ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 16.1 Juli 2016: 93 - 99

GIJOUGO DALAM MANGA GREAT TEACHER ONIZUKA

KARYA TORU FUJISAWA

I Kadek Amerta Candra Erdika1*, Ni Putu Luhur Wedayanti2, I Made Budiana3 123Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]

*

Corresponding Author

Abstract

This research is entitled “Gijougo in Great Teacher Onizuka Comic by Toru Fujisawa”. This research discuss about using and meaning of Gijougo in Great Teacher Onizuka Comic. The main theory used in the analysis were Morfology Theory by Tsujimura (1999), Syntax Theory by Chaer (2009), and Semantic Theory by Pateda (2001). The analysis in this paper shows that in all 26 datas, there are 18 kind of gijougo in Great Teacher Onizuka Comic. From all that data, gijougo is mostly used as a verb in a sentence and not every grammatical process changes the gijougo meaning, but some gijougo’s meaning are changed too.

Key Word : Gijougo, Using, Meaning

  • 1.    Latar Belakang

Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang di dalamnya banyak sekali terdapat onomatope dan secara intensif digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dalam bahasa Jepang, secara umum onomatope dibagi menjadi dua yaitu giseigo dan gitaigo. Misalnya ワンワン(wanwan) adalah salah satu jenis giseigo yang melambangkan bunyi, ada juga ユラユラ(yurayura : sesuatu yang berayun dan menggelinding pelan) yang merupakan satu contoh gitaigo. Selain itu, ada juga yang melukiskan kondisi psikologis, tingkah laku, dan sikap manusia yang masuk dalam kelompok gitaigo (Iguchi dan Iguchi, 2001:26). Dari penjelasan Iguchi dapat diungkap bahwa Onomatope bahasa Jepang tidak hanya digunakan untuk mendefinisikan tiruan bunyi ataupun keadaan benda mati saja, namun juga digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan keadaan psikologis manusia. Secara lebih khusus lagi onomatope yang digunakan untuk mendefinisikan perasaan atau keadaan psikologis manusia disebut gijougo.

Onomatope seringkali digunakan dalam karya sastra sebagai bagian dari redaksi untuk membuat pembaca memahami lebih mendalam perasaan atau situasi yang ingin disampaikan sekaligus memperindah karyanya, tidak terkecuali manga. Misalnya manga yang berjudul Great Teacher Onizuka. Manga ini menarik untuk diteliti secara linguistik karena manga ini memuat onomatope yang bervariasi untuk menggambarkan situasi dalam ceritanya.

Onomatope bahasa Jepang yang sangat beragam jenisnya seringkali membuat pembelajar bahasa Jepang bingung. Terutama pembelajar yang berlatar belakang penutur bahasa Indonesia yang tidak memiliki kultur menggunakan onomatope secara aktif dalam percakapan sehari-hari. Masalah yang sering ditemukan misalnya bagaimana penggunaan serta makna yang terkandung dari suatu onomatope bahasa Jepang. Memahami secara mendalam penggunaan dan makna suatu onomatope akan memudahkan para pembelajar untuk memahami bagaimana menggunakan tiruan bunyi secara tepat dalam bahasa lisan maupun tulisan. Dalam penelitian kali ini penggunaan yang dimaksud adalah pembentukan serta perubahan kategori gijougo yang terdapat dalam suatu kalimat.

  • 2.    Pokok Permasalahan

  • 1.    Bagaimanakah penggunaan gijougo yang terdapat pada manga Great Teacher Onizuka karya Toru Fujisawa?

  • 2.    Bagaimanakah makna yang terkandung dalam gijougo pada manga Great Teacher Onizuka karya Toru Fujisawa?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat dalam penelitian linguistik bahasa Jepang. Khususnya dalam memahami penggunaan dan makna onomatope jenis gijougo. Secara khusus peneleitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan gijougo dan makna yang terkandung dalam gijougo yang terdapat pada manga Great Teacher Onizuka.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode yang diterapkan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak adalah cara pengumpulan data dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2005). Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud

teknik sadap. Teknik sadap juga mencakup bahasa tertulis, misalnya naskah-naskah kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada media massa dan lain-lain. Dalam penelitian ini manga Great Teacher Onizuka yang menjadi sumber data yang akan disimak dan dicatat. Tahap-tahap yang akan dilakukan diantaranya, pertama, membaca sumber data secara teliti, kedua menemukan gijougo yang terdapat dalam kalimat yang diucapkan para tokoh. Selanjutnya mencatat onomatope yang ditemukan sehingga pada akhirnya data akan terkumpul.

Metode analisis yang digunakan untuk mengurai dua rumusan masalah yang diangkat adalah metode agih. Metode agih adalah metode analisis yang unsur penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15). Teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung. Dengan metode agih, kalimat yang mengandung onomatope dipisahkan kemudian dianalisis dengan teknik bagi unsur langsung.

Hasil analisis berupa penggunaan dan makna gijougo yang terdapat pada Manga Great Teacher Onizuka tersebut akan diuraikan dengan metode informal dan formal yaitu penyajian hasil analisis dalam bentuk kata-kata dan juga tabel (Sudaryanto, 1993:145) sehingga mudah dipahami bagi para pembaca.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

  • 5.1 Analisis Penggunaan dan Makna

  • a.    Analisis penggunaan dan Maknaぞっ(zott)

    (1)

    こんな Konna Seperti ini

    奴ら

    yatsura mereka

    に  自分 の

    ni     jibun no

    oleh sendiri GEN

    人生 半分

    jinsei hanbun kehidupan setengah

    きめられてか kimerareteka ditentukan

    と思う to omou berpikir

    と、 to, kalau

    ゾッと zotto merinding

    するよね  ホント

    suru yone,   honto

    melakukan-SHU benar

    (GTO 15, 2000:82)

‘Aku benar benar merinding kalau membayangkan setengah dari hidupku ditentukan oleh orang orang seperti mereka’

Onomatope zott mengalami perubahan bentuk menjadi zott to suru. Hasil dari proses morfologi ini, mengubah bentuk adverbia zott ‘perasaan merinding’ menjadi frase verba zott to suru ‘merasa merinding’. Pembentukan zott to suru merupakan jenis

pembentukan kata compounding jenis native compound yaitu pembentukan kata hasil penggabungan dua kata asli bahasa Jepang.

Onomatope zott memiliki makna leksikal ‘keadaan perasaan yang tiba tiba seperti merasakan merinding/ dingin layaknya mandi karena suatu ketakutan maupun memang karena dinginnya udara’ (Atoda dan Hoshino, 2009:255). Setelah melalui proses sintaksis, zott tidak mengalami perubahan makna sehingga tidak memiliki maka gramatikal. Dilihat secara konteks, zott yang bermakna ‘perasaan tiba-tiba merinding karena suatu ketakutan’ tersebut merupakan perasaan Mayu yang merasa takut karena memikirkan suatu hal yang buruk yaitu membayangkan guru-guru yang dianggap berperilaku buruk akan menentukan hidupnya.

  • b.    Analisis Penggunaan dan Maknaしっかり (Shikkari)

    (2) わ わかんあい

    Wa wakannai Tidak mengerti


じゃないわよ!しっかりしてよ jyanaiwayo! Shikkari shiteyo tidak         tegas- tolong

男でしょ!?

otoko desho!?

pria kan!?

(GTO 13, 1999:43)


(GTO 15, 2000:169)


‘Aku tidak mengerti! yang tegas dong!! Kamu pria ‘kan!?’

(3)

しっかりしろ

繭!!

Ma

Mayu,

shikkarishiro

mayu!!

Ma

Mayu,

bertahanlah

Mayu!!

‘Mayu, bertahanlah Mayu!!’

Dalam data (2) dan (3), onomatope shikkari sama-sama mengalami perubahan bentuk menjadi shikkari suru setelah mendapat tambahan verba suru. Hasil dari proses morfologi ini, telah mengubah bentuk adverbia shikkari ‘kekuatan, ketahanan’ menjadi verba shikkari suru ‘bertahan, menguat’. Pembentukan shikkari suru merupakan jenis pembentukan kata compounding jenis native compound.

Onomatope shikkari secara leksikal digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang terkombinasi, terakit, dan menempel dengan keras dan kokoh, juga untuk menunjukkan orang yang baik pola pikir, kepribadian, maupun semangat yang dimiliki dalam keadaan sehat atau tenang, orang yang memiliki otak berisi dan orang yang bisa dipercaya (Atoda dan Hoshino, 2009:196-197). Secara gramatikal makna onomatope shikkari pada data (2) tidak mengalami perubahan. Dalam situasi pembicaraan data (2),

makna onomatope shikkari ‘menunjukkan pola pikir, kepribadian, semangat’ yang dalam sumber data diartikan ‘tegas’ merupakan sikap yang diinginkan oleh Anko dari Yoshikawa yang sebagai laki-laki diharapkan memiliki pola pikir, kepribadian, dan semangat yang kuat.

Berbeda dengan data (2), onomatope shikkari dalam data (3) mengalami perubahan makna setelah terjadi proses sintaksis. Shikkari pada data (3) lebih mengacu pada makna ‘sesuatu yang keras dan kokoh’. Dalam situasi kalimat tersebut, Kikuchi berteriak kepada Mayu ‘shikkari shiro!’ karena ia ingin Mayu untuk bertahan dan tetap kuat saat mengalami kolaps. Shiro yang merupakan bentuk lain dari kata imperatif (instruksi) shite telah mengubah makna ‘kokoh/keras/kuat’ yang ditimbulkan menjadi ‘bertahanlah’.

c.    Analisis Penggunaan dan Maknaばきばき(Bakibaki)

(4)

いいです

ii desu Boleh-KOP

よね、 yone, SHU

バキバキ bakibaki keras

に  しどうしちゃって!いや、

ni     shidou shichatte!!       iya,

dengan membimbing       bukan,

こういう

にはね

思いきり の 教育しどうって

kou iu

yatsu

ni wa ne

omoikiri    no   kyouiku shidoutte

Seperti ini

orang

pada-SHU

segenap hati GEN   pendidikan

奴  を。。。

yatsu wo….

Orang Ak

(GTO 14, 2000:134)

‘Saya boleh membimbingnya sedikit keras kan!? Biasanya orang sepertinya harus dididik dengan segenap hati’

Pada data (4) onomatope bakibaki mengalami perubahan bentuk, setelah mendapat tambahan verba shidou suru. Hasil dari proses morfologi ini, telah mengubah bentuk adverbia bakibaki ‘semangat berlebih’ menjadi frase adverbial bakibaki ni shidou suru ‘membimbing dengan keras’. Pembentukan bakibaki ni shidou suru merupakan jenis pembentukan kata compounding jenis hybrid compound yaitu pembentukan kata hasil penggabungan dua kata, dalam analisis ini bakibaki merupakan kata native Japanese digabungkan dengan shidou yang merupakan kata sino Japanese .

Ditinjau dari segi makna, secara leksikal onoamtope bakibaki digunakan untuk mengungkapkan perbuatan dengan energi/semangat/dan tenaga berlebih (Nakami, 2003:377). Secara gramatikal makna yang ditimbulkan sedikit mengalami perubahan. Verba ‘mendidik’ menjadikan makna leksikal onomatope bakibaki ‘semangat berlebih’ bergeser menjadi kata ‘keras’. Dilihat dari konteksnya, makna ‘keras, semangat dan energi berlebih’ yang diungkapkan mengarah pada tindakan tegas/keras yang dimaksudkan oleh Onizuka untuk mendidik siswanya karena menurut Onizuka siswa seperti Mayu tidak bisa dididik dengan cara biasa, perlu sedikit tambahan energi dalam membimbingnya.

Dilihat dari analisis diatas, dapat diketahui bahwa makna bakibaki dalam data (4) mengalami perubahan makna baik secara gramatikal maupun kontekstual. Perubahan makna gramatikal dikarenakan adanya verba ‘mendidik’ sehingga kata ‘keras’ lebih cocok digunakan. Namun secara kontekstual tidak mengalami perubahan karena makna kontekstual onomatope bakibaki ‘keras’ masih sesuai dengan makna leksikal ‘energi, semangat berlebih’ dan tidak ada perbedaan yang signifikan.

  • d. Analisis Penggunaan dan Maknaどきどき (dokidoki)

(5)

なんか

ドキドキ

だね

駆け落ちっ

Nanka

dokidoki

dane,

kakeochitte.

Apa

berdebar

kop-SHU

kawin lari

(GTO 16, 2000:96) ‘Aku jadi berdebar-debar, karena kawin lari.’

Dalam data (5), onomatope dokidoki tidak mengalami pembentukan namun mengalami perubahan kategori sintaksis. Gijougo dokidoki dalam data (5) tidak mendapat tambahan verba ataupun satuan kata lainnya akan tetapi dengan mendapat tambahan kopula da, kategori sintaksis dari gijougo dokidoki berubah menjadi kategori adjektiva.

Ditinjau dari segi makna, secara leksikal dokidoki digunakan untuk mengungkapkan ‘perasaan nervous karena ada sesuatu yang dinantikan, kegelisahan, ketakutan, dan lain-lain’ (Atoda dan Hoshino, 2009:313). Setelah mengalami proses gramatikal dokidoki dalam data (5) tidak mengalami perubahan makna karena perasaan berdebar diakibatkan oleh adanya perasaan nervous akan adanya sesuatu yang dinantikan. Dilihat dari konteksnya ‘perasaan nervous menantikan sesuatu’ merujuk

pada perasaan yang dialami oleh Urumi dikarenakan ia menantikan sesuatu yang menyenangkan, yang pada situasi ini yaitu kawin lari bersama Onizuka, orang yang disukainya.

  • 6.    Simpulan

Setelah melakukan analisis, dapat disimpulkan bahwa gijougo yang terdapat dalam manga Great Teacher Onizuka secara umum menggunakan onomatope gijougo sesuai dengan makna aslinya, hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya makna leksikal yang muncul dibandingkan makna secara gramatikal maupun kontekstual. Ketika gijougo memunculkan makna gramatikal, gijougo tersebut biasanya menjadi kata keterangan dalam sebuah frase, sehingga makna yang muncul dipengaruhi kata yang diterangkan, dan makna kontekstual muncul dikarenakan situasi pembicaraan yang mempengaruhi makna, sehingga makna yang dihasilkan sedikit mengalami pergeseran agar sesuai dengan konteks kalimat. Selain itu, gijougo dalam sumber data juga lebih banyak digunakan sebagai kata kerja, hal itu ditekankan dengan banyaknya jumlah onomatope gijougo yang mendapat penambahan verba suru dalam pembentukannya serta perubahan kategori dari yang awalnya merupakan adverbia menjadi sebuah verba. 7. Daftar Pustaka

Atouda, Toshiko. Kazuko Hoshino.2009. Tadashii Imi to Yohou ga Sugu Wakaru

Giseigo Giongo Tsukaikata Jiten. Japan : Soutsusha Shuppan.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta

Fujisawa, Toru. 1997. Great Teacher Onizuka. Tokyo : Kodansha Ltd

Fujisawa, Toru. 2012. Great Teacher Onizuka. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Iguchi, Atsuo dan Yuuko Iguchi. 2001. Nihongo Bunpou Seiri Dokuhon. Tokyo: Buble Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Nakami, Yamaguchi. 2003. Kurashi no Kotoba Gion.Gitaigo Jiten. Tokyo : Koudansha Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisisi Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana Unversity Press

Tsujimura, Natsuko. 1999. The Handbook of Japanese Linguistics. English : Blackwell Publishing Ltd.

99