PELESTARIAN POTENSI RUANG PUBLIK SEBAGAI ELEMEN PENTING DALAM PEMBANGUNAN DESA PAKRAMAN KENDRAN SEBAGAI DESA WISATA
on
PELESTARIAN POTENSI RUANG PUBLIK
RUANG
SPACE
SEBAGAI ELEMEN PENTING DALAM
PEMBANGUNAN DESA PAKRAMAN KENDRAN
SEBAGAI DESA WISATA
Oleh: A A Gde Mahendra Giri1
Abstract
Public space is an important element in the development of tourism village. Likewise Desa Pakraman Kendran, preservation of public spaces that have been managed by communities aimed to improve the quality of tourism village. The potentiality of these public spaces include telajakan, square, and two riversides of Tukad Telagawaja and Tukad Petanu. The study aims to: 1) identify the potentiality for internal and external environment in Desa Pakraman Kendran; 2) determine the potential of public space in Desa Pakraman Kendran; and 3) identify the spatial pattern of public spaces in this customary village as a tourism village. The approach taken is to identify the environmental factors, both internal and external and analyze with the SWOT matrix. Results suggests that local government should be consistent to preserve the public spaces by involving local communities in a sustainable development.
Keywords: public spaces; preservation; tourism villages; Desa Pakraman Kendran
Abstrak
Ruang publik merupakan elemen penting dalam pembangunan desa wisata. Demikian juga dengan Desa Pakraman Kendran, pelestarian ruang publik yang dikelola oleh masyarakat ditujukan untuk meningkatkan pariwisata perdesaan. Potensi ruang publik di desa ini meliputi telajakan, alun-alun desa, dan sempadan dua sungai yaitu Tukad Telagawaja dan Tukad Petanu. Studi ini bertujuan: 1) Mengetahui potensi lingkungan internal dan eksternal yang ada di Desa Pakraman Kendran; 2) Merumuskan potensi ruang publik di Desa Pakraman Kendran untuk sebagai desa wisata; dan 3) Mengetahui pola ruang publik di Desa Pakraman Kendran dalam mendukung potensi Desa Pakraman Kendran sebagai desa wisata. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan, baik internal dan eksternal dan menganalisanya dengan matriks SWOT. Hasil penelitian ini berupa rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar pada konsistensi untuk melestarikan ruang publik tersebut dengan melibatkan masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Kata kunci: ruang-ruang publik; pelestarian; desa wisata; Desa Pakraman Kendran
Pendahuluan
Berkembangnya kepariwisataan di Desa Pakraman Kendran merupakan bagian dari dampak potensi pariwisata Ubud. Desa Pakraman Kendran memiliki potensi alam yang besar, sosial budaya dan keindahan alam serta sosial masyarakatnya dapat dijadikan potensi pariwisata, wilayah Desa Pakraman Kendran terdiri dari dua banjar, antara lain: Banjar Kendran dan Banjar Kepitu. Rumusan masalah potensi ruang publik Desa Pakraman Kendran Gianyar sebagai desa wisata adalah: 1) Apakah potensi potensi internal (faktor kekuatan-faktor kelemahan) dan eksternal (faktor kesempatan-faktor ancaman) Desa Pakraman Kendran? 2) Bagaimana potensi ruang publik Desa Pakraman Kendran Gianyar guna sebagai desa wisata? 3) Apakah manfaat yang bisa dinikmati jika
1
ruang publik di Desa Pakraman Kendran dimanfaatkan sebagai bagian dari pembangunan Desa Kendran sebagai desa wisata?
Secara umum public space dapat didefinisikan dengan cara membedakan arti katanya secara harfiah terlebih dahulu. Publik merupakan sekumpulan orang-orang tak terbatas siapa saja, dan space atau ruang merupakan suatu bentukan tiga dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-unsur yang membatasinya. Unsur-unsur tersebut berupa bidang-bidang linier yang saling bertemu yaitu, bidang-bidang dasar/alas, bidang-bidang vertikal dan bidang-bidang penutup (atap). Sedangkan public space yang terbentuk di luar ruangan yang dibatasi oleh unsur buatan disebut juga urban space. Menurut bentuk dan aktifitas yang terjadi pada urban space, dikategorikannya menjadi dua, yaitu lapangan (square) dan jalur/jalan (the street). Ruang kota, baik berupa lapangan maupun koridor/jaringan, merupakan salah satu elemen rancang kota yang sangat penting dalam pengendalian kualitas lingkungan ekologis dan sosial. Namun pada kenyataannya, ruang kota semakin terdesak oleh kepentingan ekonomi. Dalam pengertian yang paling umum, ruang publik dapat berupa taman, tempat bermain, jalan, atau ruang terbuka.
Ruang publik kemudian didefinisikan sebagai ruang atau lahan umum, dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan publik fungsional maupun kegiatan sampingan lainnya yang dapat mengikat suatu komunitas, baik melalui kegiatan sehari-hari atau kegiatan berkala. Ruang publik kota sebagai ruang yang dapat diakses oleh setiap orang dengan sendirinya harus memberikan kebebasan bagi penggunanya. Sedangkan penguntukan ruang publik sebagai ruang bersama merupakan bagian integral dari tata tertib sosial, sehingga perlu adanya pengendalian terhadap kebebasan tersebut. Pengendalian dalam penguntukan ruang publik berkaitan dengan toleransi akan kepentingan orang lain yang juga menguntukkan ruang publik tersebut yang ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis dan bermakna yang mempunyai arti, antara lain: 1) Responsif dalam arti ruang publik haru dapat diuntukkan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas; 2) Demokratis berarti ruang publik seharusnya dapat diuntukkan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya dan aksesibilitas bagi berbagai kondisi fisik manusia; dan 3) Bermakna yang berarti ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dunia luas dan konteks sosial.
Dengan karakteristik ruang publik sebagai tempat interaksi warga masyarakat, tidak diragukan lagi arti pentingnya dalam menjaga dan meningkatkan kualitas sosial. Ruang-ruang publik tersebut yang selama ini menjadi tempat warga melakukan interaksi, baik sosial, politik maupun kebudayaan tanpa dipungut biaya. Tetapi kebanyakan ruang publik kota diduduki secara intens atau menetap dan selama tidak ada yang keberatan, maka penguasaan itu akan semakin kuat. Seperti menduduki pedestrian sebagai tempat berdagang, sedangkan pedestrian adalah ruang publik untuk tempat pejalan kaki.
Studi ini bertujuan: 1) Mengetahui potensi lingkungan internal dan eksternal yang ada di Desa Pakraman Kendran; 2) Merumuskan potensi ruang publik di Desa Pakraman Kendran untuk sebagai desa wisata; dan 3) Mengetahui pola ruang publik di Desa Pakraman Kendran dalam mendukung potensi Desa Pakraman Kendran sebagai desa wisata.
Gambaran Umum Desa Kendran sebagai Lokasi Penelitian
Wilayah penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Kendran, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Desa ini terdiri atas dua banjar dinas dan dua banjar adat, yaitu: Banjar Kepitu dan Banjar Kendran. Setiap banjar memiliki administrasi kedinasan dan adat, lihat Gambar 1.
Wilayah Kecamatan Tegalalang
Wilayah Desa. Kendran
Wilayah Perencanaan
Gambar 1. Wilayah Desa Pakraman Kendran
Batas wilayah Desa Kendran yaitu berbatasan langsung dengan Desa Kedisan di sebelah utara dan Kecamatan Tampaksiring di sebelah timur, sedangkan di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Desa Tegalalang. Bentuk daratan wilayah Desa Kendran
merupakan pegunungan yang memanjang dari utara ke selatan. Daratan ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, persawahan, perkebunan, tempat suci, kuburan, jalan umum, dan sekolah. Desa ini terjangkau oleh jalur transportasi dengan jarak ke ibukota kecamatan 4 km, jarak menuju ibukota kabupaten 20 km, dan jarak menuju kota provinsi 32 km.
Wilayah Desa Kendran terdiri atas sepuluh banjar dinas dan tiga desa pakraman. Banjar dinas tersebut antara lain Dodblungbang, Pande, Manuaba, Kendran, Tangkas, Kepitu, Tengah, Pinjul, Triwangsa, dan Dukuh. Sementara itu, tiga desa pakraman di wilayah Desa Kendran antara lain: Dlodblungbang, Manuaba, dan Kendran.
Desa Pakraman Kendran merupakan wadah yang meliputi berbagai entitas adat Bali dan ruang publik, seperti pola ruang desa yang berkonsepkan catuspatha dan dewata nawa sanga, serta tatanan masyarakat yang masih kental, keindahan sumber daya alam yang masih terjaga, seperti tertuang pada gambar di bawah ini:
Pura Desa Kendran Puri Penataran

Kendran
Gambar 2. Implementasi Konsep Catuspatha dan Dewata Nawa Sanga di Desa Pakraman Kendran
Namun perubahan dan kemajuan zaman telah memaksimalkan ruang publik di Desa Pakraman Kendran. Perkembangan ideologi dalam berbagai variannya akibat kemajuan jaman tidak seluruhnya berimplikasi positif terhadap ruang publik di desa ini, sehingga alih fungsi ruang publik tidak dapat dihindari. Konsep paras-paros dan menyama braya, yang merupakan cara bijak masyarakat dalam membangun dan memelihara dunia/ruang
sosialnya semakin terampas. Ini gambaran buram protes sosial terhadap kekakuan dan kebekuan adat/tradisi yang tidak mampu menjawab perubahan zaman. Inilah yang mendorong munculnya semacam tuntutan berupa pemikiran atau acuan-acuan normatif tradisional yang membutuhkan pemikiran untuk mengedepankan perencanaan ruang publik. Upaya ini dapat menjaga konsep ruang desa yang telah mentradisi dari ratusan tahun lalu. Penyelarasan acuan-acuan normatif ini sejalan dengan tingkat perkembangan rasionalitas krama desa dan kebutuhan ruang publik desa pakraman. Untuk menampung seluruh aktivitas krama-nya diperlukan semacam strategi melalui tindakan komunikatif, yaitu menjadikan krama Desa Pakraman Kendran sebagai komunitas adat yang beriman sekaligus rasional.
Tabel 1. Perkembangan Ruang Publik di Desa Pakraman Kendran Tahun 2005-2015
|
Variabel |
Lahan Publik |
|
Ruang terbuka hijau desa,seperti: telajakan, alun-alun desa dan sempadan sungai |
|
|
Taman pulau jalan desa (bagian dari telajakan) |
■ T ahun 2005 keberadaan taman pulau di persimpangan agung (catuspatha) Desa Pakraman Kendran berawal dari pohon beringin yang diubah menjadi bentuk tugu persimpangan hingga saat ini. |
|
Pelestarian pedestrian jalan desa sebagai sebagai pembatas antara desa pakraman satu dengan desa pakraman lainnya |
■ T ahun 2005 keberadaan pedestrian pada jalan desa telah mulai terusik karena adanya aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat dan banyaknya perbaikan sarana dan prasarana yang mulai tumbuh di Desa Pakraman Kendran. |
Upaya Pelestarian Potensi Ruang Publik Desa Pakraman Kendran Sebagai Elemen Penting dalam Pembangunan Desa Wisata
Perkembangan wisata yang sangat pesat di wilayah Desa Pakraman Kendran tentunya sangat berdampak pada perkembangan ruang publik dan nilai sosial budaya yang telah ada. Untuk melestarikan ruang publik dan ruang sosial budaya, dilakukan beberapa hal sejalan dengan perkembangan teknologi kepariwisataan: 1) Penyuluhan kepada masyarakat lokal untuk meningkatkan dan mempertahankan pola ruang publik desa yang telah berumur lama, serta menjaga keamanan Desa Pakraman Kendran. Penyuluhan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang negatif pada pelestarian potensi ruang publik; 2) Meningkatkan nilai pola keruangan lokal/desa serta budaya di masyarakat Desa Pakraman Kendran yang telah mengakar, seperti gotong royong, kepercayaan, bahasa, adat istiadat dan lain sebagainya; dan 3) Meningkatkan dan menerapkan srada bakti masyarakat pada pelaksanaan Tri Hita Karana.
Desa Kedisan
Peta Desa Pakraman
Kendran
Kec. Tampaksiring
Utara
Kecamatan Tegalalang
Sungai Telagawaja
Jalan menuju Desa Pakraman Kendaran
ecamat Tegalal
Pembangunan vila yang memanfaatkan sempadan Sungai Telagawaja
Gambar 3. Pembangunan vila yang memanfaatkan sempadan Sungai Telagawaja
Areal telajakan yang dialihfungsikan menjadi warung
Wilayah Banjar Kepitu
Areal lapangan/alun-alun desa yang dimanfaatkan untuk garasi mobil
Wilayah Banjar Kendran
Utara
Gambar 4. Pengalihfungsian lahan telajakan dan lapangan/alun-alun
Manfaat Pelestarian Ruang Publik sebagai Elemen Penting dalam Pembangunan Desa Wisata
Manfaat pelestarian ruang publik terhadap perkembangan Desa Pakraman Kendran sebagai desa wisata, antara lain: 1) Dapat mengidentifikasi ruang publik desa berdasarkan faktor lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki; 2) Dapat menyusun rencana detail tata ruang desa yang tentunya berdasarkan RTRW (rencana tata ruang wilayah) Kabupaten Gianyar 2012-2032 untuk mempertahankan ruang publik desa serta pola keruangan desa yang berkonsepkan Catuspatha dan Dewata Nawa Sanga; 3) Dapat mempertahankan daya tarik yang ada di Desa Pakraman Kendran yang dilakukan dengan merancang rute jalur tracking bagi wisatawan, sehingga wisatawan dapat mengetahui jauh/dekatnya jarak yang akan ditempuh dalam menikmati daya tarik wisata yang ada; dan 4) Dapat melakukan perencanaan potensi ruang publik, seperti potensi sempadan sungai, telajakan sepanjang permukiman, lapangan/alun-alun desa, dan penentuan letak faslitas penunjang pariwisata.
Kesimpulan dan Saran
Sejumlah potensi lingkungan internal dan eksternal di Desa Pakraman Kendran meliputi: 1) Potensi strengths-oppornities dari ruang publik, seperti potensi telajakan di sepanjang permukiman warga, lapangan/alun-alun desa, dan sempadan sungai, sehingga pelestariannya dapat mempertahankan daya tarik ruang publik yang ada; 2) Potensi strengths-threaths yaitu melakukan penyuluhan tentang pentingnya pelestarian ruang publik desa kepada masyarakat lokal di sekitar wilayah Desa Pakraman Kendran, selain keamanan desa juga perlu ditingkatkan; 3) Potensi weaknesses-opportunities adalah pemanfaatan kesempatan yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. Potensi ini dilakukan dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung, seperti peningkatan jalan dan potensi utilitas kebersihan, termasuk air bersih; 3) Potensi weaknesses-threaths merupakan turunan potensi kelemahan dan ancaman dengan mengidentifikasi warga Desa Pakraman Kendran dalam menghadapi pengaruh luar yang diakibatkan oleh adanya interaksi warga lokal dengan wisatawan domestik maupun non domestik dalam mempertahankan nilai sosial budaya. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai budaya masyarakat desa, seperti gotong royong, kepercayaan, bahasa, adat istiadat, dan lain sebagainya. Selain itu, penerapan srada bakti masyarakat akan pelaksanaan Tri Hita Karana perlu juga ditingkatkan.
Studi ini merekomendasikan sejumlah saran kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar antara lain: 1) Pemerintah Kabupaten Gianyar sebaiknya konsisten dalam mempertahankan pola ruang publik, seperti pemeliharaan telajakan rumah, lapangan/alun-alun desa, serta sempadan sungai yang telah diwariskan dari zaman kerajaan. Hal ini penting karena dengan mempertahankan pola ruang publik akan berdampak pada pelestarian pola ruang desa di wilayah Kabupaten Gianyar itu sendiri; 2) Pemerintah Kabupaten Gianyar sebaiknya terlibat dalam perencanaan pelestarian budaya yang terdapat di wilayah perencanaan, terutama mengenai dukungan penganggaran/biaya untuk mewujudkan Desa Pakraman Kendran sebagai desa wisata.
Selain itu, studi ini juga menyarankan kepada perangkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelestarian pola ruang publik sesuai dengan yang pola ruang Bali dan adat budaya. Sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan untuk menyempurnakan sistem pengelolaan wilayah desa Pakraman sebagai desa wisata.
Daftar Pustaka
Kecamatan Tegalalang, Desa Kendran (2002) Awig-Awig Desa Pakraman Kendran.
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2010-2014) Rencana Strategis Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Pemerintah Kabupaten Gianyar (2005-2015) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gianyar.
Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah.
326
SPACE - VOLUME 3, NO. 3, OCTOBER 2016
Discussion and feedback