SAKURA VOL. 5. No. 2, Agustus 2023

DOI: http://doi.org/10.24843/JS.2023.v05.i02.p09

P-ISSN: 2623-1328

E-ISSN: 2623-0151

Hoikusho sebagai Faktor Utama Work Life Balance dalam Anime Gakuen Babysitters

Alifia Natania1), Nunuk Endah Srimulyani2)

1,2)Prodi Studi Kejepangan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Pos-el: alifia.natania-2017@fib.unair.ac.id, Corresponding Author nunuk-e-s@fib.unair.ac.id

Hoikusho as The Main Factor of Work Life Balance in Anime Gakuen Babysitters

Abstract

Work-Life Balance (WLB), or balancing personal and professional lives, is a crucial issue in Japan as in many other countries. This study aims to describe how "Morinomiya hoikushisetsu" as an alternative form of childcare (hoikusho) becomes the main pillar in harmonization of WLB for teachers, staff and students of Morinomiya Senior High School in the Gakuen Babysitters anime. This anime tells the story of a senior high school student who has to take care of his younger sibling while still going to school because they suddenly become an orphan due to an airplane crash of their parents. The methodology used in this study is descriptive qualitative with Stuart Hall's representation theory. The analysis shows that the hoikusho at Morinomiya senior high school has succeeded in integrating the various interests of teachers, staff, and students to care for their children or younger siblings at a reasonable cost because of the voluntery system in the childcare. Furthermore, school institutions are also benefited as initiators because their staff and students can work and study comfortably, knowing that their children and younger siblings are in safe, affordable, and accessible care. As the conclusion, Gakuen Babysitters anime illustrates the importance of a Childcare Center as a condition for realizing WLB for people who have to play multiple roles. Additionally, extracurricular childcare in this anime has made up for the lack of hoikusho in Japan.

Keywords: anime, Gakuen Babysitters, hoikusho, Japan, Work Life Balance (WLB)

Abstrak

Work Life Balance (WLB) atau keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan merupakan isu krusial di Jepang dan banyak negara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan “Morinomiya hoikushisetsu” sebagai salah satu bentuk alternatif Tempat Pengasuhan Anak (hoikusho) menjadi pilar utama dalam harmonisasi WLB bagi guru, staff dan murid SMA Morinomiya dalam anime Gakuen Babysitters. Anime ini berkisah tentang seorang murid SMA yang harus mengasuh adiknya sembari tetap bersekolah karena menjadi yatim piatu akibat kecelakaan pesawat kedua orang tuanya. Metodologi penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teori representasi Stuart Hall. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa hoikusho di SMA Morinomiya telah berhasil memadukan berbagai kepentingan guru, staff, dan siswa untuk mengasuh anak atau adik mereka dengan biaya yang sangat rendah karena sistem sukarelawan yang dibangun seperti kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Institusi sekolah sebagai inisiator juga mendapatkan keuntungan karena staff dan murid mereka merasa tenang dan nyaman saat bekerja atau belajar, sebab anak atau adik mereka berada dalam pengasuhan yang aman dan terjangkau dari segi jarak dan finansial. Dapat disimpulkan bahwa anime Gakuen Babysitters ini menggambarkan pentingnya Tempat Pengasuhan Anak sebagai

syarat terwujudnya WLB bagi orang-orang yang harus berperan ganda. Ekstrakurikuler pengasuhan anak dalam anime ini juga menembus batas kemusykilan kurangnya hoikusho di Jepang.

Kata kunci: anime, Gakuen Babysitters, hoikusho, Jepang, Work Life Balance (WLB)

  • 1.    Pendahuluan

Tempat Pengasuhan Anak pertama kali di Jepang adalah Seishuu Jogakuin Fusetsu Takujisho(静修女学院附設託児所)di Prefektur Niigata, yang didirikan pada tahun 1890 atau tahun ke-23 Meiji (Yoshida dalam Srimulyani, 2016). Berbeda dengan di Amerika ataupun di Eropa, pada awalnya Tempat Pengasuhan Anak di Jepang pertama kali didirikan bukan untuk bertujuan untuk kepentingan ibu bekerja, melainkan untuk menyelamatkan anak-anak yang tidak bisa bersekolah karena harus menjaga adik-adiknya dengan berbagai alasan.

Sejak tahun 2000-an Jepang mengalami kekurangan Tempat Pengasuhan Anak (TPA) atau hoikusho akibat semakin banyaknya jumlah ibu bekerja penuh waktu (Srimulyani, 2016). Pada tahun 2006 aturan mengenai bentuk TPA semakin bervariasi untuk mengatasi permasalahan semakin panjangnya daftar tunggu antrean TPA pemerintah di berbagai kuyakusho (ward-office) Jepang. Salah satunya adalah nintei kodomo-en yang bahkan juga bisa mengakomodir kebutuhan orang tua pekerja tunggal (ibid).

Pada anime Gakuen Babysitters, jenis Tempat Pengasuhan Anak yang menjadi fokus utama dalam jalan cerita adalah hoikushisetsu di area sekolah Morinomiya. Hoiku (保 育)berarti penjagaan dan pendidikan, sedangkan shisetsu (施設)berarti panti atau fasilitas. Fasilitas Pengasuhan Anak atau hoikushisetsu ini di representasikan dalam bentuk klub pengasuhan anak yang didirikan khusus oleh sekolah tersebut untuk membantu staff pengajar mengasuh anak-anaknya selama bekerja, juga untuk siswa yang harus menitipkan adiknya agar bisa bersekolah. Hal ini seolah menjadi pesan moral bahwa bentuk TPA sangat bermacam-macam, dan tujuan didirikannya TPA adalah bukan hanya semata-mata untuk kepentingan ibu bekerja sebagaimana pertama kali hoikusho tercatat dalam sejarah Jepang di era Meiji.

Anime Gakuen Babysitter adalah anime keluaran Brain’s Base pada tahun 2018. Awalnya, Gakuen Babysitter adalah sebuah manga karya Hari Tokeino yang pertama kali

dimuat dalam Majalah Lala pada tahun 2009, sebelum akhirnya diadaptasi menjadi anime 9 tahun setelahnya. Genre dari anime ini adalah drama komedi dan slice of life, sebuah genre dengan konflik yang tidak terlalu berat namun tetap memberikan kesan yang mendalam. Tema utama yang diusung oleh anime ini adalah klub Pengasuhan Anak di bawah institusi Yayasan Pendidikan Morinomiya Akademi. Isu yang secara tidak langsung dibawakan oleh anime ini dapat dikatakan cukup dekat dengan keadaan sosial masyarakat Jepang maupun Indonesia saat ini yang sama-sama tengah ramai membahas kebijakan Work-life balance (WLB).

Di dalam anime ini ditunjukkan efektifnya Fasilitas Pengasuhan Anak di sekolah tersebut membantu meringankan para pekerjanya untuk bekerja tanpa harus mengkhawatirkan anak atau adiknya karena masih berada di dalam jangkauannya. Menyeimbangkan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi (work-life balance) sering kali menjadi kendala yang dialami oleh para ibu bekerja. Meski sekarang ini, pandangan gender yang memisahkan peran pria dan wanita tidak lagi begitu relevan, ditambah dengan semakin banyaknya wanita yang bekerja seharusnya isu WLB tidak perlu menjadi permasalahan serius. Namun, pada kenyataannya pemikiran sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih menganut paham paternalistik membuat intensitas terjadinya work family conflict pada wanita lebih besar dibandingkan pria (Holloway, 2010).

Pada anime Gakuen Babysitters digambarkan, keberadaan klub Pengasuhan Anak di sekolah tersebut digambarkan menjadi alternatif yang baik untuk mengurangi kekhawatiran dan tekanan para orang tua, terutama para ibu yang bekerja di area sekolah tersebut. Orang tua yang bekerja di ruang lingkup SMA Morinomiya dapat menitipkan anak mereka di klub Fasilitas Pengasuhan Anak tanpa harus cemas dan khawatir harus mengeluarkan biaya yang mahal atau pun kesulitan mengakses karena tempatnya yang jauh, sebab letak Fasilitas Pengasuhan Anak ini berada di gedung sekolah dan sudah menjadi salah satu fasilitas yang didanai sekolah. Bahkan tidak hanya ibu bekerja, murid sekolah Morinomiya yang harus mengasuh adiknya pun bisa menitipkan sang adik di Fasilitas Pengasuhan Anak tersebut. Dalam anime ini dapat dilihat efektifnya Fasilitas Pengasuhan Anak di tempat kerja.

Keunikan bentuk dan sistem Fasilitas Pengasuhan Anak di tempat kerja (khususnya institusi Pendidikan) untuk mendukung kesejahteraan dan WLB para pekerja yang sudah

berkeluarga serta para murid yang berada dalam kondisi tidak ideal karena harus merawat sang adik, membuat peneliti tertarik untuk membahas anime Gakuen Babysitter lebih jauh lagi.

  • 2.    Metodologi dan Teori

    2.1    Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2016: 4), metode kualitatif adalah langkah untuk menghasilkan data secara deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif memiliki sifat deskriptif yang berarti data yang terkumpul berupa kata-kata dan gambar, tidak menekankan pada angka dan lebih menekankan pada pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan yang ada di dalam objek kajian.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena objek penelitian yang berupa media audiovisual anime. Peneliti dapat menemukan, mengumpulkan dan menyaring data yang diperlukan melalui kumpulan kata-kata dan gambar pada anime untuk diteliti dan dicermati secara deskriptif. Metode ini juga dapat berguna untuk melihat dan memahami gambaran atau representasi pentingnya keberadaan Fasilitas Pengasuhan Anak di tempat kerja dalam anime Gakuen Babysitter.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Simak, pilah, catat dan ditunjang dengan studi pustaka (library research). Peneliti menggunakan scene dan dialog dalam anime Gakuen Babysitters sebagai sumber data primer, serta menggunakan buku, jurnal, atau berita terbaru yang berhubungan dengan Fasilitas Pengasuhan Anak dan work-life balance sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Terakhir adalah analisis yang dilakukan dengan menggunakan teori representasi dari Stuart Hall.

  • 2.2    Kerangka Teori Dan Konsep

    2.2.1    Teori Representasi Stuart Hall

Teori representasi menurut Stuart Hall merupakan suatu proses dimana arti (meaning) diproduksi dengan menggunakan bahasa (language) dan dipertukarkan oleh antar anggota kelompok dalam sebuah kebudayaan (culture). Representasi

menghubungkan konsep (concept) yang ada di dalam pikiran kita menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk mengartikan benda, orang, kejadian yang nyata (real), dan dunia imajinasi dari objek, orang, benda, dan kejadian yang tidak nyata (fictional) (Hall, 2003).

Konsep representasi sering digunakan untuk menggambarkan ekspresi antara teks media dan realitas aktual. Teks media dimaknai sebagai segala sesuatu yang terstruktur untuk berekspresi, seperti pidato, puisi, acara televisi, film, teori musik (Anderson, 2006). Representasi adalah istilah yang mengacu pada bagaimana seseorang atau sesuatu disajikan di media. Sebagian besar studi ini berurusan dengan representasi sebagai sarana di balik makna teks (Bardwell, 1989).

Dalam bukunya yang berjudul Representation: Cultural Representatios and Signifying Practices (1997), Stuart Hall juga menjelaskan:

Representation is an essential part of the process by which meaning is produced and exchanged between members of a culture. It does involve a use of language, of signs and images which stand for or represent things.

Representasi adalah bagian penting dalam proses yang di dalamnya makna dibuat dan ditukarkan di antara anggota-anggota masyarakat. Representasi melibatkan penggunaan bahasa, tanda, dan gambar yang berdiri untuk merepresentasikan berbagai hal.

Dari penjelasan Stuart Hall, kita melihat bahwa makna merupakan hasil dari proses representasi. Proses representasi berlangsung dalam budaya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam media yang digunakan masyarakat sebagai sumber informasi dan hiburan. Media tersebut menampilkan bahasa, tanda, dan gambar yang digunakan dalam proses representasi.

Gambar yang mewakili salah satu hasil dari proses representasi seringkali muncul di keseharian kita, salah satunya gambar bergerak atau animasi. Pada penelitian ini, anime Gakuen Babysitters akan digunakan sebagai objek penelitian yang menampilkan cerita dalam bentuk gambar bergerak atau animasi dan mengandung makna-makna yang kemudian dikonsumsi oleh penikmatnya.

Analisis pada anime Gakuen Babysitters menggunakan teori representasi dari Stuart Hall akan menghasilkan kesimpulan mengenai Morinoyama Hoikushisetsu sebagai Faktor Utama WLB dalam Anime Gakuen Babysitters.

  • 2.2.2    Konsep Work-Life Balance

Konsep work-life balance menurut Jeff Kingston dalam artikel "Work Life Balance In Japan Leans In One Direction" (2016) di The Japan Times dapat menyeimbangkan kehidupan pribadi (personal life) dan pekerjaan (professional life). Namun, saat ini sistem dan atmosfer dunia kerja di masih sangat menomorsatukan pekerjaan, sehingga meskipun masyarakat Jepang sendiri ingin mewujudkan WLB dalam kehidupan sehari-hari pun menjadi kesulitan. Hal ini menyebabkan banyak orang stres berat dan terganggu kehidupan pribadinya karena jam kerja yang terlalu lama (ibid).

Frank Schuzl dalam artikelnya di Japan Industry News 2016, "Work-Life Balance in Japan," mengatakan bahwa kebanyakan wanita yang kembali bekerja setelah cuti melahirkan atau merawat anak mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan paruh waktu dan tetap. Banyak juga dari mereka dibayar rendah padahal telah bekerja berjam-jam. Biasanya wanita Jepang bekerja penuh waktu setelah menyelesaikan studinya dan memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan setelah menikah (Holloway, 2010).

Kebijakan WLB juga merupakan bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung, yang memungkinkan karyawan memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab pribadi dan dengan demikian dapat meningkatkan kinerja karyawan (Delecta, 2011); (Dhas, 2015). Kebijakan tentang hoikusho atau Tempat Pengasuhan Anak bertujuan untuk meningkatkan angkatan kerja (khususnya perempuan) dan diharapkan meningkatkan angka kelahiran di Jepang (Savitri & Elsy, 2018)

  • 2.2.3    Hoikusho, Tempat Pengasuhan Anak di Jepang

Hoikusho atau umumnya dikenal sebagai Tempat Pengasuhan Anak di Jepang yang menerima siswa dari satu bulan hingga lima tahun. Jam sekolah atau pengasuhan juga lebih lama, kira-kira dari jam 7:30 sampai 19:00 untuk memenuhi kebutuhan orang tua yang keduanya bekerja (Mulyadi, 2020).

Fokus tujuan pendidikan di Hoikusho Jepang dibagi menjadi dua, yaitu: a) Pendidikan anak usia dini, tujuannya kurang lebih sama dengan pendidikan di taman kanak-kanak, yang meliputi lima aspek seperti kesehatan fisik dan mental, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan dan sekitarnya. masyarakat, kemampuan bahasa, dan kemampuan mengekspresikan seni dan kreativitas; b) Tujuan sebagai badan atau

lembaga untuk membantu orang tua mendidik anak bersama keluarga, masyarakat dan lingkungan (Mulyadi, 2020).

Fokus artikel ini, adalah pada salah satu bentuk hoikuen yang ada di Jepang, yaitu hoikushisetsu yang merupakan fasilitas pengasuhan anak yang berada di sekolah Morinomiya dalam anime Gakuen Babysitters. Bentuk hoikusho di Jepang sangat beragam, menurut Srimulyani dalam penelitiannya tentang perbandingan bentuk Tempat Pengasuhan Anak di Jepang dan Indonesia (2016):

... 例えばベビーホテルや深夜に開かれている保育施設や、企業や 官庁・大学等がその職員や学生専用に開設している保育施設も、 認可外の保育施設となる。

... sebagai contoh, hotel bayi dan fasilitas penitipan anak yang buka hingga larut malam, serta fasilitas penitipan anak yang dibuka oleh perusahaan, kantor pemerintah, dan universitas secara eksklusif untuk staf dan mahasiswanya, juga merupakan fasilitas penitipan anak yang tidak resmi.

Menurut pemaparan tersebut, fasilitas yang berada di sekolah Morinomiya dalam anime Gakuen Babysitters termasuk dalam kategori ninkagai hoikushisetsu atau Fasilitas Pengasuhan Anak tidak resmi. Ninkagai hoikushisetsu adalah Tempat Pengasuhan Anak yang tidak memenuhi standar minimal yang ditetapkan pemerintah dari segi luas bangunan, jumlah pengasuh, jam layanan dan jadwal pengasuhan serta standar-standar lainnya (ibid). Akan tetapi, ninkagai hoikushisetsu tetap bisa beroperasi sebagaimana jasa industri layanan swasta lainnya.

  • 3.    Kajian Pustaka

Anime Gakuen Babysitters sudah pernah dibahas sebelumnya oleh Dita Cita Mulyawati dan Eman Suherman, dalam penelitiannya yang berjudul “Representasi Kesetaraan Gender Dalam Anime Gakuen Babysitters karya Hari Tokeino: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt” (2021). Penelitian ini membahas mengenai representasi kesetaraan gender yang terdapat dalam anime tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh pemahaman mengenai keterkaitan antara representasi kesetaraan gender oleh tokoh dalam anime dan kenyataannya. Untuk menganalisis anime Gakuen Babysitters peneliti menggunakan dua teori yaitu teori strukturalisme dari buku Burhan Nurgiyantoro dan teori sosiologi sastra Ian Watt. Hasil dari penelitian ini adalah

tercerminnya representasi kesetaraan gender yang terdapat dalam anime Gakuen Babysitters, hal ini bertujuan untuk mengurangi indeks kesenjangan gender yang selama ini terjadi di Jepang. Referensi representasi yang digunakan pada penelitian ini adalah representasi menurut Robert Stanton, sedangkan definisi gender yang digunakan adalah gender menurut Mansour Fakih. Meski teori yang digunakan sama, sumber data dan topik penelitian yang dibawakan berbeda antara penelitian terdahulu dan penelitian ini.

Penelitian mengenai work-life balance juga pernah dibahas oleh Ekky Gusti Savitri dan Putri Elsy dalam artikel berjudul “Kendala Work life balance yang di Hadapi pada Wanita Karir dalam Drama “Eigyou Bucho Kira Natsuko” Karya Yumiko Inoue” (2018). Penelitian tersebut membahas mengenai kendala dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan rumah tangga bagi seorang wanita karir di Jepang dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah, seorang wanita karir di Jepang setelah menajdi ibu rumah tangga sering mengalami kesulitan dalam menjalani tugasnya sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Untuk itu, dukungan suami sangatlah diperlukan untuk menyeimbangkan kehidupannya dalam pekerjaan dan mengatur urusan rumah tangga. Penelitian tersebut memang membahas mengenai WLB, namun menggunakan objek yang berbeda dengan penelitian ini.

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

    • 4.1    Sinopsis Anime Gakuen Babysitter

Anime Gakuen Babysitters ini bercerita tentang Kashima Ryūichi dan adiknya yang masih balita, bernama Kashima Kotarō. Mereka menjadi yatim piatu karena kecelakaan pesawat yang menimpa orang tua mereka. Ditengah kesedihan mereka akibat kehilangan orang tuanya, mereka diadopsi oleh Morinomiya Youko, seorang kepala sekolah dari Akademi Morinomiya yang ternyata adalah kenalan orang tua mereka. Mereka pun akhirnya tinggal bersama Morinomiya Youko beserta sekretaris sekaligus pelayan pribadinya yaitu Saikawa Keigo. Ryūichi sedikit terkejut saat bertemu wali barunya, sebab selain karena belum pernah bertemu sebelumnya, ia juga tidak meyangka kalau wali barunya itu adalah wanita tua bertampang galak, bersikap tegas dan sedikit ketus saat berkata-kata. Disisi lain, Morinomiya sebenarnya adalah orang yang sangat perhatian, terlebih karena ia sendiri juga sudah kehilangan keluarganya. Ia sengaja bersikap demikian karena tidak ingin anak asuhnya ini menjadi anak yang manja. Ia sendiri juga

tidak cukup pandai menunjukkan rasa kasih sayangnya kepada mereka. Setelah pertemuan pertama mereka, Ryūichi langsung ditugaskan menjadi pengurus klub Taman Pengasuhan Anak di sekolah tersebut sebagai balasan dari hutang budinya, sebab telah diberi tumpangan dan dibiayai hingga dewasa. Untungnya, ia sudah biasa mengurus adiknya, sehingga ia tidak begitu terkejut saat berhadapan dengan anak-anak kecil, terlebih yang semuran dengan Kotarō.

Sekolah tersebut memang memiliki klub Taman Pengasuhan Anak yang utamanya ditujukan untuk membantu para karyawati yang bekerja disana. Letak fasilitas ini ada di dalam gedung sekolah, sehingga aksesnya sangat dekat dan mudah untuk dijangkau. Ada beberapa alasan mengapa Morinomiya menugaskan Ryūichi untuk mengurus klub Taman Pengasuhan Anak di sekolah tersebut, selain sebagai bentuk balas budi Ryūichi terhadapnya, ia sebenarnya juga kekurangan pengasuh di fasilitas tersebut akibat keterbatasan dana dari sekolah. Untuk menghemat pengeluarannya, maka diadaptasilah fasilitas ini menjadi klub pengasuhan anak. Meski begitu, tetap saja klub ini kurang mendapat perhatian dari para murid. Tidak ada murid yang mau berpartisipasi atau masuk ke dalam klub ini, sebab mereka beranggapan mengurus anak kecil itu menyusahkan dan merepotkan. Bahkan terdapat beberapa murid yang berpikir bahwa klub tersebut sudah tidak lagi aktif karena kekurangan anggota. Alasan kedua, karena Taman Pengasuhan Anak itu hanya memiliki satu staff tetap dan staff satu-satunya yang bernama Usaida Yoshihito itu sering tertidur saat tengah menjaga anak-anak yang dititipkan disana. Pada saat Ryūichi datang membantu pun, ia beberapa kali tertidur dan membuat Ryūichi kerepotan mengurus lima orang anak yang dititipkan di klub Taman Pengasuhan Anak tersebut. Meski awalnya Kotarō kesulitan untuk beradaptasi dengan suasana sekitar yang berubah dengan cukup signifikan, ia akhirnya dapat akrab dengan teman-teman barunya.

Demikianlah asal mula Ryūichi dan adiknya yang menjalani kehidupan baru mereka. Setiap harinya, ia menghadapi berbagai permasalahan para balita serta orang tuanya. Kehidupan Ryūichi dan Kotarō di sekolah Morinomiya membuat mereka bertemu dengan orang-orang baru dan kejadian-kejadian menarik yang semakin mengeratkan hubungan mereka sebagai kakak beradik. Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang sering muncul dalam anime Gakuen Babysitter.

Gambar 1

*


Bagan Pengenalan Tokoh


Keterangan kode dan warna:


Warna

Arti

Biru

Tokoh utama remaja

Pink

Tokoh utama anak-anak

Hijau

Orangtua dari anak anak yang dititipkan di daycare dan bekerja sebagai staff di sekolah Morinomiya.

Orange

Orangtua dari anak anak yang dititipkan di daycare tetapi tidak bekerja di sekolah Morinomiya.

Kuning

Tokoh pendukung


Kode Huruf

Arti

A

Berteman baik

B

Guru atau staff di SMA Morinomiya

C

Pelayan Pribadi

D

Anak-anak yang diasuh di daycare SMA Morinomiya


Tabel 1

Tabel pengenalan tokoh

Nama Tokoh

Deskripsi

Ryūichi Kashima

Tokoh utama dan kakak dari Kotarō. Memiliki sifat penyayang, sabar, ramah dan sangat sopan

Hayato Kamitani

Teman sekelas Ryūichi dan suka membantunya di Fasilitas Pengasuhan Anak. Kakak dari Taka.

Maria Inomata

Termasuk anak pintar di sekolah dan masuk dalam kelas advanced/kelas yang terdiri dari anak-anak pintar. Awalnya terlihat sangat tegas dan taat peraturan, namun perlahan-lahan mulai ramah kepada teman-temannya.

Yuki Ushimaru

Teman sekelas Ryūichi dan diam-diam menyukainya. Karena iia tidak terbiasa berada di dekat anak kecil, ia sering kerepotan saat membantu Ryūichi di Fasilitas Pengasuhan Anak.

Hiroyuki Inui

Anak kelas 2 di SMA Morinomiya. Cukup akrab dengan Ryūichi dan pada awal episode sempat diceritakan jatuh cinta dengan ibu Midori, Yukari Sawatari.

Chuukichi Nezu

Teman sekelas Inomata. Ia juga cukup pintar meski selalu berada di ranking nomor 2 setelah Inomata.

Tomoya Yagi

Juga teman sekelas Inomata dan sahabat Nezu. Ia sering mimisan saat melihat anak kecil dan karena keanehanya ini ia suka dipanggil mesum oleh teman-temannya.

Kotarō Kashima

Adik dari Ryūichi. Ia memiliki sifat pendiam dan tidak banyak berekspresi. Meski begitu, ia sangat dekat dengan kakaknya.

Taka Kamitani

Adik dari Hayato. Ia adalah anak yang sedikit kasar namun sebenarnya berhati baik dan lembut. Ia bersahabat baik dengan Kotarō.

Kirin Kumatsuka

Kirin adalah satu dari dua anak perempuan yang di asuh dalam Fasilitas Pengasuhan Anak SMA Morinomiya. Ia bersifat sangat ceria dan suka memamerkan kepangan rambutnya.

Takuma      dan

Kazuma Mamizuka

Si kembar Mamizuka. Mereka adalah kembar yang memiliki kepribadian bertolak belakang. Jika Takumi sering terlihat tertawa dan ceria, Kazuma sering memasang wajah seperti ingin menangis atau mata sayu.

Midori Sawatori

Satu-satunya bayi yang dirawat di Fasilitas Pengasuhan Anak SMA Morinomiya. Ia tampak sering sekali tertidur bersama Usada, disaat yang lain sibuk atau berisik bermain bersama.

Youko Morinomiya

Kepala SMA Morinomiya yang mengadopsi Ryūichi dan Kotarō. Ia terlihat galak namun sebenarnya sangat penyayang. Anak dan menantunya meninggal di kecelakaan pesawat yang sama dengan orang tua Ryūichi dan Kotarō.

Keigo Saikawa

Pelayan pribadi sekaligus sekretaris Morinomiya. Latar belakangnya cukup misterius. Meski begitu, ia juga sangat menyayangi Ryūichi dan Kotarō.

Shizuka Kamitani

Ibu dari Hayato dan Taka. Ia adalah guru IPA SMP. Ia mantan istri Taizo Hebihara yang merupakan ayah dari Hayato dan Taka.

Taizo Hebihara

Ayah dari Hayato dan Taka. Guru fisika SMA yang terkenal galak. Ia telah bercerai dengan Shizuka Kaminatani, ibu dari Hayato dan Taka.

Yayoi Kumatsuka

Ibu dari Kirin. Ia adalah guru drama yang sangat lemah lembut dan cukup dekat dengan Ryūichi.

Satoru Kumatsuka

Suami dari Yayoi Kumatsuka dan ayah dari Kirin. Ia adalah seorang fotografer dan sangat-sangat posesif pada Kirin. Ia sangat benci melihat laki-laki selain dirinya berada di dekat Kirin.

Umi Mamizuka

Ibu dari si Kembar Mamizuka. Ia adalah guru olahraga yang ceria dan bersemangat.

Kousuka Mamizuka

Suami dari Umi Mamizuka dan ayah dari si kembar Mamizuka. Ia adalah aktor terkenal yang memiliki sifat sensitif dan mudah tersentuh.

Yukari Sawatori

Ibu dari Midori dan bekerja di SMA sebagai resepsionis.

Yutaka Sawatori

Suami dari Yukari Sawatori dan ayah dari Midori. Bekerja sebagai arkeolog dan sering tidak pulang ke rumah. Tidak tahu mengapa, tetapi ia selalu menutupi wajahnya pada awal ia muncul di anime ini.

Usaida Yoshihito

Satu-satunya pengasuh tetap di Fasilitas Pengasuhan Anak SMA Morinomiya. Meskipun ia sering terlihat mengantuk atau bahkan tertidur, ia sebenarnya cukup pekerja keras dan bertanggung jawab.

  • 4.2    Hoikushisetsu sebagai Faktor Utama Work Life Balance dalam Anime Gakuen Babysitters

Gambar 2

Morinomiya Hoiku ru-mu

Gambar (2) di atas adalah ilustrasi hoikushisetsu yaitu ruang penitipan anak yang menjadi latar utama dalam anime Gakuen babysitter. Hoikushisetsu tersebut merupakan kunci jalan cerita yang sangat berpengaruh terhadap WLB para guru dan siswa di akademi Morinomiya.

WLB merupakan isu krusial bagi setiap pegawai di instansi pemerintah maupun swasta saat ini. Hal ini dikarenakan akan terjadi penurunan produktivitas dan kinerja karyawan jika suatu organisasi tidak memikirkan keseimbangan kerja karyawan dengan baik dan tidak dikelola dengan baik.

Salah satu bentuk kebijakan yang dilakukan pemerintah Jepang untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, juga menjaga kualitas kerja para karyawannya adalah dengan menyediakan Fasilitas Pengasuhan Anak atau hoikushisetsu di tempat kerja. Hal ini karena meningkatnya perempuan yang bekerja di Jepang hingga membuat para perempuan bekerja kesulitan membagi waktunya antara menjaga anaknya dan untuk mengurus pekerjaan.

Di dalam anime ini, fasilitas tersebut di berinama klub pengasuhan anak dan bertempat di ruangan bernama 保育ルーム (hoiku ru-mu). Representasi pentingnya peran hoikushisetsu atau Fasilitas Pengasuhan Anak di sekolah Morinomiya pada anime Gakuen Babysitters dapat dilihat sebagai berikut:

  • 4.2.1    Dekat dan Mudah Dijangkau saat Keperluan Mendadak

Data 1

Gambar 3

Ryūichi menggendong Kotarō yang sakit

狼谷、今すぐここから 一番近い処理のある病院教えてくれ 一。虎太郎が。。弟が熱出して。


鹿島 竜一

Kashima Ryūichi

Kamitani, ima sugu koko kara ichiban chikai shori no aru byouin oshiete kure-. Kotarō ga… otouto ga netsu dashite. Kamitani, beritahu aku rumah sakit terdekat dari sini dengan fasilitas perawatan sekarang juga. Kotarō ... Adikku demam.

Gambar 4

Hayato menitipkan Taka pada ibunya

婆、ちょっと鷹のこと、頼むわ。

Baba, chotto Taka no koto, tanomu wa.

Ibu, tolong jaga Taka sebentar ya.

えっ?

Et?

Eh?

すぐ戻る。

Sugu modoru.

Aku akan segera kembali.


狼谷 隼

Kamitani Hayato

狼谷しずか

Kamitani Shizuka

狼谷 隼

Kamitani Hayato

(Gakuen Babysitters, Episode 1 15:36 - 15:58)

Data gambar (3) di atas memperlihatkan Ryūichi yang sedang panik karena Kotarō mendadak jatuh sakit. Ia pun berlari mencari Kamitani Hayato yang baru saja akan pulang untuk mengantarkannya ke klinik atau rumah sakit terdekat agar dapat memeriksakan Kotarō. Lalu pada data gambar 4, Hayato terlihat menitipkan adiknya pada sang ibu agar ia dapat membantu Ryūichi. Mereka pun segera pergi menuju klinik terdekat yang masih

buka pada hari itu. Setelah Kotarō selesai diperiksa, dokter yang merawat Kotarō menjelaskan kalau adiknya jatuh sakit karena merasa tertekan dan belum terbiasa dengan perubahan di sekelilingnya.

Menurut pengamatan peneliti, scene ini menunjukkan betapa mudah dan dekatnya akses dari hoikushisetsu milik sekolah ini dengan area tempat kerja orang tua atau pun kakak dari anak-anak yang diasuh. Aksesnya yang mudah dan dekat ini memungkinkan para orang tua atau pun kakak untuk menjangkau anak dan adik mereka, terutama saat ada keperluan mendadak. Salah satu contohnya, seperti Kotarō yang mendadak sakit ini.

Meski ibu dari Hayato, Kamitani Shizuka, masih sibuk menilai hasil ujian muridnya saat dititipi Taka oleh Hayato, hal itu hanya berlangsung sebentar karena Hayato dengan cepat kembali untuk menjemput adiknya setelah mengantar Ryūichi.

Data 2

Gambar 5

Ryūichi mengajak ayah si kembar bermain bersama

鹿島 竜一

: 本当です。

Kashima Ryūichi

おやすみなら、今日一日ここで二人と一緒に遊んでいてあ げたら、どうですか?

拓馬くんと数馬くんも嬉しいと思うし。ねえ、兎田さん。

Hontou desu.

兎田 義仁

Oyasuminara, kyou ichinichi koko de futari to isshoni asondeite agetara, dou desu ka?

Takuma-kun to Kazuma-kun mo ureshii to omoushi. Nee, Usaida-san.

Itu benar.

Jika hari ini anda libur, bagaimana kalau menghabiskan waktu seharian di sini untuk bermain dengan mereka?

Saya pikir Takuma-kun dan Kazuma-kun juga akan senang. Ya kan, Usaida?

: あーそりゃ、俺も助かるね。

Usaida Yoshihito

A –sorya, ore mo tasukaru ne.

狸塚 恭介

Oh, itu akan membantuku juga.

: そうかな。二人とも喜んでくれる。

Mamizuka Kōsuke

Soukana. Futari tomo yorokonde kureru.

鹿島 竜一

Begitu ya? Mereka akan merasa senang?

: そうですよ。

Kashima Ryūichi

Soudesu yo.

狸塚 恭介

Tentu saja.

: じゃあお言葉に甘えて。

Mamizuka Kōsuke

Jaa okotoba ni amaete.

Kalau begitu, saya akan mempercayai kata-katamu.

(Gakuen Babysitters, Episode 3 17:04 – 17:22)

Data gambar (5) ini menunjukkan Ryūichi yang tengah mengajak Kousuke untuk menghabiskan waktu di hoiku ru-mu. Disini, Kousuke tengah bersedih karena Takuma dan Kazuma yang merupakan anaknya tampak lebih suka menghabiskan waktu di hoiku ru-mu. Padahal, di hari itu ia baru saja mendapatkan hari libur setelah 6 bulan bekerja. Ia juga takut kalau si kembar lupa dengannya, sebab sejauh ini mereka sama sekali tidak memanggilnya dengan sebutan ”Papa”. Ryūichi dan Usaida pun dengan sigap berusaha membantu Kousuke untuk memperbaiki keadaan dengan menawarkannya bermain bersama di sana.

Dari data ini, peneliti mendapati bahwa tidak hanya para pekerja atau pun siswa SMA Morinomiya yang dapat mengunjungi hoikushisetsu ini. Kerabat atau pun orang tua dari anak yang diasuh disana juga dapat mengunjungi mereka di hari libur kerja atau waktu senggangnya. Selain mudah diakses, hubungan antara orang tua atau siswa dengan anak atau adik mereka dapat lebih terjaga, karena fleksibilitas jam kunjungnya. Hal itu digambarkan dengan kunjungan ayah Takuma dan Kazuma yang datang mengunjungi mereka di hari libur kerjanya sebagai aktor terkenal.

  • 4.2.2    Pengasuh Lebih Terpercaya

Data 3

Gambar 6

Ryūichi dan Usaida saling memperkenalkan diri

竜一と虎太郎です。


鹿島 竜一

Kashima Ryūichi

兎田 義仁


Usaida Yoshihito


Ryūichi to Kotarō desu.

Ryūichi dan Kotarō.

ああそうそう。そんな名前だった。

俺は兎田 義仁。ここの卒業生で、唯一のスタッフ。

よろしくな。

Aa sou sou. Sonna namae datta.

Ore wa Usaida Yoshihito. Koko no sotsugyōsei de, yuiitsu no sutaffu.

Yoroshiku na.

Ah ya, begitu ya namanya.

Aku Usaida Yoshihito. Aku lulusan sekolah ini dan satu-satunya anggota staff.

Senang berkenalan denganmu.

鹿島 竜一        よろしくお願い します!

Kashima Ryūichi        Yoroshiku onegaishimasu!

Senang berkenalan denganmu juga!

(Gakuen Babysitters, Episode 1 07:40 – 07:50)

Dalam data ini, terlihat Usaida yang tengah memperkenalkan diri sebagai staff di hoikushisetsu Morinomiya sekaligus alumni dari sekolah tersebut. Peneliti menilai, karena ia adalah alumni dari SMA Morinomiya, mayoritas guru dan staff yang bekerja disana sudah mengenalnya. Karena itulah, para pengguna jasa hoikushisetsu Morinomiya ini memiliki rasa kepercayaannya tersendiri pada Usaida untuk merawat dan mengasuh anak atau pun adiknya disana.

Hal ini juga berlaku pada Ryūichi. Meski ia merupakan murid pindahan dan masih sangat muda, ia sudah cukup mahir dalam hal mengurus anak kecil. Alasan utamanya, karena ia sendiri sudah terbiasa merawat Kotarō ketika orang tuanya sibuk bekerja dan jarang pulang semasa hidup mereka.

Data 4

Gambar 7

Ryūichi mengganti popok Midori

その前に、みどりちゃんのオムツ変えないとだな。 ちょっとだけ待ってるな、虎太郎。

Sono mae ni, midori chan no omutsu kaenaito da na.

Chotto dake matteruna, Kotarō.


鹿島 竜一

Kashima

Ryūichi

鹿島 虎太郎 Kashima Kotarō


Sebelum itu, aku harus mengganti popok Midori.

Tunggu sebentar ya, Kotarō.

うん。

Un.

鹿島 竜一


Iya.


あっしまった。


新しいおしりふき出さないと。

はっ、 みどりちゃん!まだ おしり拭いてないから!

Kashima           Asshimatta.

Ryūichi             Atarashii oshiri fuki dasanaito.

Haa, Midori chan! Mada oshiri fuitenaikara!

Ah, gawat. Aku harus membeli tisu basah baru.

Ah, Midori! Aku belum mengelap pantatmu!

(Gakuen Babysitters, Episode 5 00:22 – 00:40)

Hal tersebut diperkuat dengan scene diatas, dimana Ryūichi terlihat dengan lihainya menggantikan popok Midori yang masih bayi. Tanpa rasa jijik dan senyuman yang terus terpatri di bibirnya, ia dengan telaten dan sabar mengganti serta memakaikan popok baru untuk Midori. Tentu tidak semua orang dapat dengan sabar dan telaten mengerjakannya. Hal ini terbukti dengan reaksi teman Ryūichi saat ia masuk ke dalam hoiku ru-mu bertepatan dengan Ryūichi yang baru selesai mengganti popok Midori. Ia langsung terkejut dan dengan ekspresi jijiknya menanyakan mengapa Ryūichi membawa-bawa popok kotor di tangannya.

  • 4.2.3    Pengeluaran Orang Tua Lebih Hemat

    Data 5

    Gambar 8

    Penjelasan dari Saikawa

    働く女性教職員のために、この施設を作ったものの、予算 が追い付かず人手不足 でした。

    ならば学園の生徒に手伝いをしてもらおうとベビーシッタ ー部なるものを立ち上げようとなさっていたのが理事長の ご子息夫婦 なのです。

    Hatarakujosei kyōshokuin no tame ni, kono shisetsu o tsukutta mono no, yosan ga oitsukazu hitodebusokudeshita.

    Naraba gakuen no seito ni tetsudai o shite moraou to bebīshittā-bu naru mono o tachi ageyou to nasatte ita no ga riji-chō no go shisoku fūfuna nodesu.

    Desuga,


犀川恵吾

Saikawa Keigo

Fasilitas ini sebenarnya dibangun untuk membantu para guru dan staf perempuan yang bekerja di sekolah ini.

Meskipun begitu, karena keterbatasan anggaran, akhirnya fasilitas ini pun kekurangan tenaga kerja.

Kemudian, putra kepala sekolah dan istrinya mencoba mendirikan klub babysitter untuk mendapatkan bantuan dari siswa sekolah ini.

(Gakuen Babysitters, Episode 1 05:27 – 06:05)

Dalam scene ini, dijelaskan bahwa Fasilitas Pengasuhan Anak atau hoikushisetsu ini memang sengaja dibuat oleh kepala sekolah untuk membantu para pekerja maupun siswa di SMA Morinomiya. Meski pada kenyataannya hoikushisetsu ini memiliki keterbatasan dana dan terbilang kekurangan staff, keberadaannya tetap penting untuk kesejahteraan para pekerja dan siswa disana. Alasan utamanya karena mereka tidak perlu lagi memikirkan biaya pendaftaran atau pun biaya tambahan lainnya, sebab hoikushisetsu ini sudah termasuk dalam fasilitas sekolah.

  • 4.2.4    Ikatan Antara Anak dengan Saudara atau Orang Tua Lebih Terjaga

Data 6

Gambar 9

Anak-anak yang ketakutan

次はいよいよ虎のコーナーだぞ。

Tsugi wa iyoiyo tora no kōnā da zo.

Selanjutnya, tibalah saatnya untuk ke tempat harimau.

ガオー

Gao-

Roarr-

わあわあ

Waawaa

Waa waa

えっ?あれに動じないか?

Ets? Are ni doujanai ka?

Eh? Itu tidak membuatnya bergerak?

(竦む)


鹿島 竜一

Kashima Ryūichi

Harimau

子どもたち Anak-anak

兎田 義仁

Usaida Yoshihito

鹿島 虎太郎

Kashima Kotarō

鹿島 竜一

Kashima Ryūichi


(Sukumu)

(gemetar ketakutan) 野生の動物だったら、一番 最初 に食べられちゃうな。 こ

いつ は 。

Yasei no doubutsu dattara, ichiban saisho ni tabe rare chau na. Koitsu wa. Yoshi yoshi. Daijoubu dakara naa.

Jika itu adalah hewan liar, maka ia akan menjadi yang pertama dimakan.

(Gakuen Babysitters, Episode 2 16:20 – 16:40)

Karena hoikushisetshu di anime ini berada di dalam naungan yang sama dengan sekolah, maka orang tua ataupun siswa tidak perlu khawatir kekurangan momen kebersamaan dengan anak atau adik mereka. Dalam adegan ini, diperlihatkan kalau para pengasuh mengajak orangtua, siswa serta anak-anak pengguna jasa hoikushisetsu Morinomiya untuk menghabiskan akhir pekan bersama di Kebun Binatang. Pada gambar di atas nampak para orang tua sedang meladeni anak mereka yang tengah ketakutan sehabis melihat harimau. Meski awalnya agenda ini dibuat karena Taka meledek Kotarō, para orang tua, siswa, pengasuh dan anak-anak terlihat bersenang-senang bersama.

Adegan ini juga secara tidak langsung memperlihatkan kalau sekolah Morinomiya memberi kebebasan untuk klub pengasuhan anak ini membuat agenda agar orang tua, siswa dan anak pengguna jasa fasilitas tersebut dapat menghabiskan waktu bersama di hari libur atau waktu senggang.

Data 7

Gambar 10

Kousuke menggendong Takuma

ちゃんと捕まってるんだよ、拓馬。

Chanto tsukamatteru nda yo, Takuma.

Pegangan yang erat ya, Takuma. 拓馬。。拓馬を返して~!

Takuma.. Takuma o kaeshite ~!


狸塚 恒介

Mamizuka Kōsuke

狸塚 数馬

Mamizuka Kazuma

Takumaa… Kembalikan Takuma~!

(Gakuen Babysitters, Episode 3 18:41 – 18:48)

Selain adanya agenda Family Trip seperti data sebelumnya, orang tua serta kakak juga dapat dengan bebas mengunjungi anak atau saudara mereka di hoikushisetshu ini pada hari libur atau waktu senggangnya. Seperti yang nampak pada data di atas, Kousuke alias ayah dari Takuma dan Kazuma terlihat tengah bermain bersama anaknya. Ryūichi dengan semangat membantu Kousuke untuk bonding dengan anaknya, apalagi setelah mengetahui kalau dalam 6 bulan terakhir ini, sang ayah cukup sibuk sehingga kurang bisa menghabiskan waktu dengan mereka.

Selama menemani sang anak, Kousuke tampak antusias melakukan kegiatan serta permainan yang biasa seorang ayah lakukan saat bermain dengan anaknya. Contohnya, seperti menggendongnya di punggung, kuda-kudaan dan lain sebagainya. Meski Kazuma terus menangis karena mengira Takuma akan direbut, Ryūichi dan Usaida tetap dengan aktif membantu bonding ayah dan anak yang jarang sekali memiliki waktu bersama itu.

Data 8

Gambar 11

Umi dan Kousuke


狸塚うみ

Mamizuka Umi

兎田 義仁

Usaida Yoshihito

狸塚うみ


ごめんね、恒介くん。事情はだいたい兎田くんから聞いた から。

Gomen ne, Kousuke kun. Jijou wa daitai Usaida kun kara kiita kara.

Maaf ya, Kousuke. Aku sudah mendengar sebagian besar dari kejadian ini berkat Usaida.

どうも、どうも。

Doumo, doumo.

Sama-sama.

数馬が恭介君のことを怖がっての、多分私のせいなのよ。 恭介くん忙しくて、拓馬達と殆ど顔合わせてなかったか ら、いつも三人で恭介くんのDVD見てたんだけど。

最近、見せたの恭介くんが誘拐犯のやつだったから。

Mamizuka Umi         Takuma ga Kousuke kun no koto o kowagatte no, tabun

watashi no sei nano yo.

Kousuke kun isogashikute, Takuma tachi to hotondo kao awase tenakattakara, itsumo san nin de Kousuke kun no DVD mitetandakedo. Saikin, miseta no Kousukekun ga yūkai-han no yatsu dattakara.

Kazuma takut pada Kousuke, mungkin karena aku.

Kousuke sangat sibuk, sehingga jarang bertemu dengan

Takuma dan Kazuma. Padahal saat kami sedang bertiga, kamis selalu menonton DVD tentang Kousuke. Akan tetapi, baru-baru ini, aku menunjukkan kepada mereka film di mana Kosuke menjadi penculik.

(Gakuen Babysitters, Episode 3 21:05 – 21:54)

Pada adegan di atas, Usaida terlihat membantu Kousuke yang ingin pulang karena salah paham mengira Kazuma tidak mengenalinya lagi. Ia menceritakan kejadiannya pada Yukari agar istri Kousuke itu dapat membujuk serta menjelaskan alasan Kazuma terlihat takut pada ayahnya sendiri. Rupanya, Kazuma seperti itu karena Yukari yang mengajak si kembar menonton filmnya, dimana dalam film tersebut sang ayah berperan menjadi penculik. Kazuma tidak membenci, juga bukan tidak mengenali ayahnya sendiri. Ia hanya terus teringat dengan adegan ayahnya di dalam film tersebut. Hal ini membuktikan kalau Kazuma mengenali Kousuke di dalam film itu sebagai ayahnya.

Disini peneliti juga menilai kalau Usaida cukup dapat diandalkan untuk menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi antara si kembar dan ayahnya, walau hal yang dilakukannya tampak remeh, yaitu dengan menjelaskan situasi Kousuke pada Yukari. Data 9

猿渡 ゆかり

Sawatari Yukari


私達から水着プレゼントするから、ね!


Gambar 12

Para guru mengajak Inomata membeli baju renang

いつも子供 達に美味しい おやつ作ってきてくれるお礼

Itsumo kodomotachi ini oishii oyatsu tsukutte kite kureru orei ni, watashitachi kara mizugi purezento suru kara, ne!

Sebagai ucapan terima kasih karena selalu membuatkan makanan ringan yang enak untuk anak-anak, kami membelikanmu pakaian renang sebagai hadiah, ya!

猪又 まりあ

Inomata Maria

: いいえ、ちょっ。 。 先生。。

Iie, chotto.. Sensei..

Tidak, tidak. Tunggu dulu, sensei…

狼谷しずか

: いいから、いいから。

兎田君、戻るまでチビたちのこと、よろしく。

Kamitani Shizuka

Iikara, iikara.

Usaida kun, modoru made chibi tachi no koto, yoroshiku.

Tidak apa-apa, tidak apa-apa.

Usaida, tolong jaga yang para anak kecil sampai kami kembali ya.

狸塚うみ

Mamizuka Umi

: ね、いのちゃんには、どんな水着が似合うかしらね。

Ne, Ino chan ni wa, donna mizugi ga ni au kashirane.

Wah, aku ingin tahu baju renang seperti apa yang cocok untuk Ino.

(Gakuen Babysitters, Episode 9 1:17-2:12)

Kebersamaan antara pengasuh, anak dan orang tua juga terlihat pada scene berikut, dimana mereka kembali melakukan Family Trip dan kali ini pilihan mereka adalah pantai. Mereka pun bersenang-senang, bahkan mereka juga mengajak Inomata yang mulai akrab dengan anak-anak di hoikushisetshu untuk berlibur bersama. Disana, para ibu yang melihat Inomata hendak berenang menggunakan baju renang sekolah pun berinisiatif mentraktirnya sebagai tanda terimakasih karena sudah membantu mengasuh anak-anak mereka di klub pengasuhan anak.

  • 4.2.5    Pergaulan Anak Lebih Terpantau

Data 10

Gambar 13

Para Orangtua menjemput anaknya

鹿島 竜一

あの、はじめまして。今日から、ベビーシッター部に入っ た、鹿島竜一です。

Kashima Ryūichi

Ano, hajimemashite. Kyou kara, bebi- sitta- bu ni haitta,Kashima Ryūichi desu.

Anu, perkenalkan. Saya Kashima Ryūichi yang baru bergabung dengan babysitters club hari ini.

狸塚うみ

Mamizuka Umi

あ、そうだったの 。

:  A, soudattano.

Ah, begitu ya.

猿渡 ゆかり

Sawatori Yukari

理事長先生から話を聞いてるわ。

:  Riji-chō sensei kara hanashi o kii teru wa.

Saya sudah mendengarnya dari kepala sekolah.

熊塚 弥生

Kumatsuka Yayoi

奇凛の母で、熊塚 弥生と言います。

:  Kirin no haha de, Kumatsuka Yayoi to iimasu.

Nama saya Kumatsuka Yayoi, saya adalah ibu dari Kirin.

猿渡 ゆかり

Sawatori Yukari

狸塚の母で、猿渡ゆかりです。

:  Midori no haha de, Sawatori Yukari desu.

Saya Sawatari Yukari, ibu dari Midori.

狸塚うみ

Mamizuka Umi

拓馬と数馬の母で、狸塚うみです。

:  Takuma to Kazuma no haha de, Mamizuka Umi desu.

Saya adalah ibu dari Takuma dan Kazuma, Mamizuka Umi.

鹿島 竜一

Kashima Ryūichi

よろしくお願いします。

:  Yoroshiku onegasishimasu.

Senang berkenalan dengan anda.

(Gakuen Babysitters, Episode 1 13:08 – 13:25)

Pada scene ini,

orang tua dari anak-anak yang diasuh di hoiku ru-mu tengah

memperkenalkan diri mereka masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh anak yang berada di fasilitas ini merupakan anak atau adik dari para pekerja atau pun siswa SMA Morinomiya. Dengan begitu, peneliti rasa pergaulan anak-anak disana dapat lebih terjamin dan terpercaya karena mereka adalah anak atau adik dari rekan kerja serta teman sekolah sendiri. Terlebih lagi, tidak memungkinkan untuk orang asing mendaftar di fasilitas ini, sebab hoikushisetshu Morinomiya dinaungi secara langsung oleh SMA

Morinomiya.

Data 11

Gambar 14

Jalan-jalan keliling sekolah

兎田 義仁

竜ちゃん。

Usaida Yoshihito

:  Ryū-chan.

Ryu!

狼谷 鷹

竜だ!

Kamitani Taka

:  Ryūda!

Wah, Ryu!

狸塚 拓馬

Mamizuka Takuma

:  Ryū ~

Ryu~

鹿島 竜一

兎田さん虎太郎たちも、なんで?

Kashima Ryūichi

Usaida-san kotarō-tachi mo,nande?

Usaida.

Kourataro dan yang lainnya juga, kenapa ada disini?

兎田 義仁

あ。散歩 。

Usaida Yoshihito

A. Sanpo.

Oh, jalan-jalan.

狼谷 鷹

: 早く 出せ。

Kamitani Taka

Hayaku dase.

Cepat keluarkan!

狸塚 拓馬

: 出っし~

Mamizuka Takuma

Dasshi ~

Keluarkan~

熊塚 奇凛

: 出してくだちゃい。出してください

Kumatsuka Kirin

Dashite kudachai. (Dashite kudasai) Tolong keluarkan (kami).

兎田 義仁

: はい。はい。

Usaida Yoshihito

Hai. Hai.

Baik, baik.

(Gakuen Babysitters, Episode 3 12:11 – 12:38)

Selain bermain di dalam ruangan, staff pengasuhan anak hoiku ru-mu juga sering mengajak anak-anak main diluar. Terlihat pada data yang peneliti lampirkan di atas, Usaida tengah mengajak anak-anak untuk berkegiatan di luar ruangan. Peneliti berpendapat bahwa kegiatan tersebut perlu dilakukan agar anak lebih familiar dengan lingkungan tempat kerja orang tua mereka. Akan membosankan juga bagi mereka jika hanya bermain di dalam ruangan pengasuhan. Disisi lain, anak-anak juga secara tidak langsung diberi pembelajaran untuk berinteraksi dengan orang asing, seperti contohnya teman-teman Ryūichi dan Hayato yang sedang berkumpul di lapangan sekolah, bersiap-siap mengikuti pelajaran olahraga.

  • 4.3    Tantangan Tempat Pengasuhan Anak Tidak Resmi

Ninkagai hoikusho atau Tempat Pengasuhan Anak Tidak Resmi yang tentu saja tidak berada langsung dalam pengawasan formal pemerintah, ada berbagai tantangan dan kekurangan dari hoikushisetsu ala anime ini, antara lain:

  • 4.3.1    Kontraproduktif

Data 12

Gambar 15

Pendapat Inomata

何か事情がある にせよ、ここにいるのは、子どもと遊んで いられる生徒ばかりではありませんから。

Nanika jijou ga aru ni seyo, koko ni iru no wa, kodomo to

asonde ireru seito bakaridewa arimasenkara.

Karena, bagaimanapun keadaannya, tidak semua siswa di sini bisa/ingin bermain dengan anak-anak.

(Gakuen Babysitters, Episode 2 5:50 – 6:13)


猪又 まりあ

Inomata Maria

Meski lokasinya yang dekat dapat sangat membantu orang tua atau kakak dalam menjangkau anak serta adiknya, hal itu juga secara tidak langsung dapat mengganggu kinerja orang tua dan lingkungan di sekitarnya. Alasan utamanya seperti yang Inomata sampaikan pada scene ini. Ia merasa kalau tidak semua orang, terutama murid sekolah tersebut yang merasa nyaman dengan adanya anak-anak yang secara ”bebas” berkeliaran di area sekolah.

Inomata sendiri berpendapat demikian karena anak-anak dari klub babysitter yang diam-diam mengikuti Ryūichi ke area sekolah. Hal ini terjadi karena Usaida yang sering tertidur saat menjaga mereka. Jika hal seperti ini terus terulang, tentu saja dapat mengganggu kinerja staff sekolah dan murid yang sedang belajar. Terlebih lagi, orang tua maupun siswa waktunya dapat terbuang sia-sia, sebab harus mengajak serta membujuk anak atau adiknya terlebih dahulu agar mau kembali ke hoikushisetsu.

Data 13

Gambar 16

Ryūichi mengira teman-temannya kesal karena berisik

学生

オイ、鹿島!

Siswa

:  Oi, Kashima!.

Hoi, Kashima!

鹿島 竜一

ごめん、うるさかったよな。兎田さん、そろそろ授業始 まるし、迷惑になっちゃうんで、虎太郎たちを。。

Kashima Ryūichi

Gomen, urusakatta yona. Usaida-san, sorosoro jugyou

:  hajimarushi, meiwaku ni natchaunde, kotarō-tachi o..

Maaf, berisik sekali, ya? Usaida, kelasku akan segera dimulai. Aku takut aku tidak ingin terjadi masalah, jadi tolong Kotarō dan yang lainnya-

学生1

何言ってんだよ。

Siswa 1

:  Nani itte nda yo.

Apa yang kamu katakan?

学生2

俺たちクラスメートだろ。

Siswa 2

:  Oretachi kurasumētodaro.

Kita kan teman sekelas?

学生3

迷惑なんて思うわけ ねーよ。

Siswa 3

Meiwaku nante omou wake ne- yo.

Aku tidak berpikir mereka gangguan kok.

鹿島 竜一

:  えっ。

Kashima Ryūichi

Et?

Eh?

学生たち

: だから、その天然懐炉俺 たちにも一人よこせ。だから、

その天然懐炉俺 たちにも一人よこせ。

Siswa-siswa

Dakara, sono tennen kairo ore-tachi ni mo hitori yokose. Jadi, berikan kami satu penghangat alami itu.

鹿島 竜一

: みんな。。

Kashima Ryūichi

Minna..

Semuanyaa…

学生たち

: 逃げない、お懐炉

Siswa-siswa

Nigenai, o kairo

Jangan kabur, wahai penghangat!

(Gakuen Babysitters, Episode 3 13:34-13:55)

Contoh lainnya dapat diliat dalam adegan di atas ini. Karena Usaida yang membawa anak-anak ke lapangan sekolah, ditambah para siswa yang sangat kedinginan, mereka pun berebut ingin memeluk anak-anak itu agar dapat merasa hangat. Tentu saja hal ini membuat Kotarō dan yang lainnya lari berhamburan menghindari kejaran para siswa tersebut. Selain membuat kondisi kelas tidak kondusif menjelang pelajaran, anak-anak pun dapat terluka atau terjatuh karena menjadi bahan rebutan serta terburu-buru berlari untuk menghindar.

  • 4.3.2    Kesulitan untuk Menegur

Data 14

Gambar 17

Taka meledek Kotarō


狼谷 鷹

Kamitani Taka


鹿島 竜一

Kashima Ryūichi

狼谷 鷹

Kamitani Taka


狼谷 隼

Kamitani Hayato

狼谷 鷹

Kamitani Taka


虎太郎!お前、そんな服着ておいて、本物の虎 見たことな いのかよ、ダッセー!

Kotarō ! Omae, sonna fuku kite oite, hon mono no tora mitakotonai no kayo, dassee!

Kotarō !

Kamu memakai pakaian seperti itu, tapi belum pernah melihat harimau sungguhan, kan? Payah!

そっか。そんな事が。

Sokka. Sonna koto ga.

Aku mengerti, jadi itu permasalahannya.

なんだよ。本当のこと言っただけだよ。 俺は悪くないも。

Nanda yo. Hontou no koto itta dakeda yo. Ore wa warukunai mo.

Kenapa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak salah!

ボカッの音

Bokats no oto

Suara jitakan

悪いだろう。

Waruidarou.

Tentu saja salah.

わあわあ!(泣き)

Waawaa! (Naki)

狼谷 隼

Kamitani Hayato

鹿島 竜一

Kashima Ryūichi


鹿島 虎太郎

Kashima Kotarō


Huwaaa! (Menangis)

ほら謝れ。

Hora ayamare.

Sana, minta maaf.

もういいよな。 別に怒ってないよな、虎太郎。

Mou ii yo na. Betsuni okottenai yona, Kotarō.

Sudah, cukup.

Kamu tidak marahkan, Kotarō?

うん。

Un.

Iya.

(Gakuen Babysitters, Episode 2 11:19 – 11:34)

Walaupun pergaulan yang terjamin menjadi keuntungan yang cukup baik, peneliti mendapati kesulitan dari tokoh utama untuk menegur anak-anak yang nakal. Selain karena sifatnya yang lembut dan mudah sungkan, anak-anak tersebut adalah anak dari guru yang mengajarnya di sekolah. Seperti yang terlihat pada data diatas, dimana Ryūichi lebih memilih untuk membujuk Kotarō, ketimbang menegur Taka yang sudah meledek adiknya. Untung saja ada Hayato yang dengan sigap memarahi Taka meski di akhiri

dengan tangisan.

Data 15

Gambar 18

Kirin dan Taka bertengkar


狼谷 鷹

Kamitani Taka


魔女なんか嘘かなんだぞなれるわけねーもん、へロは本物 なん だからな。

( 魔女なんか嘘かなんだぞ!

なれるわけないも、ヒーローは本物なんだからな。)

Majo nanka uso ka nanda zo!

Nareru wake ne- mon, hero wa honmono nandakara na.

(Majo nanka uso ka nanda zo!

Nareru wake nai mo, hīrō wa honmono nandakara na. )

Penyihir itu bohongan!

Kamu juga tidak akan bisa menjadi penyihir. Tetapi, kalau pahlawan itu benar-benar nyata.

ヒーローのが、うそです。

熊塚 奇凛

ママがお芝居だって教えてくれた、魔女さんはちゃんとい ます。

Kumatsuka Kirin

:  Hīrō no ga, usodesu. Mama ga o shibai datte oshiete kureta,

majo-san wa chanto imasu.

Pahlawanlah yang bohongan!

Mama bilang itu cuma sandiwara. Kalau penyihir itu pasti ada.

狼谷 隼

Kamitani Hayato

そうか。どんなもの両方へ。。。

:  Souka. Donna mo no ryouhou e...

Begitu ya. Menurutku keduanyaa… 狼谷、シーッ。

鹿島 竜一

両方きっといるよ。 おれはいると思いな。

だから、二人ともけんかをやめっ~

Kashima Ryūichi

Kamitani, shi~ts.

:  Ryouhou kitto iru yo. Ore wa iru to omoi na.

Dakara, futari tomo kenka o yamets~

Kamitani, sstt.

A-aku yakin keduanya ada. Aku berpikir keduanya nyata.

Jadi kalian berdua, berhentilah berteng…

(Gakuen Babysitters, Episode 5 14:58 – 15:28)

Pendapat peneliti di dukung dengan terulangnya kenakalan Taka yang cukup keras kepala dan sering membuat temannya kesal. Disini, Taka bertengkar dengan Kirin perihal mana yang nyata antara penyihir dan pahlawan. Lagi-lagi, Ryūichi kesulitan untuk bersikap tegas dalam menengahi pertengkaran antara dua anak asuhnya itu. Ia tidak menegur Taka atau pun Kirin, namun malah membenarkan adanya penyihir dan pahlawan di dunia nyata. Hal ini dapat membuat anak menjadi semakin keras kepala karena merasa dirinya selalu benar. Padahal, Kotarō ikut menjadi korban dalam pertengkaran ini karena mencoba membantu kakaknya untuk melerai dua temannya itu. Ryūichi pun pada akhirnya bingung karena keduanya sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah.

  • 4.3.3    Pengasuh yang Lalai

Data 16

Gambar 19

Usaida yang tertidur saat bekerja

鹿島 竜一

Kashima Ryūichi


狼谷 隼 Kamitani Hayato

兎田 義仁

Usaida Yoshihito

狼谷 隼

Kamitani Hayato

兎田 義仁

Usaida Yoshihito


みんな、保育ルームに着いたから、安心して。

Minna, hoiku ruumu ni tsuita kara, anshin shite

Semuanya, kita sudah sampai di ruang pengasuhan anak, jangan khawatir.

いつまで寝てん だよ?

Itsu made nete nda yo?

Mau tidur sampai kapan?

痛って!

Ita tte!

Aduh, sakit!

さあ、早い起きろ!

Saa, hayai okiro!

Nah, cepat bangun!

いきなり何するんだ?

Ikinari nani suru nda?

Apa yang kamu lakukan tiba-tiba begitu?

(Gakuen Babysitters, Episode 2 6:14 – 6:25)

Dalam scene ini, Usaida yang bekerja sebagai pengasuh di hoikushisetsu Morinomiya terlihat tertidur di dalam hoiku ru-mu sembari memeluk Midori. Ia telah lalai hingga sama sekali tidak tahu kalau anak-anak yang diasuhnya beramai-ramai keluar dari ruangan dan mengikuti Ryūichi yang hendak ke kelasnya. Untungnya, mereka semua dapat kembali dengan selamat sebab Ryūichi dan Hayato yang dengan sigap mengantar anak-anak itu kembali.

Hal ini membuat keberadaan Usaida seringkali malah membuat Ryūichi dan teman-temannya kesulitan karena harus mengurus anak-anak tersebut di jam belajar mereka. Ini sangat disayangkan, padahal seharusnya ia menjadi pengasuh kepercayaan di sekolah tersebut. Meski ia sering memberi nasehat dan masukan untuk Ryūichi, tertidur pada jam kerja adalah hal yang tidak dapat dibiarkan, terlebih saat bekerja mengasuh anak kecil.

Data 17

Gambar 20

Shizuka menyindir Usaida

昔から、特進クラスには、息抜きがへたな子が多いのよ ね。 たまに、うますぎるのもいるけど。


狼谷しずか

Shizuka Kamitani

Mukashi kara tokushin kurasu ni wa, ikinuki ga heta na ko ga ooi no yo ne. Tamani, uma sugiru no mo iru kedo.

Dari dulu, ada banyak anak kelas khusus yang tidak pandai bersantai. Namun, terkadang, ada juga yang terlalu baik dalam melakukannya.

兎田 義仁

Usaida Yoshihito

ああ~

:  Aa~

Aaa~

(Gakuen Babysitters, Episode 02 10:07 - 10:16)

Hal tersebut didukung dengan adegan ini, dimana Shizuka yang tengah berada di Ruang UKS bersama staff perawat dan Usaida yang sengaja ia panggil kesana. Disana, ia menyampaikan pendapat bahwa banyak anak dari kelas unggulan yang kurang tahu bagaimana cara menikmati waktu senggang mereka dikarenakan kesibukan mereka untuk belajar. Shizuka juga nampaknya menyindir Usaida dengan berkata kalau ada juga siswa yang terlalu pintar untuk menikmati waktu senggangnya.

Hal ini peneliti kutip dari kalimat, 「たまに、うますぎるのもいるけど。」yang

berarti, “Namun, terkadang, ada juga yang terlalu baik dalam melakukannya.”. Kata “Melakukannya” yang dikatakan oleh Shizuka merujuk pada “kepandaian dalam bagaimana cara menikmati waktu senggang”. Peneliti menganggap itu sebagai sebuah sindiran, karena Usaida seringkali tertidur dalam melakukan tugasnya.

  • 4.3.4    Keterbatasan Dana

    Data 18

    犀川恵吾


    Gambar 21

    Penjelasan Saikawa (2)

    働く女性教職員のために、この施設を作ったものの、予算 が追い付かず人手不足 でした。

    ならば学園の生徒に手伝いをしてもらおうとベビーシッタ ー部なるものを立ち上げようとなさっていたのが理事長の ご子息夫婦 なのです。

    ですが、


    Saikawa Keigo

    Hatarakujosei kyōshokuin no tame ni, kono shisetsu o tsukutta mono no, yosan ga oitsukazu hitodebusokudeshita.

    Naraba gakuen no seito ni tetsudai o shite moraou to bebīshittā-bu naru mono o tachi ageyou to nasatte ita no ga riji-chō no go shisoku fūfuna nodesu.

    Desuga,

    Fasilitas ini sebenarnya dibangun untuk membantu para guru dan staf perempuan yang bekerja di sekolah ini.

    Meskipun begitu, karena keterbatasan anggaran, akhirnya fasilitas ini pun kekurangan tenaga kerja.

    Kemudian, putra kepala sekolah dan istrinya mencoba mendirikan klub babysitter untuk mendapatkan bantuan dari siswa sekolah ini.

    Namun,

    学生

    Gakusei

    誰が入るのそんな部?

    :  Dare ga hairu no sonna bu?

    Siapa yang akan bergabung dengan klub seperti itu?

    学生

    Gakusei

    子供の面倒 みる部活 ?

    :  Kodomo no mendou miru bukatsu?

    Kegiatan klub untuk menjaga anak-anak?

    犀川恵吾

    残念ながら、生徒 が集まらず。

    実現には、至らなかったのですが。

    Saikawa Keigo

    Zannen nagara, seito ga atsumarazu.

    Jitsu ni wa, itaranakattanodesuga.

    Sayangnya, klub ini gagal direalisasikan, karena kurangnya jumlah siswa yang terkumpul.

    (Gakuen Babysitters, Episode 1 5:27 – 6:05)

Dalam adegan berikut, Saikawa selaku pelayan pribadi sekaligus sekretaris kepala sekolah SMA Morinoyama menjelaskan alasan adanya hoikushisetsu di sekolah tersebut. Awalnya, fasilitas ini memang sengaja dibuat oleh kepala sekolah untuk membantu para pekerja dan siswa di SMA Morinomiya untuk mengasuh anak dan saudaranya tanpa dipungut biaya tambahan. Namun, karena adanya keterbatasan dana yang mengakibatkan kurangnya pekerja di fasilitas tersebut, kepala sekolah pun memakai ide dari anak dan menantunya untuk mengubah hoikushisetsu itu menjadi sebuah klub yang diharapkan dapat menarik minat para murid untuk membantu mengasuh anak-anak yang dititipkan disana.

Karena kurangnya minat dari siswa sekolah itu sendiri, klub ini akhirnya gagal terbentuk, sampai akhirnya Ryūichi datang dan diberi tanggung jawab oleh kepala sekolah untuk menjadi anggota serta staff tambahan klub tersebut. Untungnya, setelah kedatangan Ryūichi, perlahan-lahan para siswa disana mulai menaruh perhatian mereka pada klub ini. Lebih baiknya lagi, beberapa siswa pun mulai ikut andil dalam mengasuh anak-anak di klub tersebut meski tidak mendaftar menjadi anggota tetap.

  • 5.    Simpulan

Pada anime Gakuen Babysitters, kita dapat melihat bagaimana kehidupan sehari-hari para murid, staff pengajar, siswa dan pengasuh di klub babysitter Morinomiya Akademi. Dalam anime ini, para guru yang menitipkan anaknya di hoikushisetsu Morinomiya adalah guru perempuan. Hal ini sejalan dengan tujuan dibentuknya fasilitas itu sendiri di sekolah tersebut yang mendukung kenyamanan perempuan bekerja agar tidak terganggu oleh urusan privat. Keberadaan hoikushisetsu Morinomiya juga merupakan salah satu upaya untuk merealisasikan kebijakan Work-Life Balance (WLB) yang selama ini sangat sulit dilakukan dalam dunia kerja di Jepang. Upaya WLB ini diwujudkan untuk memperingan beban para pekerja, terutama perempuan yang memiliki dua kewajiban sekaligus, yaitu sebagai pekerja dan sebagai ibu. Menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan rumah tangga bukanlah hal yang mudah bagi seorang ibu yang juga bekerja untuk menghidupi keluarganya. Jika dikaitkan ke dalam konsep WLB yang diterapkan di Jepang, karir wanita yang awalnya mulus, sering terhambat setelah mereka menikah dan memiliki anak. Tidak hanya untuk ibu pekerja, hoikushisetsu dalam anime ini juga menjadi jawaban atas tokoh utama yatim piatu yang harus mengasuh adiknya sembari tetap bersekolah. Dapat dibayangkan bila hoikushisetsu ini tidak ada, tokoh utama tidak akan bisa meneruskan ke jenjang SMA.

Dalam beberapa adegan, anak-anak nampak dekat dengan para pengasuh, seperti contohnya, si kecil Midori dalam beberapa gambar yang peneliti cantumkan terlihat nyaman berada di pelukan pengasuh Usaida. Ryūichi, tokoh utama yang menjadi sukarelawan juga terlihat dengan cepat dekat dengan anak-anak tersebut, sampai-sampai anak-anak menempel pada Ryūichi dan mengikutinya ke area sekolah. Mereka berdua tampak dapat diandalkan sebagai pengasuh dengan kelebihan dan kekurangannua masing-masing. Akan tetapi, kedekatan antara pengasuh dan anak-anak tersebut tidak mengurangi kedekatan mereka dengan orang tua mereka sendiri. Hal ini karena, adanya agenda seperti Family Trip yang memberi kesempatan antara orang tua dan anak, atau pun siswa dan adiknya untuk menghabiskan waktu bersama di hari libur.

Adapun faktor utama dari terjaganya ikatan antara orang tua ataupun siswa dengan anak-anak yang diasuh di Hoikushisetsu Morinomiya adalah karena jaraknya yang dekat dan cukup mudah untuk diakses. Fleksibelnya waktu kunjungan membuat orang tua serta kerabat dapat mengunjungi anak atau saudara mereka di waktu senggang. Misalnya untuk

makan siang bersama atau sekedar menjenguknya. Orang tua serta kerabat yang tidak bekerja atau bersekolah di SMA Morinomiya pun juga dapat mengunjungi mereka. Seperti Kousuke yang mengunjungi si kembar di hari liburnya.

Meski demikian, terdapat beberapa tantangan dan kekurangan pada hoikushisetsu di Morinomiya Akademi. Sebagai ninkagai hoikusho atau Tempat Pengasuhan Anak Tidak Resmi di Jepang, hoikushisetsu di Morinomiya Akademi mengalami kekurangan dana yang membuat kurangnya staff serta peralatan untuk melengkapi fasilitas tersebut. Dalam satu scene, terlihat Usaida yang menggunakan troli pengangkut bola basket sebagai kereta untuk mengangkut anak-anak ke lapangan sekolah. Ruang pengasuhan pun tampak minim fasilitas di beberapa scene dan terlihat hanya dilengkapi dengan alat gambar, alat tulis serta buku cerita khusus anak-anak. Taka juga sering terlihat membawa mainan serta buku sendiri dari rumahnya.

Selain itu, walau jarak yang dekat sangat membantu efisiensi orang tua dan siswa untuk mengakses hoikushisetsu, hal tersebut juga membuat anak-anak dengan mudahnya berkeliaran di area sekolah. Ini menjadi kontraproduktif, kinerja orang tua serta siswa cukup terganggu karena tidak semua orang cocok atau menyukai anak kecil. Terlebih lagi, anak-anak tersebut seringkali membuat Ryūichi dan Hayato harus bolak-balik mengantar mereka kembali ke hoiku ru-mu karena bandel mengikuti mereka ke area sekolah. Tantangan lainnya adalah karena klub pengasuhan anak ini dibangun atas dasar sistem sukarelawan, tidak ada standar ketat untuk rekrutmen pengasuh sehingga ada pengasuh yang lalai dalam menjalankan tugasnya.

Meskipun terdapat beberapa kekurangan dan tantangan dalam pengelolaan klub pengasuhan anak di Morinomiya Akademi, hoikushisetsu dalam anime Gakuen Babysitter ini menggambarkan representasi ninkagai hoikusho atau Tempat Pengasuhan Anak tidak resmi di Jepang yang di satu sisi cukup berhasil membantu para orang tua dan murid untuk menyeimbangkan waktu antara kehidupan profesional (sebagai pekerja atau pelajar) dan kehidupan pribadi mereka. Anime ini menggambarkan bahwa Tempat Pengasuhan Anak adalah kunci utama Work Life Balance (WLB) sehingga harus diwujudkan dalam berbagai bentuk kreativitas untuk membantu para perempuan bekerja di tengah panjangnya antrean Tempat Pengasuhan Anak yang resmi dikelola oleh pemerintah Jepang.

  • 6.    Daftar Pustaka

Delecta, P. (2011). Work Life Balance. International Journal of Current Research. 10(9).

Dhas, B. (2015). A Report On The Importance Of Work-Life Balance. International Journal of Applied Engineering Research.

Fisher, G. G. (2002). Work/personal life balance: A construct development study. Disertasi. Dissertation Abstracts International: Section B. The Sciences and Engineering.

Fisher, G. G., Bulger, C. A., & Smith, C. S. (2009). “Beyond Work and Family: A Measure of Work/Nonwork Interference and Enhancement”. Journal of Occupational Health Psychology, 14(4), 441–456. https://doi.org/10.1037/a0016737

Hall, Stuart. (1997). Representation: Cultural Representation and Signifying Practices. London: Sage Publication.

Hays. Jeffrey. (2013). “Japanese Mother and Housewives: Having Children, Duties, Education and    School    Lunches”.    Diakses    28-06-2023    pukul    18.00    dari

(http://factsanddetails.com/japan/cat18/sub118/item625.html)

Holloway, Susan D. (2010). Women and Family in Comtemporary Japan. Edisi pertama. New York, Amerika: Cambridge University.

Japanese Economy Information Division JETRO. 2005. Child Day Care Industry in Japan. Japan Economic Monthly. Japan.

Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Edisi ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Ketiga puluh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, Budi. (2020). “The Uniqueness of An Early Childhood Education System in Japan”. Jurnal IZUMI. 9 (1). Hlm 75.

Savitri, Ekky G & Elsy, Putri. (2018). “Kendala Work Life Balance Yang Di Hadapi Pada Wanita Karir Dalam Drama “Eigyou Bucho Kira Natsuko” Karya Yumiko Inoue”. Jurnal Japanology.6(2). Hlm 231-242

Schuzl, Frank. 2016. Work- Life Balance In Japan. Diakses 28- 06-2023 pukul 19.15 dari (https://www.japanindustrynews.com/2016/08)

Srimulyani, Nunuk E. (2016). 「第 5 章 インドネシアにおける保育所の誕生」 (The Emergence of Daycare in Indonesia) 『流動化する社会と紐帯』千葉大学大学院人文 社会科学研究科研究プロジェクト報告書 Ryuudokasuru Shakai to Chuutai (Social Bonding in Fluid Societies) Chiba University Graduate School of Humanities and Social Sciences Research Project Reports. https://cir.nii.ac.jp/crid/1050851497138833792

362