ISSN: 2302-920X

E-Jurnal Humanis, Fakultas Sastra dan Budaya Unud

Vol 15.2 Mei 2016: 159-165

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Abstracts

This study is aimed to analyze and to understand the process of formulating words pharases in songs created by Ebiet G. Ade. The object of the study are phrases taken from Camellia album 1-4 by Ebiet G. Ade ,therefore data sources of the study are phrases from the above- mention songs compalition. Structural morphology theory is utilised in the study. Data analyze based on the formulation of phares as well as typical words formulation.

Keywords: words/ phrases, Ebiet G. Ade, song lyric, typical words formulation

  • 1.    Latar Belakang

Sesuai dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusia serta cara menanggapi sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini bahasa juga terlibat dalam kerja sama tersebut, seperti pers dengan bahasa dan iklan dengan bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa selalu berkaitan dengan bidang atau hal yang ada di sekitarnya (Pramayani, 2011: 1).

Musik merupakan salah satu cabang seni yang sangat digemari oleh masyarakat dan telah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat (Pramayani, 2011: 1). Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa musik dapat didefinisikan sebagai (1) ilmu atau seni menyusun nada atau suara, diurutkan, dikombinasikan, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan dan (2) nada dan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat). Dari kedua definisi itu, dapat disimpulkan bahwa suatu perasaan atau pengalaman jiwa disampaikan dengan kiasan atau bunyi-bunyi yang indah.

Pada perkembangannya salah satu bahasa puisi yang diapresiasikan oleh sarana kesenian adalah lirik lagu dalam seni musik. Seni musik yang digunakan untuk menyelaraskan nada dan irama untuk menghasilkan suatu komposisi yang harmonis membutuhkan bahasa untuk menyampaikan ide dan gagasan.

Bahasa yang digunakan untuk menyampaikan ide dan gagasan sangat diperlukan oleh pencipta lagu. Melalui bahasa, pencipta lagu dapat mengungkapkan perasaan dan emosinya yang kemudian dituangkan dalam lirik lagu. Hal ini menyebabkan hasil karya yang diciptakan dapat dinikmati oleh masyarakat.

Ebiet G. Ade merupakan penyanyi sekaligus pencipta lagu bergenre balada. Balada merupakan suatu cerita yang diiringi oleh musik ataupun dalam bentuk puisi. Balada bisa juga diartikan sebagai genre yang kental akan gambaran kehidupan rakyat kecil yang sangat terbalik dengan penguasa. Ebiet telah menunjukkan eksistensinya di blantika musik Indonesia dengan mengeluarkan album dari periode tahun 1979--2000-an, baik yang merupakan album kompilasi maupun lagu yang diaransemen ulang. Ebiet merupakan pengarang yang lebih mengandalkan kekutan lirik di setiap lagunya. Lirik-lirik yang diciptakan oleh Ebiet merupakan lirik yang puitis dan kental akan kritik sosial. Hal inilah menarik minat penulis untuk meneliti bahasa lirik lagu Ebiet G. Ade.

Bahasa lirik lagu dituangkan dalam bentuk kata-kata. Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis. Proses morfologis, yaitu proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dengan kata lain, proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain menjadi kata. Ciri suatu kata yang mengalami proses morfologis, yaitu mengalami perubahan bentuk, mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori/jenis kata. Ada beberapa cara pembentukan kata melalui proses morfologis, yaitu afiksasi, komposisi/pemajemukan, reduplikasi/perulangan, derivasi balik, abreviasi, suplisi, dan penganamatopean (Simpen, 2009: 47--50).

Bahasa lirik lagu Ebiet G. Ade memiliki ciri khas tersendiri. Ebiet menggunakan kata-kata yang sederhana, tetapi puitis dan sarat makna. Hal ini menunjukkan bahwa Ebiet tidak sembarangan menggunakan kata. Pilihan kata Ebiet G. Ade merupakan pilihan kata yang istimewa sehingga menghasilkan komposisi yang indah dan mudah dicerna oleh pendengar. Hal ini juga menunjukkan bahwa pembentukan kata yang dipilih oleh Ebiet G. Ade tidak sembarang. Tentunya Ebiet memilih pembentukan kata

yang dapat menghasilkan komposisi yang indah serta mewakili ide serta gagasannya. Alasan inilah yang melatarbelakangi penulis meneliti proses pembentukan kata pada bahasa lirik lagu Ebiet G. Ade.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang diteliti, yaitu sebagai berikut.

  • a. Proses pembentukan kata apa sajakah yang terdapat pada lirik lagu Ebiet G. Ade? b. Apa kekhasan bentukan kata pada lirik lagu Ebiet G. Ade?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

  • a. Menganalisis proses pembentukan kata yang terdapat pada lirik lagu Ebiet G. Ade. b. Menganalisis kekhasan bentukan kata pada lirik lagu Ebiet G. Ade

  • 4.    Metode Penelitian

Sudaryanto (1993: 9) menyebutkan metode sebagai suatu cara yang harus dilaksanakan dan teknik adalah cara melaksanakan metode tersebut. Selanjutnya, untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan metode penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahapan pengumpulan data, tahapan analisis data, dan tahapan penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik dasarnya sadap dan teknik lanjutan simak bebas libat cakap. Metode dan teknik penganalisisan data yang digunakan adalah metode agih, yaitu metode yang pelaksanaannya menggunakan unsur penentu yang berupa unsur bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Sementara itu, teknik yang digunakan adalah teknik dasar BUL (bagi unsur langsung) dan teknik lanjutan yang berupa teknik lesap, teknik ulang, dan teknik ganti. Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal dan informal. Metode formal berupa penyajian dengan menggunakan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Metode informal merupakan metode yang

menyampaikan hasil penelitian secara verbalitas, yaitu menggunakan kalimat atau gambar.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu (Chaer, 2007: 346). Ferdinand de Saussure mengemukakan teori bahwa setiap tanda atau tanda linguistik (signe atau signe linguistique) dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak terpisahkan, yaitu komponen signifiant dan komponen signifie (Chaer, 2007: 348). Yang dimaksud dengan signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita, sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran manusia. Lebih jelasnya, ada yang menyamakan signe itu sama dengan kata; signifie sama dengan ‘makna’; dan signifiant sama dengan bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu (Chaer, 2007: 348).

Ferdinand de Saussure membedakan dua macam hubungan, yaitu hubungan sintagmatis dan hubungan asosiatif. Di dalam suatu keadaan langue segalanya didasari oleh hubungan. Hubungan dan perbedaan di antara unsur-unsur bahasa berlangsung di dalam dua lingkungan yang berbeda, yang masing-masing diturunkan oleh tataran valensi tertentu (Saussure, 1988: 219). Hubungan sintagmatik ini terdapat baik dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Pada tataran morfologi, proses morfologis merupakan komponen yang sangat penting. Proses morfologis atau proses pembentukan kata ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Melalui proses morfologis, kata-kata dapat terwujud. Bentuk dasar dalam proses morfologis dapat berupa morfem, kata, pokok kata, atau juga frasa. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan, dan proses pemajemukan (Ramlan, 1987: 52). Dalam lirik lagu Ebiet G. Ade, proses pembentukan kata diteliti terkait dengan bentuk, fungsi, dan maknanya.

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Ramlan, 1987: 54). Berdasarkan posisi pada bentuk dasarnya, afiks dibedakan menjadi lima jenis, yakni prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (gabungan imbuhan), dan simulfiks (imbuhan gabung). Prefiks yang ditemukan pada lirik lagu Ebiet G. Ade

adalah prefiks meng-,ke-, ber-, di-, per-, peng-, se-, dan ter-. Infiks yang ditemukan adalah infiks -em- dan -er-. Sufiks yang ditemukan adalah sufiks –an, -i, -kan, dan sufiks –nya . Konfiks yang ditemukan adalah konfiks ke-an, ber-an, per-an , dan se-nya. Di pihak lain, simulfiks yang ditemukan adalah simulfiks me-kan dan me-i.

Proses pembentukan kata lain yang ditemukan adalah reduplikasi. Reduplikasi/perulangan adalah salah satu proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara mengulang sebagian atau seluruh bentuk dasar. Proses ini menghasilkan kata baru, yang lazim disebut kata ulang. Proses mengulang kadang-kadang berkombinasi dengan afiksasi atau terjadi perubahan bentuk bunyi (Simpen, 2009: 48). Reduplikasi yang ditemukan adalah reduplikasi fonologis, reduplikasi semantis, reduplikasi morfologis, dan reduplikasi dasar berafiks.

Dalam penelitian ini juga ditemukan proses pembentukan kata melalui komposisi atau pemajemukan. Komposisi atau pemajemukan adalah proses morfologis yang mengubah gabungan leksem menjadi satu kata, yakni kata majemuk (Arifin, 2009:12). Komposisi adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara menggabungkan satu bentuk (bebas atau terikat) dengan satu bentuk (bebas atau terikat) yang lain sehingga menghasilkan kata majemuk. Kata majemuk dapat berbentuk bentuk bebas + bentuk bebas, bentuk bebas + bentuk terikat, dan bentuk terikat + bentuk bebas (Simpen, 2009: 48). Komposisi yang ditemukan terdiri atas komposisi nominal dan komposisi verbal.

Kekhasan bentukan kata pada lirik lagu Ebiet G. Ade terlihat pada proses afiksasi. Proses ini merupakan proses yang paling dominan terjadi dalam lirik lagu Ebiet G. Ade. Kekhasan bentukan kata terlihat pada penggunaan afiks dalam ragam nonbaku serta penanggalan afiks yang bertujuan untuk pemenuhan ketukan lagu. Kekhasan bentukan kata juga terlihat pada proses reduplikasi. Proses reduplikasi yang paling dominan dipakai adalah reduplikasi penuh. Di samping reduplikasi penuh, Ebiet juga menggunakan reduplikasi dengan pelemahan bunyi. Semua unsur di atas menjadikan lirik lagu Ebiet G. Ade memiliki nilai estetika yang tinggi dan ciri khas yang membedakannya dari lirik lagu dari penyanyi lainnya.

  • 6.    Simpulan

Proses pembentukan kata pada lirik lagu Ebiet G. Ade terdiri atas afiksasi, reduplikasi, dan komposisi atau pemajemukan. Proses pembentukan kata diteliti terkait dengan bentuk, fungsi, dan maknanya.

Kekhasan bentukan kata pada lirik lagu Ebiet G. Ade terlihat pada proses afiksasi. Proses ini merupakan proses yang paling dominan terjadi dalam lirik lagu Ebiet G. Ade. Kekhasan bentukan kata terlihat pada penggunaan afiks dalam ragam nonbaku serta penanggalan afiks yang bertujuan untuk pemenuhan ketukan lagu. Kekhasan bentukan kata juga terlihat pada proses reduplikasi. Proses reduplikasi yang paling dominan dipakai adalah reduplikasi penuh. Di samping reduplikasi penuh, Ebiet juga menggunakan reduplikasi dengan pelemahan bunyi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kekhasan lirik sehingga lirik-lirik yang diciptakan oleh Ebiet G. Ade berbeda dari lirik-lirik penyanyi lainnya.

Daftar Pustaka

Alwi, H. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, E. Zaenal dan Junaiyah H.M. 2009. Morfologi Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT Gramedia Widiasrana Indonesia.

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Utama.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metoda Linguistik Ancangan Metoda Penelitian dan Kajian. Bandung: PT Refika Aditama.

Jendra, I Wayan. 1988. Pengantar Ringkas Ilmu Bahasa dan Perkembangannya. Surabaya: Paramita.

Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1992. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2005. Mongin-Ferdinant De Saussure (1857--1913) Peletak Dasar Strukturalisme dan Linguistik Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Parera, Jos Daniel. 1980. Pengantar Linguistik Umum Bidang Morfologi Seri B. Ende: Nusa Indah.

Pramayani, Ni Made Desi. 2011. “Kajian Wacana Lirik Lagu Ebiet G. Ade”. Denpasar : Universitas Udayana.

Pratiwi. 2009. Panduan Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Tugu.

Ramlan, M. 2009. Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi. Yogyakarta: CV Karyono.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Saussure, Ferdinand de. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Simpen, I Wayan. 2009. Morfologi Sebuah Pengantar Ringkas. Denpasar: Udayana University Press.

Subekti, Anik. 2007. “Analisis Kumpulan Lirik Lagu Karya Ebiet. G. Ade (Sebuah Pendekatan Semiotik)”. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudipa, I Nengah. 2008. Linguistik Struktural dan Transformasi dengan Beberapa Perkembangan Terakhir. Denpasar: Nesari.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.

Wigati, Sarwo Indah Ika. “Tuturan Metaforis dalam Lirik Lagu-Lagu Ebiet G. Ade”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

165