Kajian Psikolinguistik dalam Penguasaan Kosa Kata Bahasa Jepang Mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana
on
SAKURA VOL. 5. No. 2, Agustus 2023
DOI: http://doi.org/10.24843/JS.2023.v05.i02.p12
P-ISSN: 2623-1328
E-ISSN: 2623-0151
Kajian Psikolinguistik dalam Penguasaan Kosa Kata Bahasa Jepang Mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana
Ni Putu Candra Lestari1), Silvia Damayanti2), Ni Made Andry Anita Dewi3)
1,2,3)PS Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Denpasar, Bali- Indonesia
Pos-el: candralestari@unud.ac.id
Psycholinguistic Studies in Japanese Vocabulary Mastery in Students of Japanese Literature Study Program, Udayana University
Abstract
Psycholinguistics is related to three things, namely language comprehension, language production, and language acquisition. One of the goals of language acquisition studies is to facilitate the process of language acquisition, including foreign languages, for example Japanese. The dimension of acquiring Japanese is closely related to learning Japanese and mastering it. One of the basic things in mastering Japanese is vocabulary mastery. Vocabulary mastery reflects mastery of reading, writing, listening, and speaking skills. This study describes an evaluation of students' Japanese vocabulary mastery, as well as the potential for mastery associated with the six dimensions of language acquisition by Klein (1986).
The main subjects of this research are all active students of the Japanese study program at Udayana University starting from the 2018 to 2021 class, totaling 258 people. Data were collected by the test method, where students worked on questions about knowledge of Japanese vocabulary which included competency components according to international standards of Japanese language skills, namely on the fulfillment of eight indicators of vocabulary knowledge tested, namely: reading Kanji; write Kanji characters; determine vocabulary according to context; determine synonyms; use words in sentences; determine the correct form of the word; compose sentences; and determine connecting words in a discourse.
Data were analyzed descriptively qualitatively. The research resulted in an evaluation that the level of students' Japanese language proficiency was 54%. It is necessary to hold reading and writing exercises as a follow-up step. Regarding the potential for students' mastery of Japanese, the propensity and access factors are very important to improve.
Keywords: acquisition , vocabulary, international standard of Japanese language skills
Abstrak
Psikolinguistik adalah berkaitan dengan tiga hal yaitu pemahaman bahasa, produksi bahasa, dan pemerolehan bahasa. Salah satu tujuan studi pemerolehan bahasa adalah memfasilitasi proses pemerolehan bahasa, termasuk bahasa asing contohnya bahasa Jepang. Dimensi pemerolehan bahasa Jepang erat kaitannya dengan belajar bahasa Jepang dan penguasaannya. Salah satu hal mendasar dalam penguasaan bahasa Jepang adalah penguasaan kosa kata. Penguasaan kosa kata mencerminkan penguasaan kemampuan membaca, menulis, mendengar, dan berbicara. Penelitian ini memaparkan evaluasi penguasaan kosakata bahasa Jepang mahasiswa, serta potensi penguasaannya dikaitkan dengan enam dimensi pemerolehan bahasa oleh Klein (1986).
Subjek utama penelitian adalah seluruh mahasiswa aktif program studi Sastra Jepang Universitas Udayana mulai dari angkatan 2018 sampai dengan 2021 yang berjumlah 260 orang. Data dikumpulkan dengan metode tes dan wawancara. Mahasiswa mengerjakan soal tentang pengetahuan kosa kata bahasa Jepang yang meliputi komponen kompetensi sesuai standar internasional kemampuan bahasa Jepang yaitu pada pemenuhan delapan indikator pengetahuan kosa kata yang diujikan yaitu: membaca huruf Kanji; menulis huruf Kanji; menentukan kosa kata sesuai konteks; menentukan sinonim; menggunakan kata dalam kalimat; menentukan bentuk kata yang tepat; merangkai kalimat; dan menentukan kata penghubung dalam suatu wacana.
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Penelitian menghasilkan evaluasi bahwa tingkat penguasaan bahasa Jepang mahasiswa adalah 54%. Perlu diadakan latihan membaca dan membuat karangan sebagai langkah tindak lanjut. Terkait potensi penguasaan bahasa Jepang mahasiswa, faktor propensity dan access sangat penting untuk ditingkatkan.
Kata kunci: penguasaan, kosa kata, standar internasional kemampuan bahasa Jepang
Pendekatan kognitif dalam psikolinguistik terkait dengan lapisan bahasa pada ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang sangat berpengaruh dalam struktur jiwa manusia. Perkembangan kognisi ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan kosa kata. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung pada kuantitas dan kualitas kosa kata yang dimilikinya. (Tarigan, 2021:2). Kemampuan di bidang kosa kata merupakan kemampuan yang menopang kemampuan menyusun kalimat, yang selanjutnya mendukung kemampuan menyusun wacana, baik yang disampaikan melalui lisan maupun tulisan. Dengan demikian, penguasaan kosa kata amat berpengaruh pada kemampuan berbahasa seseorang.
Pentingnya keberadaan penguasaan kosakata dijelaskan dalam tulisan Vonsydow (2015) bahwa kurangnya pengetahuan kosa kata sering memiliki dampak yang lebih parah pada kejelasan dan kefasihan bahasa lisan dan tulisan daripada pengetahuan gramatikal yang tidak memadai atau pengucapan yang buruk. Terdapat beberapa ambang batas untuk menjabarkan berapa banyak kosa kata yang harus dipelajari. Nation (2006) dalam Vonysdow (2015) berpendapat bahwa untuk memahami berbagai teks, pembelajar membutuhkan leksikon sekitar 8000-9000 keluarga kata. Angka ini diyakini cukup untuk tingkat pemahaman novel atau koran 98%. Maka dari itu, pengembangan pengetahuan bahasa di bidang kosakata adalah langkah penting dalam upaya pengembangan kemampuan bahawa terutama empat kemampuan dasar bahasa.
Terdapat hipotesis dari ilmuwan yang mencoba memetakan proses kognitif yang terlibat dalam penguasaan kosa kata. Salah satunya adalah Metode Input Krashen (1989) yang menyelidiki besarnya efektivitas belajar melalui banjir input dengan bacaan sebagai fokus studi. Kelebihannya, pembelajar dapat memperoleh kosa kata baru lewat kebutuhan akan studinya. Tetapi kelemahannya adalah pembelajar dapat menyimpulkan makna secara general tetapi kemungkinan pembelajar tidak sepenuhnya menyadari kosa kata yang tidak diketahuinya dan tidak berniat untuk mencari tahu artinya. Dalam proses selanjutnya, banyak metode yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pembelajar untuk dapat kesempatan memahami arti, menemukan kosa kata baru dan pembentukannya dalam komunikasi, dan berlatih memproduksinya sebagai output.
Menurut Laufer, 1991 dalam Vonysdow (2015) berusaha mengartikan kemampuan apa yang dimiliki seseorang jika memahami sebuah kata. Laufer menggambarkan lima kategori. Pertama, bentuk kata itu sendiri, yang mencakup kemampuan mengenali sebuah kata baik secara lisan maupun tulisan sebagaimana kata tersebut dapat dilafalkan dan dieja. Kedua, adalah struktur kata, termasuk morfem secara substitusi ataupun derivasi. Ketiga, kegiatan sintaksis sebuah kata dalam penggunaannya pada kalimat. Keempat, adalah makna, termasuk makna referensial ( idiom, hominim, polisemi, dsb), makna afektif, dan makna pragmatik. Kelima adalah relasi leksikal yang menunjukkan hubungan suatu kata dengan kata lain beserta maknanya seperti halnya kolokasi.
Von Sydow (2015) mengatakan bahwa kosakata reseptif dan produktif adalah dua istilah penting untuk pemahaman yang lebih global dari pembelajaran kosa kata. Kosakata reseptif, dalam istilah luas, menyiratkan pemahaman tentang makna kata yang ditemui dalam ucapan atau tulisan. Kosakata yang produktif, dalam hal yang sama merupakan produksi kata-kata yang tersedia dalam interbahasa pembelajar.
Dalam rangka pengembangan sistem pengajaran untuk mengembangkan keterampilan bahasa Jepang mahasiswa. Keterampilan berbahasa seperti menulis, membaca, mendengar, dan berbicara dapat dimulai dari penguatan dasar tentang pengembangan kosa kata. Strategi pembelajaran kosa kata mahasiswa telah diteliti dalam rangka mencari cara yang efektif, salah satunya adalah Kharismawati, M., Huda, I., Setyaningsih, W.H. (2021) yang meneliti strategi pembelajaran kosa kata pada
mahasiswa. Ditemukan bahwa mahasiswa menggunakan permainan pada aplikasi Memora untuk belajar kosa kata berbahasa Jepang.
Terdapat tujuh belas kategori pengembangan kata yang dikemukakan Prof. Edgar D’ale beserta rekan-rekannya (Tarigan, 2021:20), salah satu dari ke-tujuh belas kategori tersebut yang dapat dimanfaatkan adalah ujian sebagai pengajaran. Ujian sebagai pengajaran merupakan sarana untuk evaluasi sekaligus pembelajaran. Pembelajar dapat belajar dari kesalahan dan mengingat lebih kuat melalui soal-soal yang diujikan.
Melalui penelitian ini dapat diketahui penguasaan bahasa Jepang mahasiswa di bidang kosakata, kemudian hasilnya dapat digunakan untuk bahan perencanaan pengembangan bahan ajar. Ujian sebagai pengajaran memanfaatkan instrument penelitian berupa soal yang disusun menggunakan konsep linguistik dan panduan uji kemampuan bahasa Jepang yang berlaku internasional tingkat N3 (Japanese Language Proficiency Test). Kajian tentang evaluasi penguasaan kemampuan kosakata bahasa Jepang mahasiswa sangat perlu dilakukan untuk mengetahui potensi kecakapan mahasisawa berbahasa Jepang yaitu menulis, membaca, mendengar, dan berbicara. Berdasarkan uraian di atas, maka fokus kajian penelitian ini adalah mengetahui tingkat penguasaan kosakata bahasa Jepang mahasiswa program studi Sastra Jepang Universitas Udayana, serta potensi pemanfaatan teknik ujian sebagai pengajaran untuk mengembangkan penguasaan kosa kata mahasiswa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode kualitatif (Mulyatiningsih, 2012). Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif program studi Sastra Jepang Universitas Udayana angkatan 2018-2021 berjumlah 262 orang. Penelitian diadakan di kampus Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana beralamat di Jalan Pulau Nias nomor 13, Denpasar, Bali. Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut.
-
1. Menentukan kriteria subjek penelitian.
-
2. Menyiapkan instrument penelitian
-
3. Mengumpulkan data dengan melakukan tes
-
4. Mengevaluasi hasil tes
-
5. Menganalisis data
-
6. Membuat simpulan
Penelitian dilakukan dengan menyiapkan instrument penelitian. Instrumen penelitian kali ini adalah sebagai berikut.
-
1. Soal uji penguasaan kosa kata bahasa Jepang
-
2. Angket
-
3. Pedoman wawancara
-
4. Lembar penilaian
Data dikumpulkan dengan mengadakan tes yang dilaksanakan secara daring menggunakan sistem manajemen pembelajaran elektronik OASE Unud (Online Academic Service for E-Learning Universitas Udayana). Mahasiswa diminta menjawab pertanyaan sebanyak 58 soal dengan total alokasi waktu 94 menit. Soal sebagai salah satu instrumen penelitian disusun sesuai dengan standar uji kemampuan bahasa Jepang tingkat N3 (Japanese Language Proficiency Test). Standar kemampuan tingkat N3 adalah standar menengah yaitu penguasaan 650 kanji dan 3750 kosakata tentang pembicaraan kehidupan sehari-hari yang lebih kompleks dalam kecepatan normal berbicara orang Jepang. Metode kualitatif digunakan dengan cara menyebarkan angket dan wawancara untuk mengetahui reaksi tentang motivasi pembelajaran bahasa Jepang pasca pelaksanaan tes.
Terdapat konsep definisi pemahaman kosakata yang dibagi menjadi empat tingkatan menurut oleh Laufer dan Goldstein (2004) dalam Vonysdow (2015) yaitu: ingatan aktif (mampu menggunakan kata sasaran); ingatan pasif (memahami arti kata target); pengenalan aktif (mengenali kata ketika diberikan artinya); pengakuan pasif (kemampuan untuk mengenali makna ketika diberikan pilihan).
D ale[et al],1971 dalam Tarigan (2021) menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat empat cara untuk menguji kosa kata, yaitu sebagai berikut.
-
1. Identifikasi : Pembelajar mengidentifikasi kata sesuai dengan batasan
atau penggunaannya. Respon dapat secara lisan maupun tulisan.
-
2. Pilihan berganda : Pembelajar memilih makna yang tepat bagi kata yang teruji dari tiga sampai empat batasan.
-
3. Menjodohkan : Merupakan bentuk lain dari pilihan berganda. Kata-kata
yang teruji disajikan dalam satu lajur dan batasan-batasan yang akan dijodohkan disajikan secara sembarangan pada lajur lain.
-
4. Memeriksa : Pembelajar memeriksa kata-kata yang diketahuinya atau
tidak diketahuinya. Pembelajar juga dituntut untuk menulis batasan kata-kata yang diperiksanya.
Dalam penelitian ini digunakan teknik untuk menguji kosa kata yaitu pilihan berganda. Teknik ini berguna untuk mengetes kemampuan mahasiswa untuk membedakan makna kata yang satu dengan lainnya.
Kosakata bahasa Jepang mempunyai ciri khas dari segi (1) semiotika, (2) morfologi, (3) semantik, (4) sintaksis. Keempat indikator linguistik tersebut diteliti menggunakan soal berjenis sebagai berikut. (1) semiotika: komponen membaca huruf Kanji; menulis huruf Kanji (2) morfologi: menentukan bentuk kata yang tepat, (3) semantic: menentukan kosakata sesuai konteks; menentukan sinonim, (4) sintaksis: menggunakan kata dalam kalimat; merangkai kalimat; dan menentukan kata penghubung dalam suatu wacana.
Penelitian sebelumnya tentang strategi dalam pengajaran kosa kata bahasa Jepang, contohnya adalah melalui peneltian riset dan pengembangan yang dilakukan oleh Kharismawati,dkk tentang hasil Focus Group Interview (FGI) mengenai pembelajaran kosakata bahasa Jepang mahasiswa D3 Bahasa Jepang Sekolah Vokasi UGM Angkatan 2018. Penelitian ini merupakan penelitian riset dan pengembangan yang mendapatkan hasil bahwa mahasiswa ternyata masih mencatat secara manual kosakata yang ingin dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai tindak lanjut, aplikasi smartphone berbasis android bernama “Memora” ditawarkan untuk menambah perbendaharaan kosakata secara mandiri. Penelitian selanjutnya dilakukan Lestari,dkk tentang pengembangan aplikasi pembelajaran kosa kata JLPT Level 3 berbasis android untuk mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, Undiksha. Peneliti mengembangkan aplikasi android untuk melatih kosa kata mahasiswa.
Penelitian tentang strategi pengajaran kosa kata bahasa Jepang melalui media telah banyak dilakukan dengan media flash card oleh Fadilah.A, dkk (2021), melalui
permainan monopoli oleh Jofira.R.,dkk(2018), melalui aplikasi kahoot oleh Minata.A,dkk (2019), melalui permainan kata oleh Aziz. N, dkk (2022), dan melalui lagu oleh Pertalola, M.(2019). Strategi menggunakan media dinilai memberikan pengaruh terhadap peningkatan motivasi dan perbendaharaan kosa kata pada pembelajar. Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan metode ujian untuk mengevaluasi penguasaan kosa kata mahasiswa.
Hasil tes mahasiswa dijelaskan berdasarkan kedelapan indikator penguasaan kosa kata adalah sebagai berikut.
Jenis soal ini merupakan tes membaca kosakata berhuruf Kanji. Indikator ini dinilai dengan soal kosa kata yang ditulis menggunakan huruf Kanji. Terdapat 8 buah soal berjenis soal pilihan ganda. Mahasiswa diminta untuk menjawab soal dengan pilihan jawaban kosa kata yang ditulis menggunakan huruf Hiragana. Soal kosa kata ini disajikan dalam bentuk kalimat. Dengan cara membaca kalimat dengan cermat, mahasiswa dapat menebak konteks dan dapat memperkirakan kosa kata yang dimaksud. Dengan keadaan demikian, pilihan jawaban sengaja disajikan dengan kondisi yang mirip dengan pilihan jawaban lainnya. Soal terdiri atas kosa kata dengan satu huruf Kanji dan kosa kata dengan dua huruf Kanji. Satu huruf Kanji mempunyai cara baca Tiongkok dan cara baca asli Jepang sehingga penggunaan salah satu cara baca tersebut tergantung dari variasi susunan huruf Kanji dan Hiragana yang mengikutinya.
Soal ini dijawab oleh 260 orang mahasiswa dalam durasi waktu menjawab 8 soal yaitu 4 menit. Melalui hasil tes secara keseluruhan, nilai rata-ratanya adalah 8,22 dari 10 poin sempurna. Dapat dikatakan bahwa penguasaan kemampuan membaca Kanji mahasiswa adalah 82%. Persentase ini melebihi 50% yang artinya kemampuan mahasiswa mengingat kosa kata melalui tulisan adalah baik.
Melalui perhitungan nilai, terdapat soal-soal yang cenderung dijawab salah oleh mahasiswa seperti dijelaskan melalui Tabel 1.
Tabel 1
Nomor soal |
Pertanyaan ( tulisan Kanji yang harus dibaca) |
Nilai Rata-rata |
1. |
困った komatta ‘kesulitan’ |
1,00 |
2. |
自然 shizen ‘alam’ |
0,96 |
3. |
正確 seikaku ‘tepat’ |
0,99 |
4. |
協力 kyoryoku ‘kerja sama’ |
1,10 |
5. |
文句 monku ‘keluhan’ |
1,03 |
6. |
電池 denchi ‘baterai’ |
1,10 |
7. |
興味 kyomi ‘minat’ |
0,97 |
8. |
発売 hatsubai ‘penjualan’ |
1,08 |
Jumlah nilai rata-rata 260 orang |
8,22/10 |
Tiap soal bernilai 1,25 poin. Dari tabel dapat terlihat bahwa pertanyaan yang memiliki nilai rendah adalah soal nomor 2, 3,dan 7. Pertanyaan nomor 2 merupakan tulisan yang memuat huruf Kanji yang cara bacanya dapat berubah sesuai dengan gabungan Kanji yang menyertainya. Perubahan tersebut adalah perubahan dari cara baca dengan bunyi tak bersuara menjadi bunyi bersuara, dalam hal ini adalah bunyi [se] yang berubah menjadi bunyi [ze]. Pertanyaan nomor 3 merupakan tulisan yang memuat bunyi vocal panjang [e:] yang bernilai dua ketukan. Pertanyaan nomor 7 adalah tulisan yang memuat bunyi vocal panjang [o:] yang bernilai dua ketukan.
Pada saat membaca tulisan Kanji, mahasiswa mungkin akan mudah terkecoh oleh perubahan pada bunyi bersuara dan tak bersuara seperti [ta] dengan [da], [ka] dengan [ga], atau [sa] dengan [za]. Selain itu mahasiswa juga dapat keliru mengenali cara baca dengan bunyi vokal panjang [a:, i:, u:, e:, o:], dan konsonan rangkap [tt, ss, kk]. Melalui soal tersebut, mahasiswa diharapkan dapat mengingat dan memberikan perhatian khusus pada cara baca seperti ini.
Soal ini merupakan kebalikan dari jenis soal yang pertama. Isi tes adalah mengubah tulisan Hiragana dengan huruf Kanji yang benar. Indikator ini dinilai dengan soal kosa kata yang ditulis menggunakan huruf Hiragana. Terdapat kalimat yang dituliskan dalam huruf Kanji, Hiragana, atau Katakana. Di antara kata dalam kalimat tersebut, terdapat kosa kata yang dicetak tebal dan ditulis menggunakan huruf Hiragana. Kemudian, mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan terkait kosa kata yang dicetak tebal tersebut. Soal pada indikator ini adalah memilih tulisan huruf
Kanji yang tepat. Terdapat 6 buah soal berjenis soal pilihan ganda. Soal menulis huruf Kanji tersebut berupa menulis kosakata dengan satu huruf Kanji, dua huruf Kanji, dan tiga huruf Kanji. Pada pilihan soal, mahasiswa disediakan pilihan jawaban yang bentuk huruf Kanjinya mirip, ada pula yang bentuk huruf Kanji yang sama sekali berbeda tetapi mempunyai cara baca yang sama.
Soal dijawab oleh 260 orang mahasiswa dengan pertanyaan sebanyak 6 buah dalam durasi waktu 3 menit. Melalui hasil tes secara keseluruhan, nilai rata-ratanya adalah 4,22 dari 6 poin sempurna. Dapat dikatakan bahwa penguasaan kemampuan menulis Kanji mahasiswa adalah 70%. Persentase ini melebihi 50% yang artinya kemampuan mahasiswa mengingat kosa kata Kanji adalah cukup baik.
Melalui perhitungan nilai, terdapat soal-soal yang cenderung dijawab salah oleh mahasiswa seperti dijelaskan melalui Tabel 2.
Tabel 2
Nomor soal |
Pertanyaan (tulisan Hiragana yang ditulis dengan huruf Kanji) |
Nilai Rata-rata |
1. |
ねっしん=熱心 nesshin ‘rajin’ |
0,80 |
2. |
たてもの=建物 tatemono ‘bangunan’ |
0,80 |
3. |
たいしかん=大使館 taishikan ‘konsulat’ |
0,80 |
4. |
ひろった=拾った hirotta ‘memungut’ |
0,84 |
5. |
あつい=厚い atsui ‘tebal’ |
0,20 |
6. |
かんこう=観光 kanko ‘wisata’ |
0,77 |
Jumlah nilai rata-rata 260 orang |
4,22/6 |
Tiap soal bernilai 1 poin. Dari tabel dapat terlihat bahwa pertanyaan yang memiliki nilai rendah adalah soal nomor 5 dan 6. Soal nomor 5 adalah pertanyaan tentang kosa kata yang homofon. Terdapat banyak sekali kosa kata bahasa Jepang yang memiliki bunyi atau cara baca sama, tetapi penulisan yang berbeda, dan tentu saja makna yang berbeda pula. Kosa kata atsui bermakna ‘panas’ juga dapat bermakna ‘tebal’. Selain mengingat cara menulis, mahasiswa juga dituntut dapat menentukan kosa katanya sesuai dengan konteks yang menyertainya. Soal nomor 6 cukup mengecoh mahasiswa apabila mahasiswa tidak mengetahui makna dari hurufnya. Kosa kata bahasa Jepang memiliki variasi huruf yang beragam dengan kesamaan cara baca dengan huruf lainnya. Seperti pada soal nomor 6 yaitu tulisan kankou ‘pariwisata’. Kata ini terdiri dari kombinasi huruf kan dan kou, dimana banyak jenis huruf yang ditulis dengan cara baca yang sama. Selain pertanyaan nomor 5 dan 6,
pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4 mendapatkan persentase rata-rata 80% dijawab benar oleh mahasiswa. Nilai ini masih lebih rendah dari nilai soal jenis Membaca Kanji. Walaupun rata-rata nilai masih tergolong baik, namun dapat dikatakan masih banyak mahasiswa yang keliru memilih tulisan Kanji yang tepat.
Dengan demikian, untuk menjawab soal menulis huruf Kanji dengan baik, mahasiswa sangat penting untuk mengingat makna Kanji. Selain itu, oleh karena banyak bentuk huruf Kanji yang mirip satu dengan yang lain, diperlukan upaya yang keras untuk rajin menulis huruf Kanji berkali-kali dengan tangan, tidak hanya belajar mengingat bentuknya dengan mengandalkan penglihatan saja.
Soal ini tentang penentuan ekspresi baku pada konteks tertentu dan pemakaiannya. Soal ini menanyakan kata mana yang paling tepat untuk mengisi titik-titik pada kalimat. Mahasiswa dituntut dapat memilih kata dengan ekspresi yang tepat sambil memikirkan makna kata yang bisa mengisi titik-titik berdasarkan konteks kata di sekitar bagian yang kosong. Indikator ini menilai kemampuan mahasiswa untuk menggunakan kata pada konteks kalimat yang tepat. Hal ini dikarenakan dalam bahasa Jepang terdapat beragam kata-kata berkolokasi, sehingga pengetahuan tentang penggunaan kosa kata yang tepat sangat penting. Pada soal terdapat 11 buah soal. Jenis pertanyaan berupa pemilihan kata serapan yang tepat, kata penghubung, dan kolokasi yang tepat. Setiap soal menampilkan sebuah kalimat yang berisi bagian yang kosong. Mahasiswa diminta untuk mengisi bagian yang kosong dengan kosakata yang sesuai. Jawaban yang disediakan adalah berupa pilihan berganda. Mahasiswa dituntut dapat menemukan petunjuk di dalam kalimat yang menandakan konteks sehingga mahasiswa dapat menentukan kata yang sesuai.
Soal dijawab oleh 259 orang mahasiswa dengan jumlah pertanyaan yaitu 11 buah dalam durasi 6 menit. Melalui hasil tes secara keseluruhan, nilai rata-ratanya adalah 5,02 dari 11 poin sempurna. Dapat dikatakan bahwa penguasaan kemampuan mahasiswa dalam memaknai kata sesuai konteks adalah 46%. Persentase penguasaan soal ini kurang dari 50%. Perolehan nilai mahasiswa secara rata-rata dijelaskan melalui Tabel 3.
Tabel 3
Nomor soal |
Pertanyaan (Kosa kata dan konteks kalimatnya) |
Nilai Rata-rata |
1. |
グラス(を用意しておこう) gurasu (wo yoishiteokou) ‘gelas (menyiapkan)’ |
0,34 |
2. |
先に(帰ります) saki ni (kaerimasu) ‘terlebih dahulu (pulang)’ |
0,24 |
3. |
~が 届いた~ga todoita ‘~ sampai’ |
0,51 |
4. |
計画(を立てた)keikaku ( wo tateta) ‘perencanaan (membangun)’ |
0,57 |
5. |
(大声で)さけんでしまった(oogoe de) sakende shimatta ‘(dengan suara keras) berteriak’ |
0,61 |
6. |
一列(に並んで)ichiretsu (ni narande) ‘satu baris ( berderet)’ |
0,69 |
7. |
(いとを)とおしてもらえませんか(ito wo) tooshite moraemasenka ‘(benang) masukkan’ |
0,23 |
8. |
機嫌(がよかった)kigen (ga yokatta) ‘mood (bagus)’ |
0,44 |
9. |
さっそく(行ってみた)sassoku (ittemita) ‘langsung (mencoba pergi)’ |
0,46 |
10. |
(味の)このみ(がちがう)(aji no) Konomi (ga chigau) ‘(rasa) selera (berbeda)’ |
0,46 |
11. |
わずかな(お金)wazuka na (okane) ‘sedikit (uang)’ |
0,49 |
Jumlah nilai rata-rata 259 orang |
5,02/11 |
Tiap soal bernilai 1 poin. Dari tabel dapat terlihat bahwa dari sebelas pertanyaan yang ada, hanya pertanyaan nomor 5 dan 6 saja yang nilai rata-ratanya di atas 0,50. Sedangkan delapan pertanyaan lainnya bernilai lebih rendah di bawah 0,50. Dari data di atas dapat terlihat bahwa penguasaan penggunaan kata sesuai konteks oleh mahasiswa adalah masih kurang.
Kosa kata dalam bahasa Jepang memiliki kolokasi yang sudah ditetapkan. Saat sebuah kata digunakan dalam kalimat, kata tersebut telah memiliki pasangan tetap. Contohnya pada soal nomor 4. Kalimat ‘membuat rencana’ dalam bahasa Indonesia (dimana pasangan verba dari nomina ‘rencana’ adalah ‘membuat’) apabila diubah ke bahasa Jepang menjadi keikaku wo tateta (dalam terjemahan harfiah adalah ‘membangun rencana’). Jadi dalam bahasa Jepang, verba yang dipakai untuk menyatakan makna ‘membuat rencana’ bukanlah verba ‘membuat’ melainkan ‘membangun’. Perbedaan konseptual ini yang harus disadari mahasiswa saat menggunakan kosa kata dalam kalimat.
Sebagai evaluasi atas hasil nilai di atas, maka mahasiswa diarahkan agar mengetahui betul bagaimana sebuah kata digunakan dalam kalimat. Bagaimana suatu kata digunakan pada kalimat, dapat diasah dengan cara memperbanyak membaca wacana. Melalui membaca wacana, mahasiswa dapat menambah kosakata baru dan dapat mengingat kosakata sambil memeriksa bagaimana kosakata itu digunakan.
Soal ini fokus pada pemaknaan terhadap suatu kata. Mahasiswa diuji terkait paraphrase sebuah kata dalam rangka menguji kemampuan mahasiswa memaknai kata. Bahasa Jepang memiliki banyak variasi kata dan ekspresi dengan makna yang sama atau mirip yang disebut ruigi (dalam istilah bahasa Indonesia disebut sinonim). Dalam bahasa Jepang terdapat dua macam kosakata. Pertama ialah kosakata asli Jepang, yang dicirikan dengan penulisan menggunakan unsur satu huruf Hiragana. Kedua adalah kosakata serapan dari Tiongkok yang penulisannya ditandai dengan penggunaan dua atau lebih huruf Kanji. Kedua jenis kosa kata ini mempunyai makna yang sama, penggunaannya tergantung konteks situasinya. Selain itu, bahasa Jepang mempunyai banyak variasi ekspresi dan kosa kata untuk menyampaikan dengan detail suatu kondisi/ keadaan. Indikator ini menilai kemampuan mahasiswa untuk memparafrase sebuah kata dan ekspresi dengan pemahaman yang mendalam mengenai makna kata atau ekspresi tersebut. Pada soal, diberikan jenis pertanyaan dengan sediaan jawaban pilihan berganda. Soal dikemas dalam bentuk kalimat dengan salah satu kosa kata yang digarisbawahi. Mahasiswa kemudian diminta untuk memilih makna kata yang digarisbawahi tersebut.
Soal dijawab oleh 260 orang mahasiswa. Jumlah 5 buah pertanyaan dalam durasi 5 menit. Melalui hasil tes secara keseluruhan, nilai rata-ratanya adalah 3,20 dari 5 poin sempurna. Dapat dikatakan bahwa penguasaan kemampuan mahasiswa dalam memaknai kata dengan parafrase adalah 64%. Perolehan nilai mahasiswa secara rata-rata dijelaskan melalui Tabel 4.
Tabel 4
Nomor soal |
Pertanyaan (kata dan parafrasenya) |
Nilai Rata-rata |
1. |
ストップしてしまった = 止まってしまった Sutoppu shiteshimatta = tomatte shimatta ‘berhenti’ |
0,85 |
2. |
もったいない= おしい |
0,74 |
Mottainai = oshii ‘sayang’ | ||
3. |
あわただしい =忙しい Awatadashii = ishogashii ‘sibuk’ |
0,28 |
4. |
すなわち = つまり Sunawachi = tsumari ‘maksudnya’ |
0,82 |
5. |
横断禁止 =渡ってはいけません Odan kinshi = watatte ha ikenai ‘dilarang menyeberang’ |
0,50 |
Jumlah nilai rata-rata 260 orang |
3,20/5 |
Tiap soal bernilai 1 poin. Dari tabel dapat terlihat bahwa bagian nilai rata-rata terendah adalah pada pertanyaan nomor 3. Hal ini dikarenakan banyak di antara mahasiswa yang belum pernah mendengar kata tersebut. Demikian mencerminkan kekayaan kosa kata berpengaruh pada kemampuan kognitif untuk memadankan sebuah kata dengan kata lain.
Sebagai evaluasi atas hasil nilai di atas, mahasiswa harus dibiasakan diri ketika diperkenalkan kosa kata baru maka pada saat yang bersamaan juga untuk diwajibkan mengecek maknanya dengan kata-kata yang mirip dengan kosakata yang diketahui. Mahasiswa dapat dibiasakan untuk mengartikan kosakata bahasa Jepang dengan bahasa Jepang.
Soal ini untuk mengetes pemakaian kata dalam kalimat. Khususnya, untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan penggunaan kata dari perspektif penggunaan kata saat terangkai dengan kata yang lain. Pada bagian pertanyaan, diberikan satu kata tertentu dapat berupa nomina, verba, adjektiva, maupun konjungtiva. Pada pilihan jawaban, mahasiswa dihadapkan pada contoh-contoh kalimatnya.
Soal dijawab oleh 260 orang mahasiswa. Jumlah 5 buah pertanyaan dalam durasi 10 menit. Melalui hasil tes secara keseluruhan, nilai rata-ratanya adalah 2,06 dari 5 poin sempurna. Dapat dikatakan bahwa penguasaan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kosa kata dalam kalimat adalah 41%. Perolehan nilai mahasiswa secara rata-rata dijelaskan melalui Tabel 5.
Tabel 5
Nomor soal |
Pertanyaan (kata dan parafrasenya) |
Nilai Rata-rata |
1. |
くっつける kutsukeru ‘digabungkan’ |
0,32 |
2. |
ユーモア yuumoa ‘humor’ |
0,48 |
3. |
平気 heiki ‘tidak apa-apa’ |
0,19 |
4. |
いったん ittan ‘sejenak’ |
0,41 |
5. |
気に入る ki ni iru ‘suka’ |
0,65 |
Jumlah nilai rata-rata 260 orang |
2,06/5 |
Tiap soal bernilai 1 poin. Dari tabel dapat terlihat bahwa hampir di setiap soal nilai rata-rata tidak melebihi 0,50. Mahasiswa tampaknya mengalami kesulitan membedakan contoh kalimat yang tepat terhadap penggunaan kosa kata. Demikian mencerminkan kekayaan kosa kata berpengaruh pada kemampuan mahasiswa untuk membuat kalimat dan menggunakan kosa katanya dengan benar. Sebagai evaluasi hasil tes di atas, mahasiswa akan diberikan lebih banyak latihan untuk membuat kalimat dan membaca wacana.
Soal ini adalah tentang pembentukan kata. Bahasa Jepang secara morfologis mempunyai berbagai pembentukan kata berdasarkan kala, modus, dan aspek. Selain pembentukan kata secara morfologis, soal ini juga mengetes tentang perubahan kosa kata berdasarkan ragam bahasa. Bahasa Jepang memiliki variasi ragam bahasa sopan yaitu pada saat meninggikan lawan bicara dan merendahkan diri. Kemahiran menggunakan ragam bahasa juga diujikan melalui soal ini. Mahasiswa ditanyakan tentang kosakata yang cocok untuk melengkapi titik-titik sehingga menghasilkan kalimat yang baik dan masuk akal. Mahasiswa dituntut untuk mengingat pola kalimat dengan pasti. Lalu memastikan pembentukannya apakah kosa kata yang cocok adalah verba ataupun adjektiva.
Soal dijawab oleh 258 orang mahasiswa. terdapat 13 buah pertanyaan dalam durasi 7 menit. Melalui hasil tes secara keseluruhan, nilai rata-ratanya adalah 4,97 dari 13 poin sempurna. Dapat dikatakan bahwa penguasaan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kosa kata dalam kalimat adalah 38%. Perolehan nilai mahasiswa secara rata-rata dijelaskan melalui Tabel 6.
Tabel 6
Nomor soal |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
Nilai rata-rata |
0,43 |
0,34 |
0,45 |
0,41 |
0,50 |
0,49 |
0,37 |
0,26 |
0,24 |
0,50 |
0,45 |
0,43 |
0,10 |
Nilai rata-rata 258 mahasiswa: 4,97/13 I
Melalui tabel 6 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata per soal tidak melebihi nilai 0,50. Dapat dikatakan nilainya kurang. Kondisi ini merupakan cerminan kemahiran mahasiswa dalam membuat kalimat dalam bahasa Jepang. Melalui hasil evaluasi ini, sangat penting untuk latihan lebih sering untuk membuat kalimat.
Soal ini menilai kemampuan mahasiswa untuk membuat kalimat dengan pola kalimat yang tepat. Pertanyaan dikemas dengan cara mengatur posisi kata sehingga menjadikan kalimat yang baik. Mahasiswa dituntut untuk tidak hanya mengingat pola kalimat, tetapi juga praktik membuat kalimat dengan pola yang sesuai.
Soal dijawab oleh 258 orang mahasiswa. terdapat 5 buah pertanyaan dalam durasi 7 menit. Melalui hasil tes secara keseluruhan, nilai rata-ratanya adalah 2,18 dari 5 poin sempurna. Dapat dikatakan bahwa penguasaan kemampuan mahasiswa untuk membuat kalimat adalah 43%. Perolehan nilai mahasiswa secara rata-rata dijelaskan melalui Tabel 7.
Tabel 7
Nomor soal |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Nilai rata-rata |
0,54 |
0,69 |
0,38 |
0,29 |
0,28 |
Jumlah nilai rata-rata 258 orang: 2,18/5 |
Melalui Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata di bawah 0,50 adalah soal nomor 4 dan 5. Soal nomor 4 menuntut mahasiswa dapat merangkai kalimat dengan objek kalimat berupa nomina yang diterangkan verba. Soal nomor 5 adalah soal merangkai kalimat dengan ragam bahasa sopan yaitu meninggikan lawan bicara. Evaluasi ini mencerminkan bahwa mahasiswa perlu mendapat latihan membuat kalimat.
Soal ini tentang menentukan ekspresi yang tepat untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat menjadi wacana yang koheren. Format soalnya adalah mengisi titik-titik di tengah wacana dengan kata yang tepat. Saat menulis komposisi yang koheren, mahasiswa dituntut mampu menggunakan kosa kata yang sesuai. Pada saat yang sama, mahasiswa dituntut dapat menyambungkan satu kalimat ke kalimat lain dan memilih ekspresi yang tepat sambil memikirkan konteks di sekitarnya.
Soal dijawab oleh 258 orang mahasiswa. Terdapat 1 wacana yang terdiri atas tiga paragraph. Di dalam wacana terdapat bagian yang rumpang sebanyak 5 buah. Mahasiswa diminta untuk mengisi bagian yang rumpang dengan ekspresi yang tepat. Ekspresi tersebut dapat berupa frase, kata penghubung, kata tunjuk, nomina, dan bentuk verba. Melalui hasil tes secara keseluruhan, nilai rata-ratanya adalah 2,26 dari 5 poin sempurna. Dapat dikatakan bahwa penguasaan kemampuan mahasiswa untuk membuat kalimat adalah 45%. Perolehan nilai mahasiswa secara rata-rata dijelaskan melalui Tabel 8.
Tabel 8
Nomor soal |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Nilai rata-rata |
0,40 |
0,50 |
0,42 |
0,41 |
0,53 |
Jumlah nilai rata-rata 258 orang: 2,26/5 |
Melalui tabel 8 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata per soal berkisar antara 0,40-0,50. Dapat dikatakan nilainya kurang. Tujuan dari belajar kosa kata adalah pada akhirnya agar dapat digunakan pada teks yang panjang. Mahasiswa dituntut berhati-hati untuk membaca komposisi kalimat yang panjang dan menentukan ekpresi yang tepat untuk menghubungkan kalimat satu dengan lainnya. Evauasi ini mencerminkan bahwa sangat penting memberikan mahasiswa latihan membuat karangan.
Potensi Proses Pemerolehan Bahasa Jepang pada mahasiswa program studi Sastra Jepang Universitas Udayana.
Menurut Klein (1986:33), terdapat enam dimensi yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa yaitu: Propensity (Desakan), Language Faculty, Accsess, Structure, Tempo, dan End State.
-
1. Propensity (desakan).
Adanya desakan dikatakan dapat membangkitkan motivasi dalam proses pemerolehan bahasa. Desakan tersebut dapat muncul oleh adanya motivasi sebagai berikut.
-
a. Integrasi Sosial
Pariwisata dan perkembangan seni dan budaya pada bisnis hiburan dalam hal ini yang berasal dari negara Jepang seperti anime, lagu, drama, dan game, sangat berpengaruh pada prestise bahasa Jepang bagi mahasiswa. Seseorang yang dapat berbicara dengan
bahasa Jepang dianggap dapat terlihat gagah, sehingga mempengaruhi integrasi social pada ruang lingkup yang lebih luas.
-
b. Kebutuhan komunikasi.
Kebutuhan komunikasi bahasa Jepang menjadi kebutuhan yang mendesak dalam pergaulan global dan lapangan pekerjaan.
-
c. Sikap
Seiring dengan meningkatnya penguasaan bahasa Jepang mahasiswa mempengaruhi sikap positif mahasiswa terhadap kesempatan beasiswa, kesempatan belajar di Jepang, bekerja di Jepang, dan berwisata ke Jepang.
-
2. Language Faculty
Dimensi ini berkaitan dengan kapasitas manusia dalam memroses bahasa, khususnya bahasa Jepang. Kapasitas ini dimiliki secara alami oleh setiap manusia baik secara biologis dan kesadaran dalam mempelajari pengetahuan itu lewat membaca buku, belajar di sekolah, dan sebagainya.
-
3. Access
Akses dalam hal ini adalah kesempatan menggunakan bahasa Jepang.
-
a. Input
Hal ini terkait input bahasa Jepang dari segala aspek bahasa yang dapat masuk baik verbal maupun noverbal. Mahasiswa mendapatkan input bahasa Jepang melalui audio, video, wacana dari berbagai media pembelajaran bahasa Jepang maupun interaksi dengan penutur asli.
-
b. Peluang Berkomunikasi
Hal ini terkait peluang berkomunikasi yang muncul dari interaksi social menggunakan bahasa Jepang. Mahasiswa dapat bergaul dengan penutur asli, pengajar, dan kolega.
-
4. Structure
Struktur yang dimaksud dalam hal ini adalah ciri umum bahasa dalam komunikasi. Hal ini terkait dengan sinkronisasi kemampuan berbahasa mahasiswa terkait pembedaan bunyi vocal panjang, bunyi konsonan rangkap, intonasi, hingga susunan frase dan kalimat. Sinkronisasi penting agar tidak muncul interferensi antara bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Terkadang mahasiswa mengalami kesulitan dalam melafalkan bunyi-bunyi khusus bahasa Jepang dan sering terbalik merangkai kalimat berbahasa Jepang oleh karena interferensi bahasa Indonesia atau bahasa daerah.
-
5. Tempo
Tempo berkaitan dengan kecepatan mahasiswa dalam mengingat. Kebutuhan mendesak untuk dapat segera berbahasa Jepang meningkatkan tempo penguasaan bahasa Jepang. Metode ujian saat ini dipakai untuk meningkatkan tempo mahasiswa, serta pengiriman mahasiswa untuk mengikuti lomba bahasa Jepang dan kegiatan lainnya.
-
6. End State
Hal ini terkait dengan penggunaan bahasa Jepang secara terus-menerus. Pada suatu titik pencapaian mahasiswa pada bahasa Jepang tingkat tertentu memicu kecenderungan untuk berhenti belajar. Bahasa Jepang yang jarang digunakan akan mudah dilupakan.
Melalui tes didapatkan hasil bahwa penguasaan rata-rata mahasiswa terkait: membaca Kanji adalah 82%; menulis Kanji adalah 70%; menentukan kosa kata sesuai konteks adalah 46%; membuat parafrase adalah 64%; menentukan penggunaan kata dalam kalimat adalah 41%; menentukan bentuk kata adalah 38%; merangkai kalimat adalah 43%; dan menghubungkan kalimat dalam wacana adalah 45%. Melalui hasil dari pencapaian kedelapan indikator tersebut maka dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat penguasaan kosa kata pada mahasiswa sebesar 54%. Melalui data dapat dijelaskan bahwa kemampuan mahasiswa untuk mengidentifikasi kata sebagai satu unit kata adalah baik. Namun,diketahui sangat lemah ketika satu unit tersebut mulai digabungkan dengan kata yang lain, membentuk frase, kalimat hingga wacana. Melalui evaluasi ini dapat dikatakan bahwa penguasaan kosa kata tidak hanya tentang kekayaan perbendaharaan kata, tetapi juga tentang pemahaman makna kata secara menyeluruh dan penggunaannya dalam teks yang lebih panjang. Evaluasi ini mencerminkan bahwa mahasiswa sangat perlu diberikan latihan membaca wacana dan latihan membuat karangan dengan lebih intensif.
Berdasarkan keenam dimensi Pemerolehan Bahasa dan kaitannya dengan proses pembelajaran bahasa Jepang. Factor propensity (desakan) perlu ditingkatkan untuk memotivasi mahasiwa. Selain itu, usaha meningkatkan access juga penting untuk memfasilitasi mahasiswa.
Aoyama. 2011. Nihongo Nouryoku Shiken N3 Yosou Mondaishuu (kaiteiban). Tokyo: Kokusho Japanese language School.
Ando, Eya, Iijima. 2011. Mimi kara Oboeru Nihongo Nouryoku SHiken Goi Toreninggu N3. Tokyo: Alc Press
JF. 2018. Nihongo Noryoku Shiken Koushiki Mondasihuu Dai 2 Shuu N3. Tokyo: Bonjinsha
Ghazali, Syukur (2013). Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Kedua. Malang: Bayumedia Publishing.
Klein, W.1986.Second Language Acquisition.Cambridge:CUP
Krashen, S. D. (2002.). Second Language Acquisition and Second Language Aquicition. University of Southern California.: Pergamon Press Inc.
Mulyatiningsih, Endang (2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Rost, M. (2011). Teaching and Researching Listening Skills. (C.N.C.& D.R. Hall,Ed.) (Second). United Kingdom: Pearson Education Limited. Retrieved from https://doi.org/10.4324/9781351043281-2
Sugiyono (2017). Metode Penelitian dan Pengembangan (Reserarch and Development/ R&D). Bandung: Alfabeta.
Szmrecsanyi, B. (2006). Morphosyntactic Persistence in Spoken English. (W. Bisang, H.H. Hock, & W. Winter,Eds.). New York: Mouton de Gruyter. Retrieved from https://doi.org/10.1515/9783110197808
Tarigan, Henry Guntur (2021). Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.
Von Sydow, Albin. 2015. Vocabulary acquisition Possibilities within the task-based framework. Goteborgs universitet.
Kharismawati, M., Huda, I., Setyaningsih, W.H. (2021). Solusi strategi pembelajaran kosakata bahasa Jepang di masa pandemi covid-19. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 21(1), 95-110.https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v21i1.36662
Lestari,C., Sadyana. W., Antartika.K.(2017). Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Kosa Kata JLPT Level 3 Berbasis Android Untuk Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, Undiksha. Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang, 3(1).p95-110.
Aziz.S.R.N, Rahmalina.R.(2019). Efektivitas Permainan Kata Berkait Terhadap Kemampuan Goi Siswa Sman 4 Pariaman. Universitas Negeri Padang. Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Jepang Omiyage.5(2). p129-134 DOI: https://doi.org/10.24036/omg.v5i2
Fadilah.A.,Rahmalina.R.(2022). Efektivitas Media Flash Card Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Sma Di Kota Padang Panjang. Universitas Negeri Padang. Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Jepang Omiyage.5(1).p56-66. DOI: https://doi.org/10.24036/omg.v5i1
Jofira.R, Putri.A.M.(2018). Efektifitas Modifikasi Permainan Monopoli Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas Xi Sma Negeri 12 Padang. Universitas Negeri Padang. Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Jepang Omiyage.2(3). p129-134. DOI: https://doi.org/10.24036/omg.v1i5
Minata.A, Yani,D. (2019). Efektivitas Penggunaan Kahoot Terhadap Penguasaan Goi Siswa Kelas X Sma Negeri 4 Padang. Universitas Negeri Padang. Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Jepang Omiyage.2(1). P29-36.
DOI: https://doi.org/10.24036/omg.v2i1
Pertalola.M,Yulia.N.(2019). Efektivitas Media Lagu Bahasa Jepang Terhadap Penguasaan Goi Siswa Kelas X SMAN 05 Padang. Universitas Negeri Padang. Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Jepang Omiyage.2(2).p20-26. DOI: https://doi.org/10.24036/omg.v2i2
419
Discussion and feedback