ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 20.1 Agustus 2017: 66-74

Tindak Ilokusi dan Strategi Bertutur Tokoh dalam Novel Supernova: Akar Karya Dewi Lestari

Meysita Nastiti Putri1*, I Nengah Sukartha2, Ni Putu Evi Wahyu Citrawati3 [123]Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1[email: [email protected]], 2[email: [email protected]], 3[email: [email protected]]

*Coressponding Author

Abstract

This research is titled “The Illocutionary Acts and Politeness Strategies of Character in a novel entitled Supernova: Akar by Dewi Lestari”. The aim of this research is to describe the types of illocutionary acts and politeness strategies of character in a novel entitled Supernova: Akar. The theories used in this research are the theory of illocution act stated by Searle and politeness strategies by Brown and Levinson. The method used at the data collection is observation assisted by the technique of record. In the stage of analysis, the method used is contextual. At the stage of results analysis, formal and informal method are used.

In the novel Supernova: Akar, it was found five types of illocutions that are assertive, directive, expressive, commissive, and declaration. There are eleven data which are assertive, sixteen data which are directive, twelve data which are expressive, four data which are commissive, and two data which are declaration. This research revealed five types of politeness strategies that are bald on-record stategies, possitive politeness stategies, negative politeness stategies, off-record strategies, and silence strategies. There are five data which are bald on-record strategies, three data which are possitive politeness strategies, two data which are negative politeness strategies, three data which are off-record strategies, and two data which are silence strategies.

Keyword: illocutionary acts, politeness strategies, pragmatics, and novel

  • 1.    Latar Belakang

Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa dianggap dapat menyampaikan pesan, tujuan, kehendak, atau informasi secara tepat dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi tidak terlepas dari konteks. Konteks menentukan lancar tidaknya komunikasi

tersebut berlangsung. Bidang ilmu bahasa yang membahas bahasa beserta konteksnya disebut dengan pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang menelaah satuan lingual, mempelajari makna secara eksternal. Makna yang dikaji dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks (Wijana, 1996:2—3).

Novel dapat dimanfaatkan dalam penelitian pragmatik. Hal ini disebabkan oleh adanya dialog dalam novel. Percakapan yang hidup dan wajar adalah percakapan yang sesuai dengan konteks pamakaiannya, percakapan yang mirip dengan situasi nyata penggunaan bahasa. Percakapan tersebut terdapat pula dalam novel. Bentuk percakapan demikian bersifat pragmatik (Nurgiyantoro, 2005:312). Oleh karena itu, dialog dalam novel dapat dianalisis tindak tuturnya. Penelitian ini menggunakan teori tindak ilokusi yang dikemukakan oleh Searle dan strategi bertutur yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson. Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang digunakan untuk melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula (Wijana, 1996:18). Searle (dalam Rahardi, 2009:17) membagi tindak ilokusi menjadi lima jenis, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.

Strategi bertutur adalah rencana yang patut dilakukan demi kelancaran komunikasi. Brown dan Levinson (1987) menyatakan bahwa strategi bertutur sangat diperlukan untuk menghindari keterancaman muka

penutur. Ada lima jenis strategi bertutur, yaitu strategi bertutur secara terus terang tanpa basa-basi, strategi bertutur menggunakan kesantunan positif, strategi bertutur menggunakan kesantunan negatif, strategi bertutur samar-samar, dan strategi bertutur di dalam hati.

Novel Supernova: Akar dipilih sebagai objek penelitian karena memuat dialog-dialog yang sebagian besar menggunakan bahasa sehari-hari dan mudah dimengerti oleh berbagai kalangan. Novel Supernova: Akar juga memberikan informasi yang menarik mengenai beberapa negara di Asia Tenggara. Pada novel ini cukup banyak terdapat tindak ilokusi dan setiap komunikasi tentu menggunakan strategi bertutur untuk melancarkan komunikasi.

  • 2.    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini memiliki dua permasalahan yang dibahas. Kedua permasalahan tersebut diuraikan di bawah ini.

  • 1)    Jenis dan fungsi tindak ilokusi apa sajakah yang terdapat dalam novel Supernova:  Akar karya Dewi

Lestari?

  • 2)    Strategi bertutur apa sajakah yang digunakan  tokoh  dalam  novel

Supernova:  Akar  karya  Dewi

Lestari?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan dalam bidang kebahasaan, khusunya pragmatik. Secara khusus penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu (1) mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak ilokusi yang terdapat dalam novel Supernova: Akar karya Dewi Lestari dan (2) mendeskripsikan strategi bertutur tokoh yang digunakan dalam novel Supernova: Akar karya Dewi Lestari.

  • 4.    Metode Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode simak dan dilanjutkan dengan teknik catat. Pada tahap analisis data menggunakan metode analisis kontekstual. Penyajian hasil analisis data disajikan melalui dua cara, yakni (1) metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa dan (2) metode formal menggunakan tabel kartu data.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Pada novel Supernova: Akar ditemukan kelima jenis tindak ilokusi, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Startegi yang ditemukan ada lima jenis, yaitu strategi bertutur secara terus terang tanpa basa-basi, strategi     bertutur     menggunakan

kesantunan positif, strategi bertutur menggunakan kesantunan negatif, strategi bertutur samar-samar, dan strategi bertutur di dalam hati.

  • 5.1    Tindak Ilokusi dalam Novel

Supernova: Akar

Searle (dalam Rahardi, 2009:17) menggolongkan lima jenis tindak ilokusi, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Penelitian ini menemukan kelima jenis tindak ilokusi tersebut.

  • 5.1.1    Asertif

Asertif merupakan tindak ilokusi yang digunakan untuk menyatakan suatu kebenaran. Penelitian ini menemukan sebelas data yang termasuk ke dalam tindak asertif. Penjelasannya diuraikan sebagai berikut.

Data (1)

  • (1)    Pak Sembiring : Dia yatim piatu, Ompung. Tidak punya uang banyak.

Konteks : Tuturan ini terjadi antara Pak Sembiring dan Ompung Berlin. Pak Sembiring mengantarkan Bodhi ke rumah Ompung Berlin untuk membuat paspor. Ia menawar harga pembuatan paspor agar mendapatkan harga yang murah.

Tuturan (1) merupakan tindak asertif berfungsi untuk menyatakan suatu kebenaran. Pak Sembiring hanya ingin menyatakan kebenaran bahwa Bodhi yatim piatu dan tidak memiliki uang yang banyak.

  • 5.1.2    Direktif

Tindak direktif adalah tindak ilokusi yang dirancang untuk mendorong lawan tutur melakukan suatu tindakan (Rahardi, 2009:17). Penelitian ini menemukan enam belas data yang termasuk ke dalam tindak direktif. Penjelasannya diuraikan sebagai berikut.

Data (2)

  • (2)    Georgy : Pakai uang ini untuk ongkos naik samlor nanti, dan temukan kaumku!...

Konteks : Georgy menyuruh Bodhi untuk menemukan kaumnya agar Bodhi tertolong dan dapat melanjutkan perjalanan.

Tuturan (2) merupakan tindak direktif yang digunakan untuk menyuruh. Georgy menyuruh Bodhi menggunakan uang pemberiannya untuk membayar samlor dan pergi menuju ladang mariyuana untuk mengumpulkan uang.

  • 5.1.3 Ekspresif

Tindak ekspresif merupakan tindak ilokusi yang menyatakan perasaan dan sikap penutur terhadap suatu keadaan (Rahardi, 2009:18). Penelitian ini menemukan dua belas data yang termasuk ke dalam tindak ekspresif. Penjelasannya diuraikan sebagai berikut.

Data (3)

  • (3)    Bodhi :   Lalu saya datang

menghadap Guru Liong, mencium tangannya, dan bilang: Saya capek.

Konteks :   Bodhi mengatakan

keinginannya untuk keluar dari vihara pada Guru Liong. Bodhi merasa sudah lelah dengan hidupnya di vihara.

Tuturan (3) merupakan tindak ekspresif yang digunakan untuk mengeluh.     Bodhi     bermaksud

menyatakan sikapnya pada suatu keadaan dengan mengeluh karena merasa lelah dengan hidupnya selama ini. Ia berniat untuk meninggalkan vihara.

  • 5.1.4 Komisif

Tindak komisif merupakan tindak ilokusi yang digunakan untuk menyatakan janji atau penawaran penutur untuk melakukan sesuatu (Rahardi, 2009:18). Penelitian ini menemukan empat data yang termasuk ke dalam tindak komisif. Penjelasannya diuraikan sebagai berikut.

Data (4)

  • (4)    Epona : Bisa, bisa. Pasti bisa. Nanti saya bawa alat-alat mereka sekalian.

Konteks : Epona menawarkan bantuan pada Michael dan ia menyanggupi permintaan      Michael      untuk

membawakan peralatan milik tim Michael.

Tuturan (4) merupakan tindak komisif yang digunakan untuk menyatakan kesanggupan. Epona bermaksud menyatakan kesanggupan untuk melakukan sesuatu, yaitu mengecek tim Michael Simone yang mengalami kerusakan alat dan membawa alat tersebut untuk diperbaiki.

  • 5.1.5 Deklaratif

Tindak deklaratif adalah jenis tindak ilokusi yang jika diucapkan akan menyebabkan suatu kondisi baru

(Rahardi, 2009:18). Penelitian ini menemukan dua data yang termasuk ke dalam tindak deklaratif. Penjelasannya diuraikan di bawah ini.

Data (5)

  • (5)    Kell : No, no. Urusan kita belum selesai, Bodhi.

Konteks : Kell mencegah Bodhi yang akan keluar dari penginapan.

Tuturan (5) merupakan tindak deklaratif yang digunakan untuk melarang. Pada tuturan tersebut Kell melarang    Bodhi    meninggalkan

penginapan karena urusan mereka mengenai tato belum selesai sehingga Bodhi harus tetap tinggal di sana.

  • 5.2 Strategi Bertutur Tokoh dalam Novel Supernova: Akar

Brown dan Levinson (1987) membagi strategi bertutur menjadi lima, yaitu strategi bertutur secara terus terang tanpa basa-basi, strategi bertutur menggunakan kesantunan positif, strategi     bertutur     menggunakan

kesantunan negatif, strategi bertutur samar-samar atau tidak transparan, dan strategi bertutur di dalam hati. Penelitian ini menemukan kelima jenis strategi bertutur tersebut.

  • 5.2.1    Strategi Bertutur Secara Terus

    Terang Tanpa Basa-Basi

Strategi bertutur secara terus terang tanpa basa-basi digunakan untuk mengancam      muka      tanpa

mempertimbangkan muka lawan tutur. Penelitian ini menemukan lima data yang termasuk ke dalam strategi bertutur secara terus terang tanpa basa-basi. Penjelasannya diuraikan di bawah ini.

Data (6)

  • (6)    Kell : ... Orang itu bisa bikin bom dari ketombemu . . . eh, sorry, saya lupa kamu botak.

Konteks : Tuturan terjadi antara Kell dan Bodhi. Kell sedang bercerita mengenai pimpinan CMAC pada Bodhi.

Kell tindak sengaja menjatuhkan muka yang dilindungi oleh Bodhi saat menceritakan pimpinan CMAC. Tuturan Kell (6) mengancam muka positif Bodhi, yakni ingin dihargai dan dianggap baik sebagai seseorang yang memiliki kepala botak. Strategi bertutur secara terus terang tanpa basa-basi digunakan dengan mempertimbangkan derajat keterancaman muka berdasarkan skala kesantunan yakni jarak sosial antara penutur dan lawan tutur. Pada konteks tuturan di atas, Kell dan Bodhi merupakan teman akrab. Keakraban

yang dimiliki keduanya mengakibatkan Kell dapat melakukan pengancaman muka secara maksimal tanpa harus mempertimbangkan perasaan Bodhi.

  • 5.2.2 Strategi Bertutur Menggunakan Kesantunan Positif

Strategi bertutur menggunakan kesantunan positif merupakan strategi bertutur untuk melindungi muka positif lawan tutur. Penelitian ini menemukan tiga data yang termasuk dalam strategi bertutur menggunakan kesantunan positif. Penjelasannya diuraikan di bawah ini.

Data (7)

  • (7)    Kell : ... Ayo, kita beli pàw-pia segerobak!

Konteks : Tuturan terjadi antara Bodhi dan Kell. Kell melarang Bodhi pergi dari penginapan dan mengajak Bodhi untuk membeli lumpia.

Pada tuturan (7) menyiratkan penggunaan strategi bertutur menggunakan kesantunan positif dengan cara penutur menyertakan diri dalam kegiatan bersama lawan tutur. Kell menganjak Bodhi untuk membeli makanan ringan khas Thailand yang mirip dengan lumpia untuk meyakinkan Bodhi. Pada tuturan Kell (7) penggunaan kata ganti orang pertama

jamak, yaitu “kita”, mengacu pada Kell dan Bodhi menekankan adanya usaha kerja sama antara penutur dan lawan tutur.     Kell     berusaha     untuk

menyelamatkan muka positif Bodhi, yaitu ingin dianggap baik karena telah mengatakan kejujuran bahwa kondisi keuangannya tidak memungkinkan untuk menyewa penginapan lagi. Tuturan Kell dianggap telah santun karena berusaha memperlunak tuturan dan menghindari tindakan yang berpotensi mengancam muka Bodhi.

  • 5.2.3 Strategi Bertutur Menggunakan Kesantunan Negatif

Strategi bertutur menggunakan kesantunan negatif merupakan strategi bertutur untuk melindungi muka negatif lawan tutur. Penelitian ini menemukan dua data yang termasuk ke dalam strategi     bertutur     menggunakan

kesantunan negatif. Penjelasannya diuraikan di bawah ini.

Data (8)

  • (8)    Bong : Bod, lo ditunggu ama anak-anak entar sore. Program orientasi lagi. Bisa, kan?

Konteks : Tuturan terjadi antara Bong dan Bodhi. Bong meminta Bodhi untuk mengisi program orientasi anggota baru.

Pada tuturan (8) menyiratkan penggunaan      strategi      bertutur

menggunakan kesantunan negatif dengan cara tuturan tidak langsung. Bong menggunakan kalimat tanya yang ditujukan pada Bodhi untuk mengajukan permintaan mengisi orientasi. Penggunaan kalimat tanya pada tuturan (8) merupakan usaha Bong untuk melindungi muka negatif Bodhi. Penggunaan strategi ini merupakan usaha Bong agar tidak terkesan memaksa Bodhi untuk melakukan permintaannya.

  • 5.2.4 Strategi Bertutur Samar-Samar atau Tidak Transparan

Strategi bertutur samar-samar atau tidak transparan adalah strategi yang digunakan penutur jika ingin melakukan tindakan pengancaman muka, tetapi tidak berkeinginan bertanggung jawab atas perbuatannya. Penelitian ini menemukan tiga data yang termasuk dalam strategi bertutur samar-samar. Penjelasannya diuraikan di bawah ini.

Data (9)

  • (9)    Noi : Kamu pikir tumpangan itu gratis?!

Konteks : Tuturan terjadi antara Noi dan Bodhi. Noi meminta bayaran atas tumpangan Bodhi di truknya.

Pada tuturan (9) terdapat penggunaan strategi bertutur samar-samar. Tuturan Noi (9) merupakan kalimat retoris. Secara tidak langsung Bodhi dapat menemukan jawaban dari pertanyaannya melalui tuturan Noi yang diintepretasikannya. Noi menggunakan strategi     bertutur      samar-samar

bermaksud     ingin     melakukan

pengancaman muka terhadap Bodhi, tetapi Noi tidak ingin bertanggung jawab atas hal tersebut.

  • 5.2.5 Strategi Bertutur di dalam Hati

Strategi bertutur di dalam hati adalah     penutur     tidak     ingin

menyampaikan maksud hatinya dan memilih diam untuk menghindari menyakiti lawan tutur yang kemungkinan mengancam muka lawan tutur. Pada penelitian ini ditemukan dua data yang menggunakan strategi bertutur di dalam hati. Penjelasannya diuraikan di bawah ini.

Data (10)

  • (10)    Bodhi :  (meratap dalam hati)

kenapa dulu kau ikuti dia, Dewi Kudamu,  yang ternyata sedang

setengah rit perjalanan ke alam kematian . . . . Jangan-jangan, gerbang maut dalam dirinyalah yang membikinmu tertarik, bukan karena Epona itu gagah perkasa mirip kuda kavaleri.

Konteks : Bodhi merasa iba pada Kell yang sedang sekarat akibat ledakan ranjau.

Tuturan (10) menggunakan strategi bertutur di dalam hati. Strategi tersebut dipilih Bodhi karena tidak ingin menyakiti Kell. Bodhi merasa iba pada Kell karena nasib buruk yang menimpa Kell. Kell sedang sekarat terkena ranjau yang tidak sengaja diinjaknya. Selain itu, Kell juga harus menerima kenyataan bahwa wanita yang disukainya, yaitu Epona, menyukai pria lain. Bodhi merasa pilihan Kell mengikuti Epona sampai ke markas CMAC adalah sebuah pilihan yang salah.

  • 6.    Simpulan

Jenis-jenis tindak ilokusi dalam novel Supernova: Akar, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Strategi bertutur tokoh yang ditemukan, yaitu strategi bertutur secara terus terang tanpa basa-basi, strategi bertutur menggunakan kesantunan positif, strategi bertutur menggunakan kesantunan negatif, strategi bertutur

samar-samar atau tidak transparan, dan strategi bertutur di dalam hati.

  • 7.    Daftar Pustaka

Brown, Penelope and Stephen Levinson. 1987. Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Lestari, Dewi. 2002. Supernova: Akar. Cetakan Kedua. Bandung: Truedee Books.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.          Yogyakarta:

Erlangga.

Rahardi,       Kunjana.        2009.

Sosiopragmatik.         Jakarta:

Erlangga.

Searle, J.R. 1979. Expression and Meaning: Studies in Theory of Speech Acts. Cambridge: Cambridge University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:   Duta Wacana

University Press.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

74