Model Pengembangan Kriteria Desain Rusunawa Berdasarkan Kepuasan Penghuni: Studi Kasus, Rumah Susun Sederhana Sewa Kutobedah di Kota Malang
on

MODEL PENGEMBANGAN KRITERIA DESAIN RUSUNAWA BERDASARKAN KEPUASAN PENGHUNI STUDI KASUS: RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KUTOBEDAH DI KOTA MALANG
Oleh : Edi Subagijo1, Tonny Suhartono2
Abstract
The development of rented multi-storey housing unit (rusunawa) is a logical event in the growth of cities. Sooner or later the development of rusunawa will be increasingly implemented in urban areas in Indonesia. Despite the fact that people will be housed in rusunawa, it is important that kinship in the community should be maintained, thus supporting communal ties, social interaction and neighbourliness. Results of the following study into community identity support these general principles. The research method adopted used both quantitative and qualitative techniques to assess residents' satisfaction, behavioral patterns and forms of social interaction. The research suggests design criteria to support residents' satisfaction with their dwelling. The research also models the patterns of residents in public spaces (hallway, kitchen and lavatories) to measure social interaction. The research case study is located in Kutobedah Rusunawa as the first rusunawa constructed by the government of Malang City in 1995.
Keywords: rusunawa, satisfaction, behavior pattern
Abstrak
Pembangunan rumah susun di kota-kota besar merupakan konsekuensi logis dalam mengantisipasi perkembangan kotanya, terutama di kawasan permukiman kumuh. Cepat atau lambat pembangunan rusunawa dilaksanakan terutama di kota-kota besar yang berkepadatan tinggi. Walaupun mereka nantinya bertempat di rusun, keguyuban masyarakat di perkampungan harus dipertahankan. Kebersamaan penghuni rusunawa merasa lebih puas bertempat tinggal di dalamnya. Untuk menunjang program tersebut perlu dicari model pengembangan kriteria desain, terutama dari aspek kepuasan penghuni dalam berinteraksi sosial. Hasil-hasil studi memperkuat pernyataan bahwa manusia dan lingkungannya dihubungkan congruence, dalam beraktivitas manusia mempunyai pilihan-pilihan sebagai alternatip perilaku di dalam lingkungannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif berdasarkan sikap kepuasan penghuni dan pengamatan pola perilaku berinteraksi sosial. Berdasar studi tersebut disusun panduan kriteria desain untuk mendapatkan konsep rancangan yang terbaik guna memberikan rasa puas bagi penghuninya. Bahasan ini menunjukkan bagaimana pola perilaku di ruang publik (selasar, Dapur dan KM/WC umum) yang dikehendaki penghuni dalam berinteraksi sosial dengan mengambil kasus rusunawa Kutobedah pertama kali yang dibangun oleh pemerintah Kota Malang pada tahun 1995.
Kata kunci: rusunawa, kepuasan, pola perilaku
Pendahuluan
Program pemerintah bebas kawasan kumuh dan sejuta rumah, akan menjadi prioritas Program Pengembangan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) menjadi salah satu kegiatan pokok yang ditujukan untuk menyediakan hunian layak bagi masyarakat di perkotaan, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah. Masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa hidup di rumah horizontal (yang tidak bertingkat), kemudian berpindah ke rumah susun hal ini dapat menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Kegagalan pembangunan rumah susun di negara lain tidak disebabkan oleh faktor teknis, justru faktor non teknis, yaitu faktor manusianya sebagai penghuni kurang mendapat perhatian. Rusunawa di Kuto Bedah Kota Malang merupakan rumah susun yang di bangun di atas tanah negara. Penghuni kebanyakan masyarakat berpenghasilan rendah yang bergerak di sektor informal.
Manusia sebagai mahluk sosial tidak bisa hidup berdampingan dengan manusia lain untuk berinteraksi sosial dengan sesamanya, untuk itu perlu diciptakan suatu ruang bersama untuk berinteraksi sosial, sehingga dapat meningkatkan kehidupan sosialnya dan dapat membentuk masyarakat yang komunal (guyub). Kebersamaan penghuni di rusunawa yang akan memberikan rasa puas bertempat tinggal di dalamnya. Bagaimana pola perilaku penghuni rusunawa yang terjadi pada fasilitas umum dan seberapa besar tingkat kenyamanan penghuni rusunawa dalam berinteraksi sosial pada fasilitas umum? Untuk mengidentifikasi rona perilaku (behavior setting) ruang bersama yang sering terjadi penghuni berinteraksi sosial. Untuk mengukur tingkat kenyamanan penghuni dalam berinteraksi sosial
Interaksi Manusia dengan Lingkungan
Menurut Altman (1980) bahwa proses hubungan manusia dengan lingkungannya terdapat ada lima unsur yang saling pengaruh mempengaruhi, seperti dijelaskan secara skematis pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Hubungan Manusia dengan Lingkungannya Sumber: Altman, 1980
Kelima unsur tersebut saling berkait satu dengan lainnya serta bertindak sebagai faktor penyebab atau dapat pula merupakan sebagai akibat. Dalam Gambar 1 terlihat bahwa privacy, teritoriality, personal space dan crowding dipengaruhi oleh persepsi, lingkungan buatan, iklim dan norma-norma yang berlaku. Begitu juga sebaliknya, kalau lingkungan buatan berubah maka akan diikuti perubahan yang lainnya. Perubahan pada bagian sistem akan berpengaruh pada seluruh suprasistem. Berdasarkan teori-teori di atas, bahwa hubungan manusia dengan lingkungannya merupakan jalinan erat yang tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling mempengaruhinya.
Keleluasaan Pribadi (Privacy)
Keleluasaaan pribadi adalah kemampuan sesorang mengendalikan dan mengatur kemungkinan-kemungkinan didekati, dihubungi dan dicari informasi tentang dirinya oleh pihak lain Westin (1970) membagi keleluasaan pribadi ke dalam beberapa jenis yaitu: a) Solutide: keinginan untuk menyendiri, bebas dari pengamatan pihak luar b) Intimacy: keinginan intim bersama orang lain tertentu yang bebas dari pihak lain c) Anonymity: tak mau dikenali oleh pihak lain, sekalipun ia berada di keramaian
d) Reserve: seseorang yang memakai batas psikologis untuk menanggulangi gangguan pihak lain yang tak diinginkan.
Model yang menghubungkan privacy, personal space, teritoriality dan crowding. Dalam mempertahankan personal space dan memperlihatkan perilaku teritorial merupakan dua mekanisme yang digunakan orang untuk mencapai tingkat keleluasaan pribadi yang diinginkan dalam keadaan bersesakan guna menghindarkan stress yang tidak semestinya. Model yang menghubungkan antara keleluasaan pribadi, ruang pribadi, teritorialitas dan kesesakan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Skema hubungan antara privacy, ruang pribadi, teritorialitas, dan kesesakan Sumber: Altman, 1975
Berdasarkan teori-teori di atas, bahwa seseorang membutuhkan privacy untuk mengatur diri dalam berinteraksi sosial guna mendapatkan kenyamanan. Adapun keleluasaan pribadi dapat diuraikan lagi ke dalam: gangguan suara, keterlihatan oleh orang lain yang tidak diinginkan, ketercampuran dengan kegiatan lain).
Teritorialitas (Teritoriality)
Teritorialitas menunjukkan pada sekelompok rona perilaku bahwa seorang ingin mempribadi, menyatakan diri, memiliki, dan bertahan. Teritori merupakan daerah yang tetap atau tidak dapat dipindahkan.
Ada lima ciri teritori, yaitu: Memuat daerah ruang (spatial), dimiliki atau dikendalikan oleh individu atau kelompok, memenuhi kebutuhan atau dorongan tertentu, ditandai secara konkrit maupun simbolis, dan dipertahankan atau pemilik merasa terganggu bila ada orang lain melanggarnya.
Erich Fromm (1974) berpendapat bahwa manusia dikuasai oleh naluri untuk mempertahankan teritorinya. Teritori penting bagi manusia untuk menyatakan wilayah kekuasaan yang menjadi hak miliknya, agar dapat melakukan berbagai kegiatan dengan leluasa. Teritori ini menyangkut masalah kepemilikan, penggunaan, pengawasan dan pemeliharaan suatu tempat/obyek.
Teritori dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:
-
1) Teritori Utama, misalnya; ruang tidur, ruang kerja, pekarangan, dan lain lain.
-
2) Teritori Sekunder, misalnya; ruang tamu, ruang keluarga, pintu masuk pekarangan, jalan, taman suatu kota.
-
3) Teritori Umum, misalnya jalan di muka rumah, taman. Teritori ini penting untuk pemenuhan keleluasaan pribadi untuk memenuhi kebutuhan akan identitas, kepemilikan, aktu alisasi diri, rasa aman, memelihara hubungan atau interaksi dengan pihak lain.
Kesesakan (Crowding)
Kesesakan adalah kondisi adanya stimulus yang berlebihan atau kondisi terdapatnya peningkatan kerumitan sosial atau adanya sindroma dari muatan yang berlebihan atau adanya suatu interaksi yang tak diinginkan dan tak terkendali. Kesesakan merupakan akibat dari kegagalan untuk mencapai tingkat privacy yang diinginkan. Kepadatan adalah hubungan antara ukuran ruang dan jumlah manusia. Adapun kesesakan dapat diurakan lagi dalam keteraturan gerak, jumlah manusia, hubungan antar manusia, jumlah kegiatan yang dilakukan, dan tata tertib.
Metode
a. Rancangan Penelitian
Bentuk rancangan penelitian ini adalah studi kasus melalui survai lapangan dengan pengamatan langsung, wawancara, dan kuesioner. Untuk mengukur kepuasan penghuni yang lebih rasional dengan menjaring opini atau pendapat berupa persepsi melalui responden. Berupa tanggapan penghuni terhadap aspek perilaku kebersamaan di fasilitas umum, variabelnya meliputi elemen-elemen perilaku: privacy, territoriality, dan crowding.
Pangambilan data: wawancara dan angket (kuesioner). Pengambilan sampel adalah purposive sampling, untuk mencerminkan sifat populasi yaitu dipilih berdasarkan penghuni
yang menempati rusunawa lebih dari 5 tahun. Setiap lantai sampel berjumlah 5 responden, jadi setiap blok ada 15 responden. Jumlah sampel keseluruhan sebanyak 30 responden.
Wawancara dilakukan tak berstruktur (bebas), sebelum wawancara mencatat pokok-pokok yang akan dibicarakan. Angket dilakukan dengan kombinasi antara angket tertutup dan terbuka. Pengamatan perilaku (observasi): pengamatan perilaku kehidupan sehari-hari di fasilitas umum dan jejak fisik berupa barang-barang yang ditinggalkan.
Pengolahan Data Survai berupa kuisener dan wancara dengan cara mengklasifikasi data dan menstabulasi data menurut pengolahannya. Analisa data alat pengukuran yang dipakai adalah analisis statistik model skala Likert dan Osgood.
Model skala Likert: Untuk mengetahui sikap responden secara kuantitatif terhadap beberapa pernyataan yang menunjukkan persetujuan atau tidak setuju. Apabila pernyataan sangat setuju nilainya 6 dan sangat tidak setuju nilai terendah 1. kemudian menjumlah nilai pada pertanyaan atau pernyataan.
Model skala Osgood: jenis kuesioner ini digunakan untuk mengukur arah, kualitas, dan intensitas dari pemaknaan yang dipresepsikan penghuni. Cara ini untuk menganalisis persepsi dan sikap manusia secara kuantitatip. Responden diminta menyatakan pendapatnya terhadap kata sifat yang disusun dalam dua kutub saling berlawanan. Data diambil berdasarkan definisi dari unsur-unsur kepuasan (privacy, territoriality, crowding) yang dikelompokkan atas dasar kata sifat yang berkonotasi negatip berada sebelah kiri dengan nilai bobot 1 (sangat kurang memuaskan) dan kata sifat yang berkonotasi positip berada sebelah kanan dengan nilai bobot 5 (sangat memuaskan).
Pengolahan data pengamatan dengan cara melihat langsung, berupa hasil rekaman video atau foto-foto, kemudian membuat gambar pola gerak pemakai pada gambar denah dimana ruang (space) yang sering ditempati kegiatan bersama pada rona perilakunya (setting behavior).
Metode Penafsiran Skala Likert: Apabila hasil analisis data dari 10 pertayaan dari salah satu rona (setting) didapatkan nilai yang lebih besar mendukung atau lebih besar 40, maka hasil analisis data tersebut ditafsirkan bahwa interaksi sosial sangat baik di tempat tersebut. Sebaliknya apabila nilai kurang dari 40, maka bahwa interaksi sosial sangat kurang.
Metode Penafsiran Skala Osgood: Apabila hasil analisis data dari 10 pertanyaan didapatkan nilai yang lebih besar mendukung atau lebih besar 30, maka hasil analisis data tersebut ditafsirkan bahwa penghuni merasa nyaman (memuaskan). Sebaliknya apabila nilai kurang dari 30, maka ditafsirkan bahwa penghuni merasakan kurang nyaman (kurang memuaskan).
Metode Penafsiran Pengamatan: apabila pada gambar denah terlihat pola orang melakukan kegiatan bersama (berkerumun) lebih dari 3 orang, maka ditafsirkan penghuni telah terjadi interaksi sosial, kemudian terlihat pola rona perilakunya (behavior setting).
Pembahasan
Rusunawa Kutobedah yang terletak di wilayah Kecamatan Kedung Kandang merupakan rusunawa pertama di Kota Malang. Rumah Susun ini dibangun pada tahun 1995, dalam 1 blok penduduknya berjumlah ± 55 KK (Kepala Keluarga). Rumah Susun ini terdiri atas 3 lantai, setiap lantai terdiri dari 18 unit kamar. Rusunawa ini terdapat 2 blok. Awal mulanya wilayah tempat berdirinya rusun ini merupakan bekas makam Cina (bong) di sekitarnya merupakan kawasan perkampungan yang padat terutama permukiman.
Di sekitar Sungai Berantas, pada musim hujan sering terjadi kebanjiran. Pemerintah Kota Malang memberikan bantuan untuk mendirikan rumah susun bagi warga tersebut, dengan perjanjian-perjanian yang disepakati bersama.


Gambar 3. Permukiman Kumuh Sekitar
Lokasi
Sumber : Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 4. Foto Udara Rusunawa
Sumber : Google earth

G ambar 5. Tampilan Gedung Rusunawa Kutobedah Malang Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Sebagian besar responden yang terjaring sudah seimbang. Seperti responden antara laki-laki dan perempuan, prosentase laki-laki 46.67 % dan perempuan 53.33 %. Asal Suku/Etnis dari suku Jawa 56.67 % dan suku madura 43.33 %. Responden yang terjaring sudah memenuhi kriteria yaitu bertempat tinggal lebih dari 5 tahun, sedangkan responden antara 5-8 tahun = 26.67 % dan lama tinggal antara >8-10 tahun = 73.33 %, hal ini bisa mewakili penghuni secara keseluruhan dan diharapkan keakuratan data dapat dijamin.
Data Umum Responden
Tabel 1 : Data umum profil responden
No |
Keterangan |
% Sample |
1. |
Lama tinggal : 5 - 8 tahun |
26.67 |
8 - 10 tahun |
73.33 | |
2. |
Jenis Kelamin : Laki-laki |
46.67 |
Perempuan |
53.33 | |
3. |
Umur sekarang : a. 20 - 30 th |
16.67 |
b. 30 - 40 th |
30 | |
c. 40 - 50 th |
16.67 | |
d. 50 - 60 th |
33.33 | |
e. > 60 th |
3.33 | |
4. |
Agama Islam |
100 |
5. |
Asal sebelum tinggal di rusunawa | |
a. di sekitar rusunawa < 1 KM |
56.67 | |
b. Dekat 1 – 3 KM |
6.67 | |
c. > 3 Km |
0 | |
d. Luar Kota Malang |
36.67 | |
6. |
Suku/Etnis : Jawa |
56.67 |
Madura |
43.33 | |
7. |
Status Runah : Kontrak |
36.67 |
Rumah sendiri/sewa |
63.33 | |
8. |
Jarak tempat Pekerjaan | |
a. di sekitar rusunawa < 1 KM |
83.33 | |
b. Dekat 1 – 3 KM |
6.67 | |
c. > 3 Km |
6.67 | |
d . Luar Kota Malang |
3.33 | |
9. |
Jenis Pekerjaan | |
a. Wiraswasta |
73.33 | |
b. Swasta |
26.67 | |
10. |
Tingkat pendidikan | |
a. SD TT (SD Tidak Tamat) |
6.67 | |
b. Lulus SD |
53.33 | |
c. Lulus SMP |
26.67 | |
d. Lulus SMA |
13.33 | |
11. |
Jumlah penghuni dalam 1 unit | |
a. dua orang |
6.67 | |
b. Tiga orang |
20 | |
c. empat orang |
26.67 | |
d. lima orang |
30 | |
e. lebih dari lima orang |
16.67 |
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Analisis Data Kepuasan Penghuni
a. Privacy (keleluasaan Pribadi)
Grafik pada Gambar 6 dapat disimpulkan, bahwa yang dirasakan privacy penghuni di rusunawa, cukup memuaskan, namun masih ada yang dianggap kurang memuaskan. Menurut hasil wawancara dari beberapa responden, bahwa permasalahan privacy dianggap tidak ada masalah, karena sudah beradaptasi dengan kondisi yang ada.
Semakin ke atas suara gaduh tidak begitu mengganggu. Penghuni dalam berinteraksi sosial sesama penghuni sering terjadi di selasar, penghuni merasa puas dengan penggunaan fasilitas umumnya.
NO |
SUB UNSUR PRIVACY NEGATIP 1 |
NILAI |
SUB UNSUR PRIVACY POSITIP | |
2 |
3 4 5 | |||
1. |
Anak-anak bermain di Selasar bersuara gadau |
Anak-anak bermain di Selasar tidak bersuara gadau | ||
2.
|
Orang yang berbincang-bincang di selasar berisik Sering orang tidak dikenal lewat di selasar/di depan rumah Sering orang yang tidak dikenal ikut memakai MCK umum |
I I I I \ t I X ' |
Orang yang ngobrol di selasar bersuara tidak berisik Jarang orang tidak di-kenal lewat di selasar/di depan rumah. Jarang orang yang tidak dikenal ikut memakai MCK umum | |
|
Tempat Cuci bersama sering dipakai tempat bergunjing Sering ada tetangga yang mampir di dapur bersama Dapur Bersama mudah dilihat orang yang tidak dikenal |
∕ |
\ \ x∣ 7 i/- /z / \ |
Tempat Cuci bersama jarang dipakai tempat bergunjing Jarang ada tetangga yang mampir di tempat dapur bersama Dapur Bersama sulit dilihat orang yang tidak dikenal |
8. |
Rahasia Dapur Bersama mudah dilihat tetangga masaknya ' |
Z |
Z i ∖ I ∖ I |
Rahasia Dapur Bersama sulit dilihat tetangga masaknya |
9. 10. |
Dapur bersama sering dipakai tempat bergunjing Sering terjadi keributan dalam pemakaian ruang bersama |
∖ ∖ |
Dapur bersama jarang dipakai tempat bergunjing Jarang terjadi keributan dalam pemakaian ruang bersama |
Gambar 6. Profil Privacy (keleluasan Pribadi) terhadap pemakaian fasilitas Umum di Rusunawa Kuto Bedah
Sumber: Pengelolaan Data dan Analisa Pribadi, 2013
Keterangan :
-
1. Sangat kurang memuaskan 2. Kurang memuaskan
-
3. Cukup 4. Memuaskan 5. Sangat Memuaskan
Lantai I =
Lantai II =
Lantai III =
G ambar 7. Selasar Tempat untuk Bermain Anak-anak dan Ibu-ibu Mengasuh Putranya Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Grafik pada Gambar 8 dapat disimpulkan, bahwa yang dirasakan teritorialitas oleh penghuni rusunawa, cukup memuaskan.. Menurut hasil pengamatan bahwa Selasar dimanfaatkan penggunaannya secara optimal, seperti Selasar tidak hanya sebagai jalan penghubung, tetapi juga sebagai dapur, sebagai ruang tamu, sebagai tempat ternak ayam (kombong), dan lain-lain.
SUB UNSUR NILAI
TERITORIALITAS NEGATIP 1 2 3 4 5
SUB UNSUR TERITORIALITAS POSITIP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Selasar terasa sempit ketika
mengobrol bersama tetangga
Tangga terasa sempit ketika
berjalan bersama keluarga
Ruang KM/WC Umum terasa
sempit ketika mencuci bersama
Dapur bersama terasa sempit
ketika memasak bersama
Merasa kurang aman dalam menyimpan barang pribadi di ruang bersama
Merasa sulit menghentikan
tetangga yang sedang bersenda gurau di depan rumah
Sangat sulit mengusir secara halus kepada tetangga yang ngobrol di depan rumah
Sering sekali tetangga meletakkan barang pribadi seenaknya di fasilitas umum
Sering barang tertukar atau hilang di tempat jemuran
Sering tetangga meminjam
barang pribadi tanpa seijin

Selasar terasa luas ketika anda mengobrol bersama tetangga
Tangga terasa luas ketika anda berjalan bersama dgan keluarga Ruang KM/WC Umum terasa luas ketika mencuci bersama
Dapur bersama terasa luas ketika memasak bersama
Merasa aman dalam menyimpan barang pribadi di ruang bersama
Sangat mudah meng-hentikan
tetangga yang sedang bersenda gurau di depan rumah
Sangat mudah mengusir secara halus kepada tetangga yang ngobrol di depan rumah
Jarang sekali tetangga meletak-kan barang pribadi seenaknya di Fasilitas umum
Jarang barang tertukar atau hilang di tempat jemuran
Jarang tetangga meminjam barang pribadi tanpa seijin
Gambar 8. Grafik Profil Teritoriality (teritorialitas) terhadap Pemakaian Fasilitas Umum di Rusunawa Sumber: Pengelolaan Data dan Analisa Pribadi, 2013
Keterangan :
1. Sangat kurang memuaskan
3. Cukup
Lantai I =

2. Kurang memuaskan
4. Memuaskan
Lantai II =
5.Sangat Memuaskan
Lantai III =

Gambar 9. Selasar yang merupakan Ruang Publik Diralihfungsikan sebagai Tempat
Ternak (kombong) dan sebagai Tempat Produksi para Pengrajin Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Pernyataan kesesakan berhubungan erat dengan kepadatan (jumlah orang), ketidak teraturan susunan ruang, dll. Dari grafik pada Gambar 10 dapat disimpulkan, bahwa penghuni tidak
mengalami kesesakan (crowding). Menurut hasil survai bahwa responden sebagian besar menginginkan ruang yang fleksibel dapat mengakomodasi berbagai aktivitas.
Keterangan :
1. Sangat kurang memuaskan
3. Cukup
Lantai I =

2. Kurang memuaskan
4. Memuaskan
Lantai II =
5.Sangat Memuaskan
Lantai III =

NO |
SUB UNSUR CROWDING NEGATIP 1 |
NILAI |
SUB UNSUR CROWDING POSITIP | |
2 3 4 |
5 | |||
1. |
Kurang teratur orang-orang |
Sangat teratur orang-2 ngobrol di | ||
yang ngobrol di Selasar |
∖ ∖ |
X |
Selasar | |
2. |
Banyak orang yang antri ketika di |
∖ ∖ |
X z |
Sedikit orang yang antri ketika di |
KM/WC Umum |
1 > |
z\ |
KM/WC Umum | |
3. |
Sering orang yang tidak dikenal |
X |
Jarang orang yang tidak anda kenal | |
lalu lalang di selasar |
v^∖ |
't I |
lalu lalang di selasar | |
4. |
Sangat banyak tetangga ber- |
∖ ∖ |
I I |
Sangat banyak tetangga ber- |
gerombol dan ngobrol di selasar |
∕ |
I |
gerombol& berbincang di selasar | |
5. |
Kurang tertib dlm pemakaian |
∕∖ |
I I |
Sangat tertib dalam pemakaian |
dapur bersama |
∖ |
dapur bersama | ||
6. |
Acuh tak acuh antar penghuni |
X |
Sangat akrab antar penghuni | |
7. |
Sangat ketat peraturan pemakain |
Sangat longgar peraturan | ||
fasilitas umumnya |
I |
pemakaian fasilitas umumnya | ||
8. |
Sangat sering diadakan kerja bakti bersama |
∕ ∕ |
Sangat jarang diadakan kerja bakti bersama | |
9. |
Sering timbul gejala tdk enak |
X ∖ ∖ ∖ |
Sangat jarang timbul gejala tidak | |
antar penghuni dalam pemakaian |
\ |
enak antar penghuni dalam | ||
ruang bersama |
'l ∖ |
\ |
pemakaian ruang bersama | |
10. |
Sangat mengganggu antar penghuni dalam melakukan kegiatan bersama |
I / i |
Sangat tidak mengganggu antar penghuni dlm melakuan kegiatan bersama |
Gambar 10. Grafik Profil Crowding (kesesakan) terhadap pemakaian fasilitas Umum
di Rusunawa Kuto Bedah
Sumber: Pengelolaan Data dan Analisa Peneliti, 2013
Gambar 11. Selasar berfungsi untuk Dapur dan Tempat Jualan Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Berdasarkan pengamatan, bahwa kesesakan di selasar disebabkan adanya pengalihan fungsi menjadi dapur, ruang tamu, tempat produksi dan lain-lain.
Skala Sikap Responden di Selasar
Responden rata-rata memberikan tanggapan positip. Berarti kebersamaan di selasar terjadi dengan baik. Terutama terletak di lantai II, karena penghuni memanfaatkan selasar sebagai ruang tamu atau ruang duduk-duduk. Selasar di lantai I, dipakai untuk tempat parkir sepeda
motor, sehingga jarang ada anak-anak bermain. Sedangkan lantai III ada sebagian ruang digunakan sebagai dapur dan produksi (Tabel 2).
Keterangan
Tabel 2. Skala Sikap Responden di Selasar
No |
Lantai |
Bobot |
1. |
I |
46.2 |
2. |
II |
0.8 |
3. |
III |
46.8 |
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Sangat setuju |
= 60 |
Ragu2 tidak setuju |
= 30 | ||
Setuju |
= |
50 |
Tidak setuju |
= |
20 |
Ragu-ragu setuju |
= |
40 |
Sangat tdk setuju |
= |
10 |
Skala sikap Responden di MCK umum
Responden rata-rata memberikan tanggapan positip. Berarti kebersamaan di MCK umum terjadi dengan baik. Terutama terletak di lantai II, karena penghuni memanfaatkan MCK umum dengan baik (Tabel 3).
Tabel 3. Skala Sikap Responden di MCK Umum
No |
Lantai |
Bobot |
1. |
I |
40 |
2. |
II |
43.6 |
3. |
III |
42 |
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Keterangan
Sangat setuju |
= 60 |
Ragu2 tidak setuju |
= 30 | ||
Setuju |
= |
50 |
Tidak setuju |
= |
20 |
Ragu-ragu setuju |
= |
40 |
Sangat tdk setuju |
= |
10 |
Skala sikap Responden di Dapur Umum
Berdasarkan Tabel 4, bahwa responden rata-rata memberikan tanggapan positip, tapi masih ragu-ragu. Berarti kebersamaan di Dapur umum masih kurang dimanfaatkan. Berdasarkan pengamatan sebagian dapur memang tidak digunakan, justru membuat dapur di selasar dan di belakang rumah tinggal.
Tabel 4. Skala sikap Responden di Dapur Umum
No |
Lantai |
Bobot |
1. |
I |
30 |
2. |
II |
2.8 |
3. |
III |
35.6 |
Sumber : Dokumen Pribadi, 2013
Keterangan
Sangat setuju |
= 60 |
Ragu2 tidak setuju |
= 30 | ||
Setuju |
= |
50 |
Tidak setuju |
= |
20 |
Ragu-ragu setuju |
= |
40 |
Sangat tdk setuju |
= |
10 |
Pengamatan
Pada umumnya anak-anak bermain di selasar lebih menyukai bermain di sekitar orang berjualan, ada fasilitas tempat duduk dan punya keleluasaan untuk bergerak. Biasanya ibu-ibu sambil momong putranya di selasar sambil ngobrol dengan tetangganya. Biasanya orangorang berkumpul dengan berdiri, duduk di lantai dan duduk di kursi. Selasar yang letaknya di depan rumah dengan adanya void bisa saling melihat antar penghuni tiap-tiap lantai, terkesan memperkuat interaksi sosial.

Gambar 12. Pola Perilaku Penghuni dalam Berinteraksi Sosial Sumber: Dokumen Pribadi, 2013



Gambar 13. Selasar Tempat yang Paling Disukai Berinteraksi Sosial Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Penutup
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini berupa kriteria desain, antar lain:
-
• Sebagian besar responden merasakan kepuasan terhadap kegiatan bersama di fasilitas umum, baik di selasar, MCK umum, dan dapur umum. Namun tempat yang paling disukai adalah di Selasar. Sangat beralasan karena letaknya tepat di depan pintu, ruang
geraknya cukup luas, menghadap ke dalam, adanya void dan pencahayaan alami dari atas, antar lantai bisa terlihat, merupakan disain yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh penghuni dalam berinteraksi sosial.
-
• MCK umum kebersamaan hanya dilakukan pada saat mencuci bersama dan pada saat antri ke kamar mandi.
-
• Adapun dapur bersama kurang diminati untuk berinteraksi sosial, justru ada yang membuat dapur di selasar letaknya dekat dengan tempat tinggal. Sebaiknya dapur bersama dibuat tersendiri di belakang kamar/balkon.
-
• Rona perilaku penghuni kebersamaan terletak di fasilitas umum, seperti di selasar, di tangga, MCK umum dan dapur umum. Rona yang dikehendaki apabila ada fasilitas yang mendukung kebersamaan, antara lain ruang yang cukup luas untuk menampung aktivitas, ada kursi, dan ada pencahayaan yang cukup.
Daftar Pustaka
Altman, I. (1980). Culture and Environment. Monterey: Brooks/Cole Publishing Co.
Altman, I. at. al (1975). The Environment and Social Behavior: Privacy, Personal Space, Territory, and Crowding. Monterey: Brooks/Cole Publishing Co.
Lewin, K. (1951). Field Theory in social science. New York: Harper & Brothers Publisher.
Michelson, W. (1973). Behavioral Research Methods in Environmental Design. Stroudsbrug: Hutchinon & Ross.
Subagijo, E. (1998). Pola Perilaku Kebersamaan di Rumah Susun, Surabaya Hasil Peremajaan Kawasan Kumuh di Perkotaan, Malang. Mintakat 5 (1), 1- 6.
Subagijo, E. (2004). Rancangan Ruang Bersama di Rumah Susun Sewa Terhadap Pola Perilaku Penghuninya dalam Berinteraksi Sosial. Malang: Lemlit Unmer Malang.
Subagijo, E. (2008). Rona Perilaku (Behavior Setting) dan kepuasan penghuni sebagai dasar penyempurnaan kriteria Rancang bangun Rusunawa.
Subagijo, E. (2009). Konsep kebersamaan merupakan kearifan lokal sebagai dasar penyempurnaan rancang bangun asrama mahasiswa. Malang: Lemlit Unmer Malang.
Westin, A. (1970). Privacy dan Frredom. Washington: Boadley Head.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada:
-
1. Mahasiswa Arsitektur Unmer Malang yang telah membantu penelitian sebagi surveyor
-
2. Rekan-rekan dosen Arsitektur Unmer Malang yang telah membantu memberikan masukan baik metode dan redaksionalnya.
-
3. Dewan Editor yang telah menelaah dan mereview naskah serta Mitra Bebestari yang telah turut menelaah dan mereview naskah Jurnal Ruang –Space.
64
SPACE - VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2018
Discussion and feedback