ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 20.1 Agustus 2017: 57-65

Penerjemahan Majas Hiperbola dalam Novel Kazemachi No Hito Karya Ibuki Yuki

Luh Made Sri Wahyuni1*, Ngurah Indra Pradhana2 [12]Prodi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Unud 1[email: [email protected]] 2[[email protected]] *

Corresponding Author

Abstract

The title of this research is “Hyperbole Translation in The Novel Entitled Kazemachi No Hito by Ibuki Yuki”. The method of this research is descriptive qualitative. The source of data is a novel entitled Kazemachi No Hito and its translation. This research aims to analyze the categories of hyperbole and hyperbole translation strategies used by the translator in translating hyperbole. The theory for analyzing the categorization of hyperbole is based on Satoʼs theory (1978) and translation strategies by Larson (1984). The result of analysis shows that there are 80 data of hyperbole found in the novel Kazemachi No Hito. The data are categorized in five categories, there are 52 data of figurative hyperbole, 16 data expression of lies hyperbole, 14 data of hyperbole that refers to feelings, 9 data of hyperbole that refers to body, and 9 data logical expression hyperbole. There are five translation strategies found in this research. The result shows that only figurative hyperbole can be translated into simile.

Key words : hyperbole, translation strategies, meaning equivalent

  • 1.    Latar Belakang

Perbedaan pola pikir dan latar belakang kebudayaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran membuat penerjemahan karya sastra menjadi sulit mencari padanan kata yang sesuai. Begitu pula dalam penerjemahan majas hiperbola, seringkali ditemukan kesulitan dalam menerjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Majas hiperbola digunakan oleh pengarang untuk memberikan efek melebih-lebihkan suatu keadaaan sehingga dapat menciptakan karya sastra yang dramatis sekaligus dapat meningkatkan

keindahan dari karyanya tersebut. Adanya efek melebih-lebihkan suatu hal dari teks sumber apabila diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa sasaran dapat menyebabkan adanya kesan aneh dan kurang berterima karena istilah tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan dan kaidah-kaidah bahasa sasaran. Maka dari itu diperlukan pemilihan kata yang tepat dan perhatian khusus untuk menerjemahkan majas hiperbola sehingga pesan yang ingin disampaikan dan efek yang ingin ditonjolkan oleh pengarang teks sumber dapat tetap dipertahankan setelah diterjemahkan ke

dalam bahasa sasaran. Permasalahan mengenai pemilihan kata dan gaya bahasa inilah yang menjadi tantangan bagi para penerjemah dalam menerjemahkan majas, khususnya majas hiperbola.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimanakah jenis-jenis majas hiperbola yang terdapat dalam novel Kazemachi No Hito karya Ibuki Yuki?

  • 2.    Bagaimanakah             strategi

penerjemahan majas hiperbola yang terdapat dalam novel Kazemachi No Hito dan terjemahannya pada novel The Wind Leading To Love karya Ibuki Yuki?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah khasanah penelitian penerjemahan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penerjemahan dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Selain dapat menambah wawasan pembaca, penelitian ini diharapkan sekaligus dapat memperkenalkan karya

sastra Jepang serta gaya bahasanya untuk menambah pengetahuan pembaca. 4. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah sebuah analisis teks yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif, baik berupa kata-kata ungkapan tertulis maupun lisan (Moleong, 2006:5). Sumber data pada penelitian ini adalah novel yang berjudul Kazemachi No Hito (KNH) karya Ibuki Yuki (2011) dan novel terjemahannya yang berjudul The Wind Leading To Love (TWLTL) karya Mohammad Ali (2015). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak, yaitu dengan menyimak suatu penggunaan bahasa untuk memperoleh data (Sudaryanto, 1993:132). Metode yang digunakan pada tahap analisis data adalah metode padan translasional, yaitu metode analisis yang penentunya adalah bahasa lain (Sudaryanto, 1993:15). Teori yang digunakan untuk menganalisis data yaitu pendapat dari Sato (1978) mengenai majas hiperbola dan Larson (1984) mengenai strategi penerjemahan. Tahapan penyajian analisis data menggunakan metode informal. Metode penyajian informal

menurut Sudaryanto (1993:145) adalah perumusan dengan kata-kata biasa.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sato (1978:176-202) mengenai jenis-jenis majas hiperbola, terdapat lima jenis majas hiperbola dalam novel Kazemachi No Hito dengan lima strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah. Berikut ini akan disajikan analisis data mengenai jenis majas hiperbola sekaligus dengan strategi penerjemahannya.

  • 5.1    Hiperbola    Ungkapan Kias

(Chokuyu Na Kochouhou)

Hiperbola ungkapan kias adalah majas hiperbola yang di dalamnya mengandung unsur-unsur kiasan. Majas hiperbola ungkapan kias dapat diterjemahkan dengan lima strategi. Berikut ini disajikan data mengenai majas hiperbola ungkapan kias dan strategi yang digunakannya.

  • (1)    TSu      : Bureeki wo kakeru

yousu mo naku jitensha wa sakadou wo sagari, ikioi yoku bouhateisoi no michi ni ireru to, ya no you ni hashitteita. Jetto koosutaa ni notteiru youna ushiro sugata datta.

(KNH, 2011:47) TSa     : ‘Tanpa menggunakan

rem sedikitpun, Kimiko menuruni bukit dengan sepedanya, dan dengan kecepatan itu masuk ke jalan yang menyusuri pemecah

ombak, bagaikan anak panah yang melesat. Seperti seseorang yang sedang menaiki roller coaster.’

(TWLTL, 2015:43)

Data (1) membandingkan dua objek yaitu kecepatan Kimiko menaiki sepeda diibaratkan seperti cepatnya anak panah yang melesat dari busurnya. Untuk lebih dapat meningkatkan kesannya, kecepatan sepeda Kimiko diibaratkan pula seperti cepatnya laju roller coaster yang melesat cepat tanpa menggunakan rem sedikitpun. Ukuran kecepatan laju sepeda Kimiko digambarkan jauh lebih cepat dari keadaan sebenarnya dengan mengungkapkannya bagaikan cepatnya laju anak panah dan roller coaster. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Keraf (1984:136) bahwa ungkapan kias merupakan gaya bahasa untuk membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain. Artinya berusaha menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Sejalan dengan pendapat Keraf maka data (1) dapat disimpulkan sebagai majas hiperbola ungkapan kias. Data (1) menggunakan strategi penerjemahan majas hiperbola menjadi hiperbola yang sama karena TSu diterjemahkan secara harfiah pada TSa. Penerjemahan harfiah

(literal        translation)        adalah

penerjemahan suatu kata atau ungkapan secara kata per kata (Molina & Albir, 2002:510).

  • (2)    TSu      :Shikashi   kimi,ʻGomen

ne, Kimi-chanʼ tte ittara, taihen na shuraba ni natteita yo.

(KNH, 2011:241)

TSa      :Tapi kalau saat itu aku

berkata, ‘Maaf ya, Kimi-chan’, bisa-bisa terjadi pertempuran berdarah tadi.

(TWLTL, 2015:210)

Data (2) merupakan majas hiperbola yang mengacu pada majas hiperbola ungkapan kias. Suatu pertengkaran yang mungkin terjadi dilebih-lebihkan keadaannya dengan mengungkapkannya sebagai sebuah pertempuran. Majas hiperbola pada TSu ditandai oleh frasa ‘taihen na shuraba’, sedangkan majas hiperbola pada TSa diterjemahkan menjadi ‘pertempuran berdarah’. Majas hiperbola pada TSu jika diterjemahkan secara harfiah ke dalam TSa menjadi “pertempuran hebat atau besar”. Pada data (2) penerjemah menerjemahkan dengan istilah lain yaitu menjadi ‘pertempuran berdarah’ pada TSa. Larson (1984:127) menyatakan bahwa majas hiperbola merupakan suatu ungkapan yang mengandung efek untuk melebih-lebihkan dari keadaan yang terjadi sesungguhnya dan

penerjemah diharapkan agar mampu menerjemahkan dengan tepat ke dalam bahasa sasaran dengan tetap mempertahankan efek yang ingin ditonjolkan pada TSu. Maka dari itu, penerjemah dituntut kemampuannya untuk mencari berbagai jalan agar tetap dapat mempertahankan efek yang ingin ditonjolkan pengarang TSu. Hasil terjemahan pada TSa tetap mengandung majas hiperbola walaupun menggunakan kata yang berbeda. Isi pesan dan efek yang ditonjolkan pada TSu masih tetap dapat dipertahankan setelah diterjemahkan dalam TSa. Data (2) menggunakan strategi penerjemahan majas hiperbola menjadi hiperbola yang berbeda.

  • (3)    TSu : Soshite mata nemurenai. Akujunkan da.

(KNH, 2011:81) TSa : ‘Akibatnya lagi, ia kembali tidak bisa tidur. Benar-benar bagaikan lingkaran setan.’

(TWLTL, 2015:74)

Data (3) merupakan majas hiperbola ungkapan kias yang ditandai oleh ungkapan bermakna konotatif yaitu ‘akujunkan’ yang berarti “lingkaran setan”. Majas hiperbola pada data (3) menggunakan strategi penerjemahan majas hiperbola menjadi simile. Strategi penerjemahan dengan mengubah gaya

bahasa pada teks sasaran dapat dilakukan oleh penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang tidak kaku    sehingga    mempermudah

penggambaran hal yang ingin diungkapkan oleh pengarang bahasa sumber. Pada TSu kalimat ‘akujunkan da’ diterjemahkan menjadi majas simile pada TSa yaitu menjadi ‘benar-benar bagaikan lingkaran setan’. Majas simile pada bahasa sasaran ditandai oleh kata ‘bagaikan’. Penggunaan majas ini bertujuan untuk meningkatkan efek sehingga dapat menimbulkan kesan imajinatif kepada pembaca. Keadaan tidak bisa tidur di malam hari yang dialami Tetsuji tersebut diibaratkan sebagai lingkaran setan yang sangat menyiksanya.

  • (4)    TSu      : Kuroshio-tei no shujin

ga tobu you ni shite detekite, teinei ni atama wo sageteiru.

(KNH, 2011:61) TSa      : ‘Pemilik Kuroshio-tei

terlihat terburu-buru menyambut orang tersebut.’

(TWLTL, 2015:56)

Data (4) termasuk jenis majas hiperbola ungkapan kias karena dalam pengungkapannya      menggunakan

ungkapan kias untuk menonjolkan efek dalam melebih-lebihkan dari keadaan sebenarnya. Majas ini mengalami pergeseran dari ungkapan bermajas

pada teks sumber menjadi kalimat biasa yang tidak bermajas pada teks sasaran. Efek yang ingin ditonjolkan tersebut tidak terlihat karena klausa ‘tobu youni shite’ hanya diterjemahkan menjadi ‘terburu-buru’ pada teks sasaran. Pemilik Kuroshio-tei yang bergegas keluar untuk menyambut tamu tersebut diibaratkan ‘terbang’ yang ditandai oleh klausa ‘tobu youni shite’ pada teks sumber. Pada TSa data   (4)

diterjemahkan dengan menggunakan strategi penerjemahan majas hiperbola menjadi kalimat biasa yang tidak bermajas serta tidak mengandung ungkapan kias sama sekali pada teks sasaran.

  • (5)    TSu      : Miageru to kuuki wa

saewatari, ginpun wo chiribameta you na hoshizora ga hirogatteita.

(KNH, 2011:375) TSa      : ‘Saat ia menengadah ia

merinding saat melihat langit yang luas dan bertebaran bintang.’

(TWLTL, 2015:326)

Data (5) merupakan majas hiperbola yang mengacu pada majas hiperbola ungkapan kias. Data (5) dapat digolongkan ke dalam majas hiperbola ungkapan kias karena mengungkapkan suatu keadaan secara berlebihan dengan membandingkan dua objek yang berbeda. Objek yang dibandingkan yaitu ‘ginpun’ yang berarti “bubuk

logam perak” dan ‘hoshizora’ yang artinya “langit penuh bintang”. Majas hiperbola ini berfungsi untuk meningkatkan kesan dan menonjolkan betapa banyaknya bintang-bintang di langit yang bertebaran dengan menyamakannya layaknya bubuk logam yang mustahil untuk dihitung jumlahnya. Keindahan warna langit juga ditonjolkan melalui kata ‘ginpun’ yaitu layaknya bintang berkelip-kelip berwarna perak di langit yang luas pada teks sumber. TSu yang mengandung majas hiperbola tersebut dihilangkan. Teknik penghilangan dalam proses penerjemahan dilakukan dengan membuang kata yang berlimpah (Moentaha, 2008:70). Hal ini berarti tanpa bantuan kata yang berlimpah tersebut, isi atau pesan dalam TSu dapat disampaikan ke dalam TSa secara utuh. Data (5) menggunakan strategi penerjemahan majas hiperbola yang tidak diterjemahkan dalam bahasa sasaran.

  • 5.2 Hiperbola Ungkapan Kebohongan (Uso No Kochouhou)

Hiperbola ungkapan kebohongan (uso no kochouhou) mengungkapkan sesuatu yang melebih-lebihkan dan melampaui batas yang

pantas dan tidak dapat diterima oleh akal sehat secara objektif. Majas hiperbola ungkapan kebohongan dapat diterjemahkan dengan menggunakan tiga strategi penerjemahan. Berikut ini disajikan contoh majas hiperbola ungkapan kebohongan dengan strategi penerjemahan yang digunakannya.

  • (6)    TSu : Anata ja kono ie no katadzuke nante ichinen yattemo owaranai yo.

Tsa : ‘Kalau kau ingin merapikan rumah ini sendirian, tak akan selesai walaupun kau terus melakukannya selama satu tahun.’ Strategi      penerjemahan      :

Penerjemahan majas hiperbola menjadi hiperbola yang sama

  • (7)    TSu : Totsuzen, fasutofuudo wo shinu hodo tabetakunatta.

Tsa : ‘Tiba-tiba, ia ingin sekali makan makanan cepat saji.’ Strategi      penerjemahan      :

Penerjemahan majas hiperbola menjadi kalimat tidak bermajas

  • (8)    Tsu : Mayoneezu no umami to karaage no nikujuu ga kuchi no naka de karamattehajiketa.

Tsa : ‘Mayones dan lemak daging ayam seakan meledak di dalam mulutnya.’

Strategi penerjemahan : Hiperbola yang tidak diterjemahkan

  • 5.3 Hiperbola yang Mengacu pada Bagian Tubuh atau Keadaan Fisik (Shintaiteki Na Kochouhou)

Hiperbola yang mengacu pada bagian tubuh atau keadaan fisik adalah jenis majas hiperbola berdasarkan keadaan yang berhubungan dengan fisik. Hiperbola ungkapan fisik dapat diterjemahkan dengan menggunakan tiga strategi penerjemahan. Berikut ini disajikan contoh majas hiperbola yang mengacu pada bagian tubuh dengan strategi      penerjemahan      yang

digunakannya.

  • (9)    Tsu : Suguni doa ga hiraki, mabushii hodo no egao de Kimiko ga, irasshai, to kao wo dashita.

Tsa : ‘Sesaat setelah membuka pintu, ia mendapati Kimiko sedang tersenyum     dengan     sangat

menyilaukan sambil mengucapkan, “Selamat datang!”.’

Strategi      penerjemahan      :

Penerjemahan majas hiperbola menjadi hiperbola yang sama

  • (10)    Tsu : Rika ga kewashii me wo shita. Tsa : ‘Mata Rika berapi-api.’ Strategi      penerjemahan      :

Penerjemahan majas hiperbola menjadi hiperbola yang berbeda

  • (11)    Tsu : Onedan ni koshi wo nukashita kedo, demo tsukau tabini shiawasena kimochi ga suru.

Tsa : ‘Memang harganya cukup membuatku lemas, tapi aku selalu merasa bahagia setiap memakainya.’

Strategi      penerjemahan      :

Penerjemahan majas hiperbola kalimat tidak bermajas.

  • 5.4 Hiperbola yang Mengacu pada Perasaan (Shinjou Na Kochouhou)

Hiperbola yang mengacu pada perasaan adalah majas hiperbola yang berdasarkan keadaan yang berhubungan dengan perasaan. Hiperbola ungkapan perasaan dapat diterjemahkan dengan menggunakan      tiga       strategi

penerjemahan. Berikut ini disajikan contoh majas hiperbola yang mengacu pada perasaan dengan strategi penerjemahan yang digunakannya.

  • (12)    TSu : Sono ai no tokimeki wa tenchi wo yurugashi.

TSa     :     Debaran     cinta

mengguncang langit dan bumi.

Strategi     penerjemahan     :

Penerjemahan majas hiperbola menjadi hiperbola yang sama

  • (13)    TSu : Omoi wa fukidasu monono nanimo kimerarezu.

TSa :  ‘Walaupun perasaannya

sedang meluap, tetapi ia tidak bisa memutuskan apapun.’

Strategi      penerjemahan      :

Penerjemahan majas hiperbola menjadi hiperboa yang berbeda

  • (14)    TSu : Jibun date kokoro ga yureteiru.

TSa : ‘Hatinya sendiri pun sedang dilanda rasa bimbang.’

Strategi      penerjemahan      :

Penerjemahan majas hiperbola menjadi kalimat tidak bermajas

  • 5.5 Hiperbola Ungkapan Logis (Ronriteki Na Kochouhou)

Hiperbola ungkapan logis merupakan jenis majas hiperbola yang berdasarkan pada ungkapan logis dengan pernyataan yang menyesuaikan dengan fakta dan kenyataan. Hiperbola ungkapan logis dapat diterjemahkan dengan menggunakan dua strategi penerjemahan. Berikut ini disajikan contoh majas hiperbola ungkapan logis dengan strategi penerjemahan yang digunakannya.

  • (15)    TSu : Ano ie dewa hon wa tana to iu yori arayuru kabe ni tsumatteite, zousho de tenjou wo shieteiru you ni mieta.

TSa : ‘Buku dan CD yang ada di rumah tersebut bukan lagi tertata dalam rak, tetapi sudah lebih mirip menumpuk di seluruh dinding sampai-sampai meninggalkan kesan bahwa atap rumah tersebut ditopang oleh koleksi buku yang ada.’

Strategi      penerjemahan      :

Penerjemahan majas hiperbola menjadi hiperbola yang sama

  • (16)    TSu : Dakedone, Tetsu-san ga kureru teepu wo kiitemo watashi wa    subete    atama    kara

nuketeshimau.

TSa : ‘Lantas, kenapa semua lagu yang ada pada kaset yang Tetsuji berikan, tidak ada yang meresap

dalam kepalaku meski telah kudengar berkali-kali?’

Strategi penerjemahan : Penerjemahan majas hiperbola menjadi kalimat tidak bermajas

  • 6    Simpulan

Hiperbola ungkapan kias yang ditemukan dalam novel Kazemachi No Hito lebih banyak diungkapkan dengan jalan membandingkannya dengan hal yang sama namun memiliki ukuran atau derajat lebih besar dan lebih kuat. Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya majas hiperbola ungkapan kias saja yang dapat diterjemahkan menjadi simile. Hal ini dikarenakan bahwa majas simile memiliki fungsi untuk mengungkapkan bahwa sesuatu itu sama dengan hal lainnya sehingga hanya hiperbola ungkapan kias saja yang memungkinkan untuk diterjemahkan menjadi simile. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat pula ditarik kesimpulan bahwa dalam novel Kazemachi No Hito lebih kaya akan penggunaan majas hiperbola dibandingkan dengan novel terjemahannya yang berjudul The Wind Leading To Love. Hal tersebut dapat dibuktikan dari strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah yakni 13 data diterjemahkan menjadi kalimat tidak bermajas, tiga data diterjemahkan

menjadi simile, dan tiga data yang tidak diterjemahkan.

  • 7 . Daftar Pustaka

Ali, Mohammad. 2015. The Wind Leading To Love. Jakarta: Penerbit Haru.

Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Larson, Mildred L. 1984. MeaningBased Translation: A Guide to Cross Language Equivalence. New York: University Press of America.

Moentaha, Salihen. 2008. Bahasa dan Terjemahan. Bekasi: Kesaint Blanc.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Bandung:  PT. Remaja Rosdakarya

Offset.

Molina, Lucía and Albir, Amparo. 2002. Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach. Meta: Translators' Journal, Vol. 47, No. 4.

Sato, Nobuo. 1978. Retorikku Kankaku. Tokyo: Kodansha.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Yuki, Ibuki. 2011. Kazemachi No Hito.

Tokyo: Popura Bunko.

65