PUSTAKA VOL. 24, NO.1 • 14 – 20

p-ISSN: 2528-7508

e-ISSN: 2528-7516


Terakreditasi Sinta-5, SK No: 105/E/KPT/2022

Analisis Penggunaan Shuujoshi Joseigo oleh Kuroko Shirai Pada Anime "Toaru Kagaku No Railgun" Episode 1-3

N. K. N. Suarjani1), K. E. K. Adnyani2), P. D. M. Y. Pramesti3)

123)Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha Pos-el: 1)[[email protected]], 2)[[email protected]], 3)[[email protected] .id]

Abstract

This research aims to describe the types of shuujoshi joseigo and their functions used by Kuroko Shirai in anime entitled Toaru Kagaku no Railgun in 1–3 episodes. The data were analyzed using Sudjianto (2007) & Pestemer's theory (2003). This qualitative descriptive research used listening and note-taking methods to collect the data. The results of this study are 114 data which are divided into nine types of shuujoshi joseigo used by Kuroko Shirai's character, namely 29 data of shuujoshi wa, 10 data of wane, 6 data of wayo, 53 data of no, 11 data noyo, 2 data of mono, as well as 1 data for each none, kashira, and teyo, whose functions are to soften sentences, provide information, show admiration and impression, express subtle question sentences, justify the situation, show assertiveness, express opinions, emphasize opinions, and express doubts..

Keywords: shuujoshi joseigo, joseigo, anime, toaru kagaku no railgun

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis partikel akhir kalimat pada ragam bahasa wanita Jepang (shuujoshi joseigo) yang digunakan oleh tokoh Kuroko Shirai pada anime Toaru Kagaku no Railgun episode 1-3, beserta fungsi dari masing-masing shuujoshi j'oseigo tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode simak dan catat dalam mengumpulkan data. Hasil dari penelitian ini yaitu ditemukan 114 data yang dibagi menjadi 9 jenis shuujoshi joseigo yang digunakan oleh tokoh Kuroko Shirai, diantaranya yaitu shuujoshi wa sebanyak 29 data, wane sebanyak 10 data, wayo sebanyak 6 data, no sebanyak 53 data, noyo sebanyak 11 data, kemudian shuujoshi none, kashira, dan teyo masing-masing 1 data, serta shuujoshi mono sebanyak 2 data. Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori j'oseigo dari Sudjianto (2007) dan Katsuki-Pestemer (2003). Fungsi dari masing-masing shuujoshi joseigo tersebut, diantaranya yaitu berfungsi untuk melembutkan kalimat, memberikan informasi, menunjukkan rasa kagum dan terkesan, menyatakan kalimat tanya secara halus, membenarkan keadaan, menunjukkan ketegasan, menyatakan pendapat, menekankan pendapat, dan menyatakan keraguan.

Kata kunci: shuujoshi joseigo, joseigo, anime, toaru kagaku no railgun

PENDAHULUAN

Dalam mempelajari sebuah bahasa khususnya bahasa Jepang, media yang banyak digunakan untuk mempelajari bahasa ataupun budaya Jepang yaitu anime. Banyak pembelajar yang menjadikan anime sebagai sarana penunjang dalam mempelajari bahasa Jepang. Di dalam sebuah anime Jepang, banyak pembelajaran yang bisa diambil, contohnya seperti ungkapan yang biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan Jepang, ataupun ragam bahasa yang ada di Jepang (Wahidati, 2018, hlm. 2).

Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang digunakan di suatu status sosial, ras, gender, atau golongan tertentu berdasarkan penuturnya itu

sendiri (Putra, 2018, hlm. 1). Ragam bahasa tersebut biasanya digunakan untuk membedakan antara penutur satu dengan yang lainnya. Terdapat beberapa wilayah yang menggunakan suatu ragam bahasa dalam sehari-harinya. Salah satunya yaitu Jepang. Jepang merupakan salah satu negara dengan bahasa yang paling banyak diminati oleh para pelajar ataupun non pelajar. Menurut catatan Statistik Japan Foundation 2021, terdapat kurang lebih tiga juta tujuh ratus ribu pelajar yang mempelajari bahasa Jepang dari berbagai institusi di seluruh dunia.

Bahasa Jepang merupakan bahasa yang memiliki perbedaan tuturan antara pria dan wanita dalam penggunaannya (Adnyani, 2021, hlm. 72).

Disebutkan juga bahwa wanita Jepang menggunakan bahasa yang lebih standar daripada pria karena wanita dianggap lebih sadar akan status sosial mereka di kalangan masyarakat. Penggunaan tuturan berdasarkan gender tersebut sudah diajarkan sejak anak-anak oleh para orang tua (Sudjianto, 2007, hlm. 60). Tuturan berdasarkan gender atau ragam bahasa tersebut dikenal dengan sebutan danseigo dan joseigo (Azahra dkk, 2021, hlm. 23). Danseigo merupakan tuturan yang cenderung digunakan oleh laki-laki dengan konteks yang lebih vulgar dan lebih kasar dibandingkan dengan tuturan wanita. Sedangkan, joseigo merupakan tuturan bahasa yang digunakan oleh wanita yang cenderung lebih sopan dan bisa digunakan oleh semua orang pada ranah publik (Adnyani, 2021, hlm. 73). Joseigo atau bahasa wanita pada dasarnya digunakan dengan intonasi dan ungkapan yang lebih halus untuk mencerminkan kesan yang lebih feminin dan anggun (Adnyani, 2021, hlm. 73). Selain itu, joseigo digunakan supaya dapat mempertahankan identitas seseorang sebagai seorang perempuan (Suzuki dalam Okamoto, 2004, hlm. 50). Secara umum, hal yang membedakan antara tuturan pria dengan wanita yaitu penggunaan partikel akhir (shuujoshi) pada kalimat yang diucapkan (Yuana, 2018, hlm. 8). Untuk tuturan pria, partikel akhir yang sering digunakan yaitu ~da, ~zo, ~ze, dan yang lainnya. Sedangkan untuk tuturan wanita, shuujoshi yang sering diucapkan adalah ~wane, ~kashira, ~nano, dan masih banyak lagi.

Selain digunakan di kehidupan nyata, tuturan berdasarkan gender tersebut juga digunakan di media Jepang seperti drama, film, anime, manga, atau iklan-iklan sebuah produk. Salah satunya yaitu pada anime yang berjudul Toaru Kagaku no Railgun. Anime Toaru Kagaku no Railgun merupakan anime yang menceritakan tentang sebuah Kota Akademi yang dipenuhi oleh siswa dengan berbagai kekuatan super atau Esper. Anime ini berfokus pada empat tokoh utama yaitu Mikoto Misaka, Kuroko Shirai, Kazari Uiharu, dan Ruiko Saten dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi di Kota Akademi. Dalam penelitian ini, anime tersebut dipilih karena menampilkan penggunaan bahasa wanita atau joseigo yang beragam dilihat dari penggunaan ninshou daimeishi atau kata ganti persona, shuujoshi atau partikel akhir, keigo atau kesantunan, dan aspek lainnya. Tetapi, anime

tersebut lebih menonjolkan penggunaan shuujoshi j'oseigo yang bervariasi.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja jenis-jenis shuujoshi joseigo yang digunakan oleh salah satu tokoh yang bernama Kuroko Shirai pada anime tersebut. Selain jenis-jenis shuujoshi j'oseigo, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui fungsi dari masing-masing shuujoshi joseigo tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena data yang diperoleh yaitu dengan cara menemukan dan menganalisis data, mengelompokkan data sesuai dengan jenis atau fungsi, mendeskripsikan masing-masing data yang diperoleh, dan yang terakhir yaitu menyimpulkan hasil yang diperoleh. Sumber data dari penelitian ini yaitu anime Toaru Kagaku no Railgun episode 1-3 dan data yang dihasilkan berupa cuplikan kalimat yang diucapkan oleh tokoh Kuroko Shirai di beberapa adegan di episode 1-3 yang mengandung shuujoshi joseigo. Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan metode simak dan catat. Pada tahap awal, penelitian dilakukan dengan cara menyimak dengan seksama setiap adegan dan percakapan yang dilakukan oleh tokoh Kuroko Shirai episode 1-3. Kemudian, mencatat semua kalimat yang mengandung shuujoshi joseigo di setiap episode. Setelah mencatat kalimat-kalimat tersebut, tahap selanjutnya yaitu mengelompokkan penggunaan shuujoshi joseigo dengan menggunakan kartu data. Sehingga, data yang dihasilkan berupa tabel yang berisi cuplikan kalimat yang mengandung shuujoshi joseigo yang digunakan oleh tokoh. Tahap selanjutnya yaitu pemberian kode pada data yang ditemukan. Contohnya yaitu EP03/03:00-04:00. Kode data tersebut memiliki arti yaitu episode tiga di menit ke tiga sampai menit ke empat.

Teori yang digunakan untuk menganalisis data yang ditemukan yaitu teori joseigo oleh Sudjianto (2007) dan Katsuki-Pestemer (2003). Teori tersebut digunakan untuk menganalisis jenis-jenis shuujoshi joseigo yang digunakan oleh Kuroko Shirai dalam anime Toaru Kagaku no Railgun, beserta fungsi dari masing-masing shuujoshi joseigo tersebut. Menurut Sudjianto (2007), shuujoshi merupakan partikel yang diletakkan di akhir kalimat dan memiliki makna penggunaan yang berbeda-beda. Dalam teorinya, Sudjianto (2007) juga menjelaskan tentang fungsi

dari shuujoshi wa, wane, wayo, no, none, dan shuujoshi noyo.

Kemudian, dalam teori dari Katsuki-Pestemer (2003), menjelaskan tentang fungsi dari shuujoshi wane, kashira, teyo, dan shuujoshi mono. Oleh karena itu, pada temuan data, jenis-jenis shuujoshi joseigo dari Katsuki-Pestemer (2003) digunakan untuk melengkapi penjelasan dari jenis-jenis shuujoshi joseigo yang tidak ada pada teori yang disebutkan oleh Sudjianto (2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah pengumpulan data, ditemukan shuujoshi joseigo yang digunakan oleh tokoh Kuroko Shirai pada anime Toaru Kagaku no Railgun episode 1-3 sebanyak 9 jenis dengan jumlah 114 data. Penelitian ini mengidentifikasi adanya sembilan jenis shuujoshi joseigo yang muncul dalam berbagai jumlah data, yaitu shuujoshi wa sebanyak 29 data, wane sebanyak 10 data, wayo sebanyak 6 data, no sebanyak 53 data, noyo sebanyak 11 data, shuujoshi none, kashira, dan teyo masing-masing terdapat 1 data, dan yang terakhir yaitu shuujoshi mono sebanyak 2 data. Dalam hal ini, pembahasan dari data yang ditemukan di atas, dibatasi penjelasannya hanya membahas 1 data di masing-masing shuujoshi joseigo tersebut. Hal tersebut karena terdapat analisis yang sama dan untuk menghindari penjelasan yang monoton. Selain itu, dalam pembahasan ini, juga akan dibahas mengenai fungsi dari masing-masing shuujoshi joseigo tersebut.

  • 1.    Shuujoshi wa

≡⅛⅛⅛0½^τ⅛≡^⅛⅛

Katte ni tachi mawararete wa komarimasu wa. “Akan ada masalah kalau kamu berbuat seenaknya.”

EP01/04:03-04:05

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi wa digunakan oleh Kuroko Shirai untuk melembutkan kalimat yang diucapkannya kepada Mikoto Misaka. Situasi pada saat itu yaitu ketika Kuroko Shirai sedikit memberikan ceramah kepada Mikoto Misaka karena telah memberi pelajaran kepada para penjahat tanpa menghubungi tim keamanan di kota Akademi. Kuroko Shirai merasa kesal dan khawatir akan terjadi apa-apa kepada Mikoto Misaka karena

berbuat seenaknya. Kuroko Shirai khawatir karena Mikoto Misaka hanya warga sipil biasa dan tidak punya wewenang untuk melawan para penjahat tersebut. Oleh karena itu, Kuroko Shirai sedikit memberikan peringatan kepada Mikoto Misaka supaya tidak mengulangi hal tersebut. Ia juga sangat takut apabila pemerintah mengetahui hal itu dan akan mengawasi Mikoto Misaka. Pada saat itu, Kuroko Shirai menggunakan shuujoshi wa untuk melembutkan kalimat yang ia ucapkan supaya tidak terlalu terkesan marah kepada Mikoto Misaka. Hal ini sejalan dengan teori Sudjianto (2007) yang menjelaskan bahwa fungsi shuujoshi wa yaitu untuk melembutkan kalimat yang diucapkan.

  • 2.    Shuujoshi wane 通報にあった暴漢というのはあなたですわねTsuuhou ni atta boukan to iu no wa anata desu wane.

“Kamu penjahat yang ada di laporan, kan.”

EP01/01:37-01:40

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi wane digunakan oleh Kuroko Shirai untuk mendesak seorang penjahat agar mengakui dan setuju bahwa ia merupakan penjahat yang dilaporkan. Situasi pada saat itu yaitu ketika anggota Judgment distrik ke-117 menerima laporan bahwa terjadi sebuah kejahatan. Kuroko Shirai sebagai anggota Judgment di distrik 117, langsung menuju ke lokasi terjadinya kejahatan. Tanpa menunggu lama, ia berhasil menangkap penjahat tersebut dengan menggunakan kekuatan Teleportasi yang dimilikinya.     Setelah

melumpuhkan penjahat tersebut, Kuroko Shirai langsung bertanya menggunakan shuujoshi wane untuk memastikan bahwa yang ia katakan tersebut benar. Dalam hal ini, Kuroko Shirai mendesak penjahat tersebut supaya mau mengaku dan setuju bahwa ia merupakan penjahat yang dilaporkan. Kalimat yang diucapkan oleh Kuroko Shirai di atas, juga sejalan dengan teori dari Sudjianto (2007) yaitu untuk meminta persetujuan dari lawan tutur.

  • 3.    Shuujoshi wayo

権限のない学生が暴れると、お上ににらまれ

⅛^^io

Kengen no nai gakusei ga abareru to, okami ni niramaremasu wayo.

“Jika siswa yang tidak berwenang mengambil sebuah tindakan, akan diawasi oleh pemerintah, lho.”

EP01/04:15-04:20

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi wayo digunakan oleh Kuroko Shirai untuk menekankan pendapat yang ia ucapkan kepada Mikoto Misaka. Situasi pada saat itu yaitu ketika ia masih menceramahi Mikoto Misaka tentang perbuatannya yang ceroboh yaitu melawan para penjahat seenaknya.   Tidak ingin terlalu

disalahkan, Mikoto Misaka kemudian memberikan pembelaan bahwa tidak ada pilihan lain selain menghajar para penjahat tersebut. Mikoto Misaka berpikir bahwa jika ia tidak melakukan hal itu, para penjahat tersebut mungkin akan melarikan diri lebih jauh lagi. Oleh karena itu, walaupun ia tidak punya kewajiban dalam menangkap penjahat, ia akan tetap menghajar penjahat tersebut. Kemudian, setelah Kuroko Shirai mendengarkan pembelaan dari Mikoto Misaka tersebut, Kuroko Shirai langsung memberikan pendapatnya sebagai anggota Judgment. Kuroko Shirai tidak ingin kalau Mikoto Misaka sampai mendapatkan masalah. Oleh karena itu, Kuroko Shirai menekankan pendapatnya supaya Mikoto Misaka tidak mengulangi hal yang sama. Dalam hal ini, penggunaan shuujoshi wayo juga sejalan dengan teori dari Sudjianto (2007) yaitu untuk menekankan sebuah pendapat.

  • 4.    Shuujoshi no

フンッ、私とあなたの能力を一緒にしてほし

  • <⅛⅛^ ⅛⅛^0o

Funn watakushi to anata no nouryoku wo issho ni shite hoshiku wa arimasen no.

“Hmm, aku juga tidak mau menyamakan kekuatanku dengan kekuatanmu.”

EP01/06:29-06:33

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi no digunakan oleh Kuroko Shirai untuk menunjukkan ketegasan dirinya terhadap Mitsuko Kongou. Situasi pada saat itu yaitu semua siswa di kota Akademi harus melakukan pengecekan kekuatan. Saat Kuroko Shirai telah selesai melakukan pengecekan kekuatan tersebut,

Mitsuko Kongou langsung mendatanginya. Mitsuko Kongou langsung mengejek Kuroko Shirai karena kestabilan kekuatannya tidak meningkat juga. Mitsuko Kongou juga menyombongkan diri bahwa ia akan lebih dahulu naik ke level 5. Saat mendengar hal tersebut, Kuroko Shirai merasa sangat kesal karena ia juga tidak ingin memiliki kekuatan yang sama dengan Mitsuko Kongou. Oleh karena itu, dengan tegas Kuroko Shirai berkata bahwa ia tidak sudi menyamakan kekuatannya dengan Mitsuko Kongou. Dalam hal ini, penggunaan shuujoshi no melambangkan ketegasan dari Kuroko Shirai. Hal ini juga sejalan dengan teori Sudjianto (2007) yaitu untuk menyatakan ketegasan si pembicara.

  • 5.    Shuujoshi none 私の知らない所でも悪者を懲らしめてらっし ⅜^⅜tθ⅛0

Watakushi no shiranai tokoro demo warumono wo korashimete rasshaimasu none.

“Dia tetap menghukum orang-orang jahat meski tidak ada di dekatku ya.”

EP02/14:37-14:42

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi none digunakan oleh Kuroko Shirai untuk menunjukkan pendapat atau pemikirannya terhadap Mikoto Misaka. Situasi pada saat itu yaitu ketika Kuroko Shirai dan Mikoto Misaka mendapatkan hukuman membersihkan kolam renang. Saat mereka sedang melakukan hukuman nya, dua orang teman dari Kuroko Shirai mendatangi mereka di kolam renang. Setelah itu, Kuroko Shirai mulai memperkenalkan temannya kepada Mikoto Misaka. Tanpa disangka oleh Kuroko Shirai dan Mikoto Misaka, ternyata salah satu teman Kuroko Shirai yang bernama Kinuho Wannai, pernah diselamatkan oleh Mikoto Misaka sebelumnya. Saat itu juga, Kinuho Wannai berterima kasih kepada Mikoto Misaka dan merasa sangat bangga bisa bertemu dengan Mikoto Misaka kembali. Setelah mendengar percakapan antara Kinuho Wannai dan Mikoto Misaka, Kuroko Shirai merasa sangat senang dan bangga kepada Mikoto Misaka karena telah membantu orang lain tanpa sepengetahuan nya juga. Dalam hal ini, shuujoshi none digunakan oleh Kuroko Shirai untuk menunjukkan pemikirannya terhadap kebaikan yang dilakukan oleh Mikoto Misaka. Hal ini juga sejalan dengan

teori dari Sudjianto (2007) yaitu untuk menyatakan pendapat yang tidak tegas.

  • 6.    Shuujoshi noyo

私の能力の前では鍵など無意味ですのよ

Watakushi no nouryoku no mae de wa kagami nado muimi desu noyo.

“Kunci tidak ada artinya bagi kemampuanku.”

EP02/20:53-20:56

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi noyo juga digunakan oleh Kuroko Shirai untuk menyatakan pendapatnya kepada Mikoto Misaka. Situasi pada saat itu yaitu ketika Kuroko Shirai dan Mikoto Misaka sedang membersihkan kolam renang sebagai hukuman yang harus mereka jalani. Saat sudah hampir selesai membersihkan kolam tersebut, mereka berdua bersulang untuk merayakan hari pertemanan mereka. Namun, karena Kuroko Shirai meminum minuman yang sudah dicampurkan ramuan cinta oleh dirinya sendiri, Kuroko Shirai bertingkah dengan aneh. Kuroko Shirai tiba-tiba menyarankan kepada Mikoto Misaka untuk memakai baju renang saat membersihkan kolam renang. Tetapi, Mikoto Misaka menolak saran tersebut karena malas untuk mengambil baju renang nya. Tanpa disangka, Kuroko Shirai tiba-tiba mengeluarkan baju renang milik Mikoto Misaka yang ia ambil secara diam-diam. Melihat hal tersebut, Mikoto Misaka langsung marah dan bertanya kepada Kuroko Shirai kenapa ia bisa mengambil baju renang tersebut karena seingat nya, Mikoto Misaka sudah mengunci loker pakaiannya. Dengan penuh percaya diri, Kuroko Shirai mengatakan bahwa kunci dan sejenisnya tidak ada apa-apanya bagi kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan shuujoshi noyo pada cuplikan kalimat di atas, juga sejalan dengan teori dari Sudjianto (2007) yaitu untuk menyatakan pikiran atau pendapat secara halus.

  • 7.    Shuujoshi kashira

レベル3といったところかしら

Reberu 3 to iu itta tokoro kashira.

“Mungkin sekitar level 3.”

EP01/22:24-22:26

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi kashira digunakan oleh Kuroko Shirai untuk

menyatakan pemikirannya yang kurang pasti mengenai kekuatan yang dimiliki oleh seorang penjahat yang ia tangkap. Situasi pada saat itu yaitu ketika terjadi perampokan di sebuah bank. Perampokan tersebut dilakukan oleh tiga orang pelaku. Setelah para perampok tersebut berhasil ditangkap, kemudian mereka digiring ke sebuah mobil khusus para penjahat. Saat itu, Kuroko Shirai memberhentikan salah satu perampok yang sedang digiring ke mobil tersebut. Kuroko Shirai sedikit memuji kemampuan dari perampok itu, namun juga menyayangkan bahwa kemampuan yang dimiliki tersebut dipakai untuk hal yang tidak terpuji. Dalam hal ini, shuujoshi kashira digunakan oleh Kuroko Shirai karena ia hanya menebak bahwa perampok tersebut memiliki kekuatan di level 3. Kuroko Shirai belum yakin tentang pemikirannya tersebut dan hanya menilai berdasarkan apa yang ia lihat saat perampok tersebut mencoba untuk melawannya. Oleh karena itu, Kuroko Shirai menggunakan shuujoshi kashira untuk menyatakan pemikirannya yang belum pasti tersebut. Hal juga sejalan dengan teori dari Katsuki-Pestemer (2003) yaitu untuk menyatakan keraguan tentang suatu hal.

  • 8.    Shuujoshi teyo

ほらほかにもいろいろありましてよ

Hora hona ni mo iroiro arimashite yo.

“Lihat, masih ada banyak yang lainnya.”

EP02/05:47-05:49

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi teyo digunakan oleh Kuroko Shirai untuk memberikan informasi kepada Kazari Uiharu dan Ruiko Saten bahwa masih terdapat banyak hal di asrama Kuroko Shirai dan Mikoto Misaka. Situasi pada saat itu yaitu ketika Kazari Uiharu dan Ruiko Saten diajak berkunjung ke asrama Kuroko Shirai dan Mikoto Misaka. Saat sedang asyik mengobrol, Ruiko Saten tiba-tiba membuka sebuah kotak yang ia ambil dari bawah tempat tidur Kuroko Shirai. Ruiko Saten dan yang lainnya kecuali Kuroko Shirai, sangat terkejut mengetahui isi dari kotak tersebut. Kotak tersebut berisi beberapa jenis celana dalam orang dewasa. Namun, dengan bangganya, Kuroko Shirai menjelaskan satu per satu tentang fungsi dari masing-masing celana dalam tersebut. Tidak ingin berlarut larut dalam pembahasan celana dalam, Kuroko Shirai mengarahkan Kazari Uiharu dan Ruiko Saten

untuk melihat-lihat yang lainnya. Dalam hal ini, shuujoshi teyo digunakan oleh Kuroko Shirai untuk memberikan informasi lain kepada Kazari Uiharu dan Ruiko Saten supaya mereka tidak hanya fokus ke pembahasan celana dalam saja, namun ke yang lainnya juga. Hal ini juga sejalan dengan teori dari Katsuki-Pestemer (2003) yaitu untuk memberikan sebuah informasi kepada lawan tutur.

  • 9.    Shuujoshi mon/mono

すごい音でしたもの

Sugoi oto deshita mono.

“Itu suara yang sangat keras.”

EP01/07:50-07:51

Analisis data

Pada cuplikan kalimat di atas, shuujoshi mono digunakan oleh Kuroko Shirai untuk menunjukkan rasa terkesan nya terhadap kekuatan dari Mikoto Misaka. Situasi pada saat itu yaitu ketika Kuroko Shirai dan Mikoto Misaka telah selesai melakukan pengecekan kekuatan yang mereka miliki. Setelah selesai melakukan pengecekan, mereka pergi ke pemandian umum yang terdapat di SMP Tokiwadai untuk membersihkan diri. Pemandian umum tersebut memiliki beberapa shower room yang berjejer. Saat membersihkan diri, Kuroko Shirai bercerita kepada Mikoto Misaka tentang suara yang dihasilkan dari pengecekan kekuatan Mikoto Misaka. Kemudian, Mikoto Misaka bertanya apakah suara tersebut terdengar sampai ke sekolah juga. Mendengar pertanyaan dari Mikoto Misaka tersebut, Kuroko Shirai langsung menjelaskan bahwa suara tersebut terdengar sangat keras. Dalam hal ini, Kuroko Shirai menggunakan shuujoshi mono saat memberitahukan kepada Mikoto Misaka karena Kuroko Shirai merasa sangat terkesan akan kekuatan Mikoto Misaka, hingga mampu menghasilkan suara yang sangat keras. Hal ini sejalan dengan teori dari Katsuki-Pestemer (2003) yaitu untuk menunjukkan rasa terkesan pada suatu hal.

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 jenis shuujoshi joseigo yang digunakan oleh Kuroko Shirai dalam anime yang diteliti. Shuujoshi joseigo yang digunakan tersebut memiliki fungsi pemakaiannya masing-masing, seperti untuk melembutkan kalimat, menunjukkan rasa terkesan, menyatakan pendapat, menekankan pendapat,

meminta persetujuan, menunjukkan ketegasan diri, memberikan informasi, dan menyatakan keraguan tentang suatu hal.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, jenis-jenis shuujoshi joseigo yang digunakan oleh Kuroko Shirai yaitu shuujoshi wa, wane, wayo, no, none, noyo, kashira, teyo, dan shuujoshi mono. Dari 9 jenis shuujoshi joseigo tersebut, ditemukan 114 data yang terdiri dari shuujoshi wa sebanyak 29 data, wane sebanyak 10 data, wayo sebanyak 6 data, no sebanyak 53 data, noyo sebanyak 11 data, kemudian shuujoshi none, kashira, dan teyo masing-masing 1 data, serta shuujoshi mono sebanyak 2 data.

Selain jenis-jenis shuujoshi joseigo tersebut, penelitian ini juga menemukan fungsi dari masing-masing shuujoshi joseigo yaitu untuk melembutkan kalimat, memberikan informasi, menunjukkan rasa terkesan, menunjukkan ketegasan diri, menyatakan pendapat, menekankan pendapat, memberikan informasi, dan menyatakan keraguan.

Selanjutnya, penelitian mengenai analisis penggunaan jenis-jenis shuujoshi joseigo pada anime Toaru Kagaku no Railgun episode 1 sampai 3 ini, hanya terfokus pada pembahasan jenis-jenis shuujoshi joseigo beserta fungsinya. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa, dapat mengembangkan penelitian lebih dalam lagi seperti mencari hubungan penggunaan shuujoshi joseigo dengan budaya tutur masyarakat Jepang. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, Kadek Eva Krishna, dan Gede Satya

Hermawan. 2021. Pengantar Sosiolinguistik Jepang. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Azahra, Namira, dan Tatat Haryati. 2021. “Strategi Penerjemahan Joseigo ke dalam Bahasa Indonesia Pada Komik Uso Nimo Koi Ga Iru (嘘にも恋がいる)”. Jurnal Bahasa Asing Lia. Vol. 2, No. 2, hlm. 23.

Japan Foundation. 2021. Survey Report on Japanese-Language Education Abroad. Tersedia                             pada:

https://www.jpf.go.jp/e/project/japanese/sur vey/result/dl/survey2021/All_contents_r2.p

df. (Diakses tanggal 25 Juli 2023).

Kalamillah, Murny. 2018. “Penggunaan Shuujoshi Joseigo Oleh Tokoh Ushiyama Dalam Anime AKB 0048 dan Tokoh Griel Dalam Anime Kuroshitsuji:        Kajian

Sosiolinguistik”. HIKARI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Vol. 6, No. 2, hlm. 6-9.

Katsuki-Pestemer, Noriko. 2003. Japanese postpositions: Theory and practice. Muenchen: LINCOM publishers.

Kurniawan, Eko. 2018. “Politeness of Women’s Language (Joseigo) by Shin Tanokura in Drama Series of Oshin”. JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang. Vol. 3, No. 1, hlm. 60-77.

Okamoto, Shigeko, and Janet S. Shibamoto Smith. 2004. Japanese Language, Gender, and Ideology: Cultural Models and Real People. New York: Oxford University Press.           Tersedia           pada:

https://www.researchgate.net/publication/2 87494996_Ideology_in_linguistic_practice _and_analysis_Gender_and_politeness_in_ Japanese_revisited. (Diakses tanggal 31 Agustus 2023).

Putra, Aditya Dharma. 2018. “Penggunaan Interjeksi pada Ragam Bahasa Pria dan Ragam Bahasa Wanita dalam Drama Yankee-Kun To Megane-Chan Karya Takanari Mahoko”. HIKARI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Vol. 6, No. 2, hlm. 3-7.

Putri, Putu Zalsa Swandari dkk. 2021. “Language Style In Anime Chibi Maruko Chan Episode: Italia Kara Kita Shounen 2015”. AJHSSR: American Journal of Humanities and Social Sciences Research. Vol.5, e-ISSN: 2378-703.

Salisah, Talin, dan Nani Sunarni. 2020. “Budaya Joseigo dalam Anime Ginga Eiyuu Densetsu”. AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra. Vol. 7, No. 2, hlm. 131-140.

Sudjianto. 2007. Bahasa Jepang dalam Konteks Sosial dan Kebudayannya. Universitas Negeri Diponegoro.

Wahidati, Lufi dkk. 2018. “Pengaruh Konsumsi Anime Dan Manga Terhadap Pembelajaran Budaya Dan Bahasa Jepang”. Izumi. Vol. 7 No. 1. e-ISSN: 2502-3535.

Yuana, Cuk. 2018. “Perbedaan Ichininsho Daimeishi Menurut Gender”. Parafrase. Vol. 18, No. 02, hlm. 7-18.

20