SAKURA VOL. 5. No. 1, Februari 2023

DOI: http://doi.org/10.24843/JS.2023.v05.i01.p01

P-ISSN: 2623-1328

E-ISSN:2623-0151

Bentuk dan Penyimpangan Penggunaan Youjigo dalam Anime Mirai karya Mamoru Hosoda

I Gusti Agung Ayu Putri Kinanti1), Ni Made Andry Anita Dewi 2)

  • [1,2]    Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Denpasar, Bali-Indonesia

Forms and Deviations in The Use of Youjigo in The Mirai Anime by Mamoru Hosoda

Abstract

This research is entitled as Bentuk dan Penyimpangan Penggunaan Youjigo Dalam Anime Mirai Karya Mamoru Hosoda. This research was made to find out the form of use and usage deviation of youjigo in anime Mirai by Mamoru Hosoda. The method that used in this research is qualitative descriptive method. Yakuwarigo theory’s by Kinsui and supported by Okazaki about youjigo’s characteristics and theory’s by Tarou about youjigo’s suffixes form is used to identify the form of use of youjigo in anime Mirai. Meanwhile, SPEAKING theory by Hymes is used to identify the usage deviation of youjigo in anime Mirai. Data source of this research is qualitative data such as dialogues and monologues from characters Kun, ibu ketika masih kecil, and ayah. The result of this research found that the form of use of youjigo in anime Mirai is omission, dropping o and ga particles, and suffixes -no, -yo, -no ne, -yo ne, and -mon. Afterwards, the usage deviation of anime Mirai was used by ayah when speaking with Kun. Usage deviation of youjigo was used to facilitate the delivery of information to children.

Keywords: form of use, usage deviation, youjigo

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Bentuk dan Penyimpangan Penggunaan Youjigo Dalam Anime Mirai karya Mamoru Hosoda”. Penelitian ini disusun untuk mengetahui bentuk penggunaan dan penyimpangan penggunaan youjigo dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teori yakuwarigo oleh Kinsui (2003) yang dibantu dengan Okazaki (2010) tentang karakteristik youjigo dan Tarou (1975) tentang bentuk partikel akhir kalimat dalam youjigo digunakan untuk menganalisis bentuk youjigo dalam anime Mirai. Sedangkan teori SPEAKING oleh Hymes (1972) digunakan untuk menganalisis penyimpangan penggunaan youjigo dalam anime Mirai. Sumber data pada penelitian ini adalah data kualitatif berupa dialog dan monolog oleh tokoh Kun, ibu Kun ketika kecil, dan ayah. Hasil dalam penelitian ini ditemukan bentuk youjigo berupa pemendekkan bunyi kata, pelesapan partikel o dan ga, dan partikel akhir kalimat -no, -yo, -no ne, -yo ne, dan -mon. Kemudian, penyimpangan penggunaan youjigo dilakukan oleh tokoh ayah ketika melakukan tuturan dengan tokoh Kun.

Penyimpangan penggunaan youjigo terjadi untuk mempermudah penyampaian informasi kepada tokoh anak.

Kata kunci: bentuk penggunaan, penyimpangan penggunaan, youjigo

  • 1.    Pendahuluan

Bahasa Jepang memiliki berbagai jenis penggunaan ragam bahasa sesuai dengan identitas dan peran tokoh. Ragam bahasa yang digunakan dalam karya sastra Jepang adalah ragam bahasa peran atau yakuwarigo. Ragam bahasa peran atau yakuwarigo digunakan dalam karya sastra Jepang untuk menggambarkan identitas dan peran tokoh sesuai dengan gender, usia, jenis pekerjaan, dan tingkatan sosial dalam masyarakat (Kinsui, 2003, hlm.205). Salah satu bentuk yakuwarigo yang digunakan dalam anime Mirai adalah bentuk youjigo atau ragam bahasa anak. Youjigo merupakan ragam bahasa peran sesuai usia yang digunakan oleh tokoh anak berusia tiga hingga delapan tahun untuk menunjukkan identitas dan peran tokoh. Selain itu, youjigo digunakan oleh tokoh anak karena penggunaan bahasa anak belum sebaik penggunaan bahasa orang dewasa.

Penggunaan youjigo dapat dilihat dari karakteristik youjigo dan bentuk partikel akhir kalimat yang digunakan oleh tokoh anak. Karakteristik youjigo dapat dibagi menjadi empat jenis karakteristik, yaitu 1) karakteristik fonologis; 2) karakteristik tata bahasa; 3) karakteristik leksikal; dan 4) karakteristik penulisan (Okazaki dalam Kinsui, 2011, hlm.198). Karakteristik fonologis pada youjigo adalah pemendekkan dan pergantian bunyi kata oleh tokoh anak. Tsujimura (2014. hlm.154) menjelaskan bahwa istilah clipping dalam linguistik memiliki arti yang sama dengan pemendekkan kata. Tokoh anak melakukan pemendekkan dan pergantian bunyi kata dengan mengubah bahasa yang digunakan oleh tokoh dewasa ketika bertutur dengan tokoh dewasa. Salah satu contoh dari pemendekkan bunyi kata dalam youjigo adalah kata inu ‘anjing’ menjadi iu. Selanjutnya contoh dari pergantian bunyi kata dalam youjigo adalah ou ‘menanggung’ menjadi onbu.

Karakteristik tata bahasa pada youjigo adalah banyak terdapat pelesapan penggunaan partikel oleh tokoh anak ketika melakukan tindak tutur. Pelesapan partikel terjadi karena pengetahuan tata bahasa anak belum sebaik orang dewasa. Partikel no, ni, o, wa, ga dan mo sering dilesapkan oleh tokoh anak ketika bertutur. Salah satu contoh dari pelesapan partikel adalah terebi (φ) mimasu 'Menoton (ke) televisi’, dimana partikel o dilesapkan

pada pola kata benda + o + kata kerja. Hal tersebut dilakukan oleh tokoh anak karena tidak mengurangi arti kalimat jika partikel o dilesapkan.

Karakteristik leksikal pada youjigo adalah penggunaan onomatope dan penambahan imbuhan o- dan partikel akhir kalimat -san atau -chan yang banyak. Penambahan imbuhan o- dan partikel akhir kalimat -san atau –chan dilakukan ketika tokoh anak memanggil seseorang atau benda. Penambahan imbuhan dan partikel akhir kalimat dilakukan dengan pola sebagai berikut.

  • a)    O + kata benda + san.

  • b)    Nama hewan / benda + chan.

  • c)    Nama pekerjaan + san.

Contoh penambahan imbuhan o- dan partikel akhir kalimat -san atau -chan seperti pada kata ohanashantuan bunga’ dan nekochan ‘tuan kucing’. Penambahan imbuhan o- dan partikel akhir kalimat -shan pada kata ohanashan dilakukan oleh tokoh anak untuk memberikan kesan sopan dan hormat kepada ‘bunga’. Penambahan partikel akhir kalimat -chan pada kata nekochan dilakukan oleh tokoh anak untuk memberikan kesan polos dan melembutkan kata (Okazaki dalam Kinsui, 2011, hlm.199).

Kemudian karakteristik penulisan pada youjigo. Karakteristik penulisan pada youjigo banyak terdapat huruf hiragana dan katakana dalam novel maupun manga ketika tokoh anak bertutur. Karakteristik penulisan youjigo oleh tokoh anak yang banyak ditemukan dalam karya sastra Jepang adalah “...” untuk kata yang belum selesai diucapkan dan “―” untuk memperpanjang akhir kata.

Selain karakteristik youjigo, terdapat juga bentuk partikel akhir kalimat yang digunakan dalam youjigo oleh tokoh anak, yaitu partikel akhir kalimat -yo, -wa, -ne, -na, -zo, -ya, -mon, -kke, -i, dan -no ketika bertutur dengan sesama tokoh anak maupun tokoh dewasa (Tarou dalam Purwanti, 2019, hlm.21). Bentuk partikel akhir kalimat dalam youjigo digunakan oleh tokoh anak untuk melembutkan tutur, menekankankan permintaan, mengindikasikan pertanyaan, dan menggabungkan kata pada kelas kata kerja, kata sifat, hingga kata benda.

Ragam bahasa youjigo digunakan dalam karya sastra Jepang untuk menunjukkan identitas dan peran tokoh anak berusia tiga hingga delapan tahun. Walaupun begitu, penyimpangan penggunaan youjigo oleh tokoh dewasa dapat terjadi dalam situasi tertentu, seperti ketika orang tua ingin memarahi anaknya tanpa menggunakan bahasa

yang berkesan keras dan ketika orang tua ingin bertanya kepada anaknya dengan ragam bahasa yang mudah dimengerti oleh anaknya.

Penelitian ini mengkaji mengenai bentuk dan penyimpangan youjigo dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa dialog dan monolog dari tokoh Kun, ibu kun ketika kecil, dan ayah. Dipilihnya anime Mirai karya Mamoru Hosoda karena ditemukan beberapa bentuk youjigo yang digunakan oleh tokoh anak ketika bertutur. Terdapat juga penggunaan youjigo oleh tokoh dewasa yang merupakan penyimpangan dari identitas dan peran tokoh.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut.

  • a.    Bagaimanakah bentuk penggunaan youjigo dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda?

  • b.    Bagaimanakah penyimpangan penggunaan youjigo dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda?

Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan para pembaca mengenai ragam bahasa youjigo dalam anime, khususnya anime Mirai karya Mamoru Hosoda. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bentuk dan penyimpangan penggunaan youjigo dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda.

  • 2.    Metode dan Teori

Berikut merupakan metode dan teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis bentuk dan penyimpangan youjigo dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda.

  • 2.1    Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dan dilanjutkan dengan teknik catat. Kemudian metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif oleh Mahsun (2005). Selanjutnya, hasil analisis data disajikan dengan metode penyajian informal dengan teknik narasi.

  • 2.2    Teori

Teori yang digunakan untuk menganalisis bentuk penggunaan youjigo dalam anime Mirai adalah teori yakuwarigo oleh Kinsui (2003) dibantu dengan Okazaki (2010) tentang karakteristik youjigo dan Tarou (1975) tentang bentuk partikel akhir kalimat youjigo. Penyimpangan penggunaan youjigo dianalisis dengan teori SPEAKING oleh Hymes (1972). Kamus Shinmei Kakugo Jiten edisi ke tujuh (2012) dan Kamus Yakuwarigo Jiten (2014) juga digunakan dalam penelitian ini untuk menjabarkan penggunaan dan makna dari kata berbahasa Jepang yang digunakan.

  • 3.    Kajian Pustaka

Penelitian mengenai bentuk youjigo pernah dilakukan oleh Purwanti (2019) dengan judul “Analisis Proses Pembentukkan Kata dalam Ragam Bahasa Youjigo”. Metode penelitian yang digunakan oleh Purwanti adalah metode deskriptif. Teori fonologi, teori morfologi, teori pembentukkan kata, dan teori sosiolinguistik digunakan oleh Purwanti untuk menganalisis data. Hasil dari penelitian miliki Purwanti adalah terdapat enam proses pembentukkan kata, yaitu 1) bentuk partikel akhir kalimat; 2) pengimbuhan; 3) pengulangan; 4) penggabungan; 5) pemendekkan; dan 6) peminjaman kata. Kemudian dalam penelitian milik Purwanti tokoh anak memperoleh bahasa yang digunakan dari penggunaan bahasa oleh orang dewasa sehari-hari, khususnya bahasa yang digunakan oleh orang tua anak.

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk penggunaan youjigo yang terdapat dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda adalah bentuk pemendekkan bunyi kata, pelesapan partikel o, pelesapan partikel ga, dan bentuk partikel akhir kalimat -no, -yo, -mon, -no ne, dan -yo ne. Bentuk youjigo digunakan oleh tokoh Kun dan ibu Kun ketika kecil dalam berdialog dan bermonolog. Penyimpangan penggunaan youjigo yang ditemukan dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda adalah penggunaan youjigo oleh tokoh dewasa. Tokoh yang melakukan penyimpangan tersebut adalah tokoh ayah.

  • 4.1    Pemendekkan Bunyi Kata

  • (1)    「お母さんだっこ!」

(アニメ未来のミライ:00:25:40~00:25:43) “Okaa-san dakko!”

(Anime Mirai no Mirai00:25:40~00:25:43) “Ibu peluk!”

Tokoh anak melakukan pemendekkan bunyi kata yang digunakan oleh orang dewasa untuk menyesuaikan penggunaan ragam bahasa anak ketika bertutur dengan orang dewasa (Okazaki dalam Kinsui, 2011, hlm.198). Pemendekkan bunyi kata pada data (1) dilakukan oleh tokoh Kun. Pemendekkan bunyi kata yang dilakukan oleh tokoh Kun adalah kata daku ‘peluk’ menjadi dakko.

Daku「抱く」→ Dakko「だっこ」

Terdapat pergantian bunyi /ku/ menjadi bunyi /kko/ dalam kata dakko. Walaupun begitu, pemendekkan bunyi kata daku menjadi dakko tidak mengubah arti kata sebenarnya yaitu ‘peluk’. Pemendekkan bunyi kata dilakukan karena lebih mudah diucapkan oleh tokoh Kun.

4.2 Pelesapan Partikel o

(2) くん お父さん くん お父さん くん お父さん

:絵本(ɸ)読んで。

:うん。

:ビデオ(ɸ)見せて。

:うん。

:こま回し大会(ɸ)して。

:ふーんうん。

(アニメ未来のミライ:00:27:38~00:28:00

Kun Otou-san Kun Otou-san Kun Otou-san

Ehon (ɸ) yonde.

Un.

Bideo (ɸ) misete.

Un.

Komakaishitaikai (ɸ) shite.

Fuu-n…Un.

(Anime Mirai no Mirai00:27:38~00:28:00)

Kun Ayah Kun Ayah Kun Ayah

Bacakan aku buku bergambar.

ya.

Perlihatkan aku sebuah video.

ya.

Bermain gasing yuk.

Hmm… ya.

Pelesapan adalah proses penghilangan suatu bagian dari sebuah konstruksi, seperti pelesapan anda atau saudara pada kalimat (anda/saudara) Mau ke mana? (Kridalaksana, 2008. hlm.176). Penutur dalam data (2) adalah Kun dan lawan tuturn adalah tokoh ayah. Kun melesapkan penggunaan partikel o ketika menggunakan pola kata benda + o + kata kerja (Okazaki dalam Kinsui, 2011, hlm.202). Pelesapan partikel o paling banyak digunakan oleh tokoh anak pada hanashi kotoba. Tuturan pada data (2) menunjukkan bahwa Kun melesapkan partikel o pada semua kalimat ajakan kepada ayah. Okazaki (dalam Kinsui, 2011, hlm.202) menjelaskan bahwa pelesapan partikel dapat dilakukan oleh tokoh anak karena dua hal, yaitu 1) tokoh anak memutuskan untuk tidak menggunakan partikel dalam tuturan; dan 2) tokoh anak tidak mengetahui cara menggunakan partikel dengan baik dan benar dalam bertutur. Pelesapan partikel o dalam data (2) terdapat pada semua kalimat ajakan Kun kepada ayah. Dapat diketahui bahwa tokoh Kun melesapkan penggunaan partikel karena memutuskan untuk tidak menggunakan partikel o pada kalimat bersifat mengajak ketika bertutur dengan ayah.

  • 4.3    Pelesapan Partikel ga

  • (3) 「ミライちゃん(ɸ)好きくない。」

(アニメ未来のミライ:00:41:21~00:41:22) “Mirai-chan (ɸ) sukikunai.”

(Anime Mirai no Mirai00:41:21~00:41:22) “Aku tidak suka Mirai.”

  • (4) 「お母さん(ɸ)好きくないの!」

(アニメ未来のミライ:00:43:58~00:44:01) “Okaa-san (ɸ) sukikunai no!”

(Anime Mirai no Mirai00:43:58~00:44:01) “Aku tidak suka dengan ibu!”

  • (5) 「お父さん(ɸ)好きくないの!」

(アニメ未来のミライ:00:58:15~00:58:18) “Otou-san (ɸ) sukikunai no!”

(Anime Mirai no Mirai00:58:15~00:58:18) “Aku tidak suka dengan ayah!”

Pelesapan partikel ga yang dilakukan oleh tokoh Kun memiliki pola yang sama pada data (3), (4), dan (5). Pada data (3), (4), dan (5) Kun melesapkan partikel ga dalam pola kalimat kata benda + ga + kata sifat. Salah satu contoh pelesapan partikel ga dengan pola tersebiut adalah pada kalimat kareeraisu (ɸ) suki! ‘aku suka nasi kare’. Dilihat dari pola

ketiga tuturan di atas, tokoh Kun memutuskan untuk tidak menggunakan partikel ga. Pelesapan partikel ga dalam tuturan langsung sering terjadi dalam ragam bahasa youjigo dan termasuk ke dalam hanashi kotoba ketika penutur dan lawan tutur mengetahui informasi yang dituturkan oleh penutur. Pada data (3) Kun menyatakan ia tidak menyukai Mirai dengan melesapkan partikel ga pada kalimat Mirai-chan (ga) sukikunai. ‘Aku tidak suka Mirai.’. Selanjutnya pada data (4) Kun menyatakan bahwa ia tidak menyukai ibu pada kalimat okaa-san (ga) sukikunai no! ‘Aku tidak menyukai ibu!. Pada data (5) kun menyatakan bahwa ia tidak menyukai ayah dengan melesapkan partikel ga pada kalimat otou-san (ga) sukikunai no! ‘Aku tidak menyukai ayah!’. Semua tuturan di atas Kun ucapkan disaat sedang merasa kesal kepada keluarganya.

  • 4.4    Partikel Akhir Kalimat -No

  • (6)    くん    :ミライちゃん好きくない

ミライ  :なんで好きくないの?

くん   :仲良くできない

(アニメ未来のミライ:00:30:32~00:30:37)

Kun        Mirai-chan sukikunai no.

Mirai      Nande sukikunai no?

Kun       Nakayoku dekinai no.

(Anime Mirai no Mirai00:30:32~00:30:37)

Kun       Aku tidak suka Mirai.

Mirai       Kenapa tidak suka?

Kun        Kita tidak bisa akur.

Partikel akhir kalimat -no digunakan oleh tokoh anak sebagai bentuk penekanan secara halus atau untuk mengindikasikan pertanyaan kepada lawan tutur (Tarou dalam Purwanti, 2019. hlm. 23). Penggunaan partikel akhir kalimat -no pada data (6) digunakan oleh tokoh Kun untuk menekankan kata sukikunai ‘tidak suka’ bahwa Kun memiliki rasa tidak suka yang kuat terhadap Mirai. Ditemukan juga kesalahan dalam perubahan bentuk negatif pada kata suki yang digunakan oleh Kun. Perubahan kata sifat na menjadi negatif adalah kata sifat na + jyanai. Dari pola tersebut, kata suki yang merupakan kata sifat na seharusnya berubah menjadi suki jyana. Akan tetapi Kun menggunakan mengubah suki menjadi sukikunai ketika bertutur. Hal tersebut menunjukkan bahwa tokoh Kun, sebagai tokoh anak berusia empat tahun, belum dapat membedakan perubahan bentuk kata sifat dengan tepat. Kemudian partikel akhir kalimat -no pada kata nakayoku dekinai ‘tidak bisa

akur’ yang ditemukan dalam data (6) digunakan oleh Kun sebagai bentuk penekanan secara halus bahwa ia tidak bisa akur dengan Mirai.

4.5 Partikel Akhir Kalimat -Yo dan -Mon

(7) 幼い頃のお母さん くん

幼い頃のお母さん

:弟のおもちゃで遊んでいい

:でも叱られるんじゃない?

:だって散らかってるほうがおもしろい もん

(アニメ未来のミライ:00:49:47~00:49:59)

Osanaikoro no Okaa-san

Kun

Osanaikoro no Okaa-san

Otouto no omocha de asonde ii yo.

Demo shikararerun jyanai?

Datte chirakatteru hou ga omoshiroi mon.

(Anime Mirai no Mirai00:49:47~00:49:59)

Ibu ketika kecil

Kamu boleh kok bermain dengan mainan adikku.

Kun

Ibu ketika kecil

Tapi nanti kamu akan dimarahi bukan?

Soalnya, kalau berantakan kan lebih seru.

Partikel akhir kalimat -yo digunakan oleh tokoh anak untuk memberikan penekanan pada bentuk permintaan, pernyataan, dan ketika meyakinkan lawan tutur terhadap suatu hal. Sedangkan partikel akhir kalimat -mon digunakan oleh tokoh anak untuk memberikan penekanan terhadap alasan atau ekspresi ketidak puasan terhadap suatu hal (Tarou dalam Purwanti, 2019. hlm. 21-23). Pada data (7) tokoh yang menggunakan partikel akhir kalimat -no dan -mon adalah tokoh ibu ketika kecil. Tokoh ibu ketika kecil merupakan ibu dari tokoh Kun, tetapi ketika Kun melakukan perjalanan waktu, ia bertemu dengan ibunya ketika berusia empat tahun. Karena memiliki usia yang sama dengan Kun, tokoh ibu ketika kecil juga menggunakan ragam bahasa youjigo atau ragam bahasa anak ketika melakukan tindak tutur dengan Kun.

Partikel akhir kalimat –yo pada kalimat asonde ii ‘tidak apa bermain’ digunakan oleh ibu ketika kecil untuk meyakinkan Kun bahwa tidak apa bermain dengan mainan adik laki-lakinya. Kemudian partikel akhir kalimat -mon digunakan oleh tokoh ibu ketika kecil untuk menyatakan alasan mengapa ia melakukan hal tersebut. Situasi pada data (7) adalah Kun dipersilakahkan oleh ibu ketika kecil untuk bermain dengan mainan adik laki-lakinya yang telah ia berantakkan di lantai. Melihat hal tersebut, Kun bertanya apakah ibu ketika kecil tidak akan dimarah jika memberantakan mainan di lantai. Ibu ketika kecil memberikan alasan bahwa bermain dengan berantakan akan terasa lebih menyenangkan.

  • 4.6 Partikel Akhir Kalimat -No ne dan -Yo ne

Partikel akhir kalimat -ne digunakan oleh tokoh anak untuk menunjukkan rasa kagum kepada lawan tutur. Selain itu, partikel akhir kalimat -ne juga digunakan untuk menghaluskan tuturan ketika meminta persetujuan, permintaan, dan menegaskan tuturan kepada lawan tutur (Tarou dalam Purwanti, 2019. hlm. 21). Partikel akhir kalimat -ne dapat diikuti oleh bentuk -no dan -yo menjadi bentuk -no ne dan -yo ne.

  • (8)    くん          :何がかなしいの?よしよし泣かないで。

幼い頃のお母さん   :ありがとう。優しいのね

(アニメ未来のミライ:00:47:09~00:47:23)

Kun                     Nani ga kanashii no? Yoshiyoshi nakanaide.

Osanaikoro no Okaa-san Arigatou. Yasashii no ne.

(Anime Mirai no Mirai00:47:09~00:47:23)

Kun                   Apa yang membuatmu sedih? Cup,cup,

jangan menangis.

Ibu ketika kecil            Terima kasih. Kamu baik ya.

Pada data (8) tokoh ibu ketika kecil sebagai penutur dan Kun sebagai lawan tutur. Partikel akhir kalimat -no ne digunakan oleh tokoh ibu ketika kecil untuk menunjukkan rasa kagum atas sikap Kun yang mencoba menenangkannya ketika menangis. Rasa kagum ditunjukan oleh penutur dalam kalimat yasashii no ne ‘kamu baik ya’.

  • (9)    「もしおばあちゃんがダメでも、お母さんがきっと猫を飼ってくれる と思うのよね。」

(アニメ未来のミライ:00:49:12~00:49:16) “Moshi obaa-chan ga dame demo, Okaa-san ga kitto neko wo katte kureru to omou no yo ne.”

(Anime Mirai no Mirai00:49:12~00:49:16) “Kalau nenekku tetap tidak mengizinkan, ibuku pasti mengizinkanku untuk memelihara kucing ya.”

Pada data (9) tokoh ibu ketika kecil menggunakan partikel akhir kalimat -yo ne ketika meminta pendapat dari Kun. Partikel akhir kalimat -yo ne digunakan oleh tokoh ibu ketika kecil untuk meminta pendapat dan meyakinkan pernyataannya kepada Kun dan diri senidri bahwa ia akan diberikan ijin dari orang tuanya untuk memelihara kucing jika permohonannya di tolak oleh nenek.

4.7 Penyimpangan penggunaan Youjigo Oleh Tokoh Dewasa

(10) くん お父さん くん お父さん くん お父さん

:お父さん、遊んで。

ゆうちゃんちで遊ばない

:うん、お父さんと。

:お父さんイヤだったんじゃない

:イヤじゃないの。だから遊んで。

:うん、わかったよ。

(アニメ未来のミライ:00:27:2200:27:38)

Kun Otou-san Kun Otou-san Kun Otou-san

Otou-san, asonde.

Yuu-chanchi de asobanai no?

Un, Otou-san to.

Otou-san iya datta jyanai no?

Iya jyanai no. Dakara asonde.

Un, wakatta yo.

(Anime Mirai no mirai00:27:2200:27:38)

Kun Ayah Kun Ayah Kun Ayah

Ayah, main yuk.

Apakah kamu tidak main di rumah teman?

Tidak, main dengan ayah.

Bukannya kamu tidak mau dengan ayah?

Sudah tidak. Makanya main yuk.

iya, baiklah.

Penyimpangan merupakan nama umum untuk ujaran yang tidak sesuai dengan

norma-norma gramatikal, semantis, atau sosial (Kridalaksana, 2008. hlm. 187). Penyimpangan youjigo dalam penelitian ini dianalisis dengan unsur setting and scene, participant, end, act sequence, key, norm of interaction, dan genre dari unsur SPEAKING oleh Hymes (dalam Chaer, 1972. hlm. 62-63). Pada data (10) ayah dan Kun sebagai participant yang melakukan tuturan dengan setting di ruang makan pada siang hari. Scene pada data (10) adalah Kun mengajak ayah untuk bermain tetapi ayah sedang sibuk karena melakukan pekerjaan freelance. End dari ayah, yaitu dengan menanggapi ajakan Kun untuk bermain. Selanjutnya Key pada data (10) terdapat pada kata yuu-chanchi dan partikel akhir kalimat -no yang digunakan oleh tokoh ayah. Norm of interaction pada kata yuu-chanchi dan partikel akhir kalimat -no yang digunakan oleh ayah tidak sesuai dengan ragam bahasa dan identitas tokoh ayah. Kemudan Genre tuturan data (10) merupakan bentuk tuturan langsung antara tokoh ayah dan Kun.

Terdapat dua bentuk penggunaan ragam bahasa youjigo oleh tokoh ayah pada data (10), yaitu bentuk pemendekkan kata dan partikel akhir kalimat -no. Pemendekkan kata dalam tuturan ayah adalah yuu-chanchi. Kata yuu-chanchi merupakan pemendekkan kata

dari yuujin-chan no uchi yang berarti ‘rumah teman’. Kemudian partikel akhir kalimat – no digunakan oleh tokoh ayah dengan nada meninggi sebagai bentuk pertanyaan kepada Kun. Berdasarkan analisis dari dua bentuk youjigo dan unsur SPEAKING oleh Hymes (1972) tersebut, ditemukan bahwa penggunaan youjigo oleh tokoh ayah dalam anime Mirai termasuk kedalam penyimpangan penggunaan youjigo oleh tokoh dewasa.

Ayah merupakan tokoh dewasa berusia sekitar akhir dua puluh hingga awal tiga puluh tahun-an tetapi menggunakan bentuk youjigo yang diidentifikasikan dengan tokoh anak berusia tiga hingga delapan tahun. Penyimpangan penggunaan youjigo ayah lakukan untuk menanggapi ajakan bermain dari Kun dengan ragam bahasa yang mudah dimengerti oleh Kun. Maka penyimpangan penggunaan youjigo oleh tokoh dewasa dilakukan oleh penutur untuk menyampaikan informasi dengan ragam bahasa yang sesuai dengan identitas lawan tutur, khususnya ketika tokoh dewasa menyampaikan informasi kepada tokoh anak.

  • 5.    Simpulan

Pada penelitian ini ditemukan bentuk penggunaan youjigo dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda dilakukan oleh tokoh Kun, ibu ketika kecil, sedangkan penyimpangan penggunaan youjigo oleh tokoh dewasa dilakukan oleh tokoh ayah. Bentuk youjigo yang paling banyak digunakan oleh tokoh Kun dan ibu ketika kecil adalah bentuk partikel akhir kalimat untuk menyatakan permintaan dan penegasan suatu hal secara halus. Kemudian penyimpangan penggunaan youjigo oleh tokoh ayah terjadi untuk menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan tokoh anak agar penyampaian informasi, seperti pertanyaan dan pernyataan, lebih mudah dilakukan dan dimengerti oleh lawan tutur.

Penelitian ini disusun agar dapat membantu pembelajar bahasa Jepang untuk mengetahui bentuk dan penyimpangan penggunaan youjigo dalam karya sastra Jepang, khususnya dalam anime Mirai karya Mamoru Hosoda. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti data-data dan hal baru mengenai youjigo demi melengkapi penelitian ini.

  • 6.    Daftar Pustaka

Chaer, A dan Agustina, L. (2014). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT.RINEKA

CIPTA.

Kinsui, S. (2003). Vaacharu Nihongo Yakuwarigo no Nazo. Jepang: Iwanami Shoten.

Kinsui, S. (2011). Yakuwarigo Kenkyuu no Tenkai. Jepang: Kuroshio Press.

Kinsui, S. (2014). Yakuwarigo Kojiten. Jepang: Kenkyusha.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Purwanti, A. (2019). ‘Analisis Proses Pembentukan Kata Dalam Ragam Bahasa Youjigo (幼児語の語形成の分析)’. Skripsi. Universitas Diponogoro.

Tsujimura, N. (2014). An Introduction to Japanese Linguistics. UK: Wiley Blackwell.

Yamada, T. (2012). Shinmeikai Kokugo Jiten Dai Nana Han. Jepang: Sanseigo.

13