Kajian Fasad Bangunan terhadap Visual Connection di Koridor Jalan Teuku Umar, Denpasar
on

KAJIAN FASAD BANGUNAN TERHADAP VISUAL CONNECTION DI KORIDOR JALAN TEUKU UMAR, DENPASAR
Oleh: A.A Gede Trisna Gamana Pratama1
Abstract (Times New Roman 12pt, Multiple at 1.15-before 0-after 6)
This paper discusses contributions of building facades towards the development of city images. It examines how a visual connection created by the front facade of architectural structures located on Jalan Teuku Umar, Denpasar City has contributed to the formation of a culturally-oriented city image as is outlined by the Local Government Regulation Number 27 Year 2017 in regard to Spatial Development for Denpasar City. This research uses descriptive qualitative research with rationalistic approach. The study results demonstrate that the visual connection formed by a series of commercial buildings exist along the observed corridor has created a modern image rather than a tradition-inspired impression as is expected by the Local Government Regulation. However, such a development is somehow inevitable, since there is no detailed guideline that directs the design of each front facade of these commercial premises, before the Number 27 Local Government Regulation can be enforced. Apart from emphasizing this absence, this study proposes a necessity for the Local Government to stipulate a specified regulation that is applicable to a particular commercial function rather than developing a generalized one-for-all policy dedicated for all buildings. This is of an important emphasis since a commercial building is not merely concerned with its position in supporting the image of its city, but it more concerns of its needs of being able to attract its aimed customers.
Keywords: building facade, visual connection, Teuku Umar street corridor Denpasar (Times New Roman 10t,
Abstrak (Times New Roman 12pt, Bold, Multiple at 1.15-before 0-after 6)
Perkembangan dan pertumbuhan Kota Denpasar diiringi dengan perkembangan arsitektur yang beragam.Terutama di koridor Jalan Teuku Umar sebagai salah satu pusat komersial di Kota Denpasar. Hal tersebut mempengaruhi image sebuah koridor kota melalui tampilan fasad bangunan yang ada, tidak diarahkan sesuai wajah kota yang dinginkan pemerintah berdasarkan Peraturan Daerah No 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan rasionalistik berdasarkan kenyataan dilapangan, dengan data primer diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi langsung berupa image fasad bangunan. Hasil penelitian menunjukkan visual connection yang terbentuk pada koridor ini didominasi bangunan komersial, sehingga memberikan image bangunan arsitektur modern yang mendominasi tampilan fasad bangunan. Hal ini masih sangat jauh dari apa yang diharapkan dari wajah kota Denpasar yang berwawasan budaya, namun dengan kondisi Koridor Jalan Teuku Umar yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan jasa di Kota Denpasar. Diharapkan pada pengampu kebijakan yakni Pemerintah Kota Denpasar agar membuat acuan mengenai penggunaan fasad bangunan lebih khusus berdasarkan jenis fungsi bangunan dan tidak mengeneralisir sehingga pada fungsi bangunan komersial dapat menyesuaikan tampilan yang dapat menarik minat pengunjung dan juga sesuai dengan wajah kota yang diinginkan Kota Denpasar.
Kata kunci: fasad bangunan, visual connection, Koridor Jalan Teuku Umar Denpasar (Times New Roman 10pt,
1
Pendahuluan (Times New Roman 12pt, Bold, Multiple at 1.15-before 12-after 6)
Perkembangan dan pertumbuhan Kota Denpasar diiringi dengan perkembangan arsitektur yang beragam. Hal tersebut akan membuat wajah Kota Denpasar diramaikan dengan aneka corak dan ragam langgam arsitektur (Salain, 2016). Khususnya pada fasad bangunan tidak hanya bersifat dua dimensi saja akan tetapi bersifat tiga dimensi yang dapat merepresentasikan masing-masing bangunan tersebut dalam kepentingan publik atau sebaliknya (Krier,1983).
Pada tampilan fasad kawasan, visual connection merupakan hubungan kesamaan visual antar bangunan satu dengan bangunan lainnya sehingga menimbulkan image tertentu (Trancik, 1986). Hal tersebut akan mempengaruhi image suatu kota jika tampilan fasad bangunan tidak diarahkan sesuai wajah kota yang dinginkan pemerintah. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Denpasar dalam Peraturan Daerah No 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, menjelaskan bahwa bangunan serta wajah kota terjadi keseimbangan yang harmonis antara ruang terbuka dengan ruang terbangun, serta keserasian wajah kota yang berwawasan budaya.
Perkembangan fasad Kota Denpasar banyak didominasi pada bangunan komersial, dapat terlihat pada koridor Jalan Teuku Umar yang merupakan salah satu pusat kawasan perdagangan dan jasa di Kota Denpasar. Koridor ini memiliki panjang 1,4 Km dengan lebar jalan berkisar 14-16 meter. Koridor komersial tersebut akan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat mengenai wajah kotanya khususnya Kota Denpasar karena koridor komersial pada umumnya berlokasi pada lokasi strategis kota.
Penelitian ini mengkaji mengenai: bagaimanakah tipologi fasad bangunan di koridor Jalan Teuku Umar, Denpasar dan kesesuaiaan dengan peraturan di Kota Denpasar; bagaimanakah visual connection yang dimunculkan oleh fasad bangunan di koridor Jalan Teuku Umar, Denpasar; bagaimanakah kontribusi visual connection di koridor Jalan Teuku Umar pada Kota Denpasar.
Kondisi Perkembangan fasad bangunan di Kota Denpasar, dapat terlihat dari penelitian Tipologi Fasad Pertokoan di Koridor Jalan Teuku Umar Denpasar. Hasil penelitian Praganingrum, dkk (2016) tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar fasad bangunan pertokoan tidak menggunakan konsep lokal Bali dengan baik. Hal tersebut terlihat seperti penggunaan atap limasan, kolom vertikal, peninggian lantai dan penggunaan ornamen berupa tempelan pada dinding bangunan. Dengan lebih mengedapankan tampilan yang terlihat modern karena tuntutan tampilan wajah bangunan yang harus mampu memiliki ciri dan menarik minat konsumen.
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan apa yang diharapkan pemerintah, Padahal pemerintah telah memiliki peraturan ini dari Tahun 2005 yaitu pada Peraturan Daerah Provinsi Bali No 5 Tahun 2005 mengenai persyaratan arsitektur bangunan gedung dan dipertegas melalui Perwali Kota Denpasar No 25 Tahun 2010 mengenai persyaratan arsitektur bangunan gedung di Kota Denpasar. Namun realita dilapangan tersebut masih belum sesuai dengan wajah kota yang diinginkan pemerintah Kota Denpasar. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu sebagai acuan bagi pengampu kebijakan
Pemerintah Kota Denpasar terkait dalam perijinan perencanaan bangunan dan mengontrol wajah fasad bangunan komersial yang sesuai dituju Kota Denpasar.
Metode Penelitian (Times New Roman 12pt, Bold, Multiple at 1.15-before 12-after 6)
Pendekatan dilakukan melalui penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan rasionalistik dengan berdasarkan kenyataan dilapangan yang menjadi fokus penelitian dan kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut, berdasarkan kenyataan dilapangan dengan data primer diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi langsung berupa image fasad bangunan. Konsep pada penelitian ini terdiri dari konsep a) fasad bangunan yang pada penelitian ini pada bagian tampak bangunan meliputi: geometri, skala dan proporsi (komposisi fasad bangunan, Ching, 1972); warna dan material (elemen fisik pembentuk karakter, shirvani, 1985); bukaan bangunan, signage dan ornamen komponen fasad bangunan, Ching, 1972). Visual connection yang dimaksud pada penelitian ini kesamaan visual yang tercipta dari warna dan material bangunan, skyline bangunan, style bangunan, dan ritme bangunan (Trancik, 1986). Berdasarkan hal tersebut, Tabel 1. menjelaskan mengenai indikator dan tujuan dalam menganalisis masalah dalam penelitian, beserta indikatornya.
Tabel 1. Indikator Analisis Fasad Bangunan dan Visual Connection.yang Dimunculkan
No |
Indikator Analisis Fasad Bangunan dan Visual Connection yang Dimunculkan | |
Indikator Analisis |
Tujuan | |
1 |
Geometri: gagasan formatif dalam arsitektur yang mewujudkan prinsip-prinsip geometri pada bidang (Ching, D.K, 1979). |
Mengetahui bentuk geometri pada bangunan terkait proporsi dan ketinggian bangunan |
2 |
Warna dan Material: warna yaitu kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya; material yaitu bahan yang digunakan pada tampilan bangunan dalam membentuk fasad pada bangunan (Shirvani, 1985). |
Mengetahui dominasi warna dan material pada fasad bangunan terkait tipologi fasad bangunan |
3 |
Bukaan Bangunan: bidang antara ruang luar dan ruang dalam bangunan (Krier, 1983). |
Mengetahui jenis bukaan bangunan terkait dengan fungsi bangunan dan visual connection yang dimunculkan |
4 |
Skala dan Proporsi: skala yaitu proporsi yang dipakai untuk menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi dari elemen fasad; proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dengan bagian lainnya pada salah satu elemen fasad (Ching, D.K, 1979). |
Mengetahui dominasi proporsi bangunan dan skala bangunan terkait tipologi fasad bangunan |
5 |
Signage: bentuk komunikasi visual perusahaan kepada masyarakat yang menginformasikan tujuan yang ingin disampaikan oleh perusahaan komersial (Krier, 1983). |
Mengetahui penempatan signage pada fasad bangunan kaitannya dengan fungsi kawasan komersial |
6 |
Ornamen: kelengkapan visual sebagai unsur estetika pada fasad bangunan (Krier, 1983). |
Mengetahui dominasi pengunaan ornamen pada fasad bangunan kaitannya terhadap kesesuaian penerapan peraturan pemerintah |
7 |
Style Bangunan: suatu kumpulan karakteristik bangunann dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah tertentu (Shirvani, 1985). |
Mengetahui dominasi style bangunan pada koridor kawasan ini. |
Analisa penelitian ini secara keseluruhan dibagi menjadi 3 tahapan, antara lain:
-
1. Analisa terhadap tipologi fasad bangunan dan kesesuaian terhadap peraturan pemerintah, analisa ini merupakan analisa terhadap fasad bangunan seperti elemen geometri bangunan, warna bangunan, material bangunan, bukaan bangunan, skala dan proporsi bangunan, ornamen, sign dan style bangunan sesuai Tabel 1; sedangkan kesesuaian terhadap peraturan pemerintah berdasarkan Perwali No 25 Tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999) sesuai Tabel 2. Hasil dari analisa selanjutnya digunakan sebagai data untuk tahapan analisis selanjutnya.
-
2. Analisa visual connection yang dimunculkan oleh fasad bangunan, pada tahapan ini analisa mengenai pengulangan fasad bangunan yang terjadi pada koridor berdasarkan hasil analisa sebelumnya meliputi pengulangan warna, material bangunan, skyline bangunan, dan style bangunan.
-
3. Analisa kontribusi visual connection di koridor Jalan Teuku Umar pada Kota Denpasar. Pada tahap analisa ini dilakukan berdasarkan hasil analisa sebelumnya yaitu analisa visual connection yang dimunculkan dan dibandingkan berdasarkan wajah kota berdasarkan RTRW mengenai Kota Denpasar yang berwawasan budaya dan persyaratan arsitektur bangunan gedung melalui Perwali No 25 Tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur Bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999).
Teori (Times New Roman 12pt, Bold, Multiple at 1.15-before 12-after 6)
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali No 5 Tahun 2005 mengenai Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung, menjelaskan mengenai Arsitektur di Provinsi Bali di masa depan terdiri atas:
-
1. Arsitektur Bali adalah tata ruang dan tata bentuk yang pembangunannya didasarkan atas nilai dan norma-norma tradisi baik tertulis maupun tidak tertulis yang diwariskan secara turun temurun.
-
2. Arsitektur Non Tradisional Bali adalah arsitektur yang tidak menerapkan norma-norma arsitektur tradisional Bali secara utuh tetapi menampilkan gaya arsitektur tradisional Bali.
-
3. Analisa kontribusi Arsitektur warisan adalah arsitektur peninggalan masa lampau di Provinsi Bali, baik dalam keadaan terawat atau tidak terawat, berupa kesatuan atau kelompok yang dianggap mewakili nilai-nilai penting bagi ilmu pengetahuan sejarah, kebudayaan dan nilai-nilai signifikan lainnya.
Unsur-Unsur Arsitektur Tradisional Bali
-
1. Sosok dan fisik bangunan dianalogikan seperti bentuk tubuh manusia yakni Tri Angga menurut Sulistyawati (2008:363) merupakan ungkapan tata nilai yang membagi ruang kehidupan ke dalam tiga (tri) bagian sebagaimana hirarkis fisik (angga) manusia yaitu kepala (utama angga), badan (madya angga), kaki (nista angga), karena bangunan diumpamakan jagad kecil dalam lingkungan buatan manusia.
-
2. Ragam Hias Arsitektur Bali menurut Gelebet (2002:331-336), merupakan bentuk-bentuk hiasan yang mengandung arti dan penempatannya di beberapa bagian penting bangunan ataupun elemen-elemen yang memerlukan hiasan dengan mengambil tiga kehidupan di
bumi, manusia dan binatang dan tumbuh-tumbuh. Adapun ragam hias tradisonal Bali terdiri dari: keketusan; kekarangan; pepatran; ukiran; pepulasan; pepalihan.
-
3. Penggunaan bahan dan struktur tradisional Bali tersebut memiliki konsep bahan yang berkarakter berat makin keatas dengan bahan berkarakter ringan, sejalan dengan logika tingkat keamanan bangunan tinggi (Gomudha, 1999).
Nilai-Nilai Arsitektur Tradisional Bali (ATB) pada Arsitektur Masa Kini (AMK) (Gomudha, 1999):
-
1. Sosok bangunan ATB dalam pengaplikasian struktur fisik Tri Angga secara proporsional. Pada sosok AMK tidak dapat ditearpkan di Bali, namun dapat memanfaatkan elemen-elemen dari AMK untuk membentuk sosok AMK baru yang berterima di Bali.
-
2. Bentuk bangunan ATB didominasi tata cara olah bentuk handicraft sedangkan AMK lebih kepada produk mesin, namun dapat disesuaikan dengan kemajuan teknologi sepanjang produk mesin tidak dominan pada bangunan.
-
3. Skala dan proporsi yang harmonis pada bangunan ATB merupakan hal yang sangat penting, namun tidak dapat dihindari dengan hadirnya sosok massa besar dan tinggi dari AMK, kondisi ini dapat dihindari dengan pengubahan bentuk kotak menjadi kotak yang dinamis seperti punden berundak, split level, dll.
-
4. Ornamen dan dekorasi sebagai ragam hias arsitektur merupakan hasil olah handicraft yang sangat memungkinkan dipadukan dengan unsur ragam hias non Bali sepanjang tidak kehilangan pakem ragam hias Bali.
-
5. Prinsip struktur dan Bahan‐bahan alamiah ATB terdiri dari bata Bali, paras, dan bebatuan lainnya, sedangkan pemanfatan bahan‐bahan hasil teknologi modern sangat mendukung peningkatan kualitas penampilan ATB dan dapat menciptakan bahan‐bahan bangunan buatan berkarakter alamiah.
Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar
No
Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar
1
2
3
Tata Bangunan
Sosok bangunan mencerminkan karakteristik arsitektur Bali (Perwali no 25 Tahun 2010).
Tata olah bentuk mencerminkan tata olah “handicraft” dan dihindari karakter tata olah mesin cleaness, excactness, prececision (Gomudha,1999).
Penerapan konsep Tri Angga (utama: kepala bangunan Bali yaitu atap, madya: badan bangunan Bali yaitu badan/dinding bangunan, Nista: kaki bangunan Bali yaitu lantai dan pondasi bangunan) yang proporsional Menerapkan sejak awal sosok Bali dengan struk tur fisik Tri Angga secara proporsional hingga kebagian terkecil atau memanfaatkan bagian‐ bagian sosok non Bali yang distilisasi (Gomudha,1999).
Menggunakan bentuk atap pelana atau imasan
Ragam Hias
Menerapkan ragam hias tradisional Bali dengan seimbang (Perwali no 25 Tahun 2010).
Dipahatkan ornamen sebagai representasi Tri Angga pada bagian – bagian utama bangunan batur, tiang/dinding dan atap (Gomudha,1999)
Modifikasi elemen ragam hias tradisional dengan mempertahankan karakteristik bentuk awal (Perwali no 25 Tahun 2010).
Dekorasi pakem Bali dibubuhkan seperlunya sebagai aksen dan dihindari penggunaan simbol-simbol agama yang disakralkan (Gomudha,1999) .
Komposisi yang seimbang dengan brand image perusahaan dengan bidang-bidang lainnya (Perwali no 25 Tahun 2010).
Memiliki karakter sosok bangunan tropis beratap limas /pelana (pith roof), dihindari atap datar; ada ruang antara (serambi) dan memiliki oversteck yang cukup lebar untuk menahan tiris (Gomudha,1999) .
-
4 Menggunakan olahan bentuk bangunan yg
mencerminkan Arsitektur Tradisional Bali
Menggunakan bentuk dasar Punden Berundak, menghindari bentuk‐bentuk miring/bulat/ plain (Gomudha,1999) .
-
5 Menerapkan proporsi yang harmonis antara
bangunan dengan manusia
Tidak terjadi “di luar skala manusia dan di lu ar proporsi manusia/
out of human scale & out of human proportion ” (Gomudha,1999).
Sumber: Perwali No 25 Tahun 2010 dan Gomudha (1999)
Mencerminkan warna-warna yang natural dengan alam (Perwali no 25 Tahun 2010).
Menggunakan bahan-bahan yang organik pada tampilan bangunan (Perwali no 25 Tahun 2010).
Tata bahan dan warna: karakter alamiah, juj ur terekspose (sustainable architecture); disus
un dari yang berkarakter berat di bawah dan makin ke atas makin ringan. (Gomudha,1999)
Penelitian ini berlokasi di Kota Denpasar pada koridor Jalan Teuku Umar, Kecamatan Denpasar Barat Koridor ini memiliki panjang 1,4 Km dengan lebar ruang kendaraan berkisar 14-16 meter (dua jalur tanpa medan) kondisi topografi yang landai, koridor ini tergolong jalan kolektor primer (RTRW Kota Denpasar Tahun 2011-2031). Pada penelitian ini area yang akan diteliti yaitu perbatasan Jalan Teuku Umar-Jalan Diponegoro hingga bundaran simpang enam.

Gambar 1. Peta Kota Denpasar Sumber: RTRW Kota Denpasar
Gambar 2. Koridor Jalan Teuku Umar
Sumber: RTRW Kota Denpasar dan Google Maps,
Dominasi Fungsi Bangunan
Dominasi fungsi bangunan Jalan Teuku Umar, Denpasar merupakan salah satu pusat perdagangan dan jasa di Kota Denpasar, selain itu terdapat fungsi perkantoran, mall, hunian, tempat peribadatan dan fasilitas publik lainnya, terdapat 20 fungsi bangunan pada koridor ini. Pada Gambar 3 menjelaskan mengenai fungsi bangunan didominasi untuk fungsi perdagangan yaitu toko handphone 18%, restoran dan warung makan 18%, toko pakaian 8%; fungsi jasa meliputi toko servis handphone sebesar 3%, fungsi perkantoran diwakili bank sebesar 12%, fasilitas lainnya diwakili bangunan tidak terpakai dan hunian sebesar 6%. Dominasi fungsi bangunan ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi bangunan yang mendominasi pada koridor ini sehingga akan berpengaruh terhadap tampilan fasad bangunan dan visual connection kaitannya terhadap image yang akan dihasilkan pada koridor ini, hal ini didukung menurut Lynch (1969) mengenai visual connection yang lebih mencakup kearah non visual namun dapat memberikan kerangka kawasan yang kuat.
■ (1)Toko Handphone, (2) Toko servis handphone, (3) Bank, (4) Bangunan tdk terpakai, Hunian
■ (1)Resto & Wr. Makan
■ (1) Toko pakaian
Gambar 3. Dominasi Fungsi Bangunan
Tipologi Fasad Bangunan dan Kesesuaiannya dengan Peraturan Pemerintah Kota Denpasar
Pada koridor ini (perbatasan Jalan Teuku Umar-Jalan Diponegoro hingga bundaran simpang enam), berdasarkan observasi yang telah dilakukan kondisi ekisting fungsi bangunan didominasi dengan ruko-ruko bangunan dengan fungsi penjualan handphone, bank, tempat peribadatan, mall, restoran, dll. Ketinggian bangunan rata-rata 7 meter-10,5 meter dengan lebar jalan 16 meter. Hasil analisa tersebut dengan menganalisa bagian geometri, warna, material, bukaan bangunan, skala, proporsi, signage, ornamen dan pemilihan sampel bangunan yang dianggap mewakili dari kesamaan fungsi bangunan dan fasad bangunan. Berdasarkan persyaratan dari Peraturan Walikota No 25 Tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur Bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999), terlihat pada Tabel 2. Pada Gambar 4 ,5 dan 6 menjelaskan mengenai peta koridor Jalan Teuku Umar dan kondisi tipologi fasad bangunan di koridor ini sehingga mampu memberikan gambaran mengenai kondisi terkini fasad bangunan di koridor Jalan Teuku Umar ini dalam menganalisa elemen fasad bangunan yang dominan dan kesesuaiannya terhadap Peraturan Pemerintah Kota Denpasar.

Gambar 4. Lokasi Penelitian Sumber: RTRW Kota Denpasar

Gambar 5. Tipologi Fasad (Arial10pt, Si Sumber: Survey Lapangan, 11 Januari 2018


Gambar 6. Tipologi Fasad
Sumber: Survey Lapangan, 11 Januari 2018
Pada Gambar 5 dan 6, menjelaskan mengenai dominasi komponen fasad bangunan yang mendominasi pada setiap komponen meliputi: dominasi bangunan poin geometri terdapat pada bangunan, dominasi poin warna putih dominasi poin berjumlah 15 bangunan; dominasi material cat dinding berjumlah 16 bangunan. Dominasi bukaan bangunan kaca dengan frame allumunium berjumlah 13 bangunan; dominasi skala bangunan lantai 2 berjumlah 10 bangunan. Dominasi proporsi kearah vertikal berjumlah 11 bangunan; dominasi tidak adanya pengunaan ornamen berjumlah 26 bangunan dan dominasi penggunan yang sesuai dan tidak mendominasi bangunan berjumlah 21 bangunan. Sedangkan pada kesesuaian terhadap peraturan pemerintah yaitu Peraturan Walikota No 25 Tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur Bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999), pada tata bangunan didominasi berjumlah 32 bangunan; pada poin ragam hias berjumlah 14 bangunan.
Tabel 3. Tipologi Fasad Bangunan dan Kesesuaian dengan Peraturan di Kota Denpasar
Gambar

(1)
(Fungsi Restoran)

(3)
(Fungsi Bengkel)

(8)
(Fungsi Hunian)

(9)
Analisa Fasad Bangunan
-
• Geometri: persegi panjang
-
• Warna & Material: didominasi warna merah bata dari bata merah ekspose dan warna abu-abu dari ornamen bangunan
-
• Bukaan Bangunan: frame alumunium pada jendela dan pintu
-
• Skala & Proporsi: ketinggian bangunan 1 lantai ini 3,5 meter proporsi seimbang
-
• Signage: penempatan sign sudah sesuai
-
• Ornamen : adanya ornamen
-
• Style Bangunan: arsitektur vernakular.
-
• Geometri: persegi panjang
-
• Warna & Material: warna abu-abu dari material alumunium composite panel pada sign bangunan yang menutupi atap bangunan
-
• Bukaan Bangunan: pintu rolling door pada lantai dasar bangunan
-
• Skala & Proporsi: ketinggian bangunan 1 lantai ini
-
3,5 meter proporsi memanjang kearah horizontal
-
• Signage: penempatan sign tidak sesuai
-
• Ornamen : tidak adanya ornamen
-
• Style Bangunan: arsitektur modern.
-
• Geometri: persegi panjang
-
• Warna & Material: bangunan didominasi warna putih pada badan bangunan.
-
• Bukaan Bangunan: frame dari kayu pada bagian jendela dan bagian pintu
-
• Skala & Proporsi: ketinggian bangunan 2 lantai ini 7 meter proporsi seimbang
-
• Signage: penempatan sign sudah sesuai
-
• Ornamen : tidak adanya ornamen
-
• Style Bangunan: arsitektur vernakular.
-
• Geometri: persegi panjang
-
• Warna & Material: didominasi warna abu-abu dari material paras dan warna merah muda dari bahan bata
-
• Bukaan Bangunan: penggunaan material kayu pada pintu dan full kaca berbentuk mozaik style gothik
-
• Skala & Proporsi: ketinggian bangunan 2 lantai ini 7 meter proporsi memanjang kearah horizontal
Analisa Kesesuaian dengan Peraturan di Kota Denpasar
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar • Poin tata Bangunan yg sesuai yaitu: 1,2,3,4,5
-
• Poin Ragam Hias yang sesuai yaitu: 3,4,5.
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar • Poin tata Bangunan yg sesuai yaitu: 2,3,5
-
• Poin Ragam Hias yang sesuai yaitu: -.
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar • Poin tata Bangunan yg sesuai yaitu: 1,2,3,5
-
• Poin Ragam Hias yang sesuai yaitu: 3.
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar • Poin tata Bangunan yg sesuai yaitu: 1,2,3,4,5
-
• Poin Ragam Hias yang sesuai yaitu: 1,3,4,5.
(Fungsi Tempat beribadah)
(12)
(Fungsi Bank)
(15) (Fungsi Mall)
(24)
(Fungsi Toko Handphone)
(33)
(Fungsi Kantor Telekomunikasi)
-
-
• Signage: penempatan sign sudah sesuai
-
• Ornamen : adanya ornamen
-
• Style Bangunan: arsitektur vernakular.
-
• Geometri: persegi panjang
-
• Warna & Material: didominasi warna oranye dari material bata merah dan warna putih dari material batu alam
-
• Bukaan Bangunan: frame alumunium pada jendela dan pintu
-
• Skala & Proporsi: ketinggian bangunan 3 lantai ini 9 meter proporsi seimbang
-
• Signage: penempatan sign sudah sesuai
-
• Ornamen : adanya ornamen
-
• Style Bangunan: arsitektur vernakular.
-
• Geometri: persegi panjang
-
• Warna & Material: didominasi warna putih dari dinding bangunan dan warna merah bata dari bahan bata merah dan alumunium composite panel pada struktur bangunan dan tampak bangunan.
-
• Bukaan Bangunan: frame alumunium pada jendela dan pintu
-
• Skala & Proporsi: ketinggian bangunan 4 lantai ini 12 meter proporsi memanjang horizontal
-
• Signage: penempatan sign sudah sesuai
-
• Ornamen : tidak adanya ornamen
-
• Style Bangunan: arsitektur vernakular.
-
• Geometri: persegi panjang
-
• Warna & Material: perpaduan material kaca dengan warna putih dari struktur bangunan dan papan reklame yang menutupi atap bangunan.
-
• Bukaan Bangunan: penggunaan material full kaca pada lantai dasar
-
• Skala & Proporsi: ketinggian bangunan 1 lantai ini 3,5 meter proporsi memanjang kerah horizontal
-
• Signage: penempatan sign sudah sesuai
-
• Ornamen : tidak adanya ornamen
-
• Style Bangunan: arsitektur modern.
-
• Geometri: persegi panjang
-
• Warna & Material: didominasi warna putih dari dinding bangunan dan warna oranye dari material bata merah pada ornamen bangunan.
-
• Bukaan Bangunan: frame alumunium pada jendela dan pintu
-
• Skala & Proporsi: ketinggian bangunan 3 lantai ini 9 meter proporsi seimbang
-
• Signage: penempatan sign sudah sesuai
-
• Ornamen : adanya ornamen
-
• Style Bangunan: arsitektur vernakular.
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar • Poin tata Bangunan yg sesuai yaitu: 1,2,3,4,5
-
• Poin Ragam Hias yang sesuai yaitu: 2,3,4,5.
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar • Poin tata Bangunan yg sesuai yaitu: 1,2,3,4,5
-
• Poin Ragam Hias yang sesuai yaitu: 3,4,5.
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar • Poin tata Bangunan yg sesuai yaitu: 2,3,5
-
• Poin Ragam Hias yang sesuai yaitu: -.
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar • Poin tata Bangunan yg sesuai yaitu: 1,2,3,4,5
-
• Poin Ragam Hias yang sesuai yaitu: 1,3,4,5.
-
Sumber: Analisis, 4 September 2018
Pada Tabel 3, menjelaskan mengenai analisis tipologi fasad bangunan dan kesesuaian terhadap Peraturan Pemerintah Kota Denpasar. Analisis fasad bangunan akan dianalisis melalui indikator geometri, skala dan proporsi, warna, material, bukaan bangunan, signage dan ornamen. Pada kesesuaian peraturan berdasarkan Tabel 2 mengenai persyaratan arsitektur bangunan gedung Kota Denpasar pada Perwali No 25 tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur Bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999).
Hasil temuan pada unsur fasad bangunan pada koridor Jalan Teuku Umar yang paling berpengaruh atau dominan yaitu poin geometri bangunan didominasi persegi panjang (100%), poin warna dari 13 tipe warna dengan unsur warna putih mendominasi (40%), sedangkan unsur warna terendah dari warna ungu dan coklat (1%). Poin material bangunan memiliki 6 tipe material dengan material dominan dari bahan cat dinding (47%), dan material batu paras sebagai unsur material terendah (2%).
Poin bukaan bangunan terdiri dari 4 tipe bukaan dengan penggunaan frame allumunium mendominasi tipe bukaan bangunan (34%), sedangkan unsur bukaan terendah dari material kaca dengan frame kayu (16%). Poin skala terdiri dari 4 tipe pada segmen ini didominasi bangunan dengan lantai 2 (41%) dan lantai 4 (4%) sebagai unsur skala terendah.
Proporsi bangunan memiliki 3 tipe dengan proporsi dominan lebih memanjang kearah vertikal antara tinggi dan lebar bangunan (41%) dengan unsur proporsi terendah dari proporsi seimbang antara tinggi dan lebar bangunan (24%). Penggunaan ornamen pada bangunan ini, lebih didominasi tidak adanya penggunaan ornamen pada bangunan (91%) dari penggunaan ornamen (9%).
Poin penempatan signage pada bangunan ini didominasi penempatan sign sudah sesuai dan tidak mendominasi bagian bangunan (48%), sedangkan penempatan sign yang dominan pada badan bangunan (41%) dan bangunan yang tidak menggunakan sign pada bangunan seperti fungsi hunian (10%), seperti pada Gambar 9 mengenai kesimpulan analisis perkembangan fasad bangunan.
1
2
Bagian Atas
Bagian Tengah
∣⅝⅜κ BIIKOPI⅜
Bagian Bawah
Gambar 7. Kondisi bangunan yang dianggap mewakili Kota Denpasar yang berwawasan Budaya Sumber: Analisis, 4 September 2018
Pada Gambar 7, menjelaskan mengenai bangunan (1) Bank Bukopin dan (2) Bank Kospin Jasa ini merupakan kondisi beberapa bangunan yang dianggap mewakili Kota Denpasar yang berwawasan budaya sesuai dengan indikator kesesuaian dengan penerapan peraturan di Kota Denpasar. Pada bangunan (1) bagian atas (kepala) bangunan terdiri dari atap limasan dengan bahan genteng berwarna cokelat yang dilengkapi dengan murdha dan ikut celedu pada bagian atap bangunan; bagian tengah (badan) bangunan menggunakan bahan material bata merah, batu alam berwarna hitam dan cat dinding warna putih tanpa dilengkapi ornamen pada bagian badan bangunan; bagian bawah (kaki) bangunan terdiri dari bahan material batu alam warna hitam yang dipadukan bukaan bangunan dari material full kaca.
Pada Bangunan (2) bagian atas (kepala) bangunan terdiri dari atap limasan dengan bahan genteng berwarna cokelat tanpa dilengkapi hiasan atap berupa murdha dan ikut celedu; bagian tengah (badan) bangunan menggunakan bahan material bata merah, batu alam berwarna putih dan bukaan bangunan dari material full kaca ornamen pepatran berbentuk tumbuh-tumbuhan pada bangunan ini dari material batu alam; bagian bawah (kaki) bangunan tidak terlihat wujud ataupun bahan material alami hanya dilapisi cat dinding dan bukaan bangunan dari material full kaca. Kesimpulan pada bangunan yang dianggap mewakili kota Denpasar yang berwawasan budaya dikarenakan dari tata bangunan dan tampilan bangunan sudah sesuai dengan Tabel 2 mengenai indikator kesesuaian persyaratan arsitektur bangunan gedung pada koridor Jalan Teuku Umar, Denpasar ini hanya terdapat 45% bangunan yang sesuai dengan ketentuan tersebut.
3
4
Bagian Atas
WiMari
Bagian Tengah
ιw⅜
Bagian Bawah
Gambar 8. Kondisi beberapa bangunan yang dianggap tidak mewakili Kota Denpasar yang berwawasan Budaya
Sumber: Analisis, 4 September 2018
Pada Gambar 8, menjelaskan mengenai bangunan (3) bengekel Autocamp dan (4) Handphone shop ini merupakan kondisi beberapa bangunan yang dianggap tidak mewakili Kota Denpasar yang berwawasan budaya. Pada bangunan (3) bagian atas (kepala) bangunan, penggunaan atap tidak terlihat pada atap bangunan tertutupi oleh sign bangunan; bagian tengah (badan) bangunan menggunakan bahan material allumunium composite panel tanpa dilengkapi ornamen pada bagian badan bangunan; bagian bawah (kaki) bangunan terdiri dari peninggian lantai dari perkerasan semen cor.
Pada Bangunan (4) bagian atas (kepala) bangunan terdiri dari atap limasan, penggunaan atap tidak terlihat pada atap bangunan; bagian tengah (badan) bangunan menggunakan bahan material dari sign bangunan dan sign bangunan; bagian bawah (kaki) bangunan tidak terlihat wujud ataupun bahan material alami hanya dilapisi cat dinding dan bukaan bangunan dari material full kaca. Kesimpulan pada bangunan yang dianggap mewakili kota Denpasar yang berwawasan budaya dikarenakan dari tata bangunan dan tampilan bangunan sudah sesuai dengan Tabel 2 mengenai indikator kinerja arsitektur bangunan gedung pada koridor Jalan Teuku Umar, Denpasar ini bangunan yang tidak sesuai berkisar 54% dari arsitektur modern dan 1 % dari arsitektur kolonial.
Pada bagian kesesuaian terhadap peraturan pemerintah dianalisis berdasarkan pada Tabel 2 mengenai indikator kinerja arsitektur bangunan gedung di Kota Denpasar. Hasil temuan dari kesesuaian terhadap peraturan yang berlaku yaitu bangunan pada point tata bangunan segmen ini didominasi poin 2, 3 dan 5 yaitu penerapan konsep Tri Angga yang proporsional
dan menerapkan sejak awal sosok Bali dengan struktur fisik Tri Angga secara proporsional hingga kebagian terkecil atau memanfaatkan bagian-bagian sosok non Bali yang distilisasi (27%), menggunakan bentuk atap pelana atau limasan dan memiliki karakter sosok bangunan tropis beratap limas /pelana (pith roof), memiliki oversteck yang cukup lebar untuk menahan tiris (32%); menerapkan proporsi yang harmonis antara bangunan dengan manusia dan tidak terjadi “di luar skala manusia dan di luar proporsi manusia out of human scale & out of human proportion” (31%). Sedangkan poin tata bangunan terendah pada poin 1, dan 4 yaitu sosok bangunan mencerminkan karakteristik arsitektur Bali dan tata olah bentuk mencerminkan tata olah “handicraft” (4%); menggunakan olahan bentuk bangunan yg mencerminkan Arsitektur Tradisional Bali dan menggunakan bentuk dasar punden berundak, menghindari bentuk bentuk miring/bulat/plain (3%).
Pada poin ragam hias bangunan didominasi point 3, 4 dan 5 yaitu komposisi yang seimbang dengan brand image perusahaan dengan bidang-bidang lainnya (56%), mencerminkan warna-warna yang natural dengan alam (18%), menggunakan bahan-bahan yang organik pada tampilan bangunan dan tata bahan dan warna: karakter alamiah, jujur terekspose (sustainable architecture) (19%), sedangkan poin ragam hias terendah terdapat pada poin 1 dan 2 yaitu menerapkan ragam hias tradisional Bali dengan seimbang dan Dipahatkan ornamen sebagai representasi Tri Angga pada bagian bagian utama bangunan batur, tiang/dinding dan atap (5%); menggunakan bahan-bahan yang organik pada tampilan bangunan dan dekorasi pakem Bali dibubuhkan seperlunya sebagai aksen dan dihindari penggunaan simbol-simbol agama yang disakralkan (6%), seperti pada Gambar 9 mengenai kesimpulan analisis tipologi fasad bangunan dan kesesuaian terhadap peraturan pemerintah Kota Denpasar.
Gambar 9. Kesimpulan analisis tipologi fasad bangunan dan
Kesesuaian terhadap peraturan Pemerintah Kota Denpasar
Visual Connection yang dimunculkan oleh Fasad bangunan di Koridor Jalan Teuku Umar, Denpasar. (Times New Roman 12pt, Bold, Multiple at 1.15-before 12-after 6)
Visual Connection pada koridor ini (perbatasan Jalan Teuku Umar-Jalan Diponegoro hingga bundaran simpang enam), akan menganalisa mengenai pengulangan bangunan yang terjadi di koridor Jalan Teuku Umar yang dihasilkan dari fasad bangunan dalam mewujudkan wajah kota Denpasar yang berwawasan budaya.
Berdasarkan dari analisis dan pembahasan mengenai fasad bangunan terhadap visual connection pada koridor Jalan Teuku Umar melalui indikator dari kesimpulan perkembangan tampilan fasad bangunan dan berdasarkan dari fisik (warna, material bangunan, skyline bangunan, style bangunan, dan bukaan bangunan) dan non fisik (fungsi bangunan dan kesesuaian terhadap peraturan Pemerintah Kota Denpasar berdasarkan Perwali no 25 Tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10, yang menjelaskan mengenai peta koridor Jalan Teuku Umar, yang telah dibagi menjadi 4 bagian untuk memudahkan dalam menganalisa visual connection.
Gambar 10. Peta Koridor Jalan Teuku Umar
Sumber: RTRW Kota Denpasar dan Google Maps
1-29
W TP BK TJ HP jjι PR BL HN HP HP TS BK MM RT TS MM PR TS HP WR TK TS WR HN> TB TC
BM BA ACP CAT SIGN ACP CAT ∞ ACPBA SIGN BA CAT BA CAT BA CAT SIGN CAT
.Ay..AM...≡.M.Ay....AAJ..>...⅛5.....M...M..Ay....^..M.≡L.≡.......*y......™.M..M<^M>..w.avx.am.....M
Gambar 11. Analisis visual connection yang dimunculkan Sumber: Analisis, 4 September 2018 (Arial 9pt, single-before 0-a
Material BM CAT CAT CAT BA CAT CAT CAT SIGN CAT ACP CAT CAT. BA ACP SIGN SIGN SIGN ACP SIGN BA BA ACP ACP. ACP. ACP ACP CAT
Bukaan fk rd rd fu rd fk ¾ rd fk rd fk rd rd fa fk rd fa fu fa fa fa rd fk rd fa fa EA Rd
stv'e ZΞ⅛K^mS5IuSλK⅛"Z⅛""SS^λ""S"5"(⅛S^^"Z^^^
Eunesj TK -BL TD TN HP RT HP HR HP TS TW TV BK HP WR HP - TS TT BK TL BK BK KA KM HP HP
50-77
Material FK CAT FK CAT CAT CAT. BM SIGN CAT BM CAT SIGN BA CAT CAT CAT fk SIGN CAT CAT BM CAT BM ACP fi^sao 'fk rd fk a a a a a at a fu rd fk rd fu fk aa rd sb fa fk fa a
st*le FM M ⅜⅜ M ⅜⅛ ⅜⅛ AV AM ⅜t⅛ AV AM AM AV AM ⅜M ⅝M ⅜⅛⅜t ⅜⅛ ⅜⅛ AV AM AV AM
Funesi hr Ru π hr tp je bl tp tk bk tai wr kp tsp hn hp te hp tn ru bk hr kt bk
78-101
Gambar 12. Analisis visual connection yang dimunculkan
Sumber: Analisis, 4 September 2018
Berdasarkan dari analisis visual connection yang dimunculkan fasad bangunan pada koridor Jalan Teuku Umar. Sesuai dengan konteks visual connection mengenai kesamaan visual antara lain dapat dihadirkan oleh pemakaian material, warna, bukaan-bukaan dan detil, garis atap, serta elemen-elemen dekoratif. Keselarasan elemen-elemen arsitektural itu akan memberikan kesan dan suasana tertentu pada ruang-ruang kota (Frederik, 2007 dalam Pujantara, 2013).
Pada Gambar 11 dan 12, menjelaskan mengenai visual connection berdasarkan kesamaan visual fasad bangunan yang terjadi pada koridor Jalan Teuku Umar.Terdapat 101 bangunan yang kemudian dibagi menjadi 4 bagian yaitu: bagian I (bangunan 1-29); bagian 2 (bangunan 30-48); bagian 3 (bangunan 50-77); bagian 4 (bangunan 78-101), adapun keterangan mengenai hasil visual connection tersebut sebagai berikut:
-
1. Material Bangunan: BM (bata merah); ACP (allumunium composite panel); BA (batu alam); CAT (cat dinding); Sign (signage); FK (full kaca); BP (batu paras).
-
2. Bukaan Bangunan: FA (kaca frame allumunium); FK (full kaca); RD (rolling door); FU (kaca frame kayu); FA (kaca frame allumunium); BA (bukaan alami).
-
3. Style Bangunan: AM (arsitektur modern); AV (arsitektur vernakular)
-
4. Fungsi Bangunan: RT (restoran); TP (toko pakaian); BK (bank); TJ (toko jam); HP (toko handphone); PR (toko peralatan rumah tangga); BL (bengkel); HN (hunian); RU (ruko); TS (toko sepatu dan sandal); MM (minimart); MA (mall); TK (toko kue); WR (warung makan); TB (toko buah); TD (toko sepeda), TN (toko bangunan); TW (toko penyewaan DVD); TV (toko service laptop); TL (toko listrik); KA (kantor asuransi); KM (showroom mobil); TAL (toko alkes); KP (kantor konsultan pajak); TSP (toko service printer); KT (kantor Telkom).
Hasil temuan pada visual connection pada koridor Jalan Teuku Umar pada Gambar 13 yaitu kesamaan visual dari bukaan full kaca pada lantai dasar dari fungsi bangunan seperti toko sandal, toko sepatu, minimart, toko kue, toko jam, toko emas, mall dan bank. Hal ini disebabkan karena kebutuhan bangunan yang mampu menarik pengunjung agar mau berkunjung ke toko tersebut. Terdapat juga kesamaan visual dari material dari bata merah,
batu paras, batu alam kecendrungan menggunakan style bangunan dari arsitektur vernakular dan kesesuaian terhadap peraturan Pemerintah Kota Denpasar sebagai implementasi dari wajah kota Denpasar berwawasan budaya yang didominasi dari fungsi bangunan: fungsi mall, bank, bengkel motor, toko pakaian, restoran, peribadatan dan fungsi hunian, seperti pada Gambar 14 dan 15.
Gambar 13. Kesamaan Visual dari Bukaan Full Kaca
Sumber: Analisis, 4 September 2018
Gambar 14. Kesamaan Visual dari Penggunaan Bahan Organik Sumber: Analisis, 4 September 2018
Gambar 15. Kesamaan Visual dari Penggunaan Bahan Organik Sumber: Analisis, 4 September 2018
Kesamaan visual yang terjadi pada ketinggian didominasi 2 lantai dengan bukaan bangunan full kaca didominasi fungsi bangunan toko handphone, restoran, toko jam, toko kue, toko sepatu, toko pakaian, bank. Hal ini cenderung dengan bukaan pada lantai dasar bangunan, menggunakan full kaca sebagai area komersial dan kecendrungan didominasi style arsitektur modern, seperti pada Gambar 16.
Gambar 16. Kesamaan Visual dari Ketinggian Bangunan Lantai Sumber: Analisis, 4 September 2018
Hal tersebut didukung pada Gambar 9 mengenai kesimpulan tipologi fasad bangunan dan kesesuaian terhadap peraturan Pemerintah Kota Denpasar di koridor Jalan Teuku Umar. Didominasi dari unsur warna (warna putih, 40%), unsur material bangunan (material dari dinding dilapisi bahan cat, 47%) dan unsur skyline bangunan (ketinggian lantai II, 41%).
Analisa kesesuaian penerapan peraturan sebesar 45%; dan analisa style bangunan dengan arsitektur modern (54%) yang mendominasi dari bangunan arsitektur vernakular (45%) dan arsitektur kolonial (1%).
Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil temuan tersebut yaitu berdasarkan hal tersebut, image yang muncul pada koridor ini cenderung didominasi dari bangunan arsitektur modern dan ciri khas Jalan Teuku Umar Denpasar ini terlihat dari fungsi bangunan perdagangan yang dominan seperti toko handphone, toko sepatu, toko pakaian, dll. Berdasarkan kesamaan visual yang terjadi. Namun terdapat beberapa bangunan yang menonjol pada koridor ini seperti fungsi bangunan mall Level 21 dengan tampilan fasad, perpaduan didominasi warna putih dari dinding bangunan dan warna merah bata dari bahan bata merah dan alumunium composite panel pada struktur bangunan dan tampak bangunan. Kesesuaian terhadap wajah kota yang berwawasan budaya pada bangunan ini sudah sesuai dan dapat menjadi focal point pada koridor ini, letaknya juga strategis pada perempatan Jalan Diponegoro-Jalan Dewi Sartika Denpasar.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, perlunya pengawasan langsung terhadap bangunan pada kawasan komersial dengan lebih ketat lagi agar penataan tampilan bangunan itu sesuai dengan wajah kota yang diharapkan Kota Denpasar, karena kawasan komersial dominan berada pada koridor utama yang akan berpengaruh terhadap persepsi mengenai wajah kota khususnya Kota Denpasar.
Kontribusi Visual Connection di Koridor Jalan Teuku Umar Pada Kota Denpasar
Kota Denpasar dalam Peraturan Daerah No 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, menjelaskan mengenai visi Pembangunan Kota Denpasar dikembangkan pada perwujudan Denpasar Kota Berbudaya dilandasi Tri Hita Karana, sehingga membutuhkan kearifan dalam konsep penataan ruang, yang memberi ruang kepada peningkatan kegiatan perekonomian dengan tetap memelihara kelestarian budaya dan lingkungan wilayah Kota Denpasar serta wajah kota agar terjadi keseimbangan yang harmonis antara ruang terbuka dengan ruang terbangun serta keserasian wajah kota yang berwawasan budaya.
Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan implementasi dari kota yang berwawasan budaya tersebut melalui penerapan pada Peraturan Daerah Provinsi Bali No 5 Tahun 2005 tentang persyaratan arsitektur bangunan gedung; Peraturan Daerah Kota Denpasar No 5 tahun 2015 tentang Bangunan Gedung; dan Peraturan Walikota Denpasar No 25 Tahun 2010 tentang persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar.
Visual connection yang diharapkan pemerintah Kota Denpasar dalam mewujudkan Kota Denpasar yang berwawasan budaya berdasarkan Perwali No 25 Tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur Bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999) sudah mewakili keseluruhan mengenai tampilan bangunan melalui tata bangunan dan ragam hias yang terdapat pada Peraturan Provinsi Bali No 5 Tahun 2005 dan Peraturan Daerah Kota Denpasar No 5 Tahun 2015, sesuai Tabel 2 mengenai indikator persyaratan arsitektur bangunan gedung di Kota Denpasar.
Hasil analisis kesesuaian terhadap peraturan pemerintah berdasarkan analisis pada segmen ini didapatkan kesimpulan yaitu bangunan pada poin tata bangunan ini didominasi point 3 dan 5 yaitu menggunakan bentuk atap pelana atau limasan dan Memiliki karakter sosok bangunan tropis beratap limas/pelana (pitch roof), memiliki oversteck yang cukup lebar untuk menahan tiris (32%); menerapkan proporsi yang harmonis antara bangunan dengan manusia (31%). Sedangkan pada poin ragam hias bangunan didominasi point 3 yaitu komposisi yang seimbang dengan brand image perusahaan dengan bidang-bidang lainnya dan tata bahan dan warna: karakter alamiah, jujur terekspose (sustainable architecture) (56%). Pada Gambar 17 ini, bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian indikator pada Perwali No 25 Tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999) dalam mendukung terwujudnya Kota Denpasar yang berwawasan budaya.
Berdasarkan Tabel 2. Indikator Kinerja Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar
■ Poin 1
■ Poin 2
■ Poin 3
■ Poin 4
■ Point 5
Gambar 17. Analisis Kesesuaian Penerapan Peraturan
Berdasarkan dari analisis visual connection yang dimuncullkan fasad bangunan pada koridor Jalan Teuku Umar didapatkan kesimpulan yaitu: kesamaan visual dari bukaan full kaca pada lantai dasar dari fungsi bangunan, hal ini disebabkan karena kebutuhan bangunan yang mampu menarik pengunjung agar mau berkunjung ke toko tersebut. Kesamaan visual yang terjadi pada ketinggian didominasi 2 lantai dengan bukaan bangunan full kaca, hal ini cenderung dengan bukaan pada lantai dasar bangunan, menggunakan full kaca sebagai area komersial dan kecendrungan didominasi style arsitektur modern. Kesimpulanya image yang tercipta pada koridor Jalan Teuku Umar ini adalah image bangunan dengan arsitektur modern sesuai dengan komponen fasad bangunan dan fungsi bangunannya yang dominan.
Hal ini masih sangat jauh dari apa yang diharapkan dari wajah kota Denpasar namun dengan kondisi Jalan Teuku Umar yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan jasa di Kota Denpasar, sehingga menyebabkan pemilik toko tersebut berlomba-lomba menampilkan tampilan bangunan yang menarik pelanggan agar berkunjung ke toko tersebut (Utami dan Setiawan, 2016) yang menyebabkan dominan bangunan menerapkan tampilan bangunan arsitektur modern.
Diharapkan pada pengampu kebijakan yakni Pemerintah Kota Denpasar agar membuat acuan mengenai penggunaan fasad bangunan lebih mengkhusus berdasarkan perfungsi
bangunan dan tidak mengeneralisir. Sehingga pada fungsi bangunan komersial pemilik toko dapat dengan mudah memahami persyaratan pada tampilan fasad bangunan yang sesuai dengan wajah kota yang diinginkan Kota Denpasar.
Kesimpulan (Times New Roman 12pt, Bold, Multiple at 1.15-before 12-after 6)
Melihat data dan analisis yang telah dilakukan pada bagian hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai kajian fasad bangunan terhadap visual connection di Koridor Jalan Teuku Umar, Denpasar.
-
1. Pada dominasi fungsi bangunan terdapat 20 fungsi bangunan dari total 101 bangunan pada koridor ini, dengan kesimpulan fasad bangunan pada elemen warna bangunan dominan warna putih; material bangunan dari cat dinding; bukaan bangunan dari kaca dengan frame allumunium; skala bangunan 2 lantai; proporsi bangunan memanjang kearah vertikal antara tinggi dan lebar bangunan; penempatan signage sudah sesuai dan penggunaan ornamen dominan tidak adanya ornamen; dan style bangunan arsitektur modern, sedangkan pada kesesuaian peraturan terdapat 45% yang sesuai dan 55% yang tidak sesuai dengan persyaratan pada Perwali No 25 Tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur Bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999).
-
2. Visual connection pada koridor Jalan Teuku Umar didapatkan kesimpulan yaitu: kesamaan visual dari bukaan full kaca pada lantai dasar dari fungsi bangunan, hal ini disebabkan karena kebutuhan bangunan yang mampu menarik pengunjung agar mau berkunjung ke toko tersebut. Kesamaan visual yang terjadi pada ketinggian didominasi 2 lantai dengan bukaan bangunan full kaca, hal ini cenderung dengan bukaan pada lantai dasar bangunan, menggunakan full kaca sebagai area komersial dan kecendrungan didominasi style arsitektur modern. Kesimpulanya image yang tercipta pada koridor Jalan Teuku Umar ini adalah image bangunan dengan arsitektur modern.
-
3. Berdasarkan dari analisis visual connection yang dimuncullkan fasad bangunan pada koridor Jalan Teuku Umar keseluruhan segmen didapatkan kesimpulan yaitu image yang tercipta pada koridor Jalan Teuku Umar ini dengan arsitektur modern dengan dominasi bangunan fungsi komersial yang didominasi minimnya penggunaan bahan material yang organik; warna-warna yang natural dengan alam sesuai dan tata bahan dan warna: karakter alamiah dalam Perwali No 25 tahun 2010 dan indikator penilaian kinerja arsitektur Bali terhadap hasil karya desain maupun karya terbangun (Gomudha, 1999), hal ini masih sangat jauh dari apa yang diharapkan dari wajah kota Denpasar.
Rekomendasi (Times New Roman 12pt, Bold, Multiple at 1.15-before 12-after 6)
Berdasarkan kesimpulan mengenai kajian fasad bangunan terhadap visual connection di Koridor Jalan Teuku Umar Denpasar, rekomendasi bagi Pemerintah Kota Denpasar antara lain:
-
1. Pemerintah Kota Denpasar perlu pengontrolan yang lebih itensif oleh pemerintah Kota Denpasar baik dalam proses perencanaan seperti pengurusan ijin mendirikan bangunan (IMB) saat dibangun dan setelah bangunan tersebut selesai dibangun,agar sesuai dengan wajah kota yang diharapkan Kota Denpasar.
-
2. Perlu dibuatkan acuan mengenai desain ataupun batasan-batasan mengenai penempatan signage khususnya signage yang menempel pada badan bangunan komersial sehingga tidak menutupi bagian bangunan secara dominan.
-
3. Diharapkan pada pengampu kebijakan agar membuat peraturan penggunaan fasad bangunan lebih khusus berdasarkan perfungsi bangunan dan tidak mengeneralisir sehingga pada fungsi bangunan komersial dapat menyesuaikan tampilan yang dapat menarik minat konsumen dan juga sesuai dengan wajah kota yang diinginkan Kota Denpasar.
Daftar Pustaka (Times New Roman 12pt, Bold, Multiple at 1.15-before 12-after 6)
Ching, D.K. (1979). Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya. Jakarta: Erlangga.
Gamana, T. (2018). Kajian Fasad Bangunan Terhadap Visual Connection di Koridor jalan Teuku Umar Denpasar. Denpasar: Universitas Udayana.
Gelebet, dkk. (2002). Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Cetakan kedua. Denpasar: Badan Pengembangan Kebudayaan Dan Pariwsata.
Gomudha, W. (1999). Rekontruksi dan Reformasi Nilai-Nilai ATb pada AMK. Surabaya: Pasca Sarjana ITS Surabaya.
Krier, R. (1983). Komposisi Arsitektur. Jakarta: Erlangga.
Lynch, K. (1960). The Image of The City. The MIT Press, Cambridge.
Peraturan Daerah No 27 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011-2031.
Peraturan Daerah Provinsi Bali No 5 Tahun 2005. Tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung.
Peraturan Walikota Denpasar No 25 tahun 2010, Tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung di Kota Denpasar.
Praganingrum, dkk. (2016). Tipologi Fasade Pertokoan di Koridor Jalan Teuku Umar Denpasar. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian. 29-30 Agustus 2016, Denpasar: Universitas Mahasaraswati.
Pujantara, R. (2013). Penataan Kawasan Jalan Somba Opu Sebagai Salah Satu Kawasan Berkarakter di Kota Makassar. Jurnal Forum Bangunan, II(2) Januari 2013. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Salain, R. (2016). Persoalan Tata Ruang Kota Denpasar Mendatang: Isu Strategis I Tahun 2016. Denpasar: Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar.
Setiawan dan Utami. (2016). Tipologi Perubahan Elemen Fasad Bangunan Ruko Pada Penggal Jalan Puri Indah, Jakarta Barat. Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan. 6(1) Oktober 2016. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. Van New York: Nostrand Reinhold.
Sulistyawati, A. (2018). Teo-Kosmologi Arsitektur Bali dan Transformasinya. Denpasar: Paramita.
Trancik, R. (1986). Finding Lost Space: Theories of Urban Design. New York: Van Nostrand Reinhold Company.
Wijaya, M. (2015). Telaah Unsur-Unsur Arsitektur Tradisonal Bali Pada Fasad Bangunan City Hotel Di Kota Denpasar, Bali. Prosiding Seminar Nasional Tata Ruang dan Space #2 2015. Denpasar: Universitas Hindhu Indonesia.
Ucapan Terima Kasih
Penulisan mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan untuk penelitian ini. Terimakasih juga untuk seluruh keluarga yang selalu mendukung dan mendokan kelancaran penelitian ini.
70
SPACE - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2019
Discussion and feedback