WACANA KAMPANYE POLITIK DALAM BALIHO DAN SPANDUK PEMILIHAN GUBERNUR – WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2013 DAN PEMILIHAN LEGISLATIF DI BALI TAHUN 2014 : KAJIAN PRAGMATIK
on
1
WACANA KAMPANYE POLITIK DALAM BALIHO DAN SPANDUK PEMILIHAN GUBERNUR – WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2013 DAN PEMILIHAN LEGISLATIF DI BALI TAHUN 2014 : KAJIAN PRAGMATIK
Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya
Abstract
This study aims to analyze and understand the discourse of political campaign in election. Billboards and banners of political campaign in election is used as an object of research. The object of research was analyzed by using speech act theory, illocutionary speech act theory, and implicature theory. In terms of the speech act found speech acts of direct and indirect. In terms of the illocutionary speech act found assertive, directive, commissive, and expressive speech act. Then, in terms of the implicature, the discourse of political campaign aims to convince civil society to choose them.
Keywords: speech act, illocutionary speech act, and implicature.
-
1. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya (Widjono, 2007: 14). Fungsi utama bahasa adalah sebagai sarana komunikasi. Bahasa juga berfungsi untuk mengembangkan profesi. Salah satu di antaranya adalah untuk pengembangan profesi dalam bidang politik. Bahasa dapat digunakan untuk memengaruhi atau mengubah ideologi sehingga dapat memengaruhi cara berpikir orang, bahkan dapat pula untuk mengendalikan pikiran orang (Thomas, 2007: 57). Untuk itu di dalam baliho dan spanduk calon gubernur (cagub), wakil gubernur (cawagub), serta calon legislatif (caleg) menjelang pemilihan gubernur dan legislatif digunakan kata-kata yang menarik dan terkesan meyakinkan.
Baliho dan spanduk merupakan salah satu cara memperkenalkan figur cagub, cawagub, dan caleg. Para cagub, cawagub, serta caleg mencitrakan diri mereka melalui kata-kata dan gambar. Melalui wacana dalam baliho dan spanduk mereka dapat meyalurkan visi dan misi dari kepemimpinan mereka.
Wacana politik berlandaskan pada satu prinsip bahwa persepsi orang terhadap masalah-masalah atau konsep tertentu dapat dipengaruhi oleh bahasa. Tujuan yang hendak dicapai politisi adalah membujuk agar pembaca percaya atas klaim-klaim politisi. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menggunakan implikatur. Pragmatik mempelajari makna ujaran yang terikat konteks atau mengkaji maksud penutur. Kajian implikatur terikat konteks untuk menjelaskan maksud implisit dari tindak tutur penuturnya.
Berdasarkan uraian di atas wacana kampanye politik dalam baliho dan spanduk pemilihan gubernur dan wakil gubernur Bali tahun 2013 serta pemilihan legislatif di Bali tahun 2014 menarik diteliti dari segi pragmatik. Alasan ini tidak terlepas dari perhelatan politik yang terjadi di Bali pada tahun 2013 hingga 2014.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diteliti adalah sebagai berikut.
-
a. Jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam wacana baliho dan spanduk kampanye politik cagub - cawagub Bali tahun 2013 serta caleg daerah Bali tahun 2014?
-
b. Ilokusi apa sajakah yang terdapat dalam wacana baliho dan spanduk kampanye politik cagub - cawagub Bali tahun 2013 serta caleg daerah Bali tahun 2014?
-
c. Implikatur apa sajakah yang terdapat dalam wacana baliho dan spanduk kampanye politik cagub - cawagub Bali tahun 2013 serta caleg daerah Bali tahun 2014?
Ada beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
-
a. Menentukan dan menganalisis jenis tindak tutur yang terdapat dalam wacana baliho dan spanduk kampanye politik cagub - cawagub Bali tahun 2013 serta caleg daerah Bali tahun 2014.
-
b. Menentukan dan menganalisis jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam wacana baliho dan spanduk kampanye politik cagub - cawagub Bali tahun 2013 serta caleg daerah Bali tahun 2014.
-
c. Menentukan implikatur yang terdapat dalam wacana baliho dan spanduk kampanye politik cagub – cawagub Bali tahun 2013 serta caleg daerah Bali tahun 2014.
Metode dan teknik penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yakni pengumpulan data, analisis data, dan penyajian analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Dalam tahapan analisis, digunakan metode kontekstual. Hasil analisis penelitian ini disajikan dengan metode formal dan informal.
Jenis tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur langsung (direct speech act) adalah tindak tutur yang modus kalimatnya mencerminkan maksud penutur . Tindak tutur tak langsung (indirect speech act) yaitu tindak tutur yang maksudnya dipahami dan diterima tidak sesuai dengan modus kalimat (Wijana, 1996: 30). Berikut ini tindak tutur yang ditemukan dalam wacana kampanye politik pemilihan gubernur-wakil gubernur Bali 2013 dan pemilihan legislatif Bali 2014.
-
1. Coblos Nomor 2 untuk Bali Mandara Jilid II
Konteks: Wacana ini diusung oleh pasangan cagub – cawagub nomor 2, I Made Mangku Pastika dan Ketut Sudikerta yang meminta agar masyarakat memilihnya saat pilgub.
Wacana (1) termasuk dalam tindak tutur langsung karena menggunakan modus kalimat perintah yang dapat dilihat dari penggunaan /coblos/. Pasangan cagub – cawagub nomor dua tersebut dengan langsung meminta agar masyarakat memilihnya saat pilgub. Wacana (1) juga meyakinkan masyarakat bahwa dengan mencoblos pasangan nomor dua maka pasangan ini dapat meneruskan program mereka untuk mencapai Bali Mandara Jilid II. Disebutkan jilid II karena cagub
dari pasangan ini sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Bali periode 2008 – 2013 dan telah menjalankan program Bali Mandara Jilid I pada masa pemerintahannya. Bali Mandara merupakan Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera sehingga tindak tutur yang disampaikan sesuai dengan modus kalimat yang digunakan, yakni modus kalimat perintah untuk meminta masyarakat agar mencoblosnya.
-
2. Saatnya Seniman Muda untuk Maju
I Kadek Arimbawa Calon DPD RI
Konteks: Wacana ini diusung oleh caleg DPD RI dapil Bali I Kadek Arimbawa.
Wacana (2) termasuk dalam tindak tutur tak langsung karena menggunakan modus kalimat berita yang menyatakan bahwa sudah saatnya seniman muda Bali untuk maju memperjuangkan aspirasi para seniman Bali. I Kadek Arimbawa merupakan salah satu seniman muda Bali yang maju mencalonkan dirinya sebagai caleg DPD RI untuk memperjuangkan aspirasi para seniman Bali. Wacana (2) secara tidak langsung meminta masyarakat Bali khususnya para seniman agar mencoblos I Kadek Arimbawa dengan harapan jika ia terpilih maka seniman Bali akan mendapat perhatian lebih dari DPD RI. Dengan demikian tindak tutur pada wacana (2) menggunakan modus kalimat berita yang difungsikan untuk memerintah. Secara konvensional kalimat berita difungsikan untuk mengatakan sesuatu. Pada wacana (2) kalimat berita tidak hanya difungsikan untuk mengatakan sesuatu tetapi juga difungsikan untuk mengajak masyarakat memilih caleg tersebut. Untuk itu wacana (2) merupakan tuturan tak langsung.
Dalam wacana kampanye politik juga ditemukan empat jenis tindak tutur ilokusi yang meliputi tindak tutur asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Berikut contoh wacana yang termasuk ke dalam tindak tutur tersebut.
-
3. Calon DPRD Kota Denpasar Daerah Pilihan Denpasar Utara AKH Alim Mahdi
Konteks: Menjelang pileg AKH Alim Mahdi menerangkan bahwa ia merupakan caleg DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Utara.
Asertif merupakan ilokusi untuk menyatakan suatu kebenaran. Wacana (3) merupakan tindak tutur asertif yang berfungsi untuk menyatakan sesuatu. AKH Alim Mahdi bermaksud untuk memberikan informasi kepada masyarakat Denpasar, khususnya Denpasar Utara bahwa ia adalah salah satu caleg DPRD Kota Denpasar untuk pileg 2014. Hal ini sesuai dengan konteks pada wacana (3), yakni menjelang pileg tahun 2014.
-
4. Mohon Dukungannya Kembali
Konteks: Caleg DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Barat 1 Hilmun Nabi dari PKS memohon kepada masyarakat Denpasar Barat agar mendukungnya kembali pada pileg 2014.
Direktif merupakan ilokusi yang dirancang untuk mendorong petutur atau mitra tutur melakukan suatu tindakan.Wacana (4) merupakan tindak tutur direktif yang berfungsi untuk memohon. Hilmun Nabi memohon kepada masyarakat Denpasar Barat agar mendukungnya kembali pada pileg 2014. Dukungan yang dimaksud adalah dukungan suara saat pileg 2014. Selain itu penggunaan /mohon/ juga menguatkan fungsi wacana tersebut.
-
5. Saya Siap Mengabdi dan Berjuang Wujudkan Perubahan
Konteks: Drs. I Gede Sudarma, M.M. caleg DPRD Provinsi Bali memaksudkan bahwa dirinya siap mengabdi dan berjuang untuk mewujudkan perubahan.
Komisif merupakan ilokusi yang fungsinya sebagai janji penutur untuk melakukan sesuatu. Wacana (5) merupakan jenis tuturan komisif menyatakan kesanggupan. Drs. I Gede Sudarma, M.M. caleg DPRD Provinsi Bali memaksudkan bahwa dirinya siap dan sanggup untuk mengabdi dan berjuang untuk mewujudkan perubahan. Caleg tersebut ingin menyatakan bahwa ia sanggup untuk mengabdikan dirinya serta memperjuangkan perubahan untuk Bali yang lebih baik lagi. Penggunaan /siap/ menguatkan fungsi wacana ini untuk menyatakan kesanggupan.
-
6. Terima Kasih atas Dukungannya Selama Ini
Konteks: Caleg DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Barat 1 Hilmun Nabi mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah mendukungnya.
Ekspresif merupakan ilokusi yang menyatakan perasaan dan sikap penutur terhadap suatu keadaan. Wacana (6) merupakan jenis tuturan ekspresif yang berfungsi untuk mengucapkan terima kasih. Caleg DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Barat 1 Hilmun Nabi mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah mendukungnya. Wacana tersebut sebagai luapan ekspresi psikologi Hilmun Nabi kepada masyarakat yang telah mendukungnya selama ini. Selain itu penggunaan kata /terima kasih/ juga menguatkan fungsi wacana tersebut untuk mengucapkan terima kasih.
Selain tindak tutur, wacana kampanye politik juga mengandung implikatur. Grice (dalam Wijana, 1996: 37-38) mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan. Berikut wacana yang di dalamnya terdapat implikatur.
-
7. Saatnya….. Kita Memilih Pemimpin yang Merakyat
Konteks: Wacana kampanye politik oleh pasangan cagub-cawagub Anak Agung Ngurah Puspayoga dan Dewa Sukrawan dengan nomor urut 1.
Wacana (7) merupakan wacana implikatur karena wacana tersebut selain meminta agar masyarakat memilih pemimpin yang merakyat, juga terdapat maksud lain yang ingin disampaikan. Mereka mengarahkan masyarakat agar memilih pemimpin yang merakyat, karena penggunaan kata “saatnya” menegaskan bahwa pemimpin Bali sebelumnya, yakni periode 2008 – 2013 dianggap kurang memperhatikan rakyat serta terkesan tertutup dari rakyat atau membatasi diri untuk bercengkrama dengan rakyatnya. Pada periode tersebut Bali berada di bawah pimpinan Made Mangku Pastika, dapat disimpulkan jika pasangan Puspayoga dan Sukrawan mengkritik kepemimpinan Made Mangku Pastika dan mengarahkan masyarakat agar memilihnya pada pilgub 2013. Karena pilgub 2013 hanya terdapat dua pasang calon, diharapkan masyarakat memilih pasangan nomor urut satu yang menyatakan mereka dapat menjadi pemimpin yang merakyat.
6. Simpulan
Wacana kampanye politik dalam pemilihan gubernur-wakil gubernur Bali 2013 dan pemilihan legislatif di Bali tahun 2014 menggunakan tindak tutur langsung dan tak langsung. Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalam wacana kampanye politik tersebut meliputi tindak tutur asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Wacana kampanye politik juga tidak terlepas dari wacana implikatif. Wacana implikatif tersebut sebagai upaya untuk meyakinkan masyarakat agar memilih cagub-cawagub dan caleg pada pemilu serta mengarahkan masyarakat untuk mengikuti dan meyakini apa yang dikatakan cagub-cawagub ataupun caleg.
Daftar Pustaka
Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widjono. 2007. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Discussion and feedback