ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 18.2 Pebruari 2017: 120-126

Teks Pragusa Parwa: Analisis Struktur dan Semiotik

I Dewa Putu Satriya Wibawa1*, I Made Wijana2, I Nyoman Sukartha3

  • [123]    Program Studi Sastra Jawa Kuno Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

1[tyosatria88@yahoo.co.id] 2[made_wijana@unud.ac.id]

3[inyomansukartha@yahoo.co.id]

Corresponding Author

ABSTRACT

This study entitled The Pragusa Parwa Text: Structure and Semiotics Analysis. The aim of this study is to study the structure and meaning contained in Pragusa Parwa. The theory used is semiotic theory and assisted with the structural theory. Semiotic theory used is semiotic theory developed by Riffaterre. The theory which is used for structure analysis is proposed by Teeuw.

In this study, there are used several methods to facilitate research. The methods used are: (1) phase of the provision of data using the method of reading the manuscript as an object of study. While the technique used is the technique of translation, (2) the data analysis stage using methods of critical analysis and hermeneutic methods that are supported by descriptive analytical techniques, (3) the stage of presentation of the results of data analysis using informal and formal methods that used sentences and words in Indonesian language.

The results of this study are unfolding structures that build Pragusa Parwa text, the content and meaning contained in the text. Intrinsic structure which are build Pragusa Parwa text includes plot, setting, characterization, style, theme and message that shows the unity of the whole. Meanings in Parwa Pragusa proceeded through the matrix and model, therefore the text can obtain a sense that the ability of the primacy of science (kottaman śāstra) and power as a result of the ability (kawibhawan).

Keywords: Pragusa, Parwa, Semiotic

  • 1.    Latar Belakang

Ajaran-ajaran agama Hindu memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan kesusastraan Hindu itu sendiri. Sampai saat ini kesusastraan Hindu tersebut masih diwarisi oleh masyarakat Bali melalui karya-karya sastra yang berbahasa Jawa Kuna. Beberapa jenis karya sastra Jawa Kuna yang masih diwarisi di Bali salah satunya yaitu dalam bentuk parwa. Salah satu karya sastra yang berbentuk parwa yaitu

Pragusa Parwa. Secara harfiah, Pragusa Parwa dapat diartikan sebagai ‘Cerita mengenai Kera’.

Pragusa Parwa adalah karya sastra Parwa yang mengambil tema dari epos Ramayana yaitu saat episode tokoh-tokoh kera yang menjadi pasukan dari Sugriwa. Karya sastra Pragusa Parwa memiliki keunikan yaitu cerita mengenai manik astagina yang dapat mengabulkan semua permohonan. Manik astagina itu berasal dari Dewa Surya yang dianugerahkan kepada Naraci saat berada di Surga. Di samping itu, Dalam teks Pragusa Parwa juga menceritakan seorang pendeta yang memohon anugerah kepada Dewa Siwa. Kedua tokoh dewa tersebut tampak memegang peranan yang cukup besar dalam teks Pragusa Parwa, sehingga pada penelitian ini, terdapat hal yang menarik untuk dianalisis dari segi semiotik antara kedua tokoh Dewa tersebut dengan kera-kera yang menjadi bagian dari pasukan Sugriwa.

Sastra Parwa, khususnya Pragusa Parwa memiliki unsur-unsur intrinsik yang membangun keutuhan cerita. Unsur-unsur intrinsiknya yang berupa plot, latar, penokohan, gaya bahasa, tema dan amanat akan dikaji lebih mendalam untuk mengungkap elemen-elemen yang terdapat dalam teks Pragusa Parwa. Dari analisis struktur tersebut akan dilanjutkan dengan pemaknaan yang terkandung dalam Pragusa Parwa. Dengan demikian, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai karya sastra Parwa, terutama informasi mengenai teks Pragusa Parwa.

  • 2.    Pokok Permasalahan

  • (1)    Bagaimana struktur intrinsik yang membangun karya sastra Pragusa Parwa seperti plot, latar, penokohan, gaya bahasa, tema dan amanat?

  • (2)    Bagaimana proses pemaknaan dan makna Pragusa Parwa?

  • (3)

  • 3.    Tujuan Penelitian

  • (1)    Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah koleksi karya sastra yang ada, sehingga masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Bali pada khususnya dapat memahami karya sastra Jawa Kuna, agar dapat diteruskan pada

generasi berikutnya. Di samping itu pula berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan sastra Jawa Kuna pada khususnya.

  • (2)    Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam isi dari teks Pragusa Parwa. Selain itu, bertujuan pula untuk mengkaji struktur Pragusa Parwa, seperti; plot, latar, penokohan, gaya bahasa, tema dan amanat untuk membangun Pragusa Parwa sebagai sebuah karya sastra yang utuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam Pragusa Parwa. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan apresiasi pembaca dalam memahami karya sastra Pragusa Parwa.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode dan teknik dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, antara lain sebagai berikut ini: (1) Tahap Penyediaan Data, (2) Tahap Analisis Data, (3) Tahap Penyajian Hasil Analisis.

  • (1)    Tahap Penyajian Data

Pada tahap penyediaan data diawali dengan langkah menyediakan naskah Pragusa Parwa yang akan digunakan sebagai objek penelitian, setelah naskah lontar dialih aksarakan dari aksara bali ke dalam aksara latin. Hal ini dilakukan untuk mempermudah memahami teks Pragusa Parwa. Teknik yang digunakan adalah teknik terjemahan, yaitu penyalinan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pada tahap ini pertama-tama teks dibaca dengan pembacaan heuristik, dilanjutkan dengan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heruistik adalah pembacaan sastra berdasarkan struktur kebahasaan. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau mendasarkan konvensi sastra.

  • (2)    Tahap Analisis Data

Analisis data adalah tahap pengolahan data. Tahap pertama dalam pengolahan data adalah memeriksa data yang telah terkumpul, dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis dan metode hermeneutik. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang disusul dengan analisis. Hermeneutik adalah metode yang paling sering digunakan dalam penelitian karya sastra. Hermeneutik

berasal dari kata hermeneuein, bahasa yunani, yang berarti menafsirkan atau menginterpretasikan.

Pada proses analisis dilakukan pengumpulan data yang diperoleh disesuaikan dengan objek penelitian. Analisis berikutnya adalah telaah terhadap struktur dan semiotik Pragusa Parwa. Struktur Pragusa Parwa akan dikaji menggunakan metode formal, yang meliputi unsur intrinsiknya berupa alur, latar, penokohan, gaya bahasa, tema dan amanat yang dilanjutkan dengan menganalisis makna dalam Pragusa Parwa. (3) Tahap Penyajian Hasil Analisis

Tahap penyajian analisis data merupakan tahap terakhir di dalam sebuah penelitian. Dari seluruh data yang diolah secara maksimal, maka tahapan dilanjutkan pada penyajian hasil analisis dengan metode informal dan formal. Metode informal adalah cara penyajian hasil pengolahan data dengan menggunakan kata-kata biasa. Sedangkan metode formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145). Dalam penelitian ini, dilakukan teknik penyajian yaitu dengan menggunakan kalimat dan kata-kata dalam bahasa Indonesia.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

    • 5.1    Struktur teks Pragusa Parwa terkandung unsur-unsur instrinsik yang meliputi plot, latar, penokohan gaya bahasa, tema dan amanat.

  • 1) . Plot

Plot dalam teks Pragusa Parwa dibagi atas 5 bagian yaitu (1) situation ialah pengarang mulai melukiskan suatu keadaan, (2) generation circumstances ialah peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak, (3) rising action ialah keadaan mulai memuncak, (4) climax adalah peristiwa-peristiwa mencapai klimaks, (5) denoment ialah pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa.

  • 2) . Latar

Latar dalam teks Pragusa Parwa dibagi menjadi tiga bagian yang Secara umum ditemukan terangkum dalam latar waktu, latar tempat dan latar suasana. Latar-latar yang melatari dalam cerita Pragusa Parwa telah mampu mendukung jalannya cerita terutama dalam menunjang pelukisan peristiwa ataupun kejadian-kejadian yang dialami tokoh. 3). Penokohan

Penokohan dalam teks Pragusa Parwa dibagi menjadi tiga bagian kelompok, yaitu: 1) tokoh utama yang meliputi Sugriwa, pendeta Gotama dan pendeta Narada, 2) tokoh sekunder yaitu: Dyah Anjani dan Hanoman, 3) tokoh pelengkap yaitu: Dewa Brahma, Dewa Indra, Dewa Bayu, Dewa Surya, Dewa Siwa, Naraci, Subali, Jambawan, Nila, Nala, pendeta wisalagni dan anak kera dari para pertapa yang meliputi sang Indra Janur, sang Druta, sang Menda, sang Pati, sang Suboda, sang Bima Muka, sang Darimuka, sang Gawaksa, sang Nagawadana, dan sang Asti Wadana. Dari penglompokkan tersebut masing-masing dijelaskan mengenai perwatakannya secara fisiologis, sosilogis, dan psikologisnya baik secara analitik maupun dramatik.

  • 4) . Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang terkandung di dalam teks Pragusa Parwa adalah gaya bahasa perbandingan yang meliputi: (1) perumpamaan, (2) metafora, (3) alegori, gaya bahasa pertentangan, meliputi: hiperbola, dan gaya bahasa pertautan meliputi: (1) Sinekdoke, (2) Metonimia, (3) Antonomasia.

  • 5) . Tema

Dalam teks Pragusa Parwa yang menjadi tema adalah kegelapan pikiran. Hal itu tampak dari beberapa tokoh yang terdapat dalam teks. Selain tema dari kegelapan pikiran tersebut, terdapat pula tema mengenai Karmaphala.

  • 6) . Amanat

Amanat dalam teks Pragusa Parwa tidak disampaikan secara langsung, namun disampaikan secara tersembunyi pada rangkaian dialog ataupun percakapan tokoh. Di dalam percakapan antar tokoh terdapat banyak amanat yang disampaikan pengarang secara tidak langsung kepada para pembaca terutama pengendalian terhadap diri mengenai hawa nafsu, sifat marah, sifat bingung, dan sifat iri hati.

  • 5.2 Pemaknaan teks Pragusa Parwa

  • 1) . Matriks dan Model

Pemaknaan yang terkandung di dalam teks Pragusa Parwa di dahului memalui matriks dan model. Identifikasi matriks dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi model sebagai aktualisasi pertama dari matriks. Matriks teks Pragusa Parwa yaitu “keutamaan ilmu pengetahuan” (kottaman śāstra). Model yang diaktualisasikan oleh matriks keutamaan ilmu pengetahuan adalah manik astagina.

Manik astagina memiliki arti yaitu permata dengan sifat adikodrati. Dalam hal ini, permata tersebut merupakan benda yang dapat mengabulkan semua permohonan. Pengertian mengenai manik astagina dapat ditekankan melalui kata dari ‘gina’ yang berarti ‘keunggulan, bakat’. Sehingga melalui pengertian tersebut kata dari ‘keunggulan dan bakat’ bersinonim dengan kemampuan (śakti) dan kekuasaan (kawibhawan).

  • 2) . Makna

Makna teks Pragusa Parwa dapat ditemukan sebagai akibat relasi total unsur-unsur yang ada dalam teks Pragusa Parwa sebagai sebuah sistem. secara struktural, matrikskottaman śāstra” ‘keutamaan ilmu pengetahuan’ tampak memiliki fungsi dominan. Sehingga disekitar makna pusat (matriks), ada sejumlah presuposisi dan sistem deskriptif yang tampak mempertegas dan memperjelas makna pusat tersebut sebagai berikut:

  • 1)    Kemampuan Pada Keutamaan Ilmu Pengetahuan (kottaman śāstra).

  • 2)    Kekuasaan Sebagai Hasil Kemampuan (kawibhawan).

  • 6.    Simpulan

Struktur yang membangun teks Pragusa Parwa meliputi plot, latar, penokohan, gaya bahasa, tema dan amanat. Semua unsur ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dalam menentukan makna Pragusa Parwa, didahului dengan menentukan matriks dan model sebagai produksi teks. Dalam teks Pragusa Parwa, keutamaan ilmu pengetahuan ‘Kottaman Śāstra’ merupakan matriks atau pusat makna. Matriks Kottaman Śāstra tersebut kemudian diderivasikan melalui beberapa model diantaranya śakti (kemampuan) dan kawibhawan (kekuasaan). Matriks dan model tersebut membentuk kesatuan cerita Pragusa Parwa yang utuh. Matriks sebagai pusat makna atau faktor yang dominan di dalam Pragusa Parwa menyebabkan adanya sejumlah presuposisi dan sistem deskriptif yang tampak mempertegas dan memperjelas makna pusat tersebut sebagai berikut: Kemampuan Pada Keutamaan Ilmu Pengetahuan (kottaman śāstra) dan Kekuasaan Sebagai Hasil Kemampuan (kawibhawan).

  • 7.    Daftar Pustaka

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Medpress.

Larson, Mildred L. 1991. Penerjemahan Berdasar Makna. “terj. Kencanawati Taniran”. Jakarta : Arcan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. “Teori, Metode , Teknik Penelitian Sastra” Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics Of Poetry. Bloomington and London : Indiana Universty Press.

Tarigan, Hendry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

Zoetmulder, P.J. 1985. Kalangwan Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang. (terjemahan

Dich Hartoko) . Jakarta : Djambatan.

Zoetmulder, P.J. 1995. Kamus Jawa KunaIndonesia. Jilid I dan II. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

126