (Harimurti Kridalaksana 1982: 10). Pesan yang terkandung dalam Teks Tutur Prabu Santanu yaitu apapun yang telah kita tanam dalam kehidupan ini begitu pula hasilnya tergantung dari prilaku kita. Kita juga harus berhati-hati dalam berbicara sebab perkataan bisa menjadi petaka bagi orang lain. Oleh karena itu kita harus selalu berprilaku baik dan menepati setiap apa yang kita ucapkan agar dapat terhindar dari prilaku buruk yang dapat merugikan diri kita.
Resepsi teks Adi Parwa telaah bab XII dalam Teks Tutur Prabu Santanu bertujuan untuk mengetahui sedikit tentang resepsi, apakah ada kesamaannya antara
naskah sumber dan naskah sadurannya yang akan dibandingkan secara singkat.Dari segi pertalian isi cerita penyadur Teks Tutur Prabu Santanu melakukan beberapa perubahan berupa modifikasi (penghilangan atau perubahan), ekspansi (perluasan) serta ekserp (penyerapan inti sari cerita) dari penyadur yang merupakan hasil pemahaman terhadap karya sastra yang telah dibaca. Terlebih lagi Teks Tutur Prabu Santanu tidak menyadur tiga episode yang terdapat dalam sumbernya. Jadi penyadur hanya menyadur mengenai cerita kehidupan prabu santanu yang ada dalam karya sumbernya. Dari segi tokoh, penyadur Teks Tutur Prabu Santanu masih tetap mempertahankan tokoh utama, tokoh sekunder dan tokoh pelengkap yang terdapat pada teks sumbernya. Selanjutnya mengenai tema, nampaknya penyadur Teks Tutur Prabu Santanu masih tetap mempertahankan tema sumbernya yaitu perbuatan sebab akibat (karmaphala).Dapat diketahui bahwa Teks Tutur Prabu Santanu merupakan karya sastra berupa prosa (tutur) yang disadur dari karya berupa prosa (Parwa yaitu bagian Adi parwa)
-
b. Fungsi Teks Tutur Prabu Santanu
Horace (dalam Wellek & Warren, 1989: 25 ; Teeuw, 1984:51) yang menyebutkan bahwa karya sastra dalam masyarakat berfungsi dulce (hiburan atau menghibur) dan utile (bermanfaat). Dengan konsep ini karya sastra di satu sisi dapat menghibur atau sebagai sarana hiburan dan pada sisi lain sekaligus memberi manfaat dalam memberi tuntunan hidup yang baik. Teks Tutur Prabu Santanu dapat dipandang sebagai karya sastra yang dapat berfungsi (1) sebagai media pendidikan diantaranya (a) pendidikan etika. Etika adalah pengetahuan tentang kesusilaan. Dalam Teks Tutur Prabu Santanu terdapat etika murid terhadap guru yang ditunjukan bagaimana etika seorang murid terhadap gurunya, yaitu Sang Bisma sangat menghormati ayahnya sebagai bentuk pengabdiannya terhadap guru rupaka. Dalam Teks Tutur Prabu Santanu prilaku setia, jujur dan benar dalam berkata (Satya wacana) tercermin dalam pelukisan tokoh Bisma yang selalu setia akan janji/ sumpah yang telah ia ucapkan, meskipun banyak cobaan yang Bisma lalui tetapi ia tetap setia
akan janjinya. (b) pendidikan filsafat, Filsafat mencakup kepercayaan dan peristiwa yang di alami oleh seseorang yang memahami ketuhanan. Kelima kepercayaan dalam Agama Hindu yaitu panca sradha apabila dikaitan dengan Teks Tutur Prabu Santanu, terlihat hanya tiga yang mendasari Teks Tutur Prabu Santanu yaitu pertama, percaya dengan adanya Tuhan terlihat pada awal penulisan tutur, yang dilakukan pengarang untuk memuja Tuhan, kedua Percaya dengan adanya Karmaphala, hal ini dapat dilihat dalam Teks Tutur Prabu Santanu, perbuatan yang dilakukan oleh Prabu Santanu yang telah melanggar janji yang ia buat dengan Dewi Gangga membuahkan hasil buruk yang menyebabkan Prabu Santanu kehilangan istrinya yaitu Dewi Gangga untuk selamanya. Dalam Teks Tutur Prabu Santanu juga terdapat perbuatan yang dilakukan oleh Bisma/ Dewa Brata yang seorang ksatria tidak pantas mengucapkan sumpah yang seperti itu, karena sumpah yang Dewa Brata ucapkan akhirnya menghasilkan sebuah phala (hasil perbuatan) yang merupakan sabda dari langit sehingga menyebabkan nama Dewa Brata berubah menjadi Bisma dan ia pun tidak akan menikah seumur hidupnya. Ketiga, Percaya dengan adanya Samsara (Punarbawa), hal ini terlihat dalam Teks Tutur Prabu Santanu, saat sang prabata menjelma menjadi manusia, dan ia menjelma menjadi sang Dewa Brata putra dari Prabu Santanu dengan Dewi Gangga. Terdapat pula penjelmaan sang Mahabima karena perbuatannya yang terdahulu maka beliau dikutuk menjadi manusia dan kemudian lahir di kerajaan Kuru menjadi putra dari Sang Prabu Pratipa yaitu Sang Santanu.
-
(2) Fungsi sebagai media hiburan dimana fungsi sastra digunakan untuk menyenangkan hati pembaca dan untuk mengabadikan segala kejadian yang di alami oleh para raja, dengan demikian karya sastra Teks Tutur Prabu Santanu berfungsi sebagai penghibur karena dapat disampaikan dalam dua hal yaitu sebagai pertunjukan dan dipentaskan karena berisi tokoh yang dapat dijadikan panutan oleh masyarakat dan juga bisa sebagai naskah/ teks yang bisa dibaca oleh masyarakat sehingga
wawasan menjadi terbuka dan setelah selesai membaca seseorang bisa menjadi lebih senang sehingga mendapat beberapa santapan rohani.
Teks Tutur Prabu Santanu di kaji menggunakan metode naratif, dalam hal ini dikaji melalui unsur intrinsik dalam karya sastra. Unsur-unsur intrinsik karya sastra terdiri dari insiden yang terdapat dalam Teks Tutur Prabu Santanu terdiri dari empat belas insiden, alur yang terdapat dalam Teks Tutur Prabu Santanu yaitu alur maju. terdiri dari tahap situasion, pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks, dan tahap penyelesaian. Penokohan dalam Teks Tutur Prabu Santanu terdiri dari 21 tokoh Latar yang terdapat dalam Teks Tutur Prabu Santanu adalah di kerajaan Hastinapura, tepi sungai gangga, Sedangkan latar waktu dalam Teks Tutur Prabu Santanu adalah sore hari (sanjanya), tiga bulan (tlu bulan), dan latar suasana dalam Teks Tutur Prabu Santanu berupa suasana sedih, suasana senang, suasana marah dan suasana kagum. Tema dari Teks Tutur Prabu Santanu adalah perbuatan sebab akibat (karmaphala). Kemudian amanat dalam Teks Tutur Prabu Santanu yaitu apapun yang telah kita tanam dalam kehidupan ini begitu pula hasilnya tergantung dari prilaku kita. Kita harus selalu berprilaku baik dan menepati setiap apa yang kita ucapkan agar dapat terhindar dari prilaku buruk yang dapat merugikan diri kita. Fungsi yang terdapat dalam Teks Tutur Prabu Santanu yaitu fungsi sebagai media pendidikan terdiri dari dua yaitu pendidikan etika yang termasuk pendidikan etika adalah etika murid terhadap guru, dan ajaran moral (satya wacana), dan pendidikan filsafat diantaranya percaya dengan adanya Tuhan, karmaphala dan punarbawa. dan fungsi sebagai media hiburan.
Kridalaksana,Harimurti.1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah mada University Press.
Sukada, I Made. 1982. Masalah Sistematisasi Cipta Sastra. Lembaga Penelitian Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra (Pengantar Teori Sastra).Jakarta: Pustaka Jaya.
Warna, I Wayan. 1978. Kamus Bali Indonesia. Denpasar: Dinas Pengajaran Propinsi Daerah Tingkat I Bali
Wellek, Rena & Austin Warren. 1989.Teori Kesusastraan.Jakarta:PT, Gramedia
218
Discussion and feedback