Karakteristik Gender Identity Disorder pada Tokoh Kishimoto Ruka dalam Drama Last Friends Karya Asano Taeko
on
SAKURA VOL. 2. No. 2 Agustus 2020
DOI: https://doi.org/10.24843/JS.2020.v02.i02.p04
P-ISSN: 2623-1328
E-ISSN:2623-0151
Karakteristik Gender Identity Disorder pada Tokoh Kishimoto Ruka dalam Drama Last Friends Karya Asano Taeko
I Komang Manik Adnyana
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana [manik4art@gmail.com] Denpasar, Bali, Indonesia
Abstract
The tittle of this research is “Gender Identity Disorder Characteristic at character Kishimoto Ruka in drama Last Friends by Asano Taeko”. This research aims to describe Gender Identity Disorder (GID) characteristic at character Kishimoto Ruka in Last Friends Drama by Asano Taeko. The data were analyzed by using descriptive analysis method and informal method. Some theories applied in this research were Wellek and Warren’s literature and psychology theory (2016), Schmidt’s gender identity disorder theory (1994), Sigmund Freud’s psychoanalytic theory (2016), and Marcel Danesi’s semiotic theory. This research showed that there were four GID characteristics found at character Kishimoto Ruka. These GID characteristic namely 1) there was a sense of cross-gender identification; 2) there was a sense of inappropriateness in the gender role of that sex; 3) the disturbance is not concurrent with a physical intersex condition; and 4) the disturbance causes distress in social and occupational.
Keywords: psychology literature, gender identity disorder, psychoanalysis
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Karakteristik Gender Identity Disorder pada Tokoh Kishimoto Ruka dalam Drama Last Friends Karya Asano Taeko”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik Gender Identity Disorder (GID) pada tokoh Kishimoto Ruka dalam drama Last Friends karya Asano Taeko. Data-data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan metode informal. Teori yang digunakan adalah teori psikologi sastra Wellek dan Warren (2016), teori Gender Identity Disorder Schmidt, dkk. (1994), teori psikoanalisis Sigmund Freud (2016), dan teori semiotika Marcel Danesi (2011). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat empat karakteristik GID pada tokoh Kishimoto Ruka. Karakteristik-karakteristik tersebut yakni 1) adanya suatu identifikasi lintas gender; 2) adanya rasa ketidaknyamanan terhadap peran gender jenis kelamin; 3) gangguan yang dialami penderita tidak bersamaan dengan kondisi interseks; dan 4) gangguan menyebabkan penderitaan dalam bidang sosial dan pekerjaan.
Kata kunci: psikologi sastra, gender identity disorder, psikoanalisis
-
1. PENDAHULUAN
Gender Identity Disorder (GID) merupakan suatu gangguan indentitas gender yang menyebabkan penderita mengidentifikasikan diri dengan stereotip gender yang berlawanan dengan jenis kelaminnya. Penderita GID merasakan suatu rasa ketidaknyamanan terhadap peran gender jenis kelaminnya (Schmidt, dkk., 1994:533-534). Penderitaan pada individu dengan GID ditunjukkan secara berbeda di setiap siklus hidup.
Jepang sebagai suatu negara maju merupakan salah satu negara yang mengakui keberadaan penderita GID. Hal ini ditunjukkan dengan adanya suatu UU GID di Jepang. Adanya UU GID menyebabkan banyak penderita GID di Jepang bisa menempuh jalur hukum untuk mengubah jenis kelamin mereka. Pada akhir tahun 2011, ada 2.847 orang yang telah mengubah jenis kelamin secara hukum sejak diberlakukannya undang-undang yang mengatur GID. Ini adalah jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan perkiraan jumlah 7.000 hingga 10.000 orang dengan GID di Jepang (Taniguchi, 2012:108-110).
Banyaknya penderita GID di Jepang mendorong sastrawan Jepang untuk membuat karya yang bertemakan kehidupan penderita GID. Hal ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kesadaran sosial masyarakat, khususnya masyarakat Jepang tentang keberadaan penderita GID, selain itu sastrawan juga ingin mengedukasi masyarakat tentang bagaimana karakteristik penderita GID dan bagaimana upaya untuk mengatasi GID tersebut melalui karyanya. Adapun contoh karya sastra Jepang dengan tema GID yaitu drama yang berjudul Last Friends karya Asano Taeko pada tahun 2008. Adanya unsur kesamaan antara fenomena yang ada di dalam masyarakat dengan apa yang diceritakan dalam drama menarik untuk diteliti.
Adapun acuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian dari Cahyani (2018) tentang “Gender Identity Disorder pada Tokoh Yuuta Aoki dalam Komik Bokura No Hentai Karya Fumi Fumiko”. Penelitian Cahyani lebih memfokuskan tentang karakteristik, faktor penyebab, serta upaya untuk mengatasi GID dengan mengubah identitas jenis kelamin tokoh Yuuta Aoki menjadi perempuan. Tetapi, penelitian Cahyani belum membahas mengenai beberapa karakteristik penderita GID seperti keinginan untuk diperlakukan seperti lawan jenis, adanya reaksi tertentu terhadap lawan jenis, dan bagaimana penderitaan atau
tekanan yang dialami tokoh dengan GID. Pengetahuan tentang bagaimana karakteristik gejala GID yang dialami individu sejak dini merupakan suatu langkah preventif untuk menghentikan gangguan tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibahas bagaimana karakteristik gejala GID yang dialami oleh tokoh dalam drama Last Friends karya Asano Taeko.
Penelitian ini menggunakan sumber data berupa drama berjudul Last Friends karya Asano Taeko pada tahun 2008. Pengumpulan data dalam drama Last Friends menggunakan metode studi pustaka dan teknik catat. Seluruh data dianalisis sesuai dengan konsep dan teori yang digunakan. Setelah data-data dianalisis, maka diperoleh hasil yang kemudian dipaparkan dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang disertai analisis (Ratna, 2015:53). Selanjutnya pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode informal. Metode informal adalah metode yang digunakan untuk menguraikan hasil analisis dengan kata-kata. (Sudaryanto, 1993:145).
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori psikologi sastra oleh Wellek dan Warren (2016), teori GID dalam DSM-IV yang dikemukakan oleh Schmidt, dkk. (1994), teori psikoanalisis yang dikemukakan oleh Freud (2016), serta teori semiotika oleh Marcel Danesi (2011). Teori psikologi sastra digunakan sebagai payung utama penelitian. Teori GID digunakan untuk menganalisis karakteristik GID melalui percakapan antartokoh dan perilaku tokoh Kishimoto Ruka dalam drama Last Friends. Teori psikoanalisis digunakan untuk menganalisis pengaruh id, ego, dan superego terhadap tingkah laku tokoh Kishimoto Ruka sebagai penderita GID. Penelitian ini juga didukung dengan teori semiotika untuk menganalisis tanda-tanda yang terdapat dalam drama Last Friends.
-
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan tentang karakteristik GID pada tokoh Kishimoto Ruka menggunakan klasifikasi kriteria dari Schmidt, dkk. Kriteria itu yaitu kriteria A, B, C, dan D. Kriteria A yaitu adanya suatu rasa identifikasi lintas gender yang kuat dan konsisten. Kriteria B yaitu adanya rasa ketidaknyamanan yang konsisten terhadap peran gender jenis kelamin penderita. Kriteria C yaitu gangguan yang dialami penderita tidak bersamaan dengan kondisi interseks. Kriteria D yaitu gangguan menyebabkan penderitaan pada bidang sosial, penderitaan pada bidang pekerjaan, atau bidang penting lainnya (Schmidt, dkk.,1994:533-538).
Tokoh Ruka memiliki suatu rasa identifikasi lintas gender yang kuat dan konsisten. Identifikasi lintas gender ini ditunjukkan dengan adanya sikap Ruka yang ingin diperlakukan atau disamakan seperti seorang laki-laki. Hal ini karena orangorang dewasa dengan GID ini merasa tidak nyaman dianggap oleh orang-orang sebagaimana jenis kelamin mereka yang sebenarnya (Schmidt, dkk., 1994:533). Berikut data (1) merupakan salah satu data yang menunjukkan keinginan Ruka untuk diperlakukan seperti seorang laki-laki.
Data (1) 瑠可
︰すぐに、男だとか女だとか、そういうこと言うのや めてくれます?
林田 ︰は?
瑠可 ︰私はレーサーです。
女とかじゃなくて、レーサーとして見て下さい。
(第4課、6分41秒)
Ruka : Sugu ni, otoko da to ka onna da to ka, sou iu koto iu no
yamete kuremasu?
Hayashida : Ha?
Ruka : Watashi wa reesaa desu.
Onna toka ja nakute, reesaa toshite mite kudasai.
(Dai 4 Ka, 6 pun 41 byou)
Ruka : Tiba-tiba, laki-laki kah atau perempuan kah, bisa berhenti
berkata seperti itu?
Hayashida : Hah?
Ruka : Aku adalah seorang pembalap.
Bukan perempuan, tapi pandanglah aku sebagai seoranng
pembalap.
(Episode 4, menit 06:41 detik)
Data (1) menunjukkan bahwa tokoh Ruka tidak ingin orang lain selalu menyangkutpautkan dirinya dengan jenis kelaminnya sebagai seorang perempuan. Hal ini dapat diketahui melalui pernyataan Ruka bahwa ia meminta Hayashida untuk berhenti menyangkutpautkan jenis kelamin Ruka dengan segala hal yang ia lakukan. Ruka ingin dianggap sebagai seorang pembalap. Faktor psikoanalisis yaitu id menyebabkan tokoh Ruka tidak ingin orang lain menyangkutpautkan dirinya dengan jenis kelaminnya sebagai seorang perempuan. Ruka ingin dipandang sejajar dengan orang laki-laki. Namun, ego membuat Ruka tidak bisa mengatakan bahwa ia ingin diakui seperti seorang laki-laki. Ego mendorong Ruka untuk mengatakan kepada lawan bicaranya bahwa ia tidak ingin diakui sebagai seorang perempuan. Ruka ingin diakui sebagai seorang pembalap.
Selain itu, tokoh Ruka juga menunjukkan rasa identifikasi lintas gender dalam bentuk adanya suatu reaksi tertentu terhadap lawan jenis. Hal ini karena penderita GID umumnya memiliki suatu keyakinan bahwa ia memiliki suatu perasaan dan reaksi tertentu terhadap lawan jenis (Schmidt, dkk., 1994:537). Ruka akan merasa sedih dan tangannya akan bergetar kalau dia dicium ataupun dilecehkan oleh laki-laki. Berikut merupakan gambar (1) yang menunjukkan ekspresi wajah tokoh Ruka saat dicium oleh Hayashida.
Gambar 1. Tokoh Ruka yang dicium Hayashida menunjukkan ekspresi kaget dan takut
(Episode 4, menit 18:44 detik)
Pada gambar (1) terlihat ekspresi wajah tokoh Ruka dengan bibir datar dan alis melengkung ke atas dengan tatapan mata datar. Ini menunjukkan ekspresi wajah terkejut. Penggambaran ini sesuai semiotika nonverbal yang mengekspresikan wajah seseorang saat ia terkejut (Danesi, 2011:58). Ruka yang terkejut pergi menjauh dari Hayashida dan bersandar pada suatu tempat sambil melihat tangannya yang bergertar. Ruka juga menunjukkan ekspresi wajah sedih. Hal ini ditunjukkan dengan bibir melengkung ke atas dan alis melengkung ke
bawah dengan tatapan mata ke bawah (Danesi, 2011:58). Hal ini seperti pada gambar (2).
Gambar 2. Tokoh Ruka merasa takut setelah dicium Hayashida (Episode 4, menit 19:10 detik)
Faktor psikoanalisis yaitu ego pada tokoh Ruka tidak mampu menjadi penengah antara id dan realitas. Id ingin menjadi seperti laki-laki dalam suatu hubungan asmara dan menolak melakukan kontak fisik dengan laki-laki. Namun, realitas menunjukkan bahwa Ruka merupakan seorang perempuan dan seharusnya ia menerima peran gendernya sebagai seorang perempuan dalam suatu hubungan asmara. Ego tidak mampu mengatasi pertentangan ini sehingga ada suatu cara bereaksi tertentu pada tokoh Ruka terhadap laki-laki.
Orang dengan GID umumnya merasakan suatu rasa ketidaknyamanan dengan peran gender jenis kelaminnya. Pada usia remaja dan dewasa, rasa ketidaknyamanan ini ditunjukkan dengan keasyikan untuk menghilangkan karakteristik seks primer maupun sekunder dan adanya kepercayaan bahwa ia terlahir dengan seks yang salah (Schmidt, dkk., 1994:537). Tokoh Ruka sebagai
seorang penderita GID secara konsisten menunjukkan suatu rasa ketidaknyamanan dengan peran gendernya sebagai seorang perempuan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya keinginan Ruka untuk menghilangkan karakteristik seks primer yang dimilikinya sebagai seorang perempuan. Hal itu seperti yang terdapat pada data (2) berikut.
Data (2) 瑠可
医者
瑠可
シェアハウスを出ようと思っています。
そうですか。
・・誰も知らない場所で、新しく生活を始めたいんで
す。
落ち着いたらいずれ、海外に行こうと思っています。
出来れば・・その時に手術を受けたいと思っています。
(第8課、10分19秒)
Ruka : Sheahausu wo deyou to omotte imasu.
Isha : Sou desu ka.
Ruka : .. Dare mo shiranai basho de, atarashiku seikatsu wo
hajimetai n desu.
Ochitsuitara izure, kaigai ni ikou to omotte imasu.
Dekireba.. sono toki ni shujutsu wo uketai to omotte imasu.
(Dai 8 Ka, 10 fun 19 byou)
Ruka : Saya bermaksud pergi dari rumah kontrakan
Dokter : Begitu ya.
Ruka : .. Saya ingin memulai suatu lembar kehidupan yang baru di
tempat yang tak diketahui oleh siapapun.
Kalau sudah tenang nanti, saya bermaksud pergi ke luar negeri.
Kalau bisa.. saat itu saya ingin melakukan operasi.
(Episode 8, menit 10:19 detik)
Data (2) menunjukkan bahwa tokoh Ruka ingin menghilangkan
karakteristik seks primernya dengan melakukan operasi pergantian kelamin. Hal ini dapat diketahui melalui pernyataan Ruka bahwa ia ingin pergi dari rumah kontrakan dan melakukan suatu operasi pergantian kelamin di luar negeri. Faktor psikoanalisis yakni naluri-naluri pada id mendorong tokoh Ruka untuk melakukan operasi pergantian kelamin agar ia bisa menghilangkan karakteristik seks primernya. Namun, ego pada tokoh Ruka membuatnya memutuskan untuk pergi dari rumah kontrakan dan memulai suatu kehidupan yang baru agar ia bisa tenang. Ego
membuat Ruka untuk tidak melakukan operasi saat itu juga. Ini untuk mencegah terjadinya penyesalan pada tokoh Ruka nantinya.
Orang dengan kondisi interseks fisik tidak bisa dikategorikan sebagai penderita GID (Schmidt, dkk., 1994:538). Tokoh Kishimoto Ruka sebagai penderita GID terlahir sebagai seorang perempuan. Tidak ada suatu kekurangan seperti misalnya dalam keadaan interseks fisik. Ruka benar-benar terlahir sebagai sosok perempuan yang normal. Hal ini dapat diketahui melalui cerita dari tokoh Shuuji yang merupakan ayah Ruka. Tokoh Shuuji menceritakan kepada Takeru bahwa Ruka merupakan putrinya yang sangat cantik. Ruka diceritakan sebagai seorang anak perempuan yang aktif dan senang bermain bersama anak laki-laki. Ruka tumbuh dan besar sebagai seorang perempuan yang cantik. Hal itu seperti yang ditunjukkan pada data (3) berikut.
Data (3) タケル ︰・・・すみません。
力不足で・・。
修治 ︰力不足か。
小さい頃から、あいつは、スカートよりズボンが好き でね。
夏になると、短パン履いて。
川で、ザリガニ取ったり、山でセミ取ったり、 泥んこになって、男の子と遊びまわってた。 活発で、可愛い子だった!
・・・可愛い娘だよ・・俺にとっては・・。
(第10課、25分53秒)
Takeru : ... Sumimasen.
Chikarabusoku de...
Shuuji : Chikarabusoku ka.
Chiisai koro kara, aitsu wa, sukaato yori zubon ga suki de ne.
Natsu ni naru to, tanpan haite.
Kawa de, zarigani tottari, yama de semi tottari, doronko ni natte, otoko no ko to asobimawatte ta.
Kappatsu de, kawaii ko datta!
... Kawaii musume da yo.. ore ni totte wa..
SAKURA VOL. 2. No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2623-1328
E-ISSN:2623-0151
DOI: https://doi.org/10.24843/JS.2020.v02.i02.p04
(Dai 10 Ka, 25 pun 53 byou) Takeru : ... Maaf.
Karena kurangnya kemampuanku...
Shuuji : Kurang kemampuan kah.
Sejak kecil, dia, lebih suka celana panjang daripada rok. Kalau sudah musim panas, akan pakai celana pendek. Di sungai, menangkap lobster air tawar, di gunung menangkap jangkrik, berlumuran lumpur, bermain dengan anak laki-laki.
Lincah, anak yang cantik!
... Putri yang cantik lo.. bagiku ini..
(Episode 10, menit 25:53 detik)
Data (3) menunjukkan bahwa tokoh Ruka merupakan seorang individu dengan jenis kelamin biologis yang dapat didefinisikan. Ruka merupakan seorang perempuan. Ruka bukan merupakan individu dengan kondisi interseks fisik.
Tokoh Ruka mengalami penderitaan di bidang sosial ataupun di bidang pekerjaan, khususnya dalam melakukan interaksi sosial. Ruka menceritakan bagaimana penderitaan yang ia alami selama ini kepada seorang dokter. Data (4) berikut merupakan salah satu data yang menunjukkan penderitaan Ruka pada bidang sosial dan pekerjaan.
Data (4) 医者
瑠可
︰どんなことが、辛いんですか?
︰身近な人たちに、本当の自分を、見せられないこと
です。
好きな人や、家族に、嘘をついて暮らしてる・・。
それが苦しいんです。
時々たまらなく・・。
(第5課、33分14秒)
Isha : Donna koto ga, tsurai n desu ka?
Ruka : Midjika na hitotachi ni, hontou no jibun wo, meserarenai
koto desu.
Suki na hito ya, kazoku ni, uso wo tsuite kurashite ru...
Sore ga kurushii n desu.
Tokidoki tamaranaku...
(Dai 5 Ka, 33 fun 14 byou)
Dokter : Hal semacam apakah yang menyakitkan?
Ruka : Yaitu saat tidak bisa menunjukkan bagaimana diri saya
yang sebenarnya kepada orang-orang terdekat saya. Saya selalu hidup dengan membohongi keluarga saya ataupun orang yang saya suka..
Itu sangat menyakitkan.
Terkadang tak tertahankan..
(Episode 5, menit 33:14 detik)
Data (4) menunjukkan bahwa tokoh Ruka mengalami penderitaan pada bidang sosial, khususnya saat menjalin hubungan atau interaksi dengan keluarga maupun sahabat terdekatnya. Hal ini dapat diketahui melalui pernyataan Ruka bahwa ia tidak bisa menunjukkan bagaimana dirinya yang sebenarnya kepada keluarga maupun sahabat terdekatnya sehingga ia terpaksa hidup dengan terus membohongi dirinya dan akhirnya membuat dirinya sendiri menjadi menderita. Penderitaan dalam bidang sosial, khususnya dalam interaksi sosial merupakan hal yang umum bagi penderita GID (Schmidt, dkk., 1994:534). Faktor psikoanalisis yaitu id mendorong ego Ruka untuk menunjukkan bagaimana diri Ruka yang sebenarnya kepada keluarga maupun sahabat terdekat Ruka. Namun, superego yaitu berupa tuntutan untuk berperilaku yang tidak melewati batas toleransi membuat ego Ruka tidak bisa memenuhi keinginan id. Ego akhirnya memutuskan untuk berperilaku sesuai dengan batas toleransi sebagai seorang perempuan.
Karakteristik GID pada tokoh Kishimoto Ruka dalam drama Last Friends karya Asano Taeko ada empat. Karakteristik yang pertama yaitu adanya suatu rasa identifikasi lintas gender yang kuat dan konsisten, misalnya adanya keinginan untuk disamakan atau diperlakukan seperti seorang laki-laki dan adanya suatu reaksi tententu terhadap lawan jenis. Karakteristik yang kedua yaitu adanya suatu rasa ketidaknyamanan dengan peran gender jenis kelaminnya, misalnya adanya keinginan untuk menghilangkan karakteristik seks primer. Karakteristik yang ketiga yaitu gangguan tidak disertai dengan kondisi interseks pada tubuh. Adapun karakteristik yang keempat yaitu adanya penderitaan pada bidang sosial dan penderitaan di bidang pekerjaan.
Cahyani, Ni Komang Ayu Ariska Dwi. 2018. “Gender Identity Disorder pada Tokoh Yuuta Aoki dalam Komik Bokura no Hentai Karya Fumi Fumiko” (skripsi). Denpasar: Universitas Udayana.
Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.Freud, Sigmund. 2016. Psikoanalisis Sigmund Freud (diterjemahkan oleh K. Bertens). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Schmidt, dkk. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition. Washington DC: American Psychiatric Association.
Sudaryanto, Ahmad Dahidi. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Taniguchi, Hiroyuki. 2013. “Japan’s 2003 Gender Identity Disorder Act: The Sex Reassignment Surgery, No Marriage, and No Child Requirements as Perpetuations of Gender Norms in Japan”, Asian-Pasific Law & Policy Journal. Volume 14, Nomor 2, hlm. 108-117.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2016. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
111
Discussion and feedback