Penggunaan No Da dalam Kalimat Bahasa Jepang: Kajian Sintaksis dan Semantik
on
SAKURA VOL. 5. No. 2, Agustus 2023
DOI: http://doi.org/10.24843/JS.2023.v05.i02.p07
P-ISSN: 2623-1328
E-ISSN: 2623-0151
Penggunaan No Da dalam Kalimat Bahasa Jepang: Kajian Sintaksis dan Semantik
Adinda Nabila Balqis1), Sri Iriantini2)
1,2) Program Studi Sastra Jepang, FBB, Universitas Kristen Maranatha Jl. Surya Sumantri No. 65, Bandung, Indonesia Pos-el: 1[adindanabilabalqis@gmail.com], 2[iriantinisri3@gmail.com]
The Use of No Da in Japanese Sentences : A Syntax and Semantic Study
Abstract
This research aim to determine the function and meaning of modality no da in Japanese sentences found in various media such as anime. This research was conducted using descriptive qualitative method by collecting data to analyze in the form of sample sentences containing no da modality based on theory according to Noda (1997). The results of this research show that no da is used when the speaker and the interlocutor know the situation set in the conversation. Modality no da has various functions, including : as a nominalizer, expression delivery, question and conjunction that combines one clause with another. The meaning of modality no da varies depending on the function and verb attached to modality no da.
Keywords: modality, no da, syntax, semantics
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui fungsi dan makna modalitas no da dalam kalimat bahasa Jepang yang ditemukan di berbagai media seperti anime berbahasa Jepang. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan deskriptif dengan mengumpulkan data menguraikan data berupa contoh kalimat yang mengandung no da berdasarkan teori menurut Noda (1997). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa modalitas no da digunakan pada saat penutur dan lawan bicara mengetahui situasi yang ditetapkan dalam pembicaraan. No da memiliki fungsi yang beragam, di antaranya : sebagai nominalisator, penyampaian ekspresi, kata tanya dan konjungsi yang menggabungkan klausa satu dengan klausa lainnya. Makna dari no da beragam tergantung dari fungsi dan verba yang melekat pada no da tersebut.
Kata kunci : modalitas, no da, sintaksis, semantik
Bahasa merupakan alat dalam menyampaikan gagasan pikiran melalui interaksi dengan orang lain yang melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi (Chaer dalam Thomas, 2015). Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi di tiap negara di dunia dan salah satunya terdapat bahasa Jepang yang banyak dipelajari. Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak morfem sehingga bahasa Jepang memiliki struktur yang
beragam dan rumit, baik dalam situasi formal maupun informal. Salah satunya, modalitas pada bahasa Jepang yang digunakan untuk mengekspresikan suatu hal mengenai informasi pada orang lain. Salah satu dari ekspresi yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk penggunaan informal adalah modalitas no da (のだ).
Menurut Masuoka (1992), no da merupakan suatu modalitas yang mengungkapkan makna tertentu dalam bahasa Jepang yang pada umumnya digunakan sebagai penegasan pada akhir suatu kalimat dan merupakan penjelas suatu kalimat (setsumeibun) sama seperti wake da. Tanaka dalam Masuoka (1992) menjelaskan, bahwa no da yang merupakan bagian dari modalitas setsumeibun pada umumnya memiliki “makna faktual”yaitu kalimat yang mewakili hal-hal yang diakui sebagai fakta dan “makna keputusan” yaitu kalimat yang dinyatakan berdasarkan pemahaman dan penilaian penutur terhadap suatu hal.
Perhatikan contoh kalimat berikut :
-
1) 太郎は学校を休んだ。風邪をひ いたのだ。
Tarou wa gakkou wo yasunda. Kaze wo hiita no da.
‘Tarou tidak masuk sekolah. Ia sakit flu.’
-
2) 花子は海日ピアノの練習をしている。今度の演奏会に参加する
のだ。
Hanako wa mainichi piano no renshuu wo shiteiru. Kondo no ensoukai ni sanka suru no da.
‘Hanako setiap hari berlatih piano. Konser kali ini ia mengikutinya.’
(Masuoka 1992)
Pada kalimat 1 ), no da memiliki peran sebagai penegasan atas pernyataan yang diberikan berdasarkan pemahaman penutur mengenai situasi yang dijelaskan pada konteks kalimat 風邪をひいた(Ia sakit flu ). Pada kalimat 2 ), no da juga berperan sebagai ungkapan untuk menjelaskan suatu konteks berdasarkan kalimat 花子は海日ピアノの練習をしている (Hanako setiap hari berlatih piano) yang menjadi latar situasi yang diketahui berdasarkan pemahaman penutur, yang selanjutnya membawa pada situasi 今度の演奏会に参加する(Konser kali ini ia mengikutinya ).
Selain itu, Ishikuro (2003) menambahkan, bahwa no da digunakan saat kedua pihak yaitu penutur mengetahui suatu konteks atau alasan. Tanomura dalam Ishikuro (2003) juga menjelaskan, no da tidak bisa digunakan di saat penutur meminta orang lain untuk menanggapi sesuatu yang belum diputuskan. Alasannya
adalah, bahwa memutuskan apa yang akan dilakukan bukanlah sesuatu yang ditetapkan sebelumnya, tetapi sesuatu yang diputuskan saat itu juga, yaitu pada saat dituturkan oleh penutur.
Perhatikan contoh kalimat berikut :
-
3) A :すてきなかばんですね。どこで買ったんですか。
B :これですか。近所の質屋で買ったんです。
A : Suteki na kaban desu ne. Doko de kattan desuka.
B : Kore desu ka. Kinjo no shichiya de kattan desu.
A : Tas yang bagus. Beli di mana?
B : Ini, ya? Aku membelinya di sekitar toko pegadaian.
(Ishikuro 2003)
Pada kalimat 3), penutur A dan penutur B mengetahui isi topik pembicaraan yaitu mengenai tas yang bagus. Dengan menggunakan no da, pembicaraan menjadi lebih natural.
-
4) A :(彼女を連れているAが唐突に)おれたち、今度結 婚するん だ。
B : そうか。結婚するんだ。おめでとう。
A : ( Kanojo wo tsurete iru A ga toutotsu ni ) Oretachi, kondo
kekkon surunda.
B : Souka. Kekkon surunda. Omedetou
A : ( A muncul secara mendadak bersama kekasihnya ) Kita
berdua akan menikah.
B : Begitukah? Kalian akan menikah. Selamat ya.
(Ishikuro 2003)
Kalimat 4) menunjukan, bahwa B pada awalnya tidak menyadari A akan menikah. Selanjutnya, A memberi pernyataan berupa keputusannya untuk menikah dengan kekasihnya. B lalu menyadarinya lalu mengucapkan selamat. No da di sini digunakan saat B mengetahui keputusan A.
Selanjutnya, Noda (1997) membagi no da berdasarkan penggunaannya menjadi empat dalam kalimat bahasa Jepang yang meliputi :
-
1. Sukoopu no (no da) ( スコープの 「のだ」)
-
2. Muudo no (no da) ( ムードの「の だ」)
-
3. Hiteibun ・Shitsumonbun no (no da) ( 否定文・質問文の「のだ」)
-
4. Juuzokusetsu no (no da) ( 従属節の 「のだ」)
Dapat dipahami, bahwa penggunaan no da dalam suatu kalimat bahasa Jepang berbeda tergantung dari situasi penutur. Oleh karena itu, penggunaan no da yang tepat masih menjadi hal yang sulit bagi pembelajar asing terutama di
Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil no da sebagai bahan penelitian dengan kajian sintaksis dan semantik. Penelitian ini juga akan berfokus pada teori no da menurut Noda (1997).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara menggabungkan dan menganalisis data yang bersifat induktif (Sugiyono 2010). Penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa gambaran suatu keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta
Penulis memilih metode penelitian ini karena penulis ingin mendeskripsikan mengenai fungsi dan makna no da dalam kalimat bahasa Jepang melalui kajian sintaksis dan semantik. Penelitian dilakukan dengan mencari dari berbagai sumber mengenai informasi yang berhubungan dengan penggunaan no da dalam kalimat bahasa Jepang. Informasi tersebut kemudian dikumpulkan dan dianalisis, kemudian dideskripsikan. Selanjutnya, dapat ditarik kesimpulan yang didapatkan dari analisis tersebut.
Penelitian ini mengguanakan teori dari Noda (1997). Berdasarkan fungsinya Noda membagi menjadi empat yaitu a) Sukoopu no [no da], b) Muudo no [no da], c) Hiteibun shitsumonbun no [no da], dan d) Juuzokusetsu no [no da] .
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penggunaan no da yang dilakukan oleh Welly Prasena (2006) dengan penelitian yang berjudul “Ekspresi Ujaran Tidak Langsung (Denbun) Souda, To Iu Koto da, ~Ndatte.” Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumya memfokuskan no da sebagai ungkapan tidak langsung dalam bahasa Jepang dengan bentuk 「~んだって」(~ndatte)
Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan menunjukan penggunaan no da yang terbagi menjadi empat bagian menurut Noda (1997) pada kalimat bahasa Jepang yang ditemukan di media anime. Penelitian dilakukan dengan mengambil data dialog dari berbagai adegan yang terdapat pada anime kemudian dianalisis menggunakan teori Noda (1997) dengan kajian sintaksis dan semantik.
-
a. Sukoopu no [no da]
Fungsi pertama no da yaitu fungsi scope (sukoopu) banyak ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Pangestu (2017) menyatakan bahwaスコープ(scope) の「のだ」(sukoopu no [no da]) digunakan untuk mengubah kalimat sebelumya menjadi nomina. Noda (1997) menyatakan bahwa no da lingkup diperlukan dalam unsur sintaksis, untuk nominalisasi bagian suatu kalimat. Kalimat yang mengandung no da lingkup memiliki karakteristik yang sama dengan kalimat yang mengandung nomina.
特に重要なのは、スコープの「の(だ)」は、文の一部を名詞化するという構 文的な理由で必要とされるものだということ、そして、スコープの「の(だ) 」の文は名詞文と共通した性質をもっているということである。
Toku ni jyuuyou nano wa, sukoopu no [no (da)] wa, bun no ichibu wo meishika suru to iu koubunteki na riyuu de hitsuyou to sareru mono da to iu koto, soshite, sukopu no [no (da)] no bun wa meishibun to kyoutsuu shita seishitsu wo motteiru to iu koto de aru.
Bagian terpenting adalah, bahwa no da lingkup diperlukan dalam unsur sintaksis, untuk nominalisasi bagian suatu kalimat. Kalimat yang mengandung no da lingkup memiliki karakteristik yang sama dengan kalimat yang mengandung nomina.
(Noda 1997)
Pernyataan di atas, dapat dipahami, fungsi no da lingkup adalah untuk nominalisasi suatu kata dalam kalimat. Selain itu, fungsi ini menjadikan kalimat sebelumnya menjadi fokus utama dalam konteks pembicaraan. Bahwa, kalimat yang mengandung scope pada dasarnya bermakna negasi dan merupakan bantahan atas pernyataan yang diketahui sebelumnya. (Noda 1997)
Data 1)
猫又 :強いスパイクを打ってるほうが勝つんじゃな
い。ボールを落としたほうが負けるんだ。
Nekomata : Tsuyoi supaiku wo utteru hou ga katsun janai. Booru wo otoshita hou ga makeru nda
Nekomata : Kemenangan bukan dilihat dari seberapa kerasnya memukul bola, tapi dilihat dari jatuhnya bola yang merupakan kekalahan.
(HK1:2011)
Pada data kalimat 1) no dari no da pada kalimat ini berfungsi sebagai meishika atau nominalisator pada 強いスパイクを打ってるほうが勝つ. Begitu juga pada ない pada じゃない yang merupakan bentuk lain dari ではない membuat 強いスパイクを打ってるほうが勝つ menjadi kalimat negatif/bantahan. Di samping itu, 強いスパイクを打ってるほうが adala fokus dari bantahan yang diutarkan karena merupakan subjek dari kalimat tersebut. Selanjutnya, kalimat ボールを落としたほうが負けるんだ merupakan penegasan atas bantahan sebelumnya yaitu . Sehingga, kalimat pada data kalimat 1) bermakna, bahwa penutur menegaskan dan membantah jika kemenangan bukanlah dilihat dari jatuhnya, lalu dijelaskan selanjutnya karena menurutnya itu adalah kekalahan karena yang dilihat adalah jatuhnya bola.
-
b. Muudo no [no da]
Fungsi ini berfokus pada penggambaran sikap penutur terhadap apa yang dikemukakan dalam pembicaraan. No da berdasarkan mood (modus) digunakan sebagai penegasan terhadap pernyataan yang diberikan berdasarkan sudut pandang penutur. Pernyataan ini dapat berupa alasan, dugaan, konfirmasi, penjelasan, instruksi, dan lain sebagainya yang berasal dari penutur. Fungsi Muudo no [no da] terbagi menjadi dua :
-
a) Mood taijiteki no [no da]
Mood taijiteki adalah fungsi mood yang didasarkan pada situasi yang diketahui oleh penutur dan telah ditetapkan sebelumnya. Pada fungsi ini, penutur tidak memerlukan lawan bicara. Pada umumnya, mood taijiteki berfokus pada tiga makna, yaitu 1) Memahami situasi yang telah ditetapkan, 2) Mengenali kembali situasi dan 3) Tindakan yang harus dilakukan berdasarkan situasi tersebut.
Data 2)
なの :学校ですよ。学校。友達とかできちゃう かもしれないんで すよ。
Nano : Gakkou desu yo. Gakkou. Tomodachi toka dekichau kamoshirenain desu yo.
Nano : Sekolah, loh. Sekolah. Barangkali aku bisa mendapatkan teman.
(NCJ:2011)
Pada data kalimat 2), no da melekat pada ungkapan ekspresi かもしれない kamoshirenai yang menyatakan kemungkinan oleh penutur dalam bahasa Jepang. Fungsi no da tersebut merupakan fungsi taijiteki kankeidzuke karena didasarkan pada pandangan penutur mengenai situasi yang telah diketahui sebelumnya dan merupakan dugaan yang diberikan oleh penutur. Situasi P 学校ですよ。学校 (Sekolah, loh. Sekolah) yang diucapkan penutur melatarbelakangi terjadinya Q 友達とかできちゃうかもしれない (Barangkali aku bisa mendapatkan teman). Makna dari kalimat ini adalah penutur menduga bahwa sekolah yang menjadi latar belakang pembicaraan akan dapat membawanya pada teman baru.
-
b) Mood taijinteki no [no da]
Mood taijinteki adalah fungsi mood yang didasarkan pada pandangan penutur mengenai lawan bicaranya. Pada fungsi ini mencakup hubungan penutur dan lawan bicaranya mengenai situasi yang sedang dibicarakan. Mood taijinteki mencakup perintah, permintaan , penyampaian informasi, pengakuan, pengulangan dan larangan pada lawan bicaranya.
Data 3)
しのぶ :あたるくんは他の女が気になるんでしょう?そっち行ったら… あたる :あほか!諸星あたる、しのぶ一つじゃ!
Shinobu : Ataru-kun wa hoka no onna ga ki ni narun deshou? Socchi ittara…
Ataru : Aho ka! Moroboshi Ataru, Shinobu hitotsu ja!
Shinobu : Ataru melirik perempuan lain, kan? Kalau kesana…
Ataru : Kau bodoh! Aku, Moroboshi Ataru, hanya memiliki Shinobu!
(UY:2022)
Pada data kalimat 3), no da yang memiliki bentuk lain ~n desu melekat dengan verba naru yang bermakna ‘menjadi’ sehingga menjadi なるんですnarundesu.
Selain itu, verba narundesu melekat dengan dengan ungkapan でしょうdeshou yang
dapat diartikan sebagai ‘bukan begitu’ dalam makna kamus. Deshou digunakan penutur untuk mengekspresikan suatu perkiraan dan dugaan penutur kepada lawan bicaranya. Maka, pada kalimat ini, no da memiliki fungsi mood taijinteki kankeidzuki yang digunakan penutur dengan memerhatikan lawan bicaranya. Fungsi mood ini juga untuk memastikan kejadian kepada orang lain. Dalam kalimat ini, penutur memastikan pada lawan bicaranya apakah lawan bicara memiliki ketertarikan dengan wanita lain selain dirinya.
-
c. Hiteibun shitsumonbun no [no da]
Fungsi ketiga, no da yaitu fungsi hiteibun dan shitsumonbun adalah no da yang berfungsi sebagai bentuk kalimat negatif dan sebagai pertanyaan dalam kalimat bahasa Jepang. Bentuk negatif no da dapat berfungsi sebagai bantahan dan juga kalimat tanya, selanjutnya, kalimat tanya dengan menggunakan no da bertujuan untuk penegasan dan memastikan apakah pernyataan yang diberikan benar dan terjadi.
Data 4)
御影父 :お前、アキに気があるんじゃないのか?
Mikage chichi : Omae, Aki ni ki ga arun janai no ka?
Ayah Mikage : Kamu, bukannya tertarik dengan Aki?
(GS2:2014)
No da pada data kalimat 4) melekat pada verba ある (ada) dan no da pada kalimat ini memiliki bentuk negatif menjadi んじゃない., laluのかmerupakan bentuk lain no da yang menjadi shitsumonbun (kalimat tanya). Kalimat atas diutarkan penutur untuk menanyakan konfirmasi perihal Aki sebagai topik pertanyaan kepada lawan bicaranya.
-
d. Juuzokusetsu no [no da]
No da ini memisahkan antara juuzokusetsu (klausa suboordinatif) dan shusetsu (klausa induk) yang melekat dengan setsuzokujoshi (konjungsi). Juuzokusetsu no [ no da ] meliputi sebagai berikut :
A) Makna negasi (~no dewanaku (te))
-
B) Makna pengandaian ( ~no dattara, ~no deareba, ~nonara )
-
C) Makna perlawanan (~no daga)
-
D) Makna pernyataan sebab/alasan (~no dakara)
Data 5)
鹿島 :でも、あたしけっこう有名だと思ってたんだ けどなあ...
ちょっとショックだな。
Kashima : Demo, atashi kekkou yuumei da to omottetan dakedo naa…chotto shokku da na…
Kashima : Tapi, meskipun rasanya aku sudah cukup menjadi terkenal, aku sedikit terkejut .
(GSN:2014)
Pada data kalimat 5), juuzokusetsu terdapat pada
も、あたしけっこう有名だと思ってた dimana verba 思ってた memiliki makna ‘berpikir’dan memiliki bentuk kala berkelanjutan. Juuzokusetsu ini dihubungkan oleh no da yang melekat pada setsuzokujoshi けど sehingga menjadi んだけど. , selanjutnya shusetsu terdapat pada ちょっとショックだな.
でも、あたしけっこう有名だと思ってた 従属節 ( klausa suboordinatif ) ,
んだけどなあ 接続助詞 ( konjungsi partikel ) , ちょっとショックだな 主節 (klausa induk).
No da yang berbentuk んだけど berfungsi sebagai penunjuk penegasan atas kontradiksi antara klausa pertama dengan klausa kedua. Klausa pertama memiliki makna yang berlawanan dengan klausa kedua. Makna pada kalimat ini adalah penutur mengira bahwa ia telah menjadi seseorang yang populer seperti yang dijelaskan pada klausa pertama, namun disamping itu ia tetap merasa kaget dengan keadaannya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai no da dalam kalimat bahasa Jepang sebagai berikut :
-
1. No da merupakan modalitas yang berfungsi untuk menyatakan alasan dan menjelaskan suatu hal berdasarkan situasi yang diketahui sebelumnya menurut pandangan penutur.
-
2. No da memiliki banyak bentuk, diantaranya no desu, n da, no dearu dan lain sebagainya. Secara struktur, no da melekat dengan verba di depannya dan memiliki bentuk yang berbeda-beda.
-
3. No da tidak bisa digunakan tanpa mengetahui konteks dari kalimat tersebut oleh kedua pihak. Fungsi no da pada umumnya merupakan penegasan terhadap sebuah situasi yang dinyatakan oleh penutur yang dibagi menurut Noda (1997) sebagai berikut : (1) Sukoopu no [no da], (2) Muudo no [no da], (3) Hiteibun shitsumonbun no [no da], dan (4) Juuzokusetsu no [no da].
-
4. Sukoopu no [no da] atau fungsi no da scope berfungsi sebagai nominalisasi bagian suatu kalimat dan menjadikan kalimat tersebut bantahan. Selanjutnya, muudo no [no da] atau fungsi no da mood berfungsi sebagai penegasan atas pernyataan yang diberikan penutur dari situasi yang diketahuinya. Lalu, hiteibun shitsumonbun no [no da] berfungsi sebagai kalimat negatif dan kalimat tanya. Selanjutnya, juuzokusetsu no [no da] yang berfungsi untuk menghubungkan klausa satu dengan yang klausa lainnya.
-
5. Penggunaan no da memiliki makna yang beragam tergantung dari fungsi no da tersebut. No da tidak memiliki makna apabila berdiri sendiri dan membutuhkan verba untuk melekat di belakangnya.
Ishikuro, Kei. (2003). Noda No Chuukaku-Teki Kinou to Hasei-Teki Kinou. Hitotsubashi University.
Masuoka, Takashi. (1992). Modality No Bunpou. Tokyo: Kuroshio Publisher.
Noda, Harumi. (1997). No Da no Kinou. Tokyo: Kuroshio Publisher.
Pangestu, Gilang Bagus. (2017). Penggunaan Noda Dalam Novel To Aru Hikuushi E No Seiyaku Volume 1. Universitas Brawijaya.
Prasena, Welly. (2006). Ekspresi Ujaran Tidak Langsung (Denbun) Souda, To Iu Koto Da, ~Ndatte. Universitas Kristen Maranatha.
Ra, Setsubai. (2012). Genzaiji no Kouteiheijobun ni Okeru Muudo no No Da no Hyougen Kouka Ni Kansuru Kousatsu. Kyuushu Kyoritsu University.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: 58
316
Discussion and feedback