PERILAKU ENJOKOUSAI DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 16.2 Agustus 2016: 37-44
PERILAKU ENJOKOUSAI DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO
I Gusti Ayu Andani Pertiwi1*, Ida Ayu Laksmita Sari2, Renny Anggraeny3 [123]Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1[andanipertiwiayu@gmail.com] 2[dayumita23@gmail.com] 3[anggraeny0309@yahoo.co.jp]
*
Corresponding Author
Abstract
This research entitled “Enjokousai in Grotesque Novel by NatsuoKirino”.The theories used for analyzing areliterature sociology theory by Wallek Warren and social pathology theory by Kartono. This research aims to find out the type of enjokousai, causative factor, and the impact of enjokousai in Grotesque novel by Natsuo Kirino. Based on the analysis that has been done, there are two types of enjokousai, such as enjokousai by joining the group and enjokousai by not joining the group. Enjokousai is caused by internal and external factors, such as hipersexual, economic consideration to survive, in childhood had sexual intercourse,compensation of inferiority feeling, the assumption that women are needed in the game of love. There are also four impacts of enjokousai, such as damage the household, damage the moral and law, cause human exploitation, and cause sexual dysfunction.
Key words :sexuality, enjokousai, deviant behavior.
Sebagai salah satu negara maju, Jepang memiliki banyak fenomena dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satunya adalah fenomena enjokousai. Enjokousai merupakan kegiatan atau praktik yang dilakukan oleh para remaja putri yang dibayar oleh laki-laki tengah umur dengan menemani mereka berkencan ataupun sampai dengan melakukan hubungan seksual (Smyth, 1998).
Banyaknya fenomena enjokousai dalam masyarakat Jepang mendorong pengarang-pengarang di zaman modern untuk membuat karya sastra bertemakan enjokousai. Salah satunya adalah dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino. Novel Grotesque dipilih sebagai objek penelitian karena dalam novel tersebut diceritakan mengenai kehidupan pelaku enjokousai melalui tokoh Yuriko dan Sato. Selain itu, novel tersebut ditulis oleh
penulis terkenal yaitu Natsuo Kirino yang telah banyak mendapatkan penghargaan di bidang karya sastra.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
1. Bagaimanakah perilaku enjokousai yang terdapat dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino?
-
2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari perilaku enjokousai tokoh yang terdapat dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino?
-
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra Jepang agar semakin dikenal masyarakat. Selain itu, memberikan informasi kepada pembaca agar dapat memahami novel Grotesque karya Natsuo Kirino beserta aspek sosiologinya. Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu mengetahui perilaku enjokousai serta dampak yang ditimbulkan dari perilaku enjokousai yang terdapat dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan dan dilanjutkan dengan teknik catat (Ratna, 2004:39). Pada tahap analisis data, digunakan metode deskriptif analisis. Sedangkan dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal dengan teknik narasi (Ratna, 2004:50). Teori yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah teori sosiologi sastra dari Wellek dan Warren dan teori patologi sosial dari Kartono.
Novel Grotesque menceritakan tentang fenomenaenjokousaiyang direfleksikan melalui tokoh Yuriko dan Sato. Pada bagian ini disajikan hasil analisis data mengenai
jenis-jenis enjokousai, faktor penyebab enjokousai dan dampak dari perilaku enjokousai dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino.
Jenis-jenis perilaku enjokousai yang terdapat dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino yaitu enjokousai yang beroperasi dengan bantuan organisasi dan sindikat yang teratur dan enjokousai yang beroperasi secara individual.
Dalam praktiknya, kebanyakan pelaku enjokousai tergabung dalam suatu organisasi atau sindikat yang teratur secara tersembunyi. Pelaku enjokousai tidak bekerja sendirian tetapi terikat dalam suatu sistem kerja yang teratur dan saling menguntungkan (Kartono, 2014:251). Dalam novel Grotesque, Yuriko dan Sato mulanya bekerjasama dengan mucikari dalam melakukan enjokousai.Sato memilih bergabung dengan kantor agen perempuan panggilan sedangkan Yuriko bekerjasama dengan teman sekolahnya, Kijima. Berikut adalah data yang menunjukkan adanya kerjasama yang dilakukan Yuriko dan Kijima dalam melakukan enjokousai.
-
(1) だったら、仲間になろう。助け合おう。
俺がお前のマネージャーになってやる。いや、エジェンとにな(Grotesque, 2003:172)
Dattara, nakama ni narou. Tasukeaou.
Ore ga omae no maneejaa ni natteyaru. Iya, ejento ni naru.
Terjemahan:
Kalau begitu halnya, kau butuh pasangan. Aku bisa menolongmu.
Aku akan jadi manajermu. Tidak, agenmu.
Data (1) menunjukkan bahwa Yuriko yang merupakan siswi baru di sekolah Q berkenalan dengan seorang lelaki bernama Kijima. Keduanya menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam melakukanenjokousai. Kijima menawarkan diri untuk menjadimucikari Yuriko.
Adakalanya pelaku enjokousai beroperasi tanpa bantuan mucikari dan biasa disebut single operator. Mereka biasanya melakukan aksinya secara terselubung (Kartono, 2014:251).Yuriko dan Sato pada akhirnya memilih menjadi pelacur jalanan dengan alasan tertentu. Yuriko memutuskan untuk mengakhiri kerjasama dengan Kijima sedangkan Sato dipecat dari kantor agen perempuan panggilan karena membuat
keributan. Berikut adalah data yang menunjukkan pada akhirnya Sato menjadi pelacur jalanan:
-
(2) あたしだけのシマを得なくては。それはホテルをクビになった今日でな ければならず。(Grotesque, 2003:449)
Atashi dake no shima o enakutewa. Sore wa hoteru o kubi ni natta kyou denakereba narazu.
Terjemahan:
Aku memang ingin mempunyai pelanggan sendiri. Dan karena aku sudah dipecat dari layanan pendamping hotel, kelihatannya sekaranglah waktunya untuk mulai.’
Contoh data (2) menunjukkan bahwa Sato pada akhirnya memilih menjajakan diri di pinggir jalan setelah dipecat dari kantor agen perempuan panggilan. Pemecatannya berawal dari adanya konflik dengan sesama pelacur di agen tersebut hingga membohongi mucikarinya. Pada akhirnya setiap malam Sato berdiri di pinggir jalan di depan patung Jizou, sebuah patung Bodhisattva Budha.
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku
enjokousai.Berlangsungnya perubahan-perubahan sosial yang serba cepat
mengakibatkan timbulnya disharmonisasi baik dalam diri sendiri maupun dalam masyarakat. Hal itu memudahkan individu menggunakan pola-pola reaksi yang inkonvensional atau menyimpang dari pola-pola umum yang berlaku, salah satunya adalah pola pelacuran (Kartono, 2014:242). Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab Yuriko dan Sato melakukan enjokousai, yaitu: adanya nafsu seks yang abnormal (hiperseks), pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan hidup, pada masa kanak-kanak pernah melakukan hubungan seksual, kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior, adanya anggapan bahwa wanita memang dibutuhkan dalam permainan cinta.Berikut adalah data mengenai salah satu penyebab enjokousai: (3) 身の回りの物を買うのに疲れ、時々、声をかける男に付いて行っては金 を貰った。援助交際。当時はそんな言葉もなく、私は単に自分を商品化 していたに過ぎない。(Grotesque, 2003:164)
Mi no mawari no mono o kau noni tsukare, koe o kakeru otoko nitsuite itte wa kane o moratta. Enjokousai. Touji wa sonna kotoba mo naku, watashi wa tan ni jibun o shouhinkashite ita ni suginai.
Terjemahan:
‘Kadang-kadang kalau aku sudah jemu menghemat, aku menanggapi pendekatan oleh laki-laki agar bisa mendapat uang dari mereka. Enjokousai, pacaran untuk menangguk keuntungan. pada masa itu tidak ada istilah untuk itu-seperti yang ada sekarang’
Pada kutipan (3) menunjukkan bahwa ketika Yuriko menginginkan barang-barang yang diinginkannya ia akan mulai melakukan enjokousai. Setiap bulan ayahnya selalu mengirimkan uang saku yang sedikit sehingga ia harus menghemat. Dengan uang saku yang terbatas, ia tidak bisa membeli barang-barang yang diinginkannya. Oleh karena itu, menerima tawaran lelaki hidung belang untuk melakukan hubungan seks adalah salah satu jalan pintas ia mendapatkan uang dengan cepat.
-
(4) 四十歳までに一億貯めるつもりなのに目標は遥かに遠い。 (Grotesque, 2003:448)
Yon juu sai madeni ichi oku tameru tsumori nanoni mokuhyou wa haruka ni tooi. Terjemahan:
Sasaranku untuk menabung 100,000,000 yen sebelum aku genap empat puluh sudah semakin mustahil.
Kutipan (4) menunjukkan bahwa Sato memiliki obsesi besar untuk mengumpulkan uang 100.000.000 yen sebelum usianya empat puluh tahun. Semenjak ayahnya meninggal, ia menjadi tulang punggung keluarga menanggung beban hidup ibu dan adiknya. Bekerja di sebuah perusahaan terkenal tidak membuat Sato puas terhadap penghasilannya. Oleh karena itu, ia memutuskan mencari pekerjaan lain dengan menjadi seorang enjokousai.
Seperti yang telah disebutkan di atas, selain karena adanya pertimbangan ekonomis sebagai faktor penyebab enjokousai, masih ada empat faktor penyebab lainnya yaitu adanya nafsu seks yang abnormal (hiperseks), pada masa kanak-kanak pernah melakukan hubungan seksual, kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior, adanya anggapan bahwa wanita memang dibutuhkan dalam permainan cinta.Adanya nafsu seks yang abnormal membuat Yuriko memilih menjadi pelaku enjokousai untuk menyalurkan hasratnya. Selain itu, pengalaman pada masa kanak-kanak pernah melakukan hubungan seksual dengan pamannya sendiri membuat Yuriko semakin paham mengenai konsep seksualitas. Melalui pengalaman itu, Yuriko menyadari bahwa ada gejolak seksual yang begitu tinggi mengalir dalam darahnya. Di samping alasan-
alasan tersebut, alasan lainnya yang menyebabkan Yuriko memilih melakukan enjokousai adalah karena adanya anggapan bahwa wanita memang dibutuhkan dalam permainan cinta. Yuriko menganggap dirinya adalah pelengkap bagi lelaki khususnya dalam hal percintaan.
Selain Yuriko, tokoh Sato juga memiliki alasan tersendiri melakoni enjokousai. Tidak hanya motif ekonomi, kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior dalam dirinya turut serta menjadi penyebab ia melakukan enjokousai. Adanya keinginan untuk selalu unggul dari wanita-wanita lain dan baginya tidak semua wanita berani melakukan enjokousai. Fakta itu membuat ia merasa puas menjadi pelaku enjokousai.
Kenyataan membuktikan, bahwa seks bebas dapat mengakibatkan banyak kerusakan atau destruksi di kalangan orang-orang muda, baik pria maupun wanita (Kartono, 2014:237). Yuriko dan Sato yang awalnya mendapat kenikmatan dengan terjun sebagai pelaku enjokousai, lambat laun mulai merasakan dampak-dampaknya, salah satunya adalah sebagai berikut:
-
(5) マサミとの離婚訴訟で、ジョンソンは名誉も信用も財産も、それまで持
っていたものを何もかも失ったのだった。(Grotesque, 2003:137)
Masami tono rikonsoshou de, Jonshon wa meiyo mo shinyou mo zaisan mo, sore made motte ita mono o nani mo kamo ushinatta no data.
Terjemahan:
‘Waktu Masami menuntut cerai, Johnson kehilangan wibawanya, reputasi baiknya, uangnya dan segalanya. Ia dikeluarkan dari pekerjaannya sebagai pialang saham.’
Kutipan (5) menunjukkan bahwa enjokousai yang dilakukan Yuriko menyebabkan keretakan pada rumah tangga Masami dan Johnson. setelah Masami mengetahui hubungan gelap antara Yuriko dan Johnson, Masami memutuskan untuk bercerai dengan Johnson. Semenjak itu, Johnson mengalami kebangkrutan. Masami memilih untuk melupakan kenangan pahitnya tentang Yuriko dan Johnson, pada akhirnya ia menikah lagi dengan lelaki berkebangsaan Iran.
Selain menyebabkan rusaknya sendi-sendi keluarga, terdapat tiga dampak lagi sebagai akibat perilaku enjokousai yang dilakukan oleh Yuriko dan Sato yaitu merusak
nilai moral dan hukum, adanya eksploitasi manusia oleh manusia lain, dan menyebabkan terjadinya disfungsi seksual.Enjokousai merupakan tindak perbuatan yang melanggar nilai moral dan hukum sehingga pemerintah Jepang membuat undang-undang enjokousai untuk mengurangi adanya perilaku enjokousai yang mulai menjamur di kalangan masyarakat Jepang. Selain melanggar nilai moral dan hukum, Yuriko dan Sato sebagai pelaku enjokousai juga mengalami eksploitasi seksual yang dilakukan oleh mucikari mereka. Ketika masih menggunakan perantara mucikari, Yuriko dan Sato harus menyerahkan sebagian penghasilannya kepada mucikari. Adanya disfungsi seksual juga dapat terjadi sebagai akibat terlalu sering melakukan hubungan seksual. Hal ini dialami oleh Sato yang mulai merasa kesulitan merasakan orgasme dengan pelanggannya sebagai akibat terlalu sering melakukan enjokousai.
Novel Grotesque Karya Natsuo Kirino memuat hal-hal berkaitan dengan enjokousai yang direfleksikan melalui tokoh Yuriko dan Sato. Ada dua jenis enjokousai dalam novel Grotesque yaituenjokousaiyang dilakukan dengan bergabung pada organisasi dan sindikat yang teratur dan enjokousai yang dilakukan secara individual. Terdapat beberapa motif yang mendasari Yuriko dan Sato melakukan enjokousai yaitu, adanya nafsu seks yang abnormal (hiperseks), pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan hidup, pada masa kanak-kanak pernah melakukan hubungan seksual, kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior, adanya anggapan bahwa wanita memang dibutuhkan dalam permainan cinta. Sebagai akibat perilaku enjokousai yang dilakukan Yuriko dan Sato, terdapat empat dampak yang ditimbulkan yaitu, merusak sendi-sendi keluarga, merusak moral dan hukum, adanya eksploitasi manusia oleh manusia lain, dan mengalami disfungsi seksual.
Kirino, Natsuo. 2003. Grotesque. Jepang : Bungei Shunju LTD.
Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial : Jilid 1. Jakarta : Rajawali Pers.
Ratna, N.K. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar : Pustaka
Belajar.
Smyth, Jamie. 1998, Enjo-Kosai:Teen Prostitusion,a reflection of society’s ills.Tokyo weekender. Diakses dari website
http://www.weekender.co.jp/latestedition/980904/oped.html
44
Discussion and feedback