ISTILAH BERMUATAN BUDAYA DALAM NOVEL SIXTY NINE KARYA RYU MURAKAMI DAN TERJEMAHANNYA TAHUN ENAM SEMBILAN
on
1
ISTILAH BERMUATAN BUDAYA DALAM NOVEL SIXTY NINE KARYA RYU MURAKAMI DAN TERJEMAHANNYA TAHUN ENAM SEMBILAN
Gede Adhitya Permana
0901705033
Program Studi Sastra Jepang
Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Abstract
The focus of discussion in this study are the categories of cultural terms which are found in the novel Sixty Nine by Ryu Murakami and its Indonesian versions Tahun Enam Sembilan and the translation techniques used in translating cultural terms in the novel. The data were qualitatively analyzed using descriptive methods. The steps of data analysis are described as follows: First, categorize the cultural terms by the category proposed by Newmark (1988). Then, the data were analyzed by source language oriented and the target language context technique of translation proposed by Molina and Albir (2002). The categories of cultural term found in Sixty Nine novel are: 1. Ecology (flora, fauna, hills, wind, terrain), 2. Material Culture (food, clothing, housing, urban transport), 3. Social Culture (work, recreation), 4. Organization, Customs, Activities, Procedures, Concepts (Political and Administrative, Religious, Artistic), 5. Gestures and Habits which dominated by material culture categoriy. The applied techniques found in this novel are adaptatation, amplification, borrowing, established equivalent, generalization, literal translation and transposition which dominated by amplification technique.
Keywords: translation, cultural terms, translation techniques
Dalam melakukan kegiatan penerjemahan istilah bermuatan budaya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang penerjemah. Terkait dengan bahasa dan penerjemahan, Newmark (1988:94) mendefinisikan budaya sebagai "cara hidup dan manifestasinya yang khas dari sebuah komunitas yang menggunakan bahasa tertentu sebagai sarana ekspresi".
Kegiatan penerjemahan bukanlah hal yang mudah, namun masih memungkinkan. Menurut Bell (1991:15), penerjemah harus menghadapi beberapa masalah dalam menerjemahkan yaitu: perbedaan sistem linguistik dan budaya, keragu-raguan dan informasi yang hilang akibat perbedaan sistem bahasa serta harus menghadapi masalah interkultural dan genre dari teks yang diterjemahkan.
Karena budaya tersebut termasuk dalam ide, gagasan, kebiasaan^^^^κ kebiasaan dan pola hidup masyarakat yang mengakibatkan penerjemahaan tidak hanya mengubah satu kata ke kata lainnya dalam bahasa yang berbeda, tapi juga bagaimana cara untuk mempertahankan ide, gagasan atau pemikiran dalam satu bahasa ke bahasa lainnya.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka timbulah sebuah inspirasi untuk mengangkat tema tentang penerjemahan istilah bermuatan budaya. Fokus permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah “bagaimana kategori istilah bermuatan budaya yang ditemukan pada novel Sixty Nine karya Ryu Murakami beserta versi terjemahan bahasa Indonesianya Tahun Enam Sembilan serta teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan istilah bermuatan budaya dalam novel tersebut?”.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dibagi menjadi dua garis besar. Secara umum adalah menambah khasanah penelitian penerjemahan istilah bermuatan budaya.
Secara khusus penelitian ini mengkaji tentang teknik penerjemahan istilah bermuatan budaya yang muncul dalam novel Sixty Nine karya Murasaki Ryuu dan terjemahannya Tahun Enam Sembilan yang dialihbahasakan oleh Widati Utami.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sebuah novel bahasa Jepang yang berjudul Sixty Nine karya Murasaki Ryuu yang diterbitkan pada tahun 1987 oleh Kodansha International, beserta versi bahasa Indonesianya yang berjudul Tahun Enam Sembilan. Versi bahasa Indonesia dari novel Sixty Nine dialihbahasakan oleh Widati Utami dan diterbitkan pada tahun 2008 oleh Trans Media Pustaka.
Metode yang akan digunakan dalam proses pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Data yang telah terkumpul dianalisa menggunakan metode deskriptif dan menggunakan teknik kualitatif Langkah _langkah analisa data dijabarkan sebagai berikut:Pertama, mengkategorikan Istilah bermuatan budaya berdasarkan kategori-kategori istilah bermuatan budaya yang dikemukakan oleh Newmark (1988:95-102). Kemudian, data tersebut dianalisa berdasarkan teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002:510-511).
-
5. Pembahasan
-
5.1 Kategori Istilah Bermuatan Budaya dalam Novel Sixty Nine serta Teknik Penerjemahannya
-
Newmark (1988:95-102) membagi kategori istilah bermuatan budaya menjadi lima klasifikasi yaitu, 1. ekologi, 2. Budaya Material 3. Budaya sosial 4. organisasi, aktivitas, prosedur, konsep, 5. gestur dan kebiasaan.
-
5.1.1 Istilah Bermuatan Budaya kategori Ekologi
Istilah bermuatan budaya yang masuk ke dalam kategori ekologi adalah unsur-unsur alam yang bukan merupakan buatan manusia selama istilah tersebut tidak mengandung nilai-nilai /kepentingan (politik, komersil, dan lain-lain.). berikut salah satu contoh kategori ekologi yang ditemukan:
Data (1)
bahasa sumber:
^WOtV ⅛L - LSLτy⅛ ^XV ⅜ 9WΛ w®/ WLX L⅛√r(28)
Tanuki no hara wo miteiruto, shinpai shite naiteru kamou shirenai haha wo omoi dashite shimatta.
Bahasa sasaran:
‘ Tiba-tiba aku teringat pada ibuku yang pasti akan menangis kalau melihat perut rubah ini’
Tanuki adalah salah satu jenis binatang khas di Jepang yang termasuk dalam subspesies rakun (Umesao, 1995:1336). Oleh karena itu, tanuki masuk kedalam istilah bermuatan budaya kategori ekologi. Tanuki adalah binatang yang bergerak sangat lincah serta mahir untuk menyamarkan bentuknya pada
pepohonan dan hutan tempatnya tinggal. Tanuki sering muncul di foklor foklor Jepang sejak jaman dahulu. Teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan istilah ini adalah teknik Adaptation, dimana konsep dalam bahasa sumber tidak diketahui (unknown) secara pasti di dalam bahasa target, sehingga diterjemahkan sesuai dengan konsep terdekat yang ada dalam bahasa sumber. Nomina (tanuki) dalam teks sumber pada diterjemahkan menjadi nomina
Rubah dalam teks sasaran. Melihat hasil terjemahan dari nomina (tanuki)
yaitu rubah sangatlah berbeda secara konteks makna, maka dari itu dalam hal ini penerjemah melakukan sebuah tindakan penerjemahan yang agak jauh melenceng secara makna guna mengekspresikan makna nomina (tanuki) agar dapat
lebih mudah ditangkap pembaca teks sasaran.
-
5.1.2 Budaya material
Dalam kategori ini istilah-istilah yang mencakup ranah budaya material ialah benda yang memiliki wujud konkrit dan merupakan buatan manusia. Contoh istilah yang termasuk dalam budaya material yakni: makanan, minuman, pakaian, rumah, kota, transportasi, dan lain-lain. Contoh budaya material yang ditemukan:
Data (2)
bahasa sumber:
m≡∑∕κτι^ tu∑⅛⅜⅛δ9≡-≡⅛n⅜t ≡t⅛τfh τ. Λ^π<"5<"5∣≡ufc
Oyaji ga engawa ni tatteite, ore ni moyaraserouto kaashi de niwa ni oritekite, sambon matomete motte, hi wo tsukete guru guru mawari shita.
bahasa sasaran:
c Ayah berdiri di beranda memerhatikan kami. Dengan bertelanjang kaki , dia turun ke taman dan berkata, sini beri ayah kembang apinya juga!. Tiga batang kembang api dia nyalakan sekaligus dan putar putarkannya.,
Dalam struktur bangunan tradisional Jepang, dikenal istilah ^ fi∣l (engawa) yang umum ditemui. Engawa ialah merujuk pada sebuah bentangan lantai yang terbuat dari kayu yang umumnya berada berada di depan pintu kamar bergaya Jepang dan menjadi pemisah antara bagian dalam dan luar rumah yang samar, disatu sisi berada diluar, dan disatu sisi juga berada di dalam (Umesao, 1995:246). Engawa menjadi tempat untuk anggota keluarga berkumpul dan
bermain secara bebas tanpa menghiraukan status sosial yang ada. Teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan istilah ini juga menggunakan teknik Adaptation. Nomina BcWJ (engawa) dalam teks sumber yang diterjemahkan menjadi nomina Beranda dalam teks sasaran karena konsep engawa tidak diketahui dalam bahasa target.
-
5.1.3 Budaya Sosial
Istilah yang masuk dalam kategori ini ialah istilah-istilah yang datang dari kegiatan dan gaya hidup manusia sebagai bagian dari suatu kelompok. Contoh istilah yang masuk dalam kategori budaya sosial yaitu: pekerjaan, aktivitas hiburan, hobi, dan lain-lain. Contoh budaya sosial yang ditemukan:
Data (3)
bahasa sumber:
fcfflλ^s⅛κwτm⅜ 5 (109)
Tada yonnin no otoko tachi ha gasu shukinnin de ha nasasou datta
bahasa sasaran:
ς Hanya saja, keempat laki ^^H laki itu kelihatannya tidak seperti tukang tagih uang gas.’
Berbeda dengan sistem di Indonesia yang menggunakan sistem pembelian gas dalam kemasan tabung gas yang memiliki berbagai ukuran, masyarakat Jepang menggunakan saluran-saluran pipa bawah tanah untuk mengalirkan gas ke rumah-rumah. Tagihan bulanan gas yang telah terpakai diambil oleh seseorang yang disebut dengan istilah shukinnin. Mereka datang ke rumah-rumah sambil membawa catatan jumlah uang yang harus dibayarkan pemilik rekening sesuai dengan gas yang telah terpakai. Istilah AW⅛Λ (gasu shukinnin) diterjemahkan secara literal menjadi “ Tukang tagih uang gas ” secara literal dalam teks sasaran. shukinnin diterjemahkan sebagai tukang tagih uang karena di sana ada tiga buah simbol kanji yang mengartikan hal tersebut yaitu: ^ (shuu) atau BS(atsumeru) yang bermakna “ mengumpulkan ” yang dalam konteks kalimat juga dapat berarti “menagih ” , kemudian ⅛ (kin/kane) yang bermakna uang dan, A (nin/hito) yang bermakna orang atau seseorang yang menunjukkan sebuah profesi. 7JZ,^ (gasu) sendiri adalah transliterasi dari kata umum Gas.
-
5.1.4 Organizasi, Bea cukai, Aktivitas, Prosedur, Konsep
Dalam kategori ini istilah yang termasuk di dalamnya ialah istilah-istilah yang menunjukkan hasil interaksi sosial manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya, terstruktur dan memiliki pola. Yang termasuk pada kategori ini ialah: organisasi formal/informal, aktivitas masyarakat, dan lain-lain. Contoh yang ditemukan:
Data (4)
bahasa sumber:
⅛W≥t⅛≥≠⅛⅛W-⅛<⅛≡≥≡^⅛M^W^
Nanpa to ha sake to onna to tabako tama no kenka to kakegoto chuushin de jimoto no yakuza tomo tsukiai ga ari.
bahasa sasaran:
Yang termasuk kelompok moderat itu adalah anak ^^H anak yang berkutat dengan sake, perempuan, rokok dan kadang ^^H kadang mereka berkelahi serta berjudi. terkadang mereka bergaul dengan yakuza lokal. ’
Istilah yakuza mengacu kepada sebuah kelompok yang bergelut di bidang kriminal terorganisir di Jepang (Umesao, 1995:2187). Polisi dan media di Jepang menyebut yakuza sebagai boryokudan (kelompok kekerasan) dan di lain pihak para yakuza menyebut diri mereka sebagai ninkyo dantai (organisasi ksatria). Yakuza memiliki kode etik ketat yang sangat terjaga dan sifat mereka yang terorganisir. Pada istilah (yakuza) dan W (sake) pada teks sumber
diterjemahkan secara langsung (borrowing) menjadi yakuza teks sasaran. Baik dari teks sumber maupun dari teks sasaran maknanya tetap terjaga dan konstan.
-
5.1.5 Gestur dan Kebiasaan
Istilah yang termasuk dalam kategori ini adalah istilah yang menunjukkan kebiasaan individu atau kelompok yang berhubungan dengan fisik dan mental individu atau kelompok, dengan kata lain sebuah ciri khas yang kerap kali menimbulkan stereotype. Salah satu contoh gestur dan kebiasaan.
Data (5)
bahasa sumber:
⅛Φ⅛Λ⅛τiE⅛L. ffi⅞w±rifoτι∖⅞o (51)
Senaka o marumete seiza shi, ryote o hiza no ue de kasanete iru.
bahasa sasaran:
‘ Tubuhnya melingkar dalam posisi duduk ^^H seiza, kedua tangannya diletakkan diatas pangkuannya. ’
IstilahIEffi (seiza) sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang, yaitu sebuah posisi duduk melipat kaki ke bawah dan menjadikannya sebagai tumpuan utama. sikap ini adalah sikap duduk yang dianggap sopan dalam budaya masyarakat Jepang, seperti dalam kegiatan upacara minum teh tradisional cha no yu. Ada tata cara tradisional yang harus dipatuhi tergantung dari situasi dan jenis pakaian yang dikenakan. (Umesao, 1995:1175). Teknik penerjemahan yang digunakan adalah amplification, yaitu memberikan penjelasan atau gambaran mengenai konsep bahasa sumber di dalam bahasa sasaran. Istilah (seiza) yang dalam teks sasaran diterjemahkan menjadi ‘ posisi duduk _ seiza ’ informasi tambahan yang terformulasi pada teks sasaran juga menjadi deskripsi yang bersifat general atau umum karena istilah seiza adalah istilah mengkhusus untuk menunjukkan sikap duduk yang pantas di masyarakat Jepang.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam novel Sixty Nine karya Murasaki Ryu terdapat lima buah kategori istilah bermuatan budaya yang muncul yaitu :1. ekologi, 2. budaya material, 3. budaya sosial, 4. organizasi, bea cukai, aktivitas, prosedur, konsep, 5.gestur dan kebiasaan, dan kategori budaya material muncul paling dominan. Teknik penerjemahan yang diaplikasikan dalam menerjemahkan istilah bermuatan budaya dalam novel ini juga sangat beragam namun, teknik penerjemahan amplification adalah yang paling dominan muncul yang bertujuan untuk mempertahankan makna agar tetap berterima di bahasa sumber.
Bell, T. Roger. 1991. Translation and Translating; Theory and Practice.
Longman.
Molina, Lucia & Amparo Hurtado Albir. 2002 Translaion Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach. Diunduh dari:
www.erudit.org/revue/meta/2002/v47/n4/008033ar.pdf (diakses pada 10/6/2012 09:55)
Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Oxford: Pergamon Press
Murasaki, Ryuu. 1987. Sixty Nine. Tokyo:Kodansha International.
Umesao, Tadao. 1995. B ⅜ilλ⅛Λ Great Japanese Dictionary. Kodansha.
Utami, Widati, Ryuu Murasaki. 2008. Tahun Enam Sembilan. Jakarta: Trans Media Pustaka
Discussion and feedback