PERUBAHAN BUNYI FONEM VOKAL ETIMON-ETIMON PROTOAUSTRONESIA DALAM BAHASA INDONESIA
on
1
PERUBAHAN BUNYI FONEM VOKAL ETIMON-ETIMON PROTO-AUSTRONESIA DALAM BAHASA INDONESIA
FERY FREDY ANDRIAN
Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
abstract
This study focused on changes in the sound etymon-etymon ProtoAustronesian in Indonesian. The purpose of this study is (1) knowing vowel phonemes sound changes that occur in etymon-etymon Proto-Austronesian languages in Indonesian; (2) determine the types of changes contained in the sound etymon-etymon Proto-Austronesian languages in Indonesian. The data in this study were analyzed by using the theory of sound law. Methods and techniques used in this study refer to the methods involved are competent and capable and involved free techniques noted in the data acquisition, data analysis performed by the method of comparison, data analysis and presentation of results delivered by formal and informal methods. Through, this study obtained sound linkage between Proto-Austronesian and Indonesian are detailed as follows. Some Proto-Austronesian phonemes derived linear, ie vowels */ i /. Proto- Austronesian phonemes derived with the change, namely the phoneme */ u / decrease the phoneme / o / and / ə /, */ e / decrease the phoneme / a / and / ə /, */ ə / decrease the phoneme / a /, */ ə / decrease the phoneme / a /, found several types of sound change, namely: dissimilation, syncope, apokop, aferesis, epentesis, protesis, metathesis, and palatalization.
Keywords: sound change, meaning change, Proto - Austronesian, Indonesian
\
Peradaban manusia merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Perkembangan zaman dari waktu ke waktu, pemikiran manusia, migrasi manusia dari satu tempat ke tempat lain, bahkan perkembangan bahasa merupakan daya tarik dari peradaban manusia.
Bahasa merupakan sarana penyampaian gagasan atau pikiran. Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1980:1).
Tidak ada yang tahu pasti kapan awal mula timbulnya bahasa manusia karena tidak ada data tertulis tentang hal tersebut. Dr. Jacob berpendapat bahwa bahasa berkembang perlahan-lahan dari sistem tertutup ke sistem terbuka antara 2 juta hingga ½ tahun yang lalu, tetapi baru dapat dianggap sebagai proto-lingua antara 100.000 hingga 40.000 tahun yang lalu. Perkembangan yang penting baru terjadi sejak Homo Sapiens, tetapi perkembangan bahasa yang pesat barulah pada zaman pertanian (Keraf, 1984:2).
Baik disadari maupun tidak, bahasa-bahasa di seluruh dunia memiliki kelompok-kelompok yang disebut rumpun. Ada 147 rumpun bahasa yang ada di dunia, di antaranya adalah Afro-Asia, Algic, Altai, Amto-Musan, Andaman, Arafundi, Arai, dan Austronesia (http://www.ethnologue.com/browse/families, 01.00:15/3/2013).
Rumpun bahasa Austronesia merupakan salah satu rumpun yang jumlah anggotanya terbesar di dunia. Jumlah bahasa Austronesia mencapai sekitar 1.200 bahasa yang meliputi lebih dari setengah dunia, terbentang wilayah pakainya dari Madagaskar sampai Pulau Paskah di Australia (Bellwood, 2000:142).
Bahasa Indonesia yang diturunkan melalui bahasa Melayu, merupakan salah satu anggota rumpun Austronesia. Hal ini ditinjau dari besarnya kesamaan kognat antara PAN dengan bahasa Indonesia.
Bahasa yang berfungsi utama sebagai alat untuk berkomunikasi, memiliki sifat yang dinamis. Seiring perubahan dan perkembangan zaman dari waktu ke waktu, bahasa mengalami perubahan dan perkembangan atau bahasa mengalami evolusi, yakni dari segi fonetik, bunyi, struktur, atau makna leksikal.
Perubahan atau perkembangan bahasa juga terjadi pada bahasa-bahasa yang diturunkan dari Proto-Austronesia termasuk bahasa Indonesia. Perubahan bahasa mencakup semua tataran bahasa, mulai dari tataran bunyi, kata, makna morfem, dan gramatikal. Sebagai contoh perubahan bunyi pada bahasa Proto-Austronesia (PAN) dalam bahasa Indonesia, misalnya kata PAN /*tanəm/ > /tanam/, /*tulit’/ > /tulis/, /*malet’/ > /maləs/, /*t’alin/ > /salin/ dan /*cIyum/ > /cium/.
Adanya inovasi (perubahan) kata-kata tersebut, menarik minat peneliti untuk meneliti perubahan bunyi dan makna yang terjadi pada bahasa PAN (Proto-Austronesia) dalam bahasa Indonesia.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah perubahan bunyi pada etimon-etimon Proto-Austronesia yang terwaris dalam bahasa Indonesia, (2) Jenis-jenis perubahan bunyi apa sajakah yang terdapat pada etimon-etimon bahasa Proto-Austronesia yang terwaris dalam bahasa Indonesia.
Secara umum, penelitian ini bertujuan menambah pengetahuan tentang perkembangan bahasa. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan bunyi yang terjadi pada etimon-etimon bahasa Proto-Austronesia dalam bahasa Indonesia dan untuk mengetahui jenis-jenis perubahan bunyi yang terdapat pada etimon-etimon bahasa Proto-Austronesia dalam bahasa Indonesia.
Metode dan teknik dalam penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu (1) metode dan teknik pemerolehan data; (2) metode dan teknik analisis data; dan (3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan pada tahap pemerolehan data adalah metode simak libat cakap dan bebas libat cakap dengan teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode perbandingan. Metode yang digunakan dalam penyajian hasil analisis adalah metode formal dan informal.
PAN */i/ > BI /i/
Fonem PAN */i/ secara teratur menurunkan fonem BI /i/ seperti tampak pada
data yang dicontohkan di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
*/ipaR / |
/ipar/ |
Tengah |
*/hias/ |
/hias/ |
Akhir |
*/Duri/ |
/duri/ |
Fonem PAN */i/ terwaris secara linear BI /i/. Pewarisan linear PAN */i/
terjadi secara teratur BI /i/ pada posisi awal, tengah, dan akhir.
Di samping fonem PAN */i/ terwaris secara linear ditemukan juga fonem PAN */i/ terwaris mengalami perubahan, yaitu fonem PAN */i/ menurunkan
fonem BI /e/, untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
*/ikur/ |
/ekor/ |
Tengah |
*/hisuk/ |
/esok/ |
Akhir |
- |
- |
Seperti yang terlihat pada data di atas, fonem PAN */i/ terwaris mengalami
perubahan BI /e/ terdapat pada posisi awal dan akhir.
Penggantian fonem PAN */i/ dengan fonem /e/ pada kata di atas dapat disimpulkan bahwa fonem /i/ berada pada satu tempat artikulasi yang sama, yaitu vokal depan tinggi /i/ menjadi vokal depan sedang /e/.
Meskipun ditemukan adanya perubahan fonem vokal PAN */i/ dalam pewarisannya mengalami perubahan BI /e/, perubahan yang ditemukan hanya terbatas, yaitu lima dari 265 pasangan kognat.
PAN */u/ > BI /u/
Fonem PAN */u/ terwaris secara linear BI /u/seperti tampak pada data yang
dicontohkan di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
*/umur/ |
/umur/ |
Tengah |
*/tanduk/ |
/tanduk/ |
Akhir |
*/lalu/ |
/lalu/ |
Fonem PAN */u/ terwaris secara linear BI /u/. Pewarisan linear PAN */u/
terjadi secara teratur BI /u/ pada posisi awal, tengah, dan akhir.
Di samping fonem PAN */u/ terwaris secara linear ditemukan juga fonem PAN */u/ terwaris mengalami perubahan, yaitu fonem PAN */u/ menurunkan
fonem BI /o/, /ə/ jelasnya perhatikan data di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
*/ubad/ |
/obat/ |
Tengah |
*/tumbak/ */tuluŋ/ |
/tombak/ /toloŋ/ |
Akhir |
- |
- |
Seperti yang terlihat pada data di atas, fonem PAN */u/ terwaris mengalami
perubahan BI /o/ dan /ə/ pada posisi awal dan tengah.
Penggantian fonem PAN */u/ menjadi BI /o/ dapat disimpulkan bahwa fonem /o/ berada pada satu tempat artikulasi yang sama, yaitu posisi batang lidah sama-sama berada pada posisi belakang.
Sementara penggantian fonem PAN */u/ menjadi BI /a/ dapat disimpulkan bahwa fonem /u/ mengalami pergeseran dari posisi belakang bundar ke posisi tengah takbundar sedang.
Dari table di atas dapat dilihat bahwa fonem /u/ pada kata * kulιlιη > /kaliliη/, */sur/ambIh/ > /sarambi/, */kulambuh/ > /kalambu/, */kulabuh/ > /kalabu/ mengalami pergeseran yang sporadis.
PAN */e/ > BI /e/
Fonem PAN */e/ terwaris secara linear BI /e/seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
*/esa/ |
/esa/ |
Tengah |
* teηuk |
/teηok/ |
Akhir |
- |
- |
Fonem PAN */e/ terwaris secara linear BI /e/. Pewarisan linear PAN */e/ terjadi secara teratur BI /e/ pada posisi awal dan tengah.
Di samping fonem PAN */e/ terwaris secara linear ditemukan juga fonem PAN */e/ terwaris mengalami perubahan, yaitu fonem PAN */e/ menurunkan fonem BI /a/ dan /a/ untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
- |
- |
Tengah |
*/cepat/ */butek/ |
/capat/ /butak/ |
Akhir |
- |
- |
Seperti yang terlihat pada data di atas, fonem PAN */e/ terwaris mengalami perubahan BI /a/ dan /a/. Penggantian fonem PAN */e/ menjadi BI /a/ dapat disimpulkan bahwa fonem /a/ berada pada satu tempat artikulasi yang sama, yaitu posisi batang lidah sama-sama berada pada posisi sedang.
Sementara penggantian fonem PAN */e/ menjadi BI /a/ dapat disimpulkan bahwa fonem /e/ mengalami pergeseran dari posisi sedang depan tak bundar ke posisi rendah tengah takbundar.
PAN */ə/ > BI /ə/
Fonem PAN */ə/ terwaris secara linear BI /ə/seperti tampak pada data yang
dicontohkan di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
*/ ‘ə(m)pat/ |
/əmpat/ |
Tengah |
*/gəlap/ |
/gəlap/ |
Akhir |
- |
- |
Fonem PAN */ə/ terwaris secara linear BI /ə/. Pewarisan linear PAN */ə/
terjadi secara teratur BI /ə/ pada posisi awal, tengah, dan akhir.
Di samping fonem PAN */ə/ terwaris secara linear ditemukan juga fonem PAN */ə/ terwaris mengalami perubahan, yaitu fonem PAN */ə/ menurunkan
fonem BI /a/ jelasnya perhatikan data di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
- |
- |
Tengah |
*/pagə/R// */dəkət/ |
/pagar/ /dəkat/ |
Akhir |
- |
- |
Seperti yang terlihat pada data di atas, fonem PAN */ə/ terwaris mengalami
perubahan BI /a/ pada posisi tengah.
Penggantian fonem PAN */ə/ menjadi BI /a/ dapat disimpulkan bahwa fonem /a/ berada pada satu tempat artikulasi yang sama dengan /ə/, yaitu posisi batang lidah sama-sama berada pada posisi tengah takbundar.
PAN */a / > BI /a/
Fonem PAN */a/ terwaris secara linear BI /a/ seperti tampak pada data yang
dicontohkan di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
*/ ‘aku’/ |
/aku/ |
Tengah |
*/baŋi/ |
/waŋi/ |
Akhir |
*/buŋa'/ |
/buŋa/ |
Fonem PAN */a/ terwaris secara linear BI /a/. Pewarisan linear PAN */a/
terjadi secara teratur BI /a/ pada posisi awal, tengah, dan akhir.
Di samping fonem PAN */a/ terwaris secara linear ditemukan juga fonem PAN */a/ terwaris mengalami perubahan, yaitu fonem PAN */a/ menurunkan
fonem BI /ə/. Jelasnya perhatikan data di bawah ini.
Posisi |
PAN |
BI |
Awal |
- |
- |
Tengah |
*/caremin/ |
/cərmin/ |
*/kamuDIh/ |
/kəmudih/ | |
Akhir |
- |
- |
Seperti terlihat pada data di atas, fonem PAN */a/ yang terwaris mengalami perubahan dalam BI menjadi /ə/ pada posisi tengah.
-
1) Disimilasi
*/tulit’/ > /tulis/, */taŋit’/ > /taŋis/.
Pada kata di atas terjadi proses disimilasi karena pengaruh fonem /t/ di awal kata.
-
2) palatalisasi
*/d’arum/ > /jarum/, */d’ahat/ > /jahat/. Dari kedua kata di atas dapat dilihat jelas perubahan atau penggantian konsonan PAN */d/ menjadi BI /j/ terjadi pada awal kalimat dan tengah kalimat karena pengaruh vokal di belakangnya.
-
3) Epentesis
*/kapak/ > /kampak/
Pada kata PAN */kapak/ mendapat imbuhan fonem /m/ pada tengah kata, sehingga menjadi BI /kampak/.
-
4) Metatesis
*/kəluk/ > /ləkuk/, */kətip/ > /pətik/, dan */t’ilak/ > /kilat/.
Pada kata di atas terjadi pertukaran tempat dua fonem, yaitu fonem awal dengan tengah dann fonem awal dengan akhir.
-
5) Aferesis.
*/hampun/ > /ampun/ dan */hisuk/ > /isuk/ > /esok/
Pada kedua kata di atas terjadi pelesapan di awal kata.
-
6) Apokop.
*/DaRah/ > /dara/,*/kacah/ > /kaca/.
Pada kedua kata di atas terjadi pelesapan atau menjadi /ø/ di akhir kata
-
7) Protesis
*/a(nN)i/ > /tani/. Pada kata */a(nN)i/ terjadi penambahan fonem /t/ pada awal kata menjadi /tani/.
-
8) Paragog
PAN */keza/ menjadi BI /kejam/. Pada kata PAN */keza/ terjadi penambahan fonem /m/ pada akhir kata.
-
9) Sinkop
* pu(η)kul > /pukul/, *∕bihaR∕>∕biar∕ dan *∕nahik∕>∕naik∕. Pada ketiga kata tersebut terjadi pelesapan di tenggah kata.
6. Simpulan
Berdasarkan kajian dan gambaran tentang perubahan bunyi pada etimon-etimon PAN pada BI di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa Proto-Austronesia memiliki seperangkat pertalian bunyi pada bahasa Indonesia yang dirinci sebagai berikut. Beberapa fonem Proto-Austronesia terwaris linear, yaitu vokal */i /. Fonem Proto-Austronesia terwaris dengan perubahan, yaitu fonem */u/ menurunkan fonem /o/ dan /a/, */e/ menurunkan fonem /a/ dan /a/, */a/ menurunkan fonem /a/, */a/ menurunkan fonem /a/, ditemukan beberapa tipe perubahan bunyi, yaitu: disimilasi, sinkop, apokop, aferesis, epentesis, protesis, metatesis, dan palatalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta:Gramedia Pusaka Utama.
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta:Gramedia.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Flores: nusa indah.
(http://www.ethnologue.com/browse/families, 01.00:15/3/2013).
Discussion and feedback