ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 16.2 Agustus 2016: 45-52

STRUKTUR, FUNGSI, DAN MAKNA SHUUJOSHI YONE, WA, DAN KASHIRA DALAM KOMIK SCHOOL RUMBLE VOLUME 1-10

KARYA JIN KOBAYASHI

I Ketut Agus Kartika1*, Renny Anggraeny2, Maria Gorethy Nie Nie3 [123]Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1[agus_kartika88@yahoo.com] 2[anggraeny0309@yahoo.co.jp] 3[gorethy_jp@yahoo.co.id]

*

Corresponding Author

Abstract

This research describes the form, functions, and contextual meaning of shuujoshi yone, wa, and kashira found in the Japanese comic School Rumble volume 110 written by Jin Kobayashi. The obtained data were analyzed using descriptive analysis method. This research applied the theory of syntax by Verhaar (2010) and theory of contextual meaning by Pateda (2001). The shuujoshi yone, wa, and kashira in sentence always follow the verbs, adjectives, and noun. There are four functions of shuujoshi yone, wa, and kashira. Contextual meaning from these shuujoshi can be seen from three context, that is situation context, purpose context, and speaker’s moods contexts.

Key words : shuujoshi, yone, wa, kashira

  • 1.    Latar Belakang

Ragam bahasa Jepang apabila dilihat dari segi penuturnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ragam bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Danseigo dan joseigo dapat dibedakan dari beberapa aspek kebahasaan, salah satunya adalah partikel akhir kalimat (shuujoshi) (Sudjianto dan Dahidi, 2004:208). Shuujoshi adalah partikel yang diletakkan di akhir kalimat yang berfungsi untuk menentukan makna dari sebuah kalimat. Takayuki (1993:69-70) mengatakan yang termasuk ke dalam jenis shuujoshi adalah ka, ne, yo, na, zo, ya, kashira, dan sebagainya. Shuujoshi dari segi penuturnya shuujoshi yang digunakan perempuan adalah kashira, wa, yone, no, ne, dan sebagainya merupakan perwujudan kefeminiman perempuan dalam menggunakan bahasa, menghaluskan atau melemahkan pendapat, keputusan, pikiran, atau pernyataan penuturnya sehingga terkesan ramah tamah dan sopan santun.

Beberapa shuujoshi tersebut, ada tiga shuujoshi yang paling sering digunakan oleh penutur perempuan, yaitu shuujoshi yone, wa, dan kashira (Maynard, 1997:73). Ketiga shuujoshi joseigo yang telah disebutkan, masing-masing shuujoshi memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Pembelajar bahasa Jepang yang kurang memahami

tentang shuujoshi joseigo dapat melakukan kesalahan dalam menggunakan shuujoshi yone, wa, dan kashira saat berinteraksi dengan orang Jepang. Selain itu, juga dapat mengalami kesulitan pada saat membaca komik, atau menonton film kartun Jepang.

Dipilihnya komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi karena dalam komik School Rumble terdapat data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Selain itu, komik School Rumble menceritakan kehidupan tokoh utama sebagai seorang siswi SMA. Teman-teman dari tokoh utama juga kebanyakan perempuan yang sering bersamanya.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  • 1.    Bagaimanakah struktur dan fungsi Shuujoshi Joseigo yone, wa, dan kashira dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi?

  • 2.    Bagaimanakah makna Shuujoshi Joseigo yone, wa, dan kashira dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca terhadap linguistik bahasa Jepang terutama mengenai shuujoshi dalam bahasa Jepang. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur, fungsi dan makna shuujoshi joseigo, yaitu yone, wa, dan kashira dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993:133) yang dilanjutkan dengan teknik catat. Pada tahap analisis data, digunakan metode deskriptif milik Sudaryanto (1993:62). Dan pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode informal Sudaryanto (1993:145).

Dalam menganalisis fungsi digunakan teori sintaksis menurut Verhaar (2010) yang berdasarkan pada acuan pendapat tentang shuujoshi menurut Takayuki (1993). Kemudian analisis maknanya menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda (2001).

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini disajikan hasil analisis data mengenai struktur, fungsi, dan makna shuujoshi yone, wa, dan kashira yang terdapat dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi.

  • 5.1    Struktur, Fungsi, dan Makna Shuujoshi Yone, Wa, dan Kashira

Struktur, fungsi, dan makna shuujoshi yone dapat diikuti oleh kata kerja, kata sifat, dan kata benda.

(1) えっと

こ こんにちは!

こーして

お話し

する

Etto…

ko   konnichi wa!

Koushite

ohanashi

suru

KAN

se   selamat siang

saat ini

berbicara

melakukan

初めて   です

よね

no

hajimete     desu

yone.

GEN

pertama kali KOP

SHU.

‘Eeh..se selamat siang! Baru kali ini kita ada kesempatan untuk ngobrol ya.’

(SR. V4 : 31)

Pada data (1) verba yang digunakan adalah hajimeru yang memiliki arti ‘pertama kali’ dan termasuk ke dalam kelompok ichidan doushi karena memiliki akhiran {~eru}. Verba hajimeru mengalami perubahan bentuk menjadi bentuk sambung {~te}, sehingga hajimeru menjadi hajimete yang memiliki arti ‘pertama kali’. Shuujoshi yone yang mengikuti verba hajimete memiliki arti ‘baru kali ini ya’ berfungsi untuk mengkonfirmasi. Konteks situasi dapat dilihat dari kata yang digunakan pembicara, yaitu hajimete. Ichijo sebagai pembicara bertemu dengan Imadori pada saat bekerja paruh waktu, dan pada saat itu baru pertama kalinya mereka memiliki kesempatan untuk mengobrol dan saling menyapa, padahal mereka adalah teman sekelas.

  • (2) バスケじゃ、 あの 身長    は かなり 不利     よね

Basuke ja,     ano shinchou    wa  kanari furi         yone.

Basket       itu  tinggi badan TOP cukup kurang baik SHU

‘Padahal dalam basket, tinggi tubuhnya itu tidak terlalu menguntungkan, ya’ (SR.V10:88)

Pada data (2) adjektiva yang digunakan adalah furi. Adjektiva furi yang memiliki arti ‘kurang baik’ dan termasuk ke dalam kelompok adjektiva-na karena memiliki akhiran {~na} dan kadang-kadang {~na} pada adjektiva ini tidak ditulis. Shuujoshi yone yang mengikuti adjektiva furi memiliki arti ‘tidak terlalu menguntungkan, ya’ berfungsi untuk mengungkapkan perasaan kagum pembicara. Konteks suasana hati pembicara dapat dilihat dari perasaan kagum yang dirasakan oleh

Akira karena melihat Satsuki dapat bermain basket dengan baik meskipun tinggi

badannya kurang menguntungkan.

(3) キミ

それ

さっき

胡椒

ビンご

Kimi

sore

sakki

koshou

bingo

to

Kamu

itu

sebelum

merica

bingo

dan

いった

チャーハン

よね

Itta

chaahan

da

yone.

mengatakkan-BTK LAMP

nasi goreng

KOP

SHU.

Hei, itu nasi goreng yang kau kasi lada saat mengatakan binggo, ‘kan?

(SR. V2:6)

Pada data (3) nomina yang digunakan adalah chaahan. Kata chaahan yang memiliki arti ‘nasi goreng’ termasuk ke dalam kelompok nomina karena dalam hal ini nasi goreng merupakan sebuah benda. chaahan merupakan nasi goreng khas cina. Shuujoshi yone yang mengikuti nomina chaahan memiliki arti ‘nasi goreng itu kan’ berfungsi untuk mengkonfirmasi kepada lawan bicara. Konteks tujuan dapat dilihat dari keinginan Itoko untuk memastikan apa benar itu nasi goreng yang ditambahkan merica oleh Harima.

Struktur, fungsi, dan makna shuujoshi wa dapat diikuti oleh kata kerja, kata sifat, dan kata benda.

(4) わからない

ハタメ

に  見て  も

Wakaranai

wa

hatame

ni   mite    mo

Tidak mengerti SHU penampilan luar

DAT melihat juga

あなた達

ルックス なら

何 不自由ない

anata tachi

no

rukkusu   nara

nani fujiyuunai

kalian

ハズな Hazuna Bagian luar

GEN   terlihat    kalau

のに…..  どうして?

noni….    Doushite?

meskipun  kenapa?

apa   tidak menyenangkan

‘Aku nggak ngerti.. kelihatannya penampilan kalian entah kenapa nggak enak buat digambar.’

(SR.V1:83)

Pada data (4) verba yang digunakan adalah wakaru yang memiliki arti ‘mengerti’ dan termasuk ke dalam kelompok godan doushi karena memiliki akhiran {~ru}. Verba wakaru mengalami perubahan bentuk menjadi bentuk negatif {~nai}, sehingga wakaru menjadi wakaranai yang memiliki arti ‘tidak mengerti’. Shuujoshi wa yang mengikuti

verba wakaranai berfungsi untuk mengungkapkan pemikiran dari pembicara. Konteks suasana hati dapat dilihat dari perasaan bosan yang dirasakan oleh Sawachika. Sawachika berpikir penampilan temannya tidak menarik pada saat kelas menggambar. Hal yang membuatnya berpikir seperti itu karena setiap kelas menggambar Sawachika selalu mendapat pasangan perempuan yang membuatnya merasa bosan.

  • (5) なん とか  する わ!!

Nan  toka    suru  wa!!

Apa  seperti  KOP SHU

‘Aku akan melakukan sesuatu.’

(SR.V1:9)

Pada data (5) verba yang digunakan adalah suru yang memiliki arti ‘melakukan’ dan termasuk ke dalam kelompok henkaku doushi. Shuujoshi wa yang mengikuti verba suru berfungsi untuk mengungkapkan tekad dari pembicara. Konteks tujuan dapat dilihat dari tekad Tenma untuk mencegah Karasuma pindah sekolah. Tenma yang suka dengan Karasuma ingin melakukan sesuatu supaya Karasuma tidak pindah sekolah. Tenma memikirkan banyak cara, sampai-sampai dia membersihkan rumah untuk mencari ide bagaimana cara yang bagus untuk menyampaikannya.

(6) でもま

ささず

Demo ma ame

no

naka

kasa

o

sasazu

ni

Tetapi

hujan

GEN

di dalam

payung AKU

sesekali

DAT

踊る

人間

居て

いい

odoru

ningen

ga

ite

mo

ii

wa!

Menari

orang

NOM

menjadi

juga

bagus

SHU

‘Tapi, yah walaupun hujan sesekali boleh juga sih kita tidak membuka payung dan mencoba menari dalam hujan.’

(SR.V6:155)

Pada data (6) adjektiva yang digunakan adalah yoi. Adjektiva yoi juga disebut ii yang memiliki arti ‘bagus/baik/boleh’ dan termasuk ke dalam kelompok adjektiva-i karena memiliki akhiran {~i}. Shuujoshi wa yang mengikuti adjektiva ii berfungsi untuk mengungkapkan pemikiran pembicara. Konteks situasi terlihat pada saat turunnya hujan yang membuat mereka hujan-hujanan karena tidak membawa payung.

Struktur, fungsi, dan makna shuujoshi kashira dapat diikuti oleh kata kerja, kata sifat, dan kata benda.

  • (7) こんな 所  に 本当に 動物  が  いる の かしら

Konna    tokoro ni hontouni doubutsu ga    iru   no kashira.

Seperti Ini tempat di benar   binatang NOM ada  GEN SHU.

‘Apa benar ada binatang di tempat seperti ini.’

(SR.V4:148)

Pada data (7) verba yang digunakan adalah iru yang memiliki arti ‘ada’ dan termasuk ke dalam kelompok godan doushi karena memiliki akhiran {~ru}. Shuujoshi kashira yang mengikuti verba iru berfungsi untuk menunjukkan sebuah ironi. Konteks suasanan hati pembicara yang merasa heran dan juga kasihan dapat dilihat dari kata konna tokoro yang memiliki arti ‘tempat seperti ini’. Hal itu menunjukkan bahwa binatang tersebut tidak seharusnya berada di sana.

  • (8)    ちょっと スピード あげる わよ。 付いて  これる かしら.

Chotto supiido ageru wayo. Tsuite     koreru  kashira.

Sedikit kecepatan memberi SHU. Mengikuti datang SHU

‘Kalau begitu, kunaikkan sedikit temponya. Kau bisa mengikutiku?’

(SR. V10 : 71)

Pada data (8) verba yang digunakan adalah kuru yang memiliki arti ‘datang’ dan termasuk ke dalam kelompok henkaku doushi. Verba kuru mengalami perubahan bentuk menjadi bentuk pasif dapat {~reru}, sehingga kuru menjadi koreru. Shuujoshi kashira yang mengikuti verba koreru berfungsi untuk bertanya langsung kepada lawan bicara. Konteks tujuan dapat dilihat dari keinginan Sawachika untuk menaikkan tempo berdansa karena mendapat pasangan yang seimbang.

(9)


これ Kore Ini

難しい

質問   だった

かしら

wa

muzukashii

shitsumon datta

kashira?

TOP

sulit

pertanyaan KOP

SHU.


‘Apa ini pertanyaan sulit?’

(SR. V2 : 149)

Pada data (9) nomina yang digunakan adalah shitsumon. Kata shitsumon yang memiliki arti ‘pertanyaan’ dan termasuk ke dalam kelompok nomina karena dalam hal ini kata pertanyaan merupakan sebuah kata benda. Shuujoshi kashira yang mengikuti nomina shitsumon berfungsi untuk bertanya kepada diri sendiri. Konteks situasi dapat dilihat dari keadaan Yakumo yang bingung karena tiba-tiba ditanyakan oleh sesosok

wanita seperti hantu misterius, ‘apakah kamu suka atau benci dengan laki-laki?’. Yakumo berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri apakah pertanyaan yang diajukan oleh sosok misterius itu sebuah pertanyaan yang sulit, karena pada saat itu Yakumo tidak memiliki perasaan suka ataupun benci terhadap laki-laki.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan hasil analisis tersebut, simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Shuujoshi yone, wa, dan kashira yang ditemukan dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi merupakan kalimat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (dalam situasi yang tidak formal), dan dalam membentuk sebuah kalimat selalu mengikuti kelas kata lain, seperti verba, adjektiva dan nomina. Tetapi shuujoshi wa yang mengikuti nomina tidak ditemukan dalam sumber data.

Shuujoshi yone yang ditemukan dalam sumber data berfungsi untuk mengkonfirmasi kembali sebuah pernyataan, mengungkapkan pemikiran pembicara, perasaan pembicara, dan keinginan pembicara. Shuujoshi wa yang ditemukan dalam sumber data berfungsi untuk mengungkapkan pemikiran pembicara, perasaan pembicara, keinginan pembicara, dan tekad pembicara. Shuujoshi kashira yang ditemukan dalam sumber data berfungsi untuk mengungkapkan perasaan pembicara, bertanya langsung kepada lawan bicara, bertanya kepada diri sendiri, dan menunjukkan sebuah ironi.

Makna kontekstual shuujoshi yone, wa, dan kashira yang ditemukan dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi adalah sebagai berikut :

  • 1.    Shuujoshi yone yang termasuk ke dalam konteks situasi sebanyak 6 data, yaitu dalam situasi yang tidak tenang, baru pertama kali mengobrol, dan bisa diandalkan, yang termasuk ke dalam konteks tujuan sebanyak 14 data, yaitu bertujuan untuk ingin mencoba dan mengkonfirmasi, dan yang termasuk ke dalam konteks suasana hati sebanyak 5 data, yaitu suasana hati yang merasa penasaran, senang, sedih, khawatir, pengertian, heran dan kagum.

  • 2.    Shuujoshi wa yang termasuk ke dalam konteks situasi sebanyak 4 data, yaitu dalam situasi yang terdesak dan keadaan terpaksa, yang termasuk ke dalam konteks tujuan sebanyak 13 data, yaitu bertujuan untuk pulang ke rumah, tidak boleh gagal dalam melakukan sesuatu, menyuruh, mengungkapkan pendapat dan

ingin istirahat, dan yang termasuk ke dalam konteks suasana hati sebanyak 8 data, yaitu suasana hati yang merasa khawatir, bosan, kesal, heran dan senang.

  • 3.    Shuujoshi kashira yang termasuk ke dalam konteks situasi sebanyak 3 data, yaitu dalam situasi yang membingungkan, yang termasuk ke dalam konteks tujuan sebanyak 12 data, yaitu bertujuan untuk mencari, mengkonfirmasi, bertanya dan menyuruh, dan yang termasuk ke dalam konteks suasana hati sebanyak 2 data, yaitu suasana hati yang merasa heran.

  • 7.    Daftar Pustaka

Kobayashi, Jin. 2004. School Rumble Volume 1. Tokyo. KondashaLtd.

Kobayashi, Jin. 2004. School Rumble Volume 2. Tokyo. KondashaLtd.

Kobayashi, Jin. 2004. School Rumble Volume 4. Tokyo. KondashaLtd.

Kobayashi, Jin. 2004. School Rumble Volume 6. Tokyo. KondashaLtd.

Kobayashi, Jin. 2004. School Rumble Volume 10. Tokyo. Kondasha Ltd.

Maynard, Senko K. 1997. Japanese Comunication. United State of America: University of Hawai’i Press

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijanto & Dahidi, A. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sudaryanto. 1993. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Maynard, Senko K. 1997. Japanese Comunication. United State of America: University of Hawai’i Press

Takayuki, Tomita. 1993. Bunpou Kiso Chisiki To Sono Osiekata. Tokyo: Bonjinsha.

Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

52