KAJIAN PROPORSI CANDI TEBING GUNUNG KAWI, TAMPAKSIRING-GIANYAR
on
RUANG
SPACE
KAJIAN PROPORSI CANDI TEBING GUNUNG KAWI, TAMPAKSIRING-GIANYAR
Oleh: Anak Agung Gede Raka Gunawarman 1
Abstract
The term ''candi'' in Indonesia generally refers to sacred buildings, legacies of Hindu-Budha Kingdoms. Candi is often considered a masterpiece erected based on certain architectural guidelines including those pertaining to site selection and proportion. Rock cut candi is one among many forms of structure found in certain areas across the Nusantara. In its objective to study the proportion of a rock cut candi, this article takes Gunung Kawi of Gianyar Regency-Bali, as a case study. The study analyzes the proportion of its physical elements, which are classified into three groups: leg; body; and head elements. Each category is constructed of lower, body and upper frame. This research implements Manasara-Silpasastra principles in regard to proportion of sacred structures. Manasara-Silpasastra proposes five categories of ratio of width to height, which are santika, paushtika, parshnika/jayada, adbhuta, and sarvakamika (Acharya, 1927). The research finds that the proportion between width and height at Gunung Kawi Rock Cut Candi falls into the category of paushtika. This is reflected in the ratio of its height to the width of its foot, which is 2:1.
Keywords: Rock cut candi, physical elements of candi, proportion, Manasara-Silpasastra
Abstrak
Istilah 'candi' di Indonesia diartikan sebagai bangunan suci, peninggalan kerajaan Hindu-Budha. Candi seringkali dipandang sebagai peninggalan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip kearsitekturan, termasuk yang berkenaan dengan pemilihan site, rasio, dan proporsi. Dalam tujuannya untuk mengkaji proporsi dari sebuah candi, artikel ini mengambil Candi Tebing Gunung Kawi (Kabpaten Gianyar) sebagai studi kasus. Candi tebing merupakan salah satu struktur yang hanya ditemukan di beberapa lokasi tertentu di Nusantara. Studi ini mengkaji elemen fisik candi yang dibagi dalam tiga kelompok elemen, yaitu kaki, badan, dan kepala. Masing-masing kelompok terdiri dari bagian badan dan bagian atas. Dalam penghitungan proporsi candi, penelitian ini mengimplementasikan prinsip-prinsip Manasara-Silpasastra, khususnya yang berkenaan dengan bangunan suci. Manasara-Silpasastra menawarkan lima kategori proporsi lebar terhadap tinggi dari sebuah candi, yaitu: santika, paushtika, parshnika/jayada, adbhuta, dan sarvakamika (Acharya, 1927). Untuk kasus Candi Gunung Kawi ditemukan bahwa rasio antara tinggi dan lebar dasar candi mengikuti prinsip paushtika: 2:1.
Kata kunci: Candi tebing, elemen pembentuk candi, proporsi, Manasara-Silpasastra
Pendahuluan
Istilah candi di Indonesia pada umumnya terkait pada bangunan-bangunan suci peninggalan jaman Hindu-Budha dan jaman-jaman kerajaan. Candi dibangun sebagai simbol dari alam semesta sebagai stana para dewa. Candi juga merupakan bentuk tiruan dari gunung, yakni stana para dewa yang sesungguhnya yaitu Gunung Mahameru (Soek-
mono, 1988). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia candi diartikan sebagai bangunan kuno yang dibuat dari batu, berupa tempat pemujaan, penyimpanan abu jenasah raja-raja atau para pendeta Hindu-Budha. Di sisi lain, bilamana bertolak dari asal-usul katanya, candi berasal dari Bahasa Kawi, yaitu cinandi, yang artinya dikubur (Mardiwarsito, 1985: 134). Maksud dari dikubur (cinandi) dalam konteks ini adalah bukan mayat atau abu jenazah, melainkan bermacam-macam benda, seperti potongan bebagai jenis logam dan batu akik, disertai dengan saji-sajian dan dianggap sebagai lambang zat-zat jasmaniah dari sang raja yang telah bersatu dengan dewa penitisnya (Soekmono, 1988).
Candi dikatakan sebagai sebuah replika dari Gunung Mahameru yang juga memiliki pedoman tentang pendiriannya mulai dari pemilihan lokasi hingga perhitungan proporsi. Pada bangunan candi pertimbangan pemilihan lokasi yang tepat adalah hal yang paling utama. Sebuah site atau tanah yang tidak terdapat aliran sungai, tanah berawa, tanah yang dipenuhi kerikil dan tanah sisa tempat kremasi perlu dihindari (Kaulacara, 1966). Tanah yang sebagian besar berpasir adalah tanah yang dikatakan baik untuk mendirikan sebuah candi. Pemilihan lokasi candi juga diklasifikasikan berdasarkan bau dari tanah dalam site. Tanah yang berbau manis dikatakan sebagai tanah Brahmana, tanah berwarna kemerah-merahan seperti darah segar dan berbau asam disebut tanah Ksatriya, tanah yang berbau asin adalah tanah Vaisya dan tanah yang becek berwarna gelap serta berbau busuk adalah tanah Sudra (Kaulacara, 1966).
Indonesia memiliki persebaran situs peninggalan berupa candi yang banyak ditemukan di Jawa dan Bali. Penemuan candi-candi di Jawa ada yang berupa candi Budha dan candi Hindu, candi-candi tersebut seperti Candi Borobudur, Prambanan, Mendut, Pawon, Dieng, Sewu, dan masih ada banyak candi-candi lain yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa. Begitu pula yang ditemukan di Bali, candi-candi juga banyak tersebar di beberapa wilayah di Bali, candi-candi tersebut adalah Candi Pegulingan, Prasada Kapal, Candi Canggi, Candi Mengening dan Candi Tebing Gunung Kawi yang juga menjadi sebuah obyek wisata paling dikenal oleh dunia internasional dan dilindungi oleh UU No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Candi Tebing Gunung Kawi menjadi salah satu obyek yang terkenal karena keunikan yang dimilikinya yaitu dibangun di dinding tebing. Candi dengan tipe seperti ini tidak banyak ditemukan di daerah lain, bahkan candi ini hanya ditemukan di Bali saja. Candi tebing di pahat pada dinding tebing dan hanya memiliki satu muka saja. Candi Tebing Gunung Kawi terdiri dari sepuluh candi yang terbagi dalam tiga lokasi berbeda. Pembagian kelompok candi tebing didasari oleh jumlah candi tebing di tiap lokasi. Pembagian kelompok candi-candi tebing tersebut adalah komplek candi kelompok lima, komplek candi kelompok empat dan komplek candi kelompok satu. Selain candi terdapat pula pertapaan-pertapaan yang tersebar di komplek candi tebing. Karena besarnya kawasan dan banyaknya obyek situs peninggalan tersebut, tidak heran jika kawasan ini menjadi sebuah obyek tujuan wisata. Wisatawan asing dan domestik berdatangan untuk melihat secara langsung karya monumental tersebut.
Candi tebing juga merupakan salah satu karya di bidang arsitektur, dan tidak hanya dilihat dari kajian arkeologi saja. Prinsip perancangan arsitektur seperti perhitungan proporsi pada Candi Tebing Gunung Kawi adalah salah satu topik yang bisa dijadikan sebuah penelitian di bidang arsitektur. Proporsi tentunya terbentuk dari hasil perbandingan dari satu elemen dengan elemen lain pada sebuah bangunan. Perbandingan tersebut bisa berupa pebandingan antara lebar, tebal dan tinggi tiap elemen. Candi-candi
tebing di Gunung Kawi terlihat memiliki proporsi yang sama, namun untuk mengetahui bagaimana perhitungan dan dasar ukuran yang digunakan dalam menyusun proporsi tersebut tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Jika diperhatikan secara seksama candi-candi ini memiliki ukuran dan detail susunan yang berbeda-beda.
Perbedaan dari ukuran candi nampak pada candi kelompok lima yang mempunyai satu candi dengan ukuran lebih tinggi dari candi yang lain. Hal ini juga ditegaskan dalam arsip berupa gambar dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yang juga memperlihatkan perbedaan-perbedaan tersebut. Perbedaan ini tentu menimbulkan pertanyaan apakah semua candi memiliki perhitungan proporsi yang sama. Perhitungan proporsi Candi Tebing Gunung Kawi menjadi menarik untuk diteliti dari penerapan sistem proporsi, karena candi tebing ini memiliki lokasi pendirian yang berbeda dari candi-candi pada umumnya yang didirikan diatas lahan datar dan bukan menempel pada dinding tebing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis elemen-elemen pembentuk proporsi (EPP) dan mengetahui perhitungan proporsi pada perancangan Candi Tebing Gunung Kawi di Tampaksiring,Gianyar. Penelitian ini diharapkan bisa menambah pedoman terkait dengan patokan ukuran proporsi yang digunakan dalam bangunan candi, khususnya pada Candi Tebing Gunung Kawi dan hasil temuan dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah acuan maupun pembanding dalam perhitungan ukuran untuk membuat proporsi bangunan yang lain terkait dengan sikut, gegulak maupun asta kosala kosali khususnya pada arsitektur tradisional Bali.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian mixed methods atau metode penelitian gabungan, yaitu perpaduan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Strategi penelitian menggunakan pengumpulan data secara simultan dan sequensial untuk memahami permasalahan dengan sebaik-baiknya. Pengumpulan data bisa diperoleh dari informasi numerik (melalui instrument) maupun informasi teks (melalui wawancara) sehingga data-data akhir yang diperoleh bisa memperlihatkan informasi yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif (Emzir, 2012).
Penelitian ini juga menggunakan metode field research atau penelitian lapangan. Pendekatan field research dipilih karena pendekatan ini lebih cenderung kepada pengamatan mendalam di lapangan terhadap sebuah objek mengingat penelitian ini berkaitan dengan proporsi, sehingga perlua adanya pengukuran langsung dimensi obyek di lapangan. Data primer akan lebih mudah dikumpulkan dengan pengukuran pada obyek candi-candi tebing di Gunung Kawi. Permasalahan dan pertanyaan terhadap sebuah objek akan mudah ditemukan dengan observasi langsung dilapangan.
Penentuan sumber data penelitian merupakan acuan untuk menentukan intrumen dan teknik pengumpulan data yang sesuai. Penelitian ini menggunakan data-data kuantitatif dan kualitatif yang dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran obyek candi tebing dan wawancara dengan narasumber terkait. Untuk teknik pengumpulan data kuantitatif tentunya dilakukan dengan pengukuran langsung pada candi tebing dengan membagi bagian candi tebing menjadi tiga yaitu kepala, badan dan kaki. Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran adalah meteran manual, mengingat medan yang cukup sulit dan kondisi candi yang sudah dalam keadaan tidak baik.
Gambaran Umum Candi Tebing Gunung Kawi
Candi Tebing Gunung Kawi berada di Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Candi Tebing Gunung Kawi terdiri dari 10 buah candi yang terletak di tiga lokasi seperti penjelasan pada pada Gambar 1. Candi kelompok 5 dikatakan sebagai kelompok utama dan tampak pada candi 5A yang secara kasat mata memiliki ukuran paling besar. Hal ini juga diperkuat dengan adanya aksara atau tulisan sanskerta yang berbunyi haji lumah ing jalu dan diartikan sebagai seorang raja yang wafat dilembah Sungai Pakerisan. Tata letak candi memakai konsep kaja sebagai orientasi utama ditunjukkan oleh posisi candi 5A yang terletak di posisi paling kaja. Kaja dalam bahasa Indonesia berarti utara, namun perlu ditegaskan bahwa kaja tidak selalu berarti utara dalam bahasa Indonesia, karena kaja khususnya dalam istilah arsitektur Bali adalah orientasi kearah gunung yang dianggap sebagai orientasi utama. Candi-candi tebing di Gunung Kawi juga memiliki genah pedagingan yang terletak tepat di bawah pintu semu. Genah pedagingan adalah tempat untuk menguburkan atau menyimpan lima macam jenis logam yang disimbolkan sebagai lima dasar kemuliaan saat ritual mapendeman panca datu (Disbud, 1987). Peti nawasanga adalah tempat untuk meletakkan berbagai jenis logam dan benda lainnya yang disertai dengan saji-sajian. Benda-benda inilah yang juga disebut dengan pripih (Soekmono, 1988).
Candi-candi Tebing Gunung Kawi berada di sisi kanan dan kiri Sungai Pakerisan, begitu pula goa-goa pertapaan yang tersebar disepanjang aliran sungai. Candi kelompok 5 dan kelompok 4 posisinya saling berhadapan dan kedua kelompok ini ada di sisi kanan kiri aliran sungai. Berbeda halnya dengan candi 5 dancandi 4 yang berkelompok, candi 1 hanya terdiri dari satu candi dan berada jauh di selatan candi 5 dan candi 4. Secara umum kondisi fisik dari sepuluh candi ini sudah mulai mengalami kerusakan. Hal ini tampak jelas pada candi-candi kelompok 4, terutama candi 4D yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Bagian kepala candi 4D hampir sudah tidak berbentuk pada bagian depan, begitu pula yang terjadi pada bagian kepala candi 1. Kerusakan-kerusakan pada muka candi juga menyulitkan proses pengukuran untuk mendapatkan perhitungan proporsi candi. Bentuk-bentuk asli candi juga sulit dipastikan mengingat candi-candi sudah pernah dilapisi dengan semen untuk menjaga bentuk candi. Kerusakan umumnya terjadi pada sisi depan candi, sedangkan pada bagian-bagian samping masih bisa terbaca dan dapat diukur.
Gambar 1d: Candi Tebing Kelompok 1
Gambar 1a. Peta situasi Candi Tebing Gunung Kawi
Sumber: Dokumentasi BPCB, 1996
Gambar 1b-1d. Tampak depan Candi Tebing Gunung Kawi
Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Elemen-Elemen Pembentuk Proporsi (EPP) pada Candi Tebing Gunung Kawi
Proporsi pada candi tebing Gunung Kawi dibentuk oleh tiga elemen utama yaitu kaki, badan dan kepala. Setiap elemen utama juga disusun oleh elemen-elemen penyusun yang lebih detail sehingga terbentuklah proporsi pada candi tebing tersebut. Untuk mempermudah dalam memberikan penjelasan, elemen-elemen detail tersebut diberi nama elemen pembentuk proporsi dengan kode EPP. Masing-masing candi di setiap kelompok memiliki pengulangan EPP yang hampir sama, namun ada beberapa bagian yang berbeda. EPP akan dibahas dalam setiap elemen utama candi yaitu pada kaki, badan dan kepala.
Proporsi Candi Tebing Gunung Kawi juga dibentuk oleh EPP yang sangat detail dari bagian-bagian terkecil. Pemberian nama pada setiap EPP disesuaikan dengan pemberian nama di daerah Gianyar mengingat Candi Tebing Gunung Kawi masih berada di kawasan Gianyar dan melakukan wawancara pada narasumber yang tahu tentang penamaan bagian candi. Para narasumber yang diwawancarai berasal dari BPCB, undagi, dan tukang stil Bali yang ada di seputaran wilayah Tampaksiring Gianyar. Hal ini bertujuan untuk memberikan komparasi dan mencari kesesuaian nama-nama EPP yang akan digunakan.
Gambar 2. Pembagian detail kaki, badan, dan kepala pada Candi Tebing Gunung Kawi Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Kaki Candi
Pembahasan EPP dimulai dari kaki candi kelompok 5. Kaki candi kelompok 5 terhubung menjadi satu bagian dan mulai terpisah dari bagian badan candi. Kaki candi di kelompok 5 tampak ada perbedaan pada kaki candi 5A yang memiliki batas jelas dan ada peninggian level sekitar ±36 cm dari level kaki candi 5B-5E, sedangkan pada kaki candi 5B-5E terlihat menjadi satu seperti pada Gambar 3 dan tidak terlihat ada batas-batas yang jelas untuk setiap kaki candi. Perbedaan kaki candi 5A juga menunjukkan memang candi ini memiliki kelebihan dari candi-candi lainnya. Penerapan prinsip sumbu dalam arsitektur candi diperlihatkan dengan adanya tangga naik di kaki candi 5C yang posisinya memang berada di tengah-tengah candi kelompok 5.
Gam bar 3. Tampak Depan Kaki Candi Kelompok 5 Candi Tebing Gunung Kawi Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
EPP kaki candi 5A terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh dan perbingkaian atas. Perbingkaian bawah disusun oleh EPP berupa dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, bagian tubuh disusun oleh pengawak, dan perbingkaian atas
disusun oleh kalung, baong capung, sebitan, capon, ganggong dan penukub. Perbingkaian atas adalah pengulangan dari perbingkaian bawah hanya saja posisinya terbalik atau dalam keadaan mirror. Susunan EPP pada kaki candi kelompok 5B-5E juga sama dengan EPP candi 5A yang juga terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian bawah dengan EPP detail yang sama yaitu terdiri dari dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, pengawak, kalung dan penukub. Perbedaan dengan kaki 5A terlihat dari detail sebitan dan kalung yang jumlah dalam tingkatannya berbeda.
Gambar 4. EPP Kaki Candi 5A Candi Tebing Gunung Kawi Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Kaki candi kelompok 4 juga memiliki persamaan dengan kaki candi 5B-5E yang menjadi hanya saja pada kaki candi 4 batas-batas kaki candi lebih terlihat jelas. Penerapan prinsip sumbu pada perancangannya juga diperlihatkan pada peletakan tangga di bagian tengah. Berbeda dengan candi kelompok 5 yang memang berjumlah lima buah candi sehingga tangga diletakkan di posisi tengah tepat pada candi 5C, sedangkan pada candi 4 karena jumlah yang genap tangga diletakkan di antara candi 4B dan candi 4C.
Gambar 5. Tampak Depan Kaki Candi Kelompok 4 Candi Tebing Gunung Kawi Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Susunan EPP pada kaki candi 4 tidak jauh berbeda dengan candi 5 yang juga terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas dengan susunan dari dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, pengawak, kalung dan penukub. Perbedaan juga terjadi pada dimensi atau ukuran setiap EPP, dapat diperhatikan pada Gambar 6 perbedaan pengawak kaki candi bagian kanan dan kiri. Terlihat pada pembagian pengawak bagian kanan di gambar memang lebih tinggi. Gambar 6 menampilkan secara mendetail susunan EPP kaki candi 4A-4D.
Gambar 6. EPP Kaki Candi 4A-4D Candi Tebing Gunung Kawi
Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Berbeda halnya dengan candi 5 dan candi 4, candi 1 yang terdiri dari satu candi juga memiliki bagian kaki yang terlihat dengan jelas. Candi 1 memiliki ukuran lebih kecil dari candi lainnya, dan memiliki tangga dibagian tengah candi seperti pada candi 5 dan candi 4 . Perbedaan kaki candi 1 dengan candi lainnya tampak pada sisi kaki candi yang memiliki tiga sisi tampak seperti halnya badan dan kepala candi. EPP kaki candi 1 teridiri dari dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, pengawak, kalung dan penukub tidak jauh berbeda dengan candi 5 dan 4 (perhatikan Gambar 7).
Gambar 7. EPP Kaki Candi 1 Candi Tebing Gunung Kawi
Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Kaki candi kelompok 5, candi kelompok 4 dan candi kelompok 1 memiliki persamaan pada pembagian EPP yang terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh dan perbingkaian atas. Perbingkaian bawah kaki candi disusun oleh EPP berupa dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, bagian tubuh kaki candi disusun oleh pengawak, dan perbingkaian atas kaki candi disusun oleh kalung, baong capung, sebitan, capon, ganggong dan penukub. Perbedaan EPP dari setiap kaki candi terletak pada ukuran dan jumlah susunan atau pengulangan EPP seperti pada kaki candi kelompok 5. Perbedaan jumlah tersebut tampak pada bebed dan kalung dimana jumlah tingkatan atau palih ada yang berbeda.
Badan Candi
EPP pada badan candi juga memiliki persamaan dengan EPP pada bagian kaki candi, hanya saja ada beberapa pengulangan EPP pada badan candi seperti pengulangan bagian bebed. Bagian badan candi memiliki dua bebed dibawah pengawak. Perbedaan bentuk bebed tampak pada candi 5A yang salah satu bebed berbeda dan tidak dimiliki oleh candi lainnya. Hal ini semakin menguatkan pernyataan bahwa candi 5A adalah candi utama di komplek Candi Tebing Gunung Kawi. Badan-badan candi juga banyak mengalami kerusakan dan ada beberapa bagian yang sudah tidak terbaca lagi, oleh sebab itu pengukuran dilakukan dengan memperkirakan EPP yang masih bisa terbaca atau membandingkan dengan EPP yang masih bisa terbaca.
EPP pada badan candi juga terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas. Perbingkaian bawah badan candi disusun oleh dasar badan, ganggong, capon, sebitan, dua baong capung dan dua bebed dibawah pengawak, kemudian bagian tubuh badan candi disusun oleh pengawak, sedangkan perbingkaian atas disusun oleh kalung, baong capung, sebitan, capon, ganggong, dan penukub. Badan candi juga memiliki genah pedagingan di bagian tengah badan tepatnya dibawah pintu semu. Pintu semu menjadi sebuah pembatas antara pengawak bagian kanan dan kiri. Perbedaan EPP juga terjadi pada badan candi seperti halnya kaki candi, perbedaan EPP terjadi pada jumlah tingkatan atau palih bebed, kalung dan sebitan. Penjelasan pada gambar-gambar berikut adalah untuk menampilkan setiap persamaan maupun perbedaan dari bagian badan candi antara satu candi dengan candi lainnya atau antara kelompok candi.
Kondisi badan-badan candi hampir semua dalam keadaan sulit terbaca pada bagian depan, kecuali pada candi 5A, 5B, dan candi 1. Candi 5A memiliki kondisi paling bagus namun bukanlah bentuk asli candi, tapi candi yang sudah dilapisi semen. Selain itu Candi 5A dan 5B berada pada tempat yang tidak terlalu basah, berbeda halnya dengan candi 5C-5E, 4A-4D dan candi 1 relatif berada ditempat yang basah dan lembab. Badan candi 5C dan candi 5D sudah tidak terbaca pada bagian depan dan beberapa bagian pada sisi samping, begitu pula pada candi 4A-4D bagian depan badan candi sudah sulit dibaca bahkan pintu semu ada yang sudah rata.
TwFrrj
J.K|MW*
*Mwwι PiwtirQOjean Mn
• bac1n9 cmpu∏q
IMng
∣Mτςjmu* TtiMh BiMtoHCnnt*
k*wl Ptrtxnokaian haMl>
bMM0 '. MtftjrQ
MMB i
MfWi
U*W**J
■Tampak Dopan Badan Candl 5A
Gambar 8. EPP Badan Candi 5A Candi Tebing Gunung Kawi
Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
I Γ"WW
T amps* Dopan Bacian Cant* «a
Gambar 9. EPP Badan Candi 4A Candi Tebing Gunung Kawi Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Gambar 10. EPP Badan Candi 1 Candi Tebing Gunung Kawi
Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Kepala Candi
Bagian kepala candi merupakan bagian yang paling komplek, karena banyaknya EPP di bagian ini. Berbeda dengan kaki dan badan candi, bagian kepala memiliki beberapa EPP yang berbeda walaupun sesungguhnya terdapat pengulangan yang sama pada setiap tingkatannya. Perbedaan EPP sangat bervariasi pada bagian kepala mulai dari dasar hingga ke puncak kepala. Pembahasan tentang EPP pada kepala candi tidak bisa hanya dilihat dari tampak depan saja, ini disebabkan karena ada bagian-bagian yang tidak terlihat dan hanya terlihat pada gambar potongan.
Bagian kepala candi terbagi menjadi empat yaitu kepala tingkat 1, kepala tingkat 2, kepala tingkat 3 dan mahkota candi. Setiap bagian tersebut memiliki EPP yang berbeda pula pada setiap tingkatnya. Pembagian pada setiap kepala candi juga terdiri dari perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas, dan pada setiap bagian tersebut juga disusun oleh EPP yang lebih detail lagi. Pada bagian utama disusun oleh dasar mahkota dan mahkota utama atau dalam istilah Bali disebut dengan murda. Setiap tingkatan kepala dihiasi dengan tiga buah angklok/mendur yang menyerupai stupa. Detail dari setiap perbingkaian juga disusun oleh dasar, capon, ganggong, sebitan, baong capung, dan penukub hanya saja setiap tingkatan memiliki jumlah yang berbeda. Bagian EPP kepala yang tidak dimiliki oleh bagian badan dan kaki adalah mahkota.
Susunan EPP kepala candi pada candi 5, candi 4 dan candi 1 sangat berbeda, apalagi pada candi 1. Candi 1 memang memiliki perbedaan secara menyeluruh baik dari kaki hingga kepala, sedangkan candi 5 dan candi 4 hampir sama walaupun jika diperhatikan memang terdapat perbedaan di beberapa bagian seperti pada bagian kepala tepatnya ada pada perbedaan perbingkaian bawah tingkat 3. Setiap tingkat memiliki perbingkaian bawah, namun pada kepala candi tingkat 3 di kelompok 5 tidak tampak adanya penggunaan perbingkaian bawah. Kemungkinan tidak adanya perbingkaian bawah pada candi 5 diperkirakan karena space tingkat 3 yang sudah habis atau tidak memungkinkan lagi untuk menambah perbingkaian.
Kepala candi kelompok 5, 4 dan 1 hampir seluruhnya memiliki perbedaan baik dari susunan EPP maupun dimensinya. Angklok/mendur adalah salah satu bagian yang menonjol di bagian kepala. Berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, angklok/mendur sesungguhnya hanya hiasan pada setiap tingkatan candi yang posisinya menutupi bagian utama tingkatan setiap kepala yaitu bagian perbingkaian atas, sehingga tidak terlihat utuh dari depan maupun samping. Angklok/mendur secara detail juga disusun oleh EPP seperti dasar, capon, ganggong, pengawak, penukub, dan murda. Setiap kelompok candi juga memiliki susunan EPP angklok/mendur yang berbeda-beda. Pada candi 5 dan candi 4 perbedaan EPP pada angklok/mendur terlihat pada kepala tingkat 3. Candi 5A dan candi 5B memiliki angklok/mendur yang berbeda dengan candi 5C-5E, sedangkan candi 4A dan candi 4B memiliki angklok/mendur yang berbeda pula dengan candi 4C dan 4D, sedangkan candi 1 memang memiliki angklok/mendur yang sederhana tanpa capon.
Gambar 11. EPP Kepala Candi 5A Candi Tebing Gunung Kawi
Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Perhitungan Proporsi pada Candi Tebing Gunung Kawi
Tampak depan sebagai patokan utama dalam menentukan bagaimana perhitungan proporsi pada Candi Tebing Gunung Kawi. Ukuran dari setiap elemen pembentuk proporsi yang bisa dibanding-bandingkan antara lain seperti tinggi kaki candi (Tk), tinggi
badan candi (Tb), tinggi kepala candi (Tkp), tinggi pintu semu (Tp), lebar pintu semu (Lp), tinggi keseluruhan (T), lebar dasar kaki (Lk), lebar dasar badan (Lb), dan lebar dasar kepala (Lkp).
Dimensi elemen-elemen tersebut adalah dimensi EPP untuk perbandingan proporsi secara global, namun pada bagian kepala mempunyai EPP yang lebih mendetail dan harus dianalisis. Bagian kepala candi memiliki tiga tingkatan sehingga ukuran setiap tingkatan pada bagian kepala dapat dibandingkan juga terhadap tinggi kepala candi. Perbandingan ini bertujuan untuk mendapatkan perhitungan khusus pada bagian kepala candi. Pembagian ukuran tersebut adalah tinggi kepala tingkat 1 (Tkp1), tinggi kepala tingkat 2 (Tkp2), tinggi kepala tingkat 3 (Tkp3), tinggi dasar mahkota (Tdm), dan tinggi mahkota (Tm). Penjelasan dari elemen-elemen yang dibandingkan tersebut dapat dilihat pada
T : tinggi keseluruhan candi, Tk : tinggi kaki candi, Tb : tinggi badan candi, Tkp: tinggi kepala candi, Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota, Tp : tinggi pintu semu, Lp : lebar pintu semu, Lk : lebar dasar kaki candi, Lb : lebar dasar badan candi, Lkp : lebar dasar kepala candi.
Gambar 12. Kode EPP Candi yang dianalisa untuk perhitungan proporsi Sumber: Dokumentasi Gunawarman, 2013
Ukuran dari elemen-elemen pembentuk proporsi Candi Tebing Gunung Kawi didasarkan pada hasil pengukuran yang sudah dilakukan pada proses sebelumnya. Perhitungan dan perbandingan yang bisa dianalisis dari tampak depan bangunan Candi Tebing Gunung Kawi adalah Tk:T, Tb:T, Tkp:T, Tp:T, Lk:T, Lb:T, Lkp:T, Lp:T, Tk:Lk, Tb:Lb, Tkp:Lkp, Lp:Tp, Tkp1:Tkp, Tkp2:Tkp, Tkp3:Tkp, Tdm:Tkp dan Tm:Tkp. Perbandingan ini juga
mengacu pada hasil penelitian dari Atmadi pada penelitiannya terhadap bangunan susunan batu di relief Candi Borobudur yang juga hanya memiliki satu muka saja. Beberapa perbandingan juga dianalisis untuk memperbanyak hasil temuan yang bisa dibandingkan sehingga bisa ditarik satu kesimpulan.
Tabel 1 menjelaskan tentang dimensi setiap EPP dengan satuan cm. Tinggi keseluruhan candi dari bagian kaki hingga kepala pada candi 5 dan candi 4 berkisaran ±1000cm atau 10m, sedangkan pada candi 1 jauh lebih pendek yaitu ±800cm atau 8m. Perbedaan dimensi yang signifikan memang terjadi pada candi 1 baik dari dimensi keseluruhan maupun dimensi setiap EPP. Kerusakan-kerusakan yang berbeda disetiap candi juga menjadi permasalahan dalam menentukan dimensi yang sebenarnya, oleh sebab itu penentuan koefisien rata-rata di setiap dimensi EPP perlu ditentukan. Candi 5 dan candi 4 hampir memiliki dimensi yang tidak jauh berbeda sehingga bisa ditentukan koefisien rata-ratanya.
Tabel 1. Dimensi EPP Candi Tebing Gunung Kawi
Kode Candi |
Dimensi (cm) | ||||||||
T |
Tk |
Tb |
Tkp |
Tp |
Lp |
Lk |
Lb |
Lkp | |
5A |
1128.5 |
286 |
300.5 |
542 |
100 |
44 |
652 |
468 |
468 |
5B |
1069 |
250 |
287.5 |
531.5 |
93 |
45 |
579.5 |
445 |
445 |
5C |
1023 |
250 |
271 |
502 |
95 |
44 |
580 |
440 |
440 |
5D |
1013 |
250 |
276.5 |
486.5 |
100 |
43 |
579.5 |
439 |
439 |
5E |
1023.5 |
250 |
280 |
493.5 |
99 |
45 |
570 |
434 |
434 |
4A |
1046 |
228 |
303 |
515 |
80 |
48 |
555 |
453 |
453 |
4B |
1046.5 |
228 |
299 |
519.5 |
95 |
47 |
559.5 |
449.5 |
449.5 |
4C |
1007 |
228 |
284.5 |
494.5 |
84 |
44 |
559.5 |
444 |
444 |
4D |
1026.5 |
228 |
279.5 |
519 |
87 |
44 |
522 |
450 |
450 |
1 |
808 |
214 |
226 |
368 |
83 |
39 |
488 |
303.5 |
303.5 |
Rata-rata |
1019 |
241 |
281 |
497 |
92 |
44 |
565 |
433 |
433 |
Tabel 2 dan Tabel 3 menjelaskan tentang perhitungan dari setiap EPP yang memungkinkan jika dilihat dari tampak bangunan. Perbandingan EPP pada Tabel 2 juga mengacu pada perhitungan proporsi yang dilaksanakan oleh Atmadi. Tinggi candi secara keseluruhan menjadi patokan dalam menentukan apa saja yang dibandingkan, sehingga setiap EPP akan dibandingkan dengan tinggi candi secara keseluruhan.
Tabel 2. Perhitungan proporsi Candi Tebing Gunung Kawi
Kode Candi |
Perhitungan | ||||||||
T/Tk |
T/Tb |
T/Tkp |
T/Lk |
T/Lb |
T/Lkp |
T/Tp |
T/Lp |
Tp/Lp | |
5A |
3.9 |
3.8 |
2.1 |
1.7 |
2.4 |
2.4 |
11.3 |
25.6 |
2.3 |
5B |
4.3 |
3.7 |
2.0 |
1.8 |
2.4 |
2.4 |
11.5 |
23.8 |
2.1 |
5C |
4.1 |
3.8 |
2.0 |
1.8 |
2.3 |
2.3 |
10.8 |
23.3 |
2.2 |
5D |
4.1 |
3.7 |
2.1 |
1.7 |
2.3 |
2.3 |
10.1 |
23.6 |
2.3 |
5E |
4.1 |
3.7 |
2.1 |
1.8 |
2.4 |
2.4 |
10.3 |
22.7 |
2.2 |
4A |
4.6 |
3.5 |
2.0 |
1.9 |
2.3 |
2.3 |
13.1 |
21.8 |
1.7 |
4B |
4.6 |
3.5 |
2.0 |
1.9 |
2.3 |
2.3 |
11.0 |
22.3 |
2.0 |
4C |
4.4 |
3.5 |
2.0 |
1.8 |
2.3 |
2.3 |
12.0 |
22.9 |
1.9 |
4D |
4.5 |
3.7 |
2.0 |
2.0 |
2.3 |
2.3 |
11.8 |
23.3 |
2.0 |
1 |
3.8 |
3.6 |
2.2 |
1.7 |
2.7 |
2.7 |
9.7 |
20.7 |
2.1 |
Nilai rata-rata |
4.2 |
3.6 |
2.1 |
1.8 |
2.4 |
2.4 |
11.2 |
23.0 |
2.1 |
Pembagi |
Hasil Pembagian dimensi EPP | |||||||||
Kode Candi |
T (cm) |
Tk/T |
Tb/T |
Tkp/T |
Lk/T |
Lb/T |
Lkp/T |
Tp/T |
Lp/T |
Lp/Tp |
5A |
1128.5 |
0.25 |
0.27 |
0.48 |
0.58 |
0.41 |
0.41 |
0.09 |
0.04 |
0.44 |
5B |
1069 |
0.23 |
0.27 |
0.50 |
0.54 |
0.42 |
0.42 |
0.09 |
0.04 |
0.48 |
5C |
1023 |
0.24 |
0.26 |
0.49 |
0.57 |
0.43 |
0.43 |
0.09 |
0.04 |
0.46 |
5D |
1013 |
0.25 |
0.27 |
0.48 |
0.57 |
0.43 |
0.43 |
0.10 |
0.04 |
0.43 |
5E |
1023.5 |
0.24 |
0.27 |
0.48 |
0.56 |
0.42 |
0.42 |
0.10 |
0.04 |
0.45 |
4A |
1046 |
0.22 |
0.29 |
0.49 |
0.53 |
0.43 |
0.43 |
0.08 |
0.05 |
0.60 |
4B |
1046.5 |
0.22 |
0.29 |
0.50 |
0.53 |
0.43 |
0.43 |
0.09 |
0.04 |
0.49 |
4C |
1007 |
0.23 |
0.28 |
0.49 |
0.56 |
0.44 |
0.44 |
0.08 |
0.04 |
0.52 |
4D |
1026.5 |
0.22 |
0.27 |
0.51 |
0.51 |
0.44 |
0.44 |
0.08 |
0.04 |
0.51 |
1 |
808 |
0.26 |
0.28 |
0.46 |
0.60 |
0.38 |
0.38 |
0.10 |
0.05 |
0.47 |
Hasil Bagi Rata-rata |
0.24 |
0.28 |
0.49 |
0.55 |
0.42 |
0.42 |
0.09 |
0.04 |
0.49 |
Keterangan :
T : tinggi keseluruhan candi, Tk : tinggi kaki candi, Tb : tinggi badan candi, Tkp: tinggi kepala candi, Tp : tinggi pintu semu, Lp : lebar pintu semu, Lk : lebar dasar kaki candi, Lb : lebar dasar badan candi, Lkp : lebar dasar kepala candi.
Berikut adalah hasil dari perhitungan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tinggi keseluruhan (T) adalah 4,2 kali tinggi kaki (Tk); 3,6 kali tinggi badan (Tb); 2,1 kali tinggi kepala (Tkp); 1,8 lebar dasar kaki (Lk); 2,4 kali lebar dasar badan (Lb); 2,4 kali lebar dasar kepala; 11,2 kali tinggi pintu semu (Tp); dan 23 kali lebar pintu semu (Lp). Apabila dirumuskan dalam bentuk perbandingan maka akan didapatkan hasil seperti pada penjelasan berikut.
-
a. T = 4,2Tk atau jika T:Tk = 1:0,24
-
b. T = 3,6Tb atau jika T:Tb = 1:0,28
-
c. T = 2,1Tkp atau jika T:Tkp = 1:0,49
-
d. T = 1,8Lk atau jika T:Lk = 1:0,55
-
e. T = 2,4Lb atau jika T:Lb = 1:0,42
-
f. T = 2,4Lkp atau jika T:Lkp = 1:0,42
-
g. T = 11,2Tp atau jika T:Tp = 1:0,09
-
h. T = 23Lp atau jika T:Lp = 1:0,04
-
i. Tp = 2,1Lp atau jika Tp:Lp = 1:0,49
Hasil perbandingan T:Lk menunjukan angka 1:0,55 atau dapat dikatakan T adalah 2 kali Lk. Untuk T:Tk pada hasil pembahasan didapat perbandingan 1:0,24 atau jika dibulatkan T merupakan 4 kali Tk. Perhitungan pada proporsi pintu secara umum Tp adalah 2 kali Lp.
Pembahasan berikutnya adalah pembahasan khusus pada bagian kepala candi. Bagian kepala candi dikatakan sebagai EPP yang mempunyai tingkatan dan memang berbeda dengan badan atau kaki candi. Kepala candi disusun oleh kepala tingkat 1, kepala tingkat 2, kepala tingkat 3, dasar mahkota dan mahkota utama seperti pada Gambar 13. Perhitungan pada kepala candi khusus dibahas pada Tabel 5 dan Tabel 6, sedangkan dimensi setiap EPP kepala candi dibahas pada Tabel 4.
Keterangan :
Tkp : Tinggi kepala, Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota
Gambar 13. Pembagian EPP kepala Candi Tebing Gunung Kawi Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Tabel 4. Dimensi EPP pada kepala Candi Tebing Gunung Kawi
Kode Candi |
Dimensi (cm) | ||||
Tkp1 |
Tkp2 |
Tkp3 |
Tdm |
Tm | |
5A |
212 |
131.5 |
78 |
40.5 |
131.5 |
5B |
207.5 |
137.5 |
69 |
35.5 |
137.5 |
5C |
195 |
132.5 |
61.5 |
40 |
132.5 |
5D |
195 |
120 |
63 |
35.5 |
120 |
5E |
196.5 |
112.5 |
69.5 |
38 |
112.5 |
4A |
210 |
119 |
69 |
43 |
119 |
4B |
194.5 |
131 |
76.5 |
40.5 |
131 |
4C |
193 |
122.5 |
61.5 |
40.5 |
122.5 |
4D |
207.5 |
120.5 |
66 |
42 |
120.5 |
1 |
146 |
91.5 |
54.5 |
15 |
91.5 |
Rata-Rata |
196 |
122 |
67 |
37 |
76 |
Keterangan :
Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota
Tabel 5. Perhitungan EPP pada kepala Candi Tebing Gunung Kawi
Kode Candi |
Perhitungan | ||||
Tkp/Tkp1 |
Tkp/Tkp2 |
Tkp/Tkp3 |
Tkp/Tdm |
Tkp/Tm | |
5A |
2.6 |
4.1 |
6.9 |
13.4 |
6.8 |
5B |
2.6 |
3.9 |
7.7 |
15.0 |
6.5 |
5C |
2.6 |
3.8 |
8.2 |
12.6 |
6.9 |
5D |
2.5 |
4.1 |
7.7 |
13.7 |
6.7 |
5E |
2.5 |
4.4 |
7.1 |
13.0 |
6.4 |
4A |
2.5 |
4.3 |
7.5 |
12.0 |
7.0 |
4B |
2.7 |
4.0 |
6.8 |
12.8 |
6.7 |
4C |
2.6 |
4.0 |
8.0 |
12.2 |
6.4 |
4D |
2.5 |
4.3 |
7.9 |
12.4 |
6.3 |
1 |
2.5 |
4.0 |
6.8 |
24.5 |
6.0 |
Rata-Rata |
2.5 |
4.1 |
7.5 |
14.1 |
6.6 |
Keterangan :
Tkp : Tinggi kepala, Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota
Tabel 6. Perhitungan EPP pada kepala Candi Tebing Gunung Kawi dengan Tinggi Keseluruhan (T) sebagai pembagi
Kode Candi |
Pembagi |
Perhitungan | ||||
T |
Tkp1/T |
Tkp2/T |
Tkp3/T |
Tdm/T |
Tm/T | |
5A |
1128.5 |
0.19 |
0.12 |
0.07 |
0.04 |
0.07 |
5B |
1069 |
0.19 |
0.13 |
0.06 |
0.03 |
0.08 |
5C |
1023 |
0.19 |
0.13 |
0.06 |
0.04 |
0.07 |
5D |
1013 |
0.19 |
0.12 |
0.06 |
0.04 |
0.07 |
5E |
1023.5 |
0.19 |
0.11 |
0.07 |
0.04 |
0.08 |
4A |
1046 |
0.20 |
0.11 |
0.07 |
0.04 |
0.07 |
4B |
1046.5 |
0.19 |
0.13 |
0.07 |
0.04 |
0.07 |
4C |
1007 |
0.19 |
0.12 |
0.06 |
0.04 |
0.08 |
4D |
1026.5 |
0.20 |
0.12 |
0.06 |
0.04 |
0.08 |
1 |
808 |
0.18 |
0.11 |
0.07 |
0.02 |
0.08 |
Rata-Rata |
0.19 |
0.12 |
0.07 |
0.04 |
0.07 |
Keterangan :
T : Tinggi keseluruhan, Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota
Setiap tingkatan pada kepala candi memiliki perbedaan dimensi ketinggian karena memang proporsi bentuk kepala candi yang mengerucut atau mengecil ke bagian ujung atas seperti kepala candi pada umumnya. Berikut adalah hasil perhitungan dari Tabel 5. Perbandingan yang pertama adalah tinggi kepala candi dengan tinggi kepala tingkat 1 atau Tkp/Tkp1 yang mempunyai range nilai dari 2,5-2,7 dengan rata-rata nilai adalah 2,5 atau Tkp=2,5 Tkp1, kemudian perhitungan tinggi kepala dengan tinggi kepala tingkat 2 atau Tkp/Tkp2 dengan range nilai dari 3,8-4,4 dan rata-rata nilai adalah 4,1 sehingga Tkp=4,1 Tkp2. Perhitungan berikutnya adalah Tkp/Tkp3 dengan range nilai mulai dari 6,8-8,2 dan rata-rata nilai adalah 7,5 atau Tkp=7,5 Tkp3. Perhitungan yang terakhir dilakukan pada tinggi kepala dan tinggi mahkota utama candi, namun sebelum menuju pada mahkota utama perlu dihitung pula bagian dari dasar mahkota dengan tinggi kepala
atau Tkp/Tdm dengan nilai rata-rata adalah 14,1 atau Tkp=14,1 Tdm. Perhitungan pada mahkota utama yaitu Tkp/Tm mempunyai range nilai 6,0 – 7,0 dan rata-rata nilai adalah 6,6 atau Tkp=6,6Tm. Hasil dari Tabel 6 merupakan hasil dari setiap EPP kepala candi yang dibagi dengan tinggi kepala (Tkp) sehingga dapat ditentukan nilai perbandingan Tkp dan rata-rata EPP kepala candi sebagai berikut:
Tkp = 2,5 Tkp1 atau jika T : Tkp1 = 1:0,19
Tkp = 4,1 Tkp2 atau jika T : Tkp2 = 1:0,12
Tkp = 7,5 Tkp3 atau jika T : Tkp3 = 1:0,07
Tkp = 14,1 Tdm atau jika T : Tdm = 1:0,04
Tkp = 6,6 Tm atau jika T : Tm = 1:0,07
Jika hasil dari perbandingan setiap EPP dengan tinggi keseluruhan (T) di transfomasikan dalam bentuk gambar, dimana T yang bernilai 1 dikalikan 100 begitu pula dengan hasil perbandingan lain yang dikalikan 100 maka akan didapatkat proporsi seperti pada Gambar 14.
-
a. T:Tk = 100:24
-
b. T:Tb = 100:28
-
c. T:Tkp = 100:49
-
d. T:Lk = 100:55
-
e. T:Lb = 100:42
-
f. T:Lkp = 100:42
-
g. T:Tp = 100:9
-
h. T:Lp = 100:4
-
i. T : Tkp1 = 100:19 j. T : Tkp2 = 100:12 k. T : Tkp3 = 100:7
-
l. T : Tdm = 100:4 m. T : Tm = 100:7
Gambar 14. Hasil perhitungan Proporsi Pada Candi Tebing Gunung Kawi Sumber: Hasil Analisis Raka Gunawarman, 2013
76 SPACE - VOLUME 2, NO. 1, APRIL 2015
Kesimpulan
EPP pada Candi Tebing Gunung Kawi secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki, badan dan kepala. Detail EPP setiap bagian kaki, badan dan kepala masing-masing terdiri dari perbingkaian bawah, tubuh dan perbingkaian atas. EPP yang ada dalam setiap bagian candi adalah sama, hanya saja ada penamaan yang berbeda sesuai dengan penempatannya. Bagian kaki terbagi menjadi perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas dengan detail yang terdiri dari dasar, pengawak dan penukub, kemudian bagian badan juga terbagi menjadi perbingkaian bawah, tubuh dan perbingkaian atas dan terdiri dari dasar, pengawak dan penukub, bagian kepala juga demikian hanya saja bagian kepala memiliki tingkat kerumitan tersendiri karena tingkatannya yang juga terbagi menjadi perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas.
EPP yang sesungguhnya mempunyai bentuk yang sama namun dengan nama berbeda seperti bebed dan kalung. Bebed adalah sebutan untuk EPP yang ada dibawah pengawak sedangkan kalung adalah sebutan untuk EPP yang ada diatas pengawak. Ganggong, capon, sebitan dan baong capung adalah EPP yang selalu ada di setiap bagian kaki, badan dan kepala. Ganggong, capon, sebitan dan baong capung pada bagian kaki dimulai setelah dasar dan begitu pula pada bagian badan. Berbeda halnya dengan kaki dan badan ganggong, capon, sebitan dan baong capung terdapat didalam detail perbingkaian atas. EPP bagian kepala berupa angklok/mendur bukanlah bagian utama dari pembentuk kepala, angklok/mendur hanya bersifat hiasan yang mengisi setiap tingkatan kepala.
Hasil dan pembahasan pada perhitungan proporsi candi menunjukan hasil bahwa tinggi keseluruhan candi adalah 2 kali lebar kaki (Lk) atau bisa juga 2 kali tinggi kepala (Tkp). Dalam teori manasara-silpasastra berkaitan dengan proporsi antar lebar dan tinggi terdapat lima pembagian perhitungan proporsi yaitu santika, paushtika, parshnika/jayada, adbhuta, dan sarvakamika. Santika mempunyai arti saat tinggi dari bangunan adalah 21/4 dari lebar bangunan, paushtika adalah saat dimana tinggi bangunan merupakan 2 kali dari lebar bangunan, parshnika/jayada adalah saat tinggi bangunan adalah 13/4 dari lebar bangunan, adbhuta adalah saat tinggi bangunan adalah 11/2 dari lebar bangunan dan sarvakamika adalah saat tinggi bangunan adalah 11/4 dari lebar bangunan (Acharya, 1927:41). Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan pula bahwa perhitungan proporsi antara lebar dan tinggi pada Candi Tebing Gunung Kawi termasuk ke dalam paushtika .
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, P K (1927) Indian Architecture According To Manasara-Silpasastra London: New York, Calcuta, Madras: The Oxford University Press.
Atmadi, P (1979) 'Beberapa Patokan Perancangan Bangunan Candi: Suatu Penelitian Melalui Ungkapan Bangunan Pada Relief Candi Borobudur,' Disertasi yang tidak dipublikasi, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Emzir (2012) Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif Cetakan ke-6, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Kaulacara, R (1966) Silpa Prakasa: Medieval Orissan Sanskrit Text On Temple Architecture. Terjemahan oleh Alice Boner dan Sadasiva Rath Sarma, Leiden: E.J. Brill.
Mardiwarsito, L (1986) Kamus Jawa Kuna (Kawi) – Indonesia Cetakan III, Ende Flores: Nusa Indah.
Provinsi Bali, Disbud (1987) Pura Besakih Denpasar: Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi Bali.
Soekmono, R (1988) Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2 Cetakan kelima, Yogyakarta: Kanisius.
78
SPACE - VOLUME 2, NO. 1, APRIL 2015
Discussion and feedback