SAKURA VOL. 6. No. 1, Februari 2024

DOI: http://doi.org/10.24843/JS.2024.v06.i01.p02

P-ISSN: 2623-1328

E-ISSN:2623-0151

Penggunaan Souda, Youda, Rashii pada Kalimat Bahasa Jepang

Putu Rina Devi Wijayanthi1), Ni Wayan Meidariani2), Betty Debora Aritonang3) [1,2,3] Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Bahasa Asing,Universitas Mahasaraswati, Denpasar, Bali-Indonesia

1[[email protected]], 2[[email protected]], 3[[email protected]]

The Use of Souda, Youda, Rashii in Japanese Sentences

Abstract

This research aims to find out and examine the use of sentences containing souda, youda, rashii in Japanese sentences. The theory used in this research is Prof.'s structural syntax theory. Dr. H. Abdul Muis Ba'dulu, M.S. The data used in writing the article were obtained from Japanese language news sites. Data analysis was performed using descriptive qualitative research techniques. Based on the results of the study it was found that souda, youda, rashii could be used to predict events based on what the speaker felt, saw, and experienced. However, only Souda and Youda can predict something that is based on subjective reasons, while Rashii must use objective reasons when making a guess.

Keywords: Use of sentences, Souda, Youda, Rashii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji penggunaan kalimat yang mengandung souda, youda, rashii pada kalimat bahasa Jepang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sintaksis struktural Prof. DR. H. Abdul Muis Ba’dulu, M.S. Data-data yang digunakan dalam penulisan artikel diperoleh dari situs berita bahasa Jepang. Analisis data dilakukan dengan teknik penelitian kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa souda, youda, rashii bisa digunakan untuk menduga peristiwa berdasarkan apa yang dirasakan, dilihat, dan dialami oleh pembaca. Namun, hanya souda dan youda yang bisa menduga sesuatu yang didasari dengan alasan yang bersifat subjektif sedangkan rashii harus menggunakan alasan yang bersifat objektif saat membuat sebuah dugaan.

Kata kunci: Penggunaan Kalimat, Souda, Youda, Rashii

  • 1.    Pendahuluan

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Haarimurti, 2008: 24). Bahasa merupakan lambang-lambang yang digunakan manusia untuk berpikir, mengungkapkan jati diri, perasaan dan berinteraksi dengan sesama. Lambang tersebut

dapat berupa bunyi apabila diungkapkan secara lisan dan dapat pula berupa lambang-lambang tertulis (Engkos, 2014:6).

Setelah mengetahui tentang pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa berfungsi sebagai media untuk menyampaikan suatu makna baik secara lisan maupun tertulis. Ini berarti bahasa asing juga bisa dikatakan memiliki kegunaan yang sama, termasuk bahasa Jepang.

Bahasa Jepang juga sama seperti bahasa Indonesia yang memiliki kelas kata seperti nomina, adjektiva, verba, dan lainnya. Bahasa Jepang sendiri juga memiliki susunan pola kalimat yang harus dipahami penggunaannya. Bunkei atau pola kalimat yang digunakan dalam bahasa Jepang memiliki ketentuan tersendiri, bahkan kekeliruan pemilihan kata atau bentuk kata juga mampu mempengaruhi arti serta makna kalimat yang ada.

Kesalahan berbahasa sering terjadi jika terdapat kekeliruan dalam penggunaan bahasa tersebut. Kekeliruan dapat terjadi dari susunan pola kalimat yang keliru karena pemilihan kosakata yang tidak sesuai atau bahkan ketidaktahuan tentang cara penggunaan suatu kosakata atau pola kalimat yang ada pada suatu bahasa terutama bahasa asing.

Penulis meneliti penggunaan hojodoushi souda, youda, rashii pada kalimat bahasa Jepang dikarenakan jika ketiga hojodoushi tersebut diterjemahkan maka akan memiliki arti yang sama yaitu ‘sepertinya’.

  • 2.    Metode dan Teori

    2.1    Metode Penelitian

Metode penelitian dengan menggunggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode simak dan teknik catat untuk mengumpulkan data. Pada bagian analisis penulis menggunakan metode Padan Intralingual untuk mencapai hasil dari pembahasan. Sumber data yang digunakan adalah surat kabar Asahi (Asahi Shinbun).

  • 2.2    Teori

Teori yang digunakan adalah Teori Sintaksis Struktural, teori ini mengharuskan konstruksi yang ada harus selalu dianalisis atau dibelah menjadi dua buah konstituen, jika masih berbentuk konstruksi maka pembedahan harus tetap dilanjutkan sehingga

mendapatkan konstituen terakhir. Data yang digunakan oleh penulis diperoleh dari situs berita Jepang, Asahi Shinbun.

  • 3.    Kajian Pustaka

Penulis menggunakan tiga kajian Pustaka yang berasal dari dua skripsi dan satu artikel dari sebuah seminar. Skripsi pertama adalah milik Novitasari berjudul Sufiks Poi, Mitai, dan Rashii dalam Kalimat Bahasa Jepang yang diselesaikan pada tahun 2017 di Universitas Diponegoro. Novitasari menggunakan teori morfologi dan menyatakan bahwa rashii dapat melekat pada nomina dan adjektiva. Pada skripsi yang dibuat, Novitasari lebih befokus pada jenis-jenis goi atau kosakata dalam bahasa Jepang yang dapat dipakai dalam kalimat bahasa Jepang seperti, wago, kango, dan gairaigo serta menganalisis dengan ilmu linguistik cabang morfologi.

Skripsi kedua berjudul Analisis Souda dan Youda Dalam kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik dan Sintaksis dituangkan dalam bentuk skripsi oleh Hariyadi pada tahun 2017 Data yang digunakan berasal dari beberapa buku yakni, Minna no Nihongo, Nihongo Bunpou No Youten, Japanese Made Possible dan masih banyak lagi. Hariyadi menyimpulkan pada penelitiannya ditemukan empat makna souda yaitu yousu, chokuzen, yosou handan dan denbun, kemudian tiga makna youda yaitu hikyou, suiryou dan enkyoku.

Terakhir adalah artikel dari seminar yang ditulis oleh Artana pada tahun 2014 di Universitas Udayana berjudul Analisis Makna Youda dan Mitaida Dalam Kalimat Bahasa Jepang Berdasarkan Tinjauan Semantik. Pada artikelnya tidak hanya meneliti apa saja makna dari youda tapi diikuti juga dengan youna dan youni lalu diikuti makna yang terbentuk serta struktur pola kalimat dari youna dan youni. Artana menyatakan youda digunakan dalam kalimat yang menyatakan pendapat pembicara secara objektif karena digunakan setelah melihat bukti-bukti yang menguatkan pendapatnya sedangkan untuk mitai merupakan kalimat yang menunjukkan pendapat secara subjektif.

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

  • I.    Souda

Souda adalah salah satu kategori gramatikal dalam bahasa Jepang yang memiliki beberapa fungsi yaitu untuk menyatakan sesuatu yang pembicara dengar dari orang lain,

menyatakan suatu perkiraan apa yang akan terjadi selanjutnya, dan menyampaikan pandangan pembicara berdasarkan dari apa yang dilihat, dilakukan dan dirasakan pembicara. Selain itu, souda juga bisa digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang didengar dari orang lain semacam kabar burung, berita, dan lainnya, hal inilah yang ingin dihindari oleh penulis karena pada analisis kali ini penulis hanya akan berfokus pada kata yang memiliki arti ‘sepertinya’.

Berikut adalah kalimat yang menunjukan kemungkinan terjadinya sesuatu hal yang disebabkan oleh apa yang dilihat oleh pembicara.

Data (1a).

相次ぐ首相の言い間違いについて、官邸幹部は「誰でも言い間違える ことはある。首相は元気そうだ」と語った。 (Asahi Shinbun)

aitsugu shushou no ii machigai ni tsuite, kanteikanbu wa  (dare de mo) ii

machigaeru koto wa aru. Shushou wa genki soudato katatta”.

‘Mengenai kesalahan berulang perdana menteri, seorang pejabat senior di kantor perdana menteri berkata, "(Siapapun) bisa membuat kesalahan. Perdana menteri sepertinya sehat." katanya’

Genkisou terbentuk dari kata sifat na dalam bahasa Jepang, huruf na pada adjektiva genki yang berarti ‘sehat’ dihilangkan dan hanya tersisa kata genki yang kemudian bisa menempel pada sou.

Pada kalimat di atas, makna genki yang berarti ‘sehat’ berubah menjadi atau ‘sepertinya sehat’ namun apa yang dikatakan oleh pembicara kemungkinan besar hanya berasal dari apa yang dirasakan atau dirinya tahu bahwa keadaan orang yang sedang dibicarakan sepertinya sehat-sehat saja.

Data (2a)

芯が強そうだが、案外回りに影響されるらしい。

Shin ga tsuyosouda ga, angai mawari ni eikyou sareru rashii” (Asahi Shinbun)

‘Intinya sepertinya kuat tapi sepertinya dipengaruhi oleh lingkungannya.’ Tsuyosou berasal dari adjektiva-I dalam bahasa jepang dan kata sou. Tsuyo berasal dari kata tsuyoi yang berarti ‘kuat’ dalam bahsa Jepang, huruf I yang berada paling belakang

di setiap adjektiva-I dalam bahasa Jepang dihilangkan agar bisa melekat pada kata sou. Selain itu, tsuyoi yang awalnya memiliki arti ‘kuat’ berubah menjadi ‘sepertinya kuat’ jika sudah melekat pada souda dan bisa disimpulkan bahwa pembicara dalam kalimat ini bisa membuat dugaan setelah berdasarkan informasi yang sudah dimiliki oleh si pembicara.

Dalam kalimat ini dapat disimpulkan bahwa si pembicara sebagai sudut pandang orang pertama merasakan bahwa hal atau seseorang yang dibicarakan terlihat seperti orang yang ‘inti’ yang kuat tapi pada akhirnya si pembicara menilai orang yang dibicarakan yang mana adalah sudut pandang orang ketiga ternyata tidak sekuat itu karena orang dengan sudut pandang ketiga tersebut mudah terpengaruh lingkungan skeitarnya. Data (3a)

きぎょう

企業や、個人向けのシェアオフィスもさらに広がりそうだ(Asahi

Shinbun)

Kigyou ya kojin muke no shea ofisu mo sarani hirogari souda

‘Kantor bersama untuk perusahan dan individu sepertinya cenderung menyebar

Pada data kalimat (3a) di atas, terdapat verba 広がります yang merupakan sebuah verba intransitif dan juga hojodoushi souda. Verba 広がります memiliki arti ‘menyebar’ dirubah menjadi 広がり, setelah itu verba tersebut bisa digunakan bersama hojodoushi souda, secara tidak langsung juga pada kalimat ini souda bisa digunakan bersama dengan verba instrasitif.

Pada kalimat ini, si pembicara terlihat menyampaikan opininya perihal apa yang akan terjadi seterusnya jika shea ofisu tersebut mulai diberlakukan, ini memberikan pernyataan bahwa si pembicara sendiri masih belum bisa melihat gambaran apa yang akan terjadi selanjutnya namun melalui sudut pandang subjektif, si pembicara bahwa penggunaan shea ofisu ini akan menyebar.

  • II.    Youda

Pada pemaparan sebelumnya telah dituliskan bahwa hojodoushi Youda merupakan kata bantu yang memiliki arti mirip dengan souda serta rashii. Youda memberikan pendapat atau pandangan pribadi yang lebih objektif dan membuat hasilnya lebih konkrit

karena digunakan saat pembicara sudah melihat dan mengamati hal-hal di sekitarnya dalam waktu tertentu.

Adapun analisis struktur kalimat Youda adalah sebagai berikut :

Data selanjutnya menunjukkan keadaan dimana pembicara membuat dugaan setelah mengalami suatu kejadian.

Data (1b).

室内は清潔で食事もおいしいようだ」と話した(Asahi shinbun) “Shitsunai wa seiketsu de shokuji mo oishii youda

Kamarnya bersih dan makanannya sepertinya enak,katanya.’

Oishii you merupakan gabungan dari adjektiva-I bahasa Jepang dengan you. Oishii yang memiliki arti ‘enak’ berubah menjadi ‘sepertinya enak’ saat sudah bertemu dengan you.

Ini memberikan tanda bahwa si pembicara tengah melihat sesuatu yang menunjukkan bahwa apa yang dilihatnya terlihat enak didukung dengan keadaan yang memberi kemungkinan bahwa sesuatu yang enak tersebut kini tengah dikelilingi banyak orang atau sejenisnya.

Pembicara juga memutuskan bahwa sesuatu yang dia lihat saat ini lebih enak dari yang yang lain, bisa dilihat dari kalimatnya yang berkata ‘kochira’ yang berarti ‘sini’ oleh karena itu si pembicara menunjukkan pendapatnya karena sudah melihat apa yang ada di hadapannya terlihat lebih enak dari apa yang sebelumnya dia lihat.

Data (2b).

とにかくプレセントが大好きなようだ(Asashi Shinbun)

Tonikaku puresento ga daisuki na youda

‘Omong-omong, sepertinya sangat suka hadiah’

Pada kalimat ini pembicara membuat sebuah dugaan setelah menerima informasi dari sumber lain lalu menyatakan dengan menduga bahwa sensei sepertinya menyukai puresento yang berarti hadiah.

Daisukina you merupakan gabungan dari kata daisuki-na yang berarti ‘ sangat suka’ atau ‘ sangat menyukai’ dan you. Saat disandingkan dengan you arti dari daisuki-na yang awalnya berarti hanya‘suka’ langsung berubah menjadi ‘sepertinya sangat suka’.

Jika pada souda huruf na pada adjekiva-na harus dihilangkan, maka kali ini adjektiva-na bisa langsung digunakan tanpa mengubah apapun. Pada kalimat ini pembicara kemungkinan menyatakan pendapatnya setelah melihat gurunya melakukan sesuatu atau ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa orang yang dibicarakan oleh si pembicara memang menyukai hadiah.

Data (3b).

平日夕方の1時間弱ニュース以外に目立つ番組ないと低い数字になるよ うだ(Asahi Shinbun)

“Heijitsuyuugata no ichijikanjaku nyuusu igai ni medatsu bangumi nai to hikui suuji ni naru youda.

‘Selain berita kurang dari satu jam pada malam hari kerja, kalau tidak ada acara televisi yang menonjol sepertinya jumlahnya akan jadi rendah’

Naru you merupakan gabungan dari dua kata, yaitu naru yang merupakan bentuk informal dari verba なります(narimasu) memiliki arti ‘menjadi’. Setelah menempel dengan you, maka akan menjadi ‘sepertinya menjadi’. Pada kalimat di atas pembicara mengatakan bahwa jika tidak ada yang menonjol pada program TV yang ditayangkan maka diduga akan terjadi penurunan angka.

  • III.    Rashii

Sebelumnya, penulis menyatakan tata bahasa rashii memiliki dua fungsi, yang pertama memiliki makna seperti halnya souda dan youda yaitu menyatakan pandangan atau pendapat pribadi terhadap suatu hal atau sejenisnya, yang kedua adalah untuk menyatakan esensi atau inti dari sesuatu, ditambah rashii cenderung digunakan saat pembicara telah atau sedang melihat situasi di sekitarnya, jadi apa yang dikatakan biasanya bukan sebuah tebakan tapi intuisi namun di sisi lain, ini juga bisa digunakan untuk menyampaikan kabar burung atau kabar yang belum pasti kebenarannya.

Data (1c).

それは「本丸を攻めずに違うところを攻める」というやり方ではあるけ れど、日本の政権与党である自民党 はどうやらこのことへんなところ で批判の声が渦巻いている、そのことが嫌いらしい(Asahi shinbum)

“sore wahonmaru wo semezu ni chigau tokoro wo semeruto iu yarigata dewa de aru keredo, nihon no seiken yotou de aru jimintou wa douyara kono kotohen na tokoro de hihan no koe ga uzumaite iru, sono koto ga kirai rashii

‘Itu adalah caramenyerang pihak lain tanpa menyerang kandang utamatapi partai demokrat liberal, partai yang berkuasa di Jepang, entah bagaimana hal seperti ini–suara kritikan berputar di tempat aneh, (partai) sepertinya membenci hal itu.’

Kirai rashii merupakan gabungan dari adjektiva-I bahasa Jepang yaitu kirai dan kata rashii. Adjektiva-I ini memiliki arti ‘benci’ dan artinya berubah menjadi ‘sepertinya benci’ setelah bertemu dengan rashii. Tidak seperti adjektiva-na sebelumnya, untuk adjektiva-I ini tidak memerlukan pengurangan apapun sehingga bisa digunakan langsung apa adanya.

Pada kalimat di atas juga terdapat penjelasan yang telah dinyatakan oleh pembicara kenapa dirinya bisa memiliki pertanyaan sedemikian rupa, ini dikarenakan dirinya melihat kenyataan dimana ada suara-suara kritikan yang berkumpul di tempat aneh, semua orang bisa melihat kejadian ini jadi bsia dikatakan alasan pembicara menduga hal tersebut bisa dikatakan objektif.

Data (2c)

マダニはイノシシやシカ、ネズミなど野生の動物の血を吸って生きてい るの。もし食いつかれたら、一週間くらい皮膚について、だんだん大き くなれければ、気づかないことも多いらしい(Asahi Shinbun)

Madani wa inoshishi ya shika, nezumi nado yasei no doubutsu no chi o sutte ikite iru no. Moshi kuitsuka retara, ichi-shūkan kurai hifu ni tsuite, dandan ookikunare kereba, kidzukanai koto mo ooi rashii.

‘Kutu hidup dengan menghisap darah hewan liar seperti babi hutan, kijang, dan tikus. Jika sudah digigit, maka akan menempel di kulit selama sekitar satu minggu dan perlahan-lahan jika tumbuh menjadi besar, yang tidak sadar juga sepertinya banyak.’

Pada pembahasan di atas, merupakan data yang berisi dugaan setelah pembicara mendapatkan informasi dari sumber lain. Data tersebut berisi adjektiva-I yaitu 多い(ooi) yang memiliki arti ‘banyak’ digunakan bersama らしい(rashii). Pada kalimat ini bisa dilihat bahwa adjektiva-I bisa langsung digunakan bersama hojodoushi rashii tanpa perlu menghilangkan satu huruf seperti souda dan penggunaannya juga sama seperti saat youda digunakan bersama adjektiva-I yaitu tidak perlu mengurangi huruf apapun.

Data (3c).

長く川のそばに暮らしていたとみられた、周囲日頃からも「危ない」と 注意を呼びかけたり、市が施設への入居などを勧めたが、男性は「大丈 夫」と受け入れなかった。台風19号が接近する前の10日昼、同じ河川 敷に住む男性(54)はパンやアルファ米を渡し、「りし栄太が今回は、 相当雨が降るらしい。夜に降るみたいだから川を 頻繁に見に行ったほう が良いよ」と声を掛けたという。(Asahi Shinbun)

“Nagaku kawa no soba ni kurashite ita to mi rareta, shūi higoro karamo `abunai' to chūi o yobikake tari, ichi ga shisetsu e no nyūkyo nado o susumetaga, dansei wa `daijōbu' to ukeirenakatta. Taifū 19-gō ga sekkin suru mae no 10-nichi hiru, onaji kasenjiki ni sumu dansei (54) wa pan ya arufakome o watashi,`rishi Eita ga konkai wa, sōtō amegafururashī. Yoru ni furu mitaidakara kawa o hinpan ni mi ni itta hō ga yoi yo' to koe o kaketa to iu

‘Pria tersebut tampaknya sudah lama tinggal di dekat sungai, dan orang-orang di sekitarnya memperingatkannya bahwa itu berbahaya, dan pemerintah kota merekomendasikan agar dia pindah ke sebuah fasilitas, namun pria itu menolak, dengan mengatakan tidak apa-apa. Pada tanggal 10 siang, sebelum Topan No. 19 mendekat, seorang pria berusia 54 tahun yang tinggal di dasar sungai yang sama menyerahkan roti dan nasi alfa dan berkata, ``Sepertinya kali ini akan turun hujan deras.Sepertinya seperti nanti malam akan turun hujan, jadi aku harus sering ke sungai.'' Sebaiknya kamu pergi melihatnya,'' katanya.’

Furu rashii berasal dari dua kata yaitu furu dan rashii. Furu merupakan kata kerja atau verba futsuukei yang berarti ‘jatuh/turun’ dengan menggunakan hojodoushi rashii maka terbentuk kata yang memiliki arti ‘sepertinya akan turun’. Pada kalimat ini menunjukkan bahwa rashii memang bisa menempel pada verba bentuk kamus, pada kalimat ini pembicara menyatakan bahwa hujan sepertinya akan turun pada hari itu karena si pembicara sudah melihat tanda-tanda di sekitarnya.

Setelah melihat kalimat di atas, penulis bisa menyimpulkan bahwa pembicara dapat membuat dugaan setelah mendapatkan informasi dari keadaan sekitar. Keadaan

tersebut juga bisa dilihat oleh kebanyakan orang, jadi bisa dikatakan dugaan pembicara muncul karena ada dukungan dari sumber yang bersifat objektif.

  • 5.    Simpulan

Sou pada setiap kalimatnya menggunakan verba masu yang dihilangkan lalu ひろ

ditambahkan sou setelahnya, seperti 広 がりそう agar bisa membentuk arti ‘kelihatannya/sepertinya’ sedangkan untuk kata sifat-I dan kata sifat-na harus menghilangkan huruf-I paling belakang dari kata sifat tersebut. Seperti 強い (tsuyoi) yang berubah menjadi 強そう(tsuyosou) karena satu huruf I paling belakang telah dihilangkan, begitu juga dengan 元気な (genki na) berubah menjadi 元気そう(genkisou).

Untuk youda dan rashii, keduanya bisa digunakan dengan verba futsuukei jika ingin membentuk kata atau kalimat yang memiliki arti ‘sepertinya/kelihatannya’. えいきょう

Contohnya, seperti なるよう(naruyou)dan 影響されるらしい(eikyou sareru rashii). Berbeda dengan sou yang harus menghilangkan huruf I paling belakang dari kata sifatnya, rashii dan dan you hanya perlu ditambahkan di belakang kedua kata sifat tersebut tanpa perlu ada yang dirubah. Contohnya, 多いらしい (ooi rashii) dan おいしいよう (oishii you) Untuk kata sifat na, rashii tidak menggunakan yang pada kata sifat-na seperti 嫌いらしい (kirai rashii) berbeda dengan you yang harus menggunakan ‘na’ tersebut, seperti 大好き なよう(daisukina you).

Selain itu, simpulan lain yang diperoleh adalah, sou lebih mengutamakan pandangan subjektif untuk memperkirakan sesuatu yang akan terjadi, di satu sisi you dan rashii bisa lebih memakai sudut pandang objektif, dengan melihat kondisi atau benda sekitar maupun tanda-tanda yang ada, lalu memberi perkiraan apa yang terjadi menurut sudut pandang mereka setelah melihat situasi secara objektif.

  • 6.    Daftar Pustaka

3A Corporation. 2013. Minna no Nihongo Tingkat Dasar I Terjemahan dan Keterangan Tata Bahasa Versi Indonesia. Tokyo: 3A Corporation.

Artana, I Nyoman. 2014. Analisis Makna Verb Bantu Youda dan Mitaida dalam Kalimat Bahasa Jepang Berdasarkan Tinjauan Semantik, makalah disajikan dalam

Seminar Nasional Bahasa Ibu VII. Universitas Udayana, Auditorium Fakultas Sastra dan Budaya, 27 dan 28 Februari 2014.

Ba’dulu, Abdul Muis. 2010. Morfosintaksis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Be on Saturday. 2017. ののちゃんのDO科学マダニはどこで生まれるの?. http://www.asahi.com/be/20170909, diakses pada tanggal 28/08/2022.

Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2014. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Hariyadi, Ahmad. 2017. Analisis Jodoushi Souda dan Youda dalam Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik dan Sintaksis. Yogyakarta: Fakultas Pendidikan Bahasa Universitas Muhammadiyah.

Kosasih, Engkos. 2014. Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia Kelompok Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Novitasari, Tri. 2017. Sufiks Poi, Rashii, Mitai Dalam Kalimat Bahasa Jepang. Semarang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Ramlan, M. 2005. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Sunakawa, Yuriko. 2015. 日本語文型辞典. Japan: Kurosio.

Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press.

Takahashi, Gou. 2022. 住宅地価上昇の波、さらに郊外へオフィスへ「回帰」する動きも. https://www.asahi.com/articles/ASQ9N53B0Q9JULFA 00M.html, diakses pada tanggal 10/09/2022.

Tomomatsu, Etsuko., Miyamoto, Jun., Wakuri, Masako. 2010. どんなときどんな使う日 本語表現文型辞典. Tokyo: アルク.

Yuniar, Tanti. 2007. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Agung Media Mulia.

Ratnasari, Ni Putu Desi., Anggraenny, Renny., Pradhana, Ngurah Indra. 2020. Penggunaan Dandan, Dondon, Gungun, dan Masumasu pada Artikel Asahi Shinbun. Bali : Jurnal Sakura.

Balqis, Nabila Adinda., Iriantini, Sri., 2023. Penggunaan No Da dalam Kalimat Bahasa Jepang: Kajian Sintaksis dan Semantik. Bali : Jurnal Sakura.

28