Stigma pada Tokoh Ataru dalam Film Ataru “The First Love and The Last Kill” Karya Takeharu Sakurai
on
SAKURA VOL. 3. No. 1 Februari 2021
DOI: https://doi.org/10.24843/JS.2021.v03.i01.p02
P-ISSN: 2623-1328
E-ISSN:2623-0151
Stigma pada Tokoh Ataru dalam Film Ataru “The First Love and The Last Kill” Karya Takeharu Sakurai
I Nyoman Edwin Tri Nugraha1*), Ni Luh Putu Ari Sulatri2), Ni Made Andry Anita Dewi3) PS Sastra Jepang, FIB, Universitas Udayana
Denpasar-Bali
1[[email protected]], 2[[email protected]], 3[[email protected]]
Abstrak
Artikle ini berjudul “Stigma pada Tokoh Ataru dalam Film Ataru “The First Love and The Last Kill” karya Takeharu Sakurai”. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala-gejala autisme serta stigma terhadap pengidap autisme pada tokoh Ataru. Teori yang digunakan dalam makalah ini yaitu teori sosiologi sastra oleh Wellek dan Warren, teori gejala autisme menurut Davison, teori stigmatisasi sosial oleh Rahman, dan teori semiotika oleh Danesi. Data dikumpulkan dengan teknik lihat baca simak catat, dan analisis dilakukan dengan metode deskriptif analisis. Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode informal. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa gejala autisme pada tokoh Ataru ditandai dengan; 1) gangguan kualitatif pada interaksi sosial; 2) gangguan kualitatif pada komunikasi; dan 3) pola perilaku perhatian dan aktivitas terbatas serta berulang. Ada tiga bentuk stigma yang dialami oleh Ataru yaitu; 1) pelabelan; 2) stereotip; dan 3) pemisahan.
Kata kunci : Autisme, pelabelan, pemisahan stigma, stereotip
Abstract
The title of this paper is “The Stigma of Ataru in film Ataru “The First love and The Last Kill” by Takeharu Sakurai”. The purpose of this paper is to knowing the symptoms of autisme and stigma of people with autisme. The theory that used in this paper are theory of literary sociology refers to Wellek and Warren, theory of symptoms of autisme refers to Davison, theory of stigma social refers to Rahman , and theory of semiotic refers to Danesi. Data collected by reference technique, and analysed data using deskriptif analisys method. Presentation of the results of data is analyzed by informal method. The results of this research is show some symptoms of autism in Ataru characterized by; 1) persistence defisit in social interaction; 2) persistent deficits in communication; 3) restricterd, repetitive patterns of behavior, interest or activities. There are three forms of stigma in Ataru are; 1) Labeling; 2) stereotype; 3) separation.
Keyword : Autism, labeling, separation, stereotype, stigma
Autisme (autism spectrum disorder) adalah ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, ditandai dengan munculnya gejala-gejala seperti ekolalia yaitu pengulangan kata atau ucapan secara otomatis, adanya aktivitas bermain yang repetitif, gangguan
berbahasa, dan lain-lain (Triantoro, 2005 : 1). Autisme dapat mempengaruhi penderitanya, baik itu dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal, berperilaku, serta melakukan interaksi sosial. Ada beberapa pengidap autisme yang memiliki keahlian melebihi orang normal dalam satu bidang, keahlian itu disebut savant skill. Savant skill adalah sebuah kondisi seseorang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam salah satu bidang pada lima bidang utama seperti seni, musikalitas, perhitungan kalender, kemampuan spasial, dan matematika. (Grossman, 1983 ). Bentuk paling umum dari savant skill adalah keahlian dalam melakukan penghitungan kalender. Selain itu sebuah penelitian menunjukkan bahwa memiliki kemampuan spasial adalah bentuk kedua paling umum dari savant skill. Meskipun ada beberapa pengidap autisme yang memiliki savant skill, banyak orang memiliki stigma terhadap pengidap autisme karena menganggap bahwa pengidap autisme hanya dapat merepotkan orang lain dan menimbulkan masalah. Selain itu banyak orang menganggap bahwa pengidap autisme tidak memiliki masa depan karena tidak dapat menjalani kehidupan selayaknya orang normal pada umumnya. Hal ini memicu terjadinya kasus perundungan terhadap pengidap autisme mengakibatkan banyaknya pengidap autisme yang bunuh diri karena mengalami perundungan dari orang-orang disekitarnya.
Hal serupa juga dialami oleh tokoh Ataru dalam film Ataru “The First Love and The Last Kill” karya Takeharu Sakurai. Ataru adalah seorang detektif yang mengidap autisme. Meskipun mengidap autisme ia memiliki savant skill yang membuatnya dapat memecahkan semua kasus-kasus sulit. Namun Ataru mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari kepala tim penyidik kepolisian Jepang bernama Aio Hoshi. Ia dituduh menjadi pelaku kejahatan dan dimasukan kedalam penjara. Film ini dipilih menjadi sumber data dalam penelitian ini, karena tergambar jelas bentuk-bentuk stigma yang dialami oleh Ataru. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan mengenai autisme. Selain itu diharapkan melalui penelitian ini dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap pengidap autisme.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan diatas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut
-
1. Bagaimana gejala autisme pada tokoh Inoguchi Ataru dalam film Ataru “The First Love and The Last Kill” Karya Takeharu Sakurai?
-
2. Bagaimana stigma terhadap pengidap autisme dalam film Ataru “The First Love and The Last Kill” Karya Takeharu Sakurai?
Terdapat empat teori yang digunakan pada makalah ini yaitu teori sosiologi sastra oleh Wellek dan Warren (dalam Wiyatmi (1994)). Teori autisme oleh Davison (2006) untuk menganalisis gejala-gejala autisme pada tokoh Ataru. Teori Stigma sosial oleh Rahman (2013) untuk menganalisis bentuk stigma terhadap pengidap autisme. Teori Semiotika oleh Danesi (2011) untuk menganalisis tanda-tanda autisme dan stigma yang dialami oleh tokoh Ataru dalam film Ataru “The First Love and The Last Kill” karya Takeharu Sakurai.
Sumber data diambil dari film Ataru “The First Love and The Last Kill” karya Takeharu Sakurai. Metode dan teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik lihat baca simak catat oleh Ratna (2010). Metode analisis data menggunakan metode deskriptif analisis oleh Ratna (2004). Hasil analisis data disajikan dengan metode informal oleh Semi (1994).
Bagian ini membahas mengenai gejala-gejala autisme pada tokoh Ataru dalam film Ataru “The First Love and The Last Kill” karya Takeharu Sakurai. Selain itu juga dibahas mengenai stigma yang dialami oleh Ataru. Berikut merupakan pemaparan dari hasil analisis.
-
5.1 Gejala-gejala Autisme pada tokoh Ataru dalam film Ataru “The First Love and The Last
Kill” karya Takeharu Sakurai
Ada tiga gejala autisme yang terdapat pada tokoh Ataru yaitu (a) gangguan kualitatif pada interaksi sosial, (b) gangguan pada komunikasi, dan (c) pola perhatian yang terbatas serta berulang. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.
-
5.1.1 Gangguan Kualitatif pada Interaksi Sosial
Pengidap autisme biasanya mengalami gangguan kualitatif pada saat melakukan interaksi sosial seperti gangguan pada komunikasi non verbal, tidak memiliki keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, dan tidak memiliki timbal balik secara emosional maupun sosial. Hal tersebut dapat dilihat melalui data berikut.
-
(1) あびこ あたる あびこ あたる
俺覚えている?
覚えている?誰が?
(ATFLTLK, 2013 15分34秒 - 15分45秒)
Abiko : Ore, oboete iru?
Abiko : oboete iru? dare ga?
(ATFLTLK, 2013 15.34-15.45)
Abiko : Masih ingat dengan saya?
Abiko : Masih ingat? siapa?
Data (1) merupakan percakapan antara Ataru dan Abiko. Pada saat itu Abiko menanyakan apakah Ataru masih mengingatnya atau tidak. Namun Ataru tidak merespon pertanyan tersebut. Melalui data (1) dapat diketahui bahwa Ataru tidak memberikan timbal balik berupa jawaban kepada Abiko. Dibuktikan melalui sikap Ataru yang tidak merespon pertanyaan yang dilontarkan oleh Abiko kepadanya. Hal ini membuktikan bahwa Ataru tidak memiliki timbal balik secara sosial maupun emosional
Gangguan berikutnya yaitu gangguan pada komunkasi. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui data berikut.
-
(2) あたる : テレポン、テレポン、テレポン
(ATFLTLK, 2013 03分22秒– 03分33秒)
Ataru : Terepon, terepon, terepon.
(ATFLTLK, 2013 03.22 –03.33)
Ataru : Telepon, telepon, telepon.
Data (2) merupakan ucapan Ataru saat ia sedang berjalan-jalan di taman kota. Ketika sedang melihat air mancur, tiba-tiba Ataru berniat untuk menghubungi Larry. Ia pun mencari-cari teleponnya. Pada data (2) terdapat kata terepon yang diucapkan oleh Ataru sebanyak tiga kali. Hal ini menandakan bahwa Ataru tidak mengetahui banyak kosakata untuk mencari suatu benda. Melalui data (2) juga dapat diketahui bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Ataru terbatas dan repetitif.
Gejala terakhir yang dimiliki oleh Ataru yaitu pola perilaku, perhatian, dan aktivitas yang terbatas serta berulang. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui data berikut.
-
(3) 秋穂星 : 誰ですか?会議中で食事してるのは?
さわ : そういう時間なんです。
秋穂星 : 捜査官会中に食事する時間はありません。(あたるに来 あ
たるの食べ物を取る)声箱!
(ATFLTLK, 2013 21分16秒– 21分 42秒)
Aio Hoshi : Dare desuka? Kaigichuu de shokuji shiteru no wa?
Sawa : Sou iu jikan nan desu.
Aio Hoshi : Sousakan kaigi chuu ni shokuji suru jikan wa arimasen. (Ataru ni kite, Ataru no tabemono wo torrimasu) koebako!
(ATFLTLK, 2013 21.16–21.42)
Aio Hoshi : Siapa yang memperbolehkan makan saat sedang rapat?
Sawa : Ini adalah waktu makannya.
Aio Hoshi : Ini bukan waktunya makan saat rapat penyelidikan. (mendatangi Ataru dan mengambil makanannya) tempat sampah!
Data (3) merupakan percakapan antara Aio Hoshi, dan Sawa. Saat itu sedang berlangsung rapat gabungan tim penyidik kepolisian Amerika dan Jepang. Ketika rapat sedang berlangsung Ataru mengeluarkan tempat makan dan mulai makan siang. Mengetahui hal tersebut Aio Hoshi menegur Ataru atas perbuatannya. Sawa membela Ataru karena mengetahui jam itu merupakan jam makan siang Ataru, tetapi Aio Hoshi mengabaikan pembelaan Sawa. Ia mendatangi meja Ataru, mengambil makanannya, dan membuang ke tempat sampah. Pada data (3) dapat diketahui Ataru memiliki kebiasaan makan pada jam yang sama. Dibuktikan melalui pembelaan yang
diberikan Sawa kepada Ataru. Alasan Sawa membela Ataru karena ia mengetahui jam makan siang Ataru. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada data (3) dapat diketahui bahwa Ataru memiliki ketaatan terhadap rutinitas yang terus menerus dilakukan, yaitu makan siang pada jam yang sama.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, terdapat tiga bentuk stigma terhadap pengidap autisme yaitu (a) pelabelan, (b) stereotip, dan (c) pemisahan. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Bentuk pelabelan yang diberikan kepada Ataru sebagai pengidap autisme yaitu orang cacat. Pelabelan ini muncul dari orang orang disekitarnya. Hal tersebut dapat dilihat melalui data berikut.
(4) 星秋穂
れーり 星秋穂 レーリ 星秋穂
Hoshi Aiho
Larry
Hoshi Aiho
Larry
Hoshi Aiho
Hoshi Aiho
Larry
Hoshi Aiho
Larry
あなたもFBIの捜査官?
彼も捜査官です
たまに捜査官できるん人物おもいませんか。
: コムニケーションに問題がありますが、彼はこも。。。
: FBIは障害者捜査できるん?
(ATFLTLK, 2013 16分01秒– 16 分44秒)
: Anata mo FBI sousakan?
: Kare mo sousakan desu.
: Tama ni sousakan dekirun jinbutsu omoimasen.
: Komunikeshon ni mondai ga arimasuga, Kare wa kore demo….
: FBI wa shougaisha sousan dekirun.
(ATFLTLK, 2013 16 .01 – 16.44)
: Apakah kau juga penyidik FBI?
: Dia juga seorang penyidik.
: Dia tidak terlihat seperti seorang penyidik.
: Dia memiliki masalah dalam komunikasi, tapi sampai sekarang
dia…
Hoshi Aiho : Apakah FBI berniat untuk menggunakan seorang yang cacat?
Data (4) merupakan percakapan antara Larry dan Hoshi saat rapat perdana gabungan antara tim penyidik kepolisian Jepang dan tim penyidik kepolisian Amerika. Pada data (4) dapat diketahui Hoshi meragukan Ataru sebagai bagian tim penyidik kepolisian Jepang, karena Ataru berbeda dengan anggota tim yang lainnya. Selain itu Hoshi juga mengaggap Ataru sebagai orang yang cacat. karena Ataru memiliki masalah dalam komunikasi. Melalui proses pelabelan ini maka akan muncul bentuk stigma berikutnya yaitu stereotip.
Tokoh Ataru mengalami stereotip dari orang-orang disekitarnya. Ia dianggap sebagai seorang kriminal oleh Larry yang merupakan sahabat dekatnya. Hal tersebut dapat dilihat melalui data berikut.
-
(5) レーリ :あたるが。。。あたるがたとえ犯罪者でも。。。
いのぐち :あたるはいたい?
レーリ :すみませんもうもちめます。
(ATFLTLK, 2013 46分32秒– 46分54秒)
Larry : Ataru ga.. Ataru ga tatoe hanzaisha demo
Inoguchi : Ataru wa itai?
Larry : Sumimasen mou mochimemasu.
(ATFLTLK, 2013 46.32- 46.54)
Larry : Meskipun dia… misalnya.. seorang kriminal?
Inoguchi : Apa yang terjadi dengan Ataru?
Larry : Maaf aku tutup dulu.
Data (5) merupakan percakapan antara Inoguchi yang merupakan ayah kandung Ataru dengan Larry. Saat itu Inoguchi menanyakan kepada Larry mengenai kabar Ataru, karena ia mendapat telepon dari Tasuku, adik kandung Ataru bahwa terjadi sesuatu terhadap Ataru. Larry memilih untuk tidak memberitahu kejadian tersebut kepada Inoguchi mengenai kejadian yang menimpa Ataru, karena takut akan melukai perasaannya. Karena Inoguchi terus memaksa, akhirnya Larry pun mengatakan bahwa Ataru adalah seorang kriminal. Mendengar ucapan Larry, Inoguchi berusaha memastikan hal yang baru saja diucapkan olehnya. Larry pun mengakhiri pembicaraan tersebut. Pada data (5) dapat diketahui bahwa Larry menganggap Ataru sebagai seorang kriminal, padahal hal tersebut belum bisa dipastikan benar atau salah.
Bentuk stigma terakhir yang dialami oleh tokoh Ataru yaitu pemisahan. Hal ini ditandai dengan rekan-rekan dikantor takut berinteraksi dengan Ataru. Hal tersebut dapat dilihat melalui
data berikut.
Gambar (1) Abiko dan seorang anggota tim penyidik tidak berani mendekati Ataru
Gambar (1) berlokasi di sel tahanan. Saat itu Ataru ditahan karena dituduh sebagai tersangka utama pada kasus ledakan yang terjadi di balai kota dan stasiun Narita Expres. Lalu Abiko dan seorang anggota tim penyidik kepolisian Jepang saat datang mengunjungi Ataru. Pada saat mereka berkunjung Ataru sedang lapar dan meminta kepada Abiko untuk dibuatkan sup kare. Abiko pun membuatkan sup kare untuk Ataru. Setelah sup itu jadi Abiko tidak langsung memberikan kepada Ataru. Ia menyerahkan sup itu kepada laki-laki yang ada disebelahnya dan memerintahkannya untuk memberikan sup tersebut kepada Ataru. Pada gambar (1) dapat diketahui baik Abiko maupun anggota tim penyidik tersebut tidak berani mendekati Ataru karena menganggap Ataru sebagai orang yang berbahaya. Hal tersebut ditandai dengan sikap Abiko dan anggota tim penyidik kepolisian Jepang saling melempar tanggung jawab untuk memberikan sup kare kepada Ataru. Stereotip yang diberikan Hoshi kepada Ataru dapat dikatakan berhasil karena menimbulkan pemisahan kepada Ataru. Pemisahan ini berdampak bagi Ataru. Ia merasa sebagai seorang penjahat yang pantas untuk dihukum. Hal ini dapat dilihat melalui gambar berikut.
Gambar (2) ekspresi Ataru mengingat semua yang terjadi padanya
Gambar (2) berlokasi di kantor tim penyidik kepolisian Jepang. Saat itu Ataru baru saja berhasil menggagalkan peretasan disebuah gudang menggunakan virus wizard disebuah gudang tempat penyimpanan barang. Semua tim berterima kasih kepada Ataru karena berkat Ataru peretasan tersebut berhasil digagalkan. Kepala tim penyidik Hoshi juga meminta maaf kepada Ataru atas kesalahpahaman yang terjadi selama ini. Hoshi juga mencabut status nya sebagai tersangka. Ketika rapat mengenai penangkapan Madoka dilaksanakan, tiba-tiba ia teringat akan semua yang terjadi. Ataru menganggap dirinya sebagai penjahat dan harus dihukum. Akhirnya ia pun pergi menemui Madoka dan mengatakan ingin bergabung sebagai penjahat. Keesokan harinya Ataru pergi dari tempat kediamannya menuju rute Kingman 66. Hal tersebut dapat dilihat melalui gambar berikut.
Gambar (3) Ataru dan Madoka bunuh diri
Gambar (3) berlokasi di rute Kingman 66. Tempat ini merupakan tempat Ataru dan Madoka memecahkan kasus pertama mereka. Di rute Kingman 66 Madoka mengajak Ataru untuk bunuh diri. Ataru hanya menuruti keinginan Madoka karena ia menganggap dirinya sebagai penjahat dan harus dihukum. Ataru menganggap bunuh diri merupakan hukuman yang tepat bagi dirinya dan Madoka atas kejahatan yang selama ini mereka perbuat. Berdasarkan analisis pada gambar (3) dapat disimpulkan bahwa pemisahan yang dilakukan terhadap Ataru menyebabkan ia bunuh diri seperti yang terjadi pada gambar (3).
Berdasarkan hasil analisis, ada tiga gejala autisme pada tokoh Ataru yaitu gangguan kualitatif pada interaksi sosial, gangguan kualitatif pada komunikasi, dan pola perilaku, perhatian dan aktivitas yang terbatas serta berulang. Gangguan kualitatif pada interaksi sosial ditandai dengan tidak adanya timbal balik secara sosial yang diberikan oleh Ataru kepada Abiko. Berikutnya gangguan kualitatif pada komunikasi ditandai dengan penggunaan bahasa yang terbatas dan repetitif. Pola perilaku, perhatian, serta aktivitas yang terbatas ditandai dengan ketaatan terhadap rutinitas yang mereka lakukan
Terdapat tiga bentuk stigma yang dialami oleh tokoh Ataru yaitu pelabelan, stereotip dan pemisahan. Pelabelan yang dialami oleh Ataru yaitu sebagai orang cacat. Melalui pelabelan ini muncul bentuk stigma kedua yaitu stereotip. Stereotip yang dialami oleh Ataru yaitu Ataru dituduh sebagai penjahat. Melalui stereotip ini muncul bentuk stigma ketiga yaitu pemisahan. Ataru mengalami pemisahan yang dilakukan oleh rekan-rekan kantornya. Hal ini ditandai dengan rekan-rekan kantor Ataru takut berinteraksi dengannya.
Danesi, Marcel. 2011. Pesan Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra
Davison, Gerald C. Neale John M. Kring Ann M. 2006. “Psikologi Abnormal Edisi ke 9”. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Goffman, Erving. 1963. Stigma: “Note on the Management of Spoiled Identity”. New York: Prentince-Hall Inc.
Komalasari, Putu Priti. 2015. “Stigma Terhadap Penderita Skizofrenia dalam Manga Burakku Jakku Ni Yoroshiku Karya Shuho Sato”. (skripsi) Denpasar: Universitas Udayana
Sari, Ni Putu Ela Kumala. 2019. “Pedophilia dalam Komik Toriko Aigan Shoujo karya Mashin Osakabe”. (skripsi) Denpasar: Universitas Udayana
Listyowati, Sri. 2013. “Aspek Kepribadian Pada Anak Autis (Narendra) Dalam Novel Hades Karya Deasylawati Prasetyaningtyas: Tinjauan Psikologi Sasta dan Implementasinya sebagai Bahan ajar Sastra di SMA” (skripsi). Surakarta: Universitas Muhamadiah Surakarta
Rahman, A. 2013. Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ratna, Nyoman Kuntha,. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kuntha. 2010. Metodelogi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Scheid,T.L, & Brown, T.N. 2010. A Handbook For Study Of Mental Health Social Contexts.
New York: Cambridge University Press.
Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra : Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia. Kanwa Publisher.
22
Discussion and feedback