ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 20.1 Agustus 2017: 49-56

Aspek Inkoatif dalam Novel Absolute Duo

Anak Agung Diyah Ratnasari 1*, I Nyoman Rauh Artana2, I Made Budiana3 [123]Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

1[email: [email protected]] 2[email: [email protected]] 3[email:[email protected]]

*Corresponding Author

Abstract

The title of this research is “The Inchoative Aspect in Absolute Duo’s Novel By Hiragi Takumi”. This research aimed is to find out, the formation, the variety, and the meaning of inchoative aspect in Absolute Duo’s Novel by Hiragi Takumi. The theories that used to analyze this study are syntax by Chaer (2012) and semantics by Pateda (2001).The result of the research shows the combination of two verbs with the suffix {~hajimeru}, {~dasu}, {~kakeru} may form the inchoative aspect. There are three kinds of inchoative aspect found in this study such as unfinished inchoative aspect, finished inchoative aspect, and inchoative aspect has started towards the end not the past. Furthermore, the three variations show the meaning of inchoative aspect is different.

Key words : {~hajimeru}, {~dasu}, {~kakeru}

  • 1.    Pendahuluan

Setiap bangsa di dunia ini memiliki bahasa yang berbeda-berbeda. Setiap bahasa tersebut memiliki sistem khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Begitu pula dengan bahasa Jepang yang kaya akan struktur dan juga memiliki keunikan sendiri khususnya dalam hal memandang struktur temporal atau aspektualitas. Peristiwa yang menunjukkan aspek ada bermacam-macam bisa menyangkut adanya (kegiatan atau kejadian), mulainya, berlangsungnya, selesai tidaknya, ada tidaknya hasil, dan adanya kebiasaan

(Verhaar, 2004:239). Aspek yang menyatakan peristiwa mulai mempunyai cara yang cukup variatif dalam pembentukan kalimat yang menunjukkan aspek tersebut. Perbedaan cara yang digunakan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang dalam menyatakan aspek inkoatif, menyebabkan pembelajar bahasa Jepang mengalami kesulitan dalam memahaminya, baik dari segi pembentukan, jenis maupun makna, dikarenakan dalam bahasa Jepang mempunyai beberapa variasi untuk menyatakan penanda aspek inkoatif itu

sendiri. Untuk lebih jelasnya penelitian ini akan menjelaskan aspek inkoatif dan maknanya yang terdapat dalam novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memudahkan    pemahaman    bagi

pembelajar bahasa Jepang khususnya dalam bidang linguistik.

  • 2.    Pokok Permasalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimanakah pembentukan dan jenis aspek inkoatif yang terdapat dalam novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi ?

  • 2.    Bagaimanakah makna   aspek

inkoatif yang  terdapat  dalam

novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi ?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan di bidang linguistik bahasa Jepang dan mengetahui aspek inkoatif dan makna dari masing-masing jenis aspek inkoatif yang terkandung dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu mengetahui aspek

inkoatif dan juga maknanya pada masing-masing fukugoudoushi yang menyatakan aspek inkoatif dalam novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat (Sudaryanto, 1993:133). Pada tahap analisis data, digunakan metode agih (Sudaryanto, 1993:15). Selanjutnya, pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal (Sudaryanto, 1993:145). Teori yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah teori sintaksis Chaer (2012) yang mengacu pendapat Kindaichi (1989) dan teori makna gramatikal Pateda (2001) yang mengacu pendapat Makino dan Tsusui (1989) dan Yuriko, Dkk (1998).

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Dalam novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi, pembetukan aspek inkoatif terjadi melalui proses penggabungan dua kata kerja yang bersufiks {~hajimeru}, {~dasu}, {~kakeru}. Jenis aspek inkoatif yang ditemukan adalah aspek inkoatif sudah

dimulai belum selesai, aspek inkoatif mulai sudah selesai, dan aspek inkoatif sudah dimulai menjelang akhir bukan lampau. Selanjutnya, dari ketiga variasi yang menyatakan aspek inkoatif, memiliki makna yang berbeda.

  • 5.1    Pembentukan dan jenis aspek inkoatif dalam novel Absolute Duo Karya Hiragi Takumi.

Dalam novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi, pembentukan aspek inkoatif      terjadi melalui proses

penggabungan kata kerja yang menunjukkan aspektualitas dengan {~hajimeru},   {~dasu},   {~kakeru}.

Selain pembentukan, dalam novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi juga dibahas tiga jenis aspek inkoatif berdasarkan selesai tidaknya suatu peristiwa atau aktivitas. Berikut akan dipaparkan salah beberapa data tentang pembentukan dan jenis aspek inkoatif yang terdapat dalam novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi.

  • (1)    Keredo danjou ni tatsukokui no shoujo wa, tokuni ki ni shita yousu mo naku, Yodominai kuchou de zankokuna ruuru nitsuite Hanashihajimeta.

Tetapi Gadis dengan pakaian hitam yang berdiri di atas podium , dengan sengaja memperdulikan keadaan yang senyap, dengan intonasi suara yang

lancar mulai berbicara mengenai peraturan yang kejam.

(AD, 2012:29) 話す + 始める—*話し始た Hanasu hajimeru hanashihajimeta Verba verba verba (BTK LAM) ‘berbicara’ ‘mulai’ ‘mulai berbicara’

Pada data (1) terdapat kata kerja majemuk hanashihajimeta yang merupakan hasil pemajemukan bagan di atas.     Kata     kerja     majemuk

hanashihajimeta         menunjukkan

peristiwa permulaan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘mulai berbicara’. Fukugoudoushi hanashihajimeta terbentuk dari verba hanasu yang mengalami perubahan renyoukei menjadi hanashi dan verba hajimeru menghasilkan kata kerja majemuk atau       fukugoudoushi

hanashihajimeru. Verba hanasu memiliki arti ‘berbicara’, dan termasuk ke dalam kelompok keizoku doushi atau kata kerja kontinuatif karena ‘berbicara’ menunjukkan aktivitas yang sedang b e rlangsung secara berkelanjutan dan titik mulai pada situasi diatas terlihat dengan jelas ketika direktur Akademi Kouryuu naik ke atas podium untuk berpidato.Jika dilihat verba hajimeta merupakan bentuk lampau dari hajimeru yang menunjukkan peristiwa

‘mulai berbicara’ sudah terjadi dan telah selesai. Pada data (1) peristiwa tersebut ditunjukkan ketika direktur Tsukumo naik ke atas podium dan memulai pidatonya yang berisikan peraturan-peraturan sekolah Kouryuu dengan kurun waktu yang sebentar dan dilanjutkan dengan bisikan murid-murid yang merasa heran akan usia direktur Tsukumo pada saat itu. Sejalan dengan hal tersebut dapat dianalisis bahwa peristiwa dimulainya direktur Tsukumo berbicara sudah selesai ketika para murid berbisik, dengan demikian pada data (1) di atas berdasarkan pendapat Kindaichi (1989) termasuk ke dalam jenis shidoutai kanryoutai yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘aspek mulai sudah selesai’.

  • (2)    Joutai wo youyaku ninshikishi, nanihitoka ga himei wo age nagara koudou iriguchi heto nigedasu.

Karena semakin menyadari keadaan tersebut, beberapa orang mulai menghindar ke pintu masuk auditorium sambil menjerit.

(AD, 2012:34)

逃げる +

だす

-→逃げ出す

Nige

dasu

nigedasu

Verba

verba

verba

‘menghindar’ ‘mengeluarkan ‘mulai menghindar’

Pada data (2) terdapat kata kerja majemuk nidedasu (逃げ出す) yang merupakan hasil pemajemukan seperti bagan di atas. Kata kerja majemuk nigedasu menunjukkan peristiwa permulaan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘mulai menghindar’. Kata kerja majemuk atau Fukugoudoushi nigedasu terbentuk dari verba nigeru yang mengalami perubahan ke dalam bentuk renyoukei menjadi nige dan verba dasu menghasilkan kata kerja majemuk nigedasu. Verba nigeru memiliki arti ‘berlarian’ dan termasuk ke dalam jenis verba yang menunjukkan aspektualitas joutai doushi karena menunjukkan kondisi atau keadaan tanpa memikirkan waktu terjadinya peristiwa tersebut.

Jika dilihat verba dasu pada data (2) tidak dalam bentuk lampau, sejalan dengan hal tersebut aspek inkoatif yang ditunjukkan fukugoudoushi nigedasu tersebut belum selesai dilakukan. Peristiwa tersebut ditunjukkan ketika para calon siswa di akademi Kouryuu mengikuti ujian masuk melalui pertarungan yang mana pemenangnya dapat belajar di akademi Kouryuu. Pada

saat lonceng berbunyi semua siswa berlarian menuju pintu gerbang untuk bertarung dengan lawannya masing-masing.      Pertarungan      tersebut

berlangsung lama sampai matahari hampir terbenam, sejalan dengan hal itu, dapat dikatakan bahwa peristiwa berlarian yang dilakukan olen calon siswa tersebut belum selesai atau termasuk ke dalam kelompok Shidoutai Fukanryoutai jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘aspek mulai belum selesai’.

  • (3)    Ore ga koko made kita jiten de hi wa daibu shizumikaketeite,  ato

sanjuppun mo sureba yoru no tobari ga sagariru darou.

‘Saat aku sampai datang kesini, matahari waktunya lumayan mulai terbenam, Kemudian dalam tiga puluh menit lagi akan turun tirai malam.’

(AD, 2012:140) 沈む+かける—*沈みかけている Shizumu kakeru  shizumikaketeiru

Verba verba   verba (BTK SED)

‘terbenam’‘menggantungkan’ ‘mulai terbenam’

Pada data (3) terdapat kata kerja majemuk shizumikaketeiru (沈みかけ ている) yang merupakan hasil pemajemukan bagan di atas. Kata kerja majemuk            shizumikaketeiru

menunjukkan peristiwa permulaan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘mulai terbenam’. Pada data (3) terdapat verba majemuk yang menunjukkan peristiwa permulaan yang ditandai dengan fukugoudoushi shizumikakeru yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘mulai terbenam’. Fukugoudoushi shizumikakeru terbentuk dari verba shizumu yang mengalami perubahan ke dalam bentuk renyoukei menjadi shizumi dan verba kakeru dalam bentuk {~teiru} menghasilkan kata kerja majemuk atau fukugoudoushi shizumikaketeiru. Verba shizumu memiliki arti ‘terbenam’ dan termasuk ke dalam jenis verba yang menunjukkan aspektualitas joutai doushi karena menunjukkan kondisi atau keadaan matahari yang mulai terbenam. Verba yang menunjukkan dimulainya suatu peristiwa pada data (2) dalam bentuk {~teiru}. Sejalan dengan hal tersebut dapat dianalisis bahwa peristiwa tersebut sudah dimulai menjelang akhir dan bukan lampau. Peristiwa pada data (2) ditunjukkan ketika Tooru mencari Hotaka yang tidak kelihatan saat olahraga selesai. Keadaan saat Tooru menemukan Hotaka tergeletak lemas di

bawah pohon membuat Tooru membujuk Hotaka supaya mau digendong Tooru. Tooru menjelaskan bahwa matahari sudah mulai terbenam dan akan malam tiga puluh menit lagi. Mulai terbenam yang dimaksud pada aspek permulaan tersebut sudah dimulai dan akan berakhir pada saat 30 menit kemudian yaitu hari sudah malam. Maka, aspek inkoatif pada kalimat tersebut termasuk dalam kelompok Shidoutai      Kizentai     Hikakotai

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘aspek mulai menjelang akhir bukan lampau’.

  • 5.2 Makna      aspek      inkoatif

{~hajimeru},{~dasu},   {~kakeru}

dalam novel Absolute Duo karya Hiragi Takumi

Aspek inkoatif    {~hajimeru},

{~dasu}, {~kakeru} walaupun sama

sama menunjukkan peristiwa atau aktivitas yang baru dimulai, tetapi setiap variasi pembentukan tersebut memiliki perbedaan makna. Berikut dipaparkan salah satu data tentang makna fukugoudoushi {~hajimeru},  {~dasu},

{~kakeru}.

  • (4)    Shawaa wo abihajime,nagareochi atsui yu ga Hieta ase wo nagashite iku.

Mulai mandi, dan mengalirkan keringat dingin dengan air hangat panas yang bergemericik.

(AD , 2016:90)

Pada data (4), mengandung makna peristiwa mulai yang dilakukan secara terus-menerus oleh seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Kalimat yang terdapat pada data (4) menggambarkan Tooru yang memulai aktivitas mandi ketika dia pulang sekolah. Kegiatan di Akademi Kouryuu yang begitu padat, menyebabkan Tooru merasakan tubuhnya berkeringat, oleh karena itu Tooru memutuskan untuk mandi setibanya di kamar asramanya. Kegiatan membersihkan badan atau ‘mandi’ merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang secara rutin. Maka dari itu, pada kalimat tersebut aspek inkoatif atau aspek permulaan {~hajimeru} digunakan menyatakan sesuatu yang baru dimulai sebagai aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang.

(5)Imanimo  sakebidahi sounakurai

nounai ga panikku ni ochiitteshimau.

Dalam pikiran ku yang hanyut dalam kekhawatiran tampak rasanya aku mulai berteriak saat ini juga.’

(AD, 2012:142)

Pada data (5) mengandung makna menyatakan permulaan suatu keadaan

yang tidak terlihat menjadi nampak atau kelihatan. Dalam situasi yang tergambar pada data (5) Tooru yang merasakan kekhawatiran      saat      pertama

menggendong wanita yaitu Tachibana membuat pikirannya tidak tenang sampai Tooru berteriak dalam hatinya untuk meredakan perasaan yang sedang dialaminya. Peristiwa mulai berteriak yang dilakukan oleh Tooru berawal dari rasa panik yang kemudian berubah menjadi teriakan sebagai aktivitas yang dapat terlihat dari raut wajah Tooru sendiri. Maka dari itu, pada kalimat tersebut aspek inkoatif atau aspek permulaan      {~dasu} digunakan

menyatakan sesuatu yang baru dimulai sebagai keadaan yang tidak terlihat menjadi nampak atau kelihatan.

  • (6)    Rijichou to seito toiu aidagara towa omoenai hodo fusonna taido de Tora ga tanjou he to toikakeru.

Dengan sikap yang amat tidak sopan, tanpa memikirkan posisi sebagai murid dan direktur sekolah. Tora mulai bertanya ke podium.

(AD, 2012:28)

Pada data (6) juga mengandung makna pembicara menyatakan aksi yang dilakukan untuk berhadapan dengan lawan bicara yaitu kepala direktur Akademi Kouryuu, Tora

memberanikan diri untuk bertanya ke podium. Mulai bertanya yang dilakukan Tora, akan membuat kepala direktur memandang Tora dan menjawab pertanyaan Tora sesegera mungkin, karena kepala direktur merasa Tora tidak sopan dengan dirinya. Maka dari itu, pada kalimat tersebut menyatakan Tora melakukan aksi untuk berhadapan dengan lawan bicara dengan cara bertanya.

  • 6.    Simpulan

Ditemukan tiga variasi fukugoudoushi yang menyatakan peristiwa permulaan atau aspek inkoatif yaitu fukugoudoushi {~hajimeru}, {~dasu}, {~kakeru}. Pembentukan aspek inkoatif {~hajimeru}, {~dasu}, {~kakeru} terjadi melalui proses komposisi. Aspek inkoatif {~hajimeru} dapat digabungkan dengan kata kerja keizoku doushi ,joutai doushi, shunkan doushi, daiyonshu no doushi. Aspek inkoatif {~dasu} dan {~kakeru} dapat digabungkan dengan keizoku doushi, joutai doushi, shunkan doushi. Jenis aspek yang ditemukan adalah aspek mulai belum selesai, aspek mulai sudah selesai, dan aspek mulai menjelang akhir bukan lampau. Fukugoudoushi

{~hajimeru} menyatakan titik awal seseorang melakukan suatu aktivitas yang berulang-ulang dan dimulainya suatu peristiwa yang dilakukan dengan sangaja atau telah dipikirkan sebelumnya,   berhubungan dengan

fenomena alam yang memiliki proses.{~dasu}   menyatakan suatu

keadaan yang tidak terlihat menjadi nampak atau kelihatan,terjadi secara tiba-tiba,     berhubungan     dengan

fenomena alam tanpa ada proses. {~kakeru} menyatakan dimulainya suatu keadaan melakukan gerak atau aksi untuk berhadapan dengan lawan bicara, menyatakan sesuatu yang berada ditengahnya atau masih dalam proses baik disengaja atau tidak disengaja (tidak terduga).

  • 7.    Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum.

Jakarta: Rineka Cipta

Kindaichi, Haruhiko. 1989.Nihongo Doushi no Asupekuto. Tokyo : Mugi shobo

Makino, Seichi dan Michio, Tsutsui. 1989. A Dictionary of Basic Japanese Grammar, Japan : Japanese Time

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik

Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa

Bahasa.Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Takumi, Hiragi. 2012. Absolute Duo.

Tokyo: Kadokawa

Verhaar, J.M.W. 2004. Pengantar

Linguistik Umum. Yogyakarta:

Gajahmada University Press.

Yariko, Sagawa,dkk. 1998. Nihon Go Bunkei Ziten. Tokyo: Kuroshio Publiser

56