PUSTAKA

JURNAL ILMU-ILMU BUDAYA

VOL. 23 NO. 1 • PEBRUARI 2023

Strategi Perpustakaan terhadap Peningkatan Minat Baca dan Budaya Baca

Siswa di Perpustakaan SMA Negeri 2 Sukoharjo

Clarissa Salsabila Ifany Sari, Zainal Arifin  1

Analisis Etnografi dalam Tradisi Kenduri Sko Masyarakat Adat Tarutung Kerinci Jambi

Priazki Hajri  7

Diplomasi Budaya Indonesia melalui Tari Kecak Bali

Adhistira Azka Kencana  11

Kajian Literatur: Kebudayaan dan Kearifan Lokal Suku Badui dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Anisatul Khanifah, Sugeng Harianto  15

Manusia yang Beradab Menurut Tri Kaya Parisudha

Felix Mahendra  20

Variation of Karonese Language in Tanah Karo

Jenheri Rejeki Tarigan, Siti Aisyah Ginting, Rahmad Husein  31

Kebudayaan Indis: Hasil Akulturasi Budaya antara Jawa dengan Kolonial Belanda

Wahyu Agil Permana, Andini Shira Putri, Rinaldo Adi Pratama  35

Pelestarian Nilai Kearifan Lokal Melalui Kesenian Reog Kendang di Tulungagung

Bina Andari Nurmaning, Nik Haryanti  42

Sejarah dan Profil Wisatawan Jepang

Ida Bagus Ketut Astina  49

Figurative Language Used in Bible Old Testament

Felisita Ronsmin, Ni Putu Cahyani Putri Utami  56

Pengaruh Adanya Gojek Terhadap Pengemudinya di Kota Denpasar pada

Tahun 2015-2020

Samuel Calvin Situmorang, Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo,

Anak Agung Inten Asmiriati  62

Pedoman Penulisan Naskah dalam Jurnal Pustaka

PUSTAKA

JURNAL ILMU-ILMU BUDAYA

P-ISSN: 2528-7508 E-ISSN: 2528-7516

VOL. 23 NO. 1 • PEBRUARI 2023

Susunan Redaktur PUSTAKA :

Editorial Board

Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.

Editor in Chief

Ngurah Indra Pradhana, S.S., M.Hum.

Editors

I Gusti Ngurah Parthama, SS., M.Hum.

Ni Putu Candra Lestari, S.S., M.Hum.

Drs. I Wayan Teguh, M.Hum.

Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo, S.S., M.Hum.

Aliffiati, S.S., M.Si.

Sri Junandi (Universitas Gadjah Mada)

Reviewers

Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA

Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt

Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A

I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D.

Prof. Thomas Reuter (Melbourne University)

Prof. Dr. Nengah Bawa Atmaja, M.A (Universitas Pendidikan Ganesha)

Prof. Dr. Susantu Zuhdi (Universitas Indonesia)

Prof. Dr. lrwan Abdulah (Universitas Gadjah Mada)

Maharani Patria Ratna, M.Hum. (Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro)

Fitri Alfarisy, M.Hum. (Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro) Taqdir, S.Pd., M.Hum. (Universitas Hasanuddin)

Nunuk Endah Srimulyani, S.S., M.A., Ph.D. (Universitas Airlangga)

Lay Out Editor

I Komang Juniarta, S.T.

Site Technical Management l Gusti Ayu Puspawati, S.Sos., M.H.

Naskah dikirim ke alamat : [email protected] Foto sampul oleh I Gede Gita Purnama & I Putu Widhi Kurniawan

PUSTAKA VOL. 23, NO.1 • 15 – 19

p-ISSN: 2528-7508

e-ISSN: 2528-7516


Terakreditasi Sinta-5, SK No: 105/E/KPT/2022

Kajian Literatur: Kebudayaan dan Kearifan Lokal Suku Badui dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Anisatul Khanifah1, Sugeng Harianto2

Universitas Negeri Surabaya

Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

[email protected]1, [email protected]2

Abstract

The existence of the covid-19 virus has had a negative and detrimental impact, the death toll from the covid-19 virus in Indonesia shows that the covid-19 virus is very dangerous, several policies have been carried out by the government to suppress the spread of covid-19. But until now there are still areas with 11,800 residents where only two people have been exposed to Covid-19, namely the fBedouins. The purpose of this research was to find out how the Bedouins with their culture and local wisdom are able to deal with the Covid-19 pandemic. The method used in this research is by using the literature review method. Literary studies are used as a basis for developing the concept of discussion. The data used comes from secondary data such as journals, articles, research reports, books and trusted internet sites that are relevant to the topic of discussion. This research shows that (1) the Badui indigenous people have two systems of national and customary governance (2) the Badui indigenous people refer to the customary elders of the Bedouin tribe as Pu'un, Pu'un has very high power and authority (3) Pu' un provide directions to comply with health protocols. So that the Bedouin indigenous people are very obedient to Pu'un's recommendations to comply with health protocols as one of the factors for the success of the Bedouins in dealing with Covid-19

Keywords: Suku Badui, Local wisdom, Covid-19, Culture

Abstrak

Eksistensi virus covid-19 memberikan dampak negatif yang merugikan, korban jiwa akibat virus covid-19 di indonesia menunjukkan bahwa virus covid-19 sangat berbahaya, beberapa kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah demi menekan penyebaran covid-19. Tetapi sampai saat ini masih ada kawasan dengan 11.800 penduduk dimana hanya ada dua orang yang terpapar covid-19 yaitu Suku Badui. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana suku badui dengan kebudayaan dan kearifan lokalnya mampu menghadapi pandemi covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode studi Literatur. Kajian literatur dijadikan sebagai dasar dalam membangun konsep bahasan. Data yang digunakan berasal dari data sekunder seperti jurnal, artikel, laporan penelitian, buku dan situs-situs internet terpacaya yang relevan terhadap topik bahasan. Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Masyarakat adat badui memilki dua sisem pemerintahan yakni nasional dan adat (2) Masyarakat adat badui menyebut tetua adat suku badui dengan sebutan Pu’un, pu’un memiliki kekuasaan dan kewenangan yang sangat tinggi (3) Pu’un memberikan arahan untuk taat terhadap protokol kesehatan. Sehingga Masyarakat adat badui sangat patuh terhadap anjuran Pu’un untuk mematuhi protokol kesehatan sebagai salah satu faktor berhasilnya suku badui menghadapi covid-19

Kata Kunci: Suku Badui, Kearifan lokal, Covid-19, Budaya

PENDAHULUAN

Dunia sedang dihebohkan dengan munculnya Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang pertama kali muncul di kota wuhan, China. Setiap Negara gencar memberikan berbagai kebijakan demi mencegah penyebaran virus covid-19 di negaranya, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 tahun 2020 menetapkan masa kedaruratan akibat covid-

19 yang menjadi pandemi yang harus dihadapi oleh setiap Negara, Berbeda dengan Negara-negara lainnya yang lebih memilih untuk lockdown negaranya, Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 mengeluarkan kebijakan dalam memerangi covid-19 dengan PSBB (Pembatasan Sosial berskala besar). PSBB dianggap lebih efektif dalam mencegah Virus Covid-19 di Indonesia, karena apabila menerapkan lockdown dikhawatirkan akan

timbul dampak jangka panjang terhadap ekonomi, terutama jika pandemi berlangsung sangat lama. Pasalnya, aturan lockdown dinilai akan menimbulkan kesenjangan yang lebih besar bagi masyarakat kelas menengah ke atas dan menengah ke bawah, kebijakan PSBB ini dipilih pemerintah sebagai upaya efektif untuk diterapakan di Negara indonesia agar mobilitas perekonomian dan interaksi sosial dapat terus bergerak dengan mempertimbangkan aspek kesehatan, keamanan, serta kesejahteraaa masyarakat di Indonesia. (Pranita, 2020)

Namun, disisi lain kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dinilai sejumlah pihak tidak efektif dalam mencegah penyebaran virus covid-19, hal ini dibuktikan dengan adanya penyebaran virus covid-19 yang masih tinggi dari kasus positif pertama sampai per (31/12/20) yakni 743.198 kasus positif, yang hampir menyentuh angka 1 juta kasus, Pada tanggal 11 Januari 2021 pemerintah membuat strategi baru dalam mencegah penyebaran virus covid-19 yakni dengan memberlakukan PPKM (Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) berbasi level di sejumlah daerah hingga sampai saat ini. Walaupum berbagai strategi telah dibuat pemerintah, tetapi kasus aktif di Indonesia justru mengalami peningkatan signifikan per juni-juli 2021, bahkan pada (17/07/21) mencapai angka 51.952 kasus positif harian covid-19 nasional. Hingga saat ini, per (11/12/22) telah mencapai 6.698.790 total kasus yang covid-19 yang terkonfirmasi. Tetapi walaupun demikian masih terdapat wilayah yang belum pernah terdampak covid-19 yakni suku badui.(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022)

Suku badui merupakan masyarakat adat yang bermukim di Kabupaten Lebak, tepatnya di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Provinsi Banten. Suku badui memiliki julukan khas yakni urang kanekes (Orang kanekes), dalam berkomunikasi sehari-hari suku badui menggunakan bahasa sunda dan bahasa indonesia. Suku badui sendiri dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu orang kanekes dalam dan orang kenekes luar, dimana wilayah Badui Dalam memiliki luas 1.975 hektar yang terdapat tiga kampung yaitu Cikartawana, Cibeo dan Cikeusik, sedangkan wilayah Badui Luar memiliki luas 3.127 hektar yang memiliki 55 kampung dengan total jumlah penduduk warga badui 11.800 penduduk (Nugraha, 2020). Suku badui sangat unik karena melalui kearifan lokal dan

kebudayaan yang ada, masyarakat badui mampu mengatasi Pandemi covid-19, walaupun provinsi banten sendiri per (18/07/21) terkonfirmasi terdapat 87.718 kasus positif, suku badui per ( 01/07/2021) masih 0 kasus positif covid-19. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji .dan menganalisis bagaimana suku badui melalui kearifan lokal dan kebudayaanya mampu mengatasi covid-19 yang ada.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode studi Literatur. Menurut Danial dan Warsiah (2009:80) dalam (Khanifah & Pribadi, 2022) Studi Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai pembahasan yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Kajian literatur dijadikan sebagai dasar dalam membangun konsep bahasan. Data yang digunakan berasal dari data sekunder seperti Jurnal, artikel laporan penelitian dan situs-situs internet terpacaya yang relevan terhadap topik bahasan yakni kearifan lokal dan kebudayaan Suku Badui dalam menghadapi Pandemi Covid-19

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • a.    Kearifan Lokal masyarakat badui dalam menghadapi covid-19

Pada saat pandemi covid-19, hampir semua wilayah telah terpapar virus covid-19, tetapi walaupun demikian masih terdapat suku badui di tengah zona merah provinsi banten yang tidak ditemukan warganya yang terpapar covid-19 per (01/07/21). Hal ini dikonfirmasi oleh dr Maytri Nurmaningsih selaku Kepala Puskesmas Cisimeut kabupaten Lebak. Menurutnya, kepastian nol kasus Corona di lingkungan adat Badui itu didapatkan setelah pihaknya melakukan tes antigen beberapa waktu lalu (Kautsar, 2021), Hingga per (13/08/21) terdapat 2 warga badui yang mengeluhkan gejala covid-19 ke puskemas setempat dan menjalankan tes swab dinyatakan hasilnya positif covid-19. Menurut Maytri Nurmaningsih masyarakat Badui sangat disiplin mematuhi peraturan yang diberikan oleh tetua adat atau Pu’un. Termasuk soal menerapkan protokol kesehatan yang begitu ketat,

dalam hal ini masyarakat suku badui telah menerapkan kearifan lokal dalam melindungi warganya.(Kautsar, 2021)

Kearifan lokal adalah pandangan hidup serta sebagai ilmu pengetahuan dan berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka. (Choliq, 2020). Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal dapat disebut sebagai strategi suatu masyarakat dalam menjalani aktivitas kehidupannya. setiap suku yang ada pasti memiliki sebuah kerifan lokal dan kebudayaanya tersendiri sebagai wujud hasil pengalaman hidup yang kemudian berubah menjadi sebuah tradisi, unsur budaya dan cara pandang masyarakat itu sendiri. Di era globalisasi ini, pemahaman masyarakat luas terhadap kearifan lokal kian hari kian mengalami erosi bahkan punah dan tidak terdokumentasikan dengan baik sebagai sumber ilmu pengetahuan. Seperti hal-nya suku badui yang menggunakan kearifan lokal sebagai mitigasi bencana dalam menghadapi covid-19, berikut beberapa kearifan lokal suku badui yang mampu menjadi mitigasi bencana ‘ala’ suku badui sendiri ;

  • 1.    Sistem Pemerintahan Suku Badui

Suku Badui memiliki dua sistem pemerintahan yaitu sistem nasional dan sistem tradisional (adat). Kedua sistem tersebut dalam praktiknya diakulturasikan oleh suku badui sehingga menjadi fleksibel dalam mengatur kehidupannya. Secara formal penduduk kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagi “Jaro Pamarentah” yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat masyarakat tunduk pada pemimpin adat kanekes tertinggi disebut dengan “pu’un”. Dengan kata lain “Pu’un” cenderung berurusan dengan hal gaib, sedangkan yang mengatur pada urusan duniawi ialah jaro pamarentah. (Suparmini, Sriadi Setyawati, 2014). Hingga saat ini masyarakat Badui masih menjadi suku yang tidak sepenuhnya menerima modernisasi atau pembangunan yang berasal dari luar. Inti kepercayaan suku badui direpresentasikan dengan pikukuh yang berasal dari nenek moyang suku badui, hingga saat ini pikukuh tersebut menjadi adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari dengan memegang erat filsafah yang ada yakni ;

lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambungan (Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung)

Isi terpenting dalam falsafah tersebut adalah “konsep Tanpa Perubahan Apapun”. Konsep ini membuktikan masyarakat badui yang hidup dengan apa adanya dengan melestarikan apa yang ada di sekitar tanpa mengubah sedikitpun sesuatu yang sudah menjadi bagian dari masyarakat badui. Walaupun demikian tidak semua masyarakat badui masih memegang falsafah tersebut, seperti halnya urang kanekes luar yang sudah mengalami akulturasi dengan teknologi dan modernitas sehingga melanggar aturan konsep “tanpa perubahan tersebut”. (Suparmini, 2013). Urang Kanekes luar merupakan orangorang yang telah keluar dari adat dan wilayah kanekes dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Kanekes dalam ke Kanekes Luar: (1) Mereka telah melanggar adat masyarakat Kanekes dalam (2) Berkeinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam (3) Menikah dengan anggota Kanekes Luar. Walaupun demikian urang kanekes dalam dan urang kanekes luar masih diintregasikan dengan berpegang teguh dan taat terhadap Pu’un dan pikukuh yang ada. Seperti halnya pada saat pandemi covid-19, pada masyarakat badui hanya ditemui 2 kasus positif covid-19 yang sebelumnya 0 kasus covid-19 sejak tahun 2020 lalu.

Hal ini karena warga badui sangat patuh terhadap arahan Pu’un atau tetua adat masyarakat badui, dimana alasan utama masyarakat badui mampu menghadapi covid-19, karena masyarakat Badui sangat disiplin dalam mematuhi anjuran tetua adat (pu’un) dengan tidak banyak berkegiatan ke luar daerah. Selain itu tetua adat menghimbau warga badui apabila terdapat masyarakat yang masih berada di luar daerah seperti Jakarta, bogor, bandung dan sekitarnya untuk segera pulang dan kembali. Dan memilih mengisi waktu luang selama pandemi covid-19 dengan bekerja di ladang. (Budi, 2021)

Maka dari itu dapat dikatakan masyarakat badui melaui kearifan lokal dan kebudayaan yang ada telah menjalankan anjuran pemerintah dalam hal protokol kesehatan, selain itu menurut Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak, masyarakat adat badui juga mengikuti program vaksinasi

(Rahmadi, 2021). Sehingga kearifan lokal yang ada dalam masyarakat badui merupakan culture genius, dari warisan nenek moyang suku badui, kearifan lokal masyarakat badui telah digunakan secara maksimal sebagai bentuk implementasi masyarakat badui terhadap pikukuh dan falsafah yang turun temurun dari generasi satu dengan generasi selanjutnya sebagai sebuah mitigasi bencana

  • b.    Sistem Ekonomi suku Badui di tengah pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 hadir dengan dampak negatif yang singgah di setiap sektor, seperti halnya sektor ekonomi, inflansi yang menghampiri setiap negara merupakan dampak munculnya covid-19 yang sempat membuat mobilitas ekonomi berhenti. Krisisnya Negara Indonesia di berbagai aspek selama pandemi di perparah dengan krisis ekonomi yang membuat beberapa perusahaan terpaksa gulung tikar akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak lagi dipekerjakan sehingga timbulah angka pengangguran yang meningkat selama pandemi covid-19. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, angka pengangguran di Indonesia selama pandemi Covid-19 meningkat dari 4,9 persen menjadi 7 persen. (Zahmani, 2021). Dari data tersebut menunjukkan bahwa pandemi covid-19 sangat merugikan Negara terutama di sektor ekonomi.

Walaupun demikian masih terdapat wilayah yang selama pandemi covid-19 mengklaim tidak mengalami krisis ekonomi yaitu suku badui. Aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat adat Badui yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, hingga kini tidak terhalang dan selalu berjalan dimana masyarakat badui bekerja di ladang dan menghasilkan aneka kerajinan. Menurut kepala desa kanekes menyatakan selama pandemi covid-19 masyarakat adat badui tidak ada yang mengalami pengangguran dan tetap bekerja. selain itu pada masyarakat adat badui tidak ditemukan krisis pangan ataupun kelaparan, karena mereka memiliki sumber pangan berupa tanam padi huma, palawija, hortikultura dan tanaman keras (Rezkisari, 2020)

Sesuai dengan pernyataan salah satu warga badui, Santa (50) yang menyatakan selama pandemi ia tetap menghasilkan pendapatan dengan mengandalkan produksi pertanian berupa tanaman padi huma, pisang, umbi-umbian dan sayuran. melalui hasil produksi pertanian ia mampu meraup

Rp. 5 juta/bulan selama pandemi covid-19 di lahan ladang seluas 1,5 hektar (Rezkisari, 2020).

Berbeda dengan masyarakat kota yang mengalami krisis pangan dan ekonomi, suku badui melalui kearifan lokal selalu memiliki pasokan makanan dari hasil pertaniannya. Mereka memiliki bangunan lumbung padi atau biasa disebut dengan leuwit. Letak lumbung padi berada di luar permukiman masyarakat Badui, biasanya setiap keluarga memiliki satu hingga tiga buah lumbung padi, Masyarakat Badui memiliki kearifan tersendiri untuk mencegah hama pengganggu padi dalam lumbung. Pada bagian dinding lumbung biasanya diselipkan tujuh jenis tanaman yang dipercaya mampu mengusir hama yakni Ketujuh jenis tumbuhan tersebut adalah daun teureup (Artocarpus elasticus), kakandelan (Haya difesifolia), mara asri (Macaranga triloba M.&A), cariang asri (Homalomena cordata Schott), ilat (Scheria purpurascens Stdeud), rane (Selaginella doederleinii Hieron),) dan tumbu eusi (Phylanthus niruri L.(Permana et al., 2011) Masyarakat Badui percaya dengan dibentuknya lumbung padi serta diberikan tujuh tanaman yang dipercaya dapat mengusir hama, Kualitas padi dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Menurut informan, padi yang disimpan seperti ini di dalam lumbung dapat bertahan hingga seratus tahun. Kearifan lokal suku badui yang sangat Genius mampu membawa suku badui pada kemudahan dalam melakukan akses kegiatan sehari-hari.

SIMPULAN

Pandemi Covid-19 telah merugikan berbagai sektor dunia, sehingga mampu mengubah kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, dengan adanya tatanan hidup baru yakni New normal masyarakat dipaksa untuk bisa beradaptasi, selain itu pandemi covid-19 sampai saat ini belum juga usai, salah satu faktornya adalah masyarakat yang masih belum bisa beradaptasi denga protokol kesehatan seperti tidak keluar rumah apabila tidak ada kepentingan, memakai masker dan mengikuti program vaksinasi. Dengan demikian masyarakat kota dapat bercermin dari kearifan lokal masyarakat adat badui yang memiliki kebudayaan yang Genius, dimana kebudayaan yang ada mampu melindungi masyarakat adat badui dari dampak negatif covid-19.

Melalui keberhasilan masyarakat adat badui dalam menghadapi covid-19, masyarakat

lainnya dapat bercermin dengan kebudayaan masyarakat adat badui sebagai sebuah strategi mitigasi bencana melalui kearifan lokal yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, C. S. (2021). Tetua Adat: Warga Baduy yang Ada di Perantauan Diperintahkan untuk Langsung Pulang. Regional.Kompas.Com. https://regional.kompas.com/read/2021/01/2 2/17134421/tetua-adat-warga-baduy-yang-ada-di-perantauan-diperintahkan-untuk-langsung

Choliq, A. (2020). Memaknai Kembali Kearifan Lokal Dalam Kehidupan Sehari-hari. Djkn.Kemenkeu.Go.Id.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-suluttenggomalut/baca-

artikel/13057/Memaknai-Kembali-Kearifan-Lokal-Dalam-Kehidupan-Sehari-hari.html

Kautsar, N. D. (2021). Berada di Zona Merah, Ternyata Ini Rahasia Warga Badui Nol Kasus Covid-19. Merdeka.Com. https://www.merdeka.com/jabar/berada-di-zona-merah-ternyata-ini-rahasia-warga-baduy-nol-kasus-covid-19.html

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Media Informasi Resmi Terkini Penyakit        Infeksi        Emerging.

Infeksiemerging.Kemkes.Go.I.

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/dashb oard/covid-19

Khanifah, A., & Pribadi, F. (2022). PERAN APLIKASI RUANG GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA SAAT PANDEMI COVID-19. Joyful Learning Journal, 11(3), 92–99. https://doi.org/10.15294/JLJ.V11I3.52201

Nugraha, A. S. (2020). Kearifan Lokal dalam Menghadapi Pandemi Covid-19: Sebuah Kajian Literatur. Sosietas Journal, 10(1),

745–753.

http://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/

Permana, R. C. E., Nasution, I. P., & Gunawijaya, J. (2011). Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Baduy. Makara Human Behavior Studies in Asia, 15 (1), 67. 15(1), 67–76.

Pranita, E. (2020). Indonesia Tak Pilih Lockdown sebagai Solusi, Ini    Alasannya...

Kompas.Com.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/0 4/02/110000123/indonesia-tak-pilih-lockdown-sebagai-solusi-ini-alasannya-?page=all

Rahmadi, D. (2021). Puskesmas Cisimeut Gelar Vaksinasi di Permukiman Warga Baduy. Merdeka.Com.

https://www.merdeka.com/peristiwa/puskes mas-cisimeut-gelar-vaksinasi-di-permukiman-warga-baduy.html

Rezkisari, I. (2020). Ekonomi Suku Badui tak Terhalang Pandemi      Covid-19.

Republika.Co.Id.

https://www.republika.co.id/berita/qhng773 28/ekonomi-suku-badui-tak-terhalang-pandemi-covid19

Suparmini, Sriadi Setyawati, D. R. S. S. (2014). MITIGASI BENCANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BADUY. Jurnal Penelitian Humaniora, 19(1),                              47–64.

https://doi.org/10.36418/japendi.v2i11.340

Suparmini, dkk. (2013). Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Penelitian Humaniora, 18(1), 8–22.

Zahmani, L. (2021). Pandemi Covid-19, Jumlah Pengangguran di Indonesia Naik 9,7 Juta Orang.           Regional.Kompas.Com.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/1 0/160618878/pandemi-covid-19-jumlah-pengangguran-di-indonesia-naik-97-juta-orang

19